PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER MULTIPLE CHOICE UNTUK MENGANALISIS MISKONSEPSI SISWA SMA KELAS XI PADA MATERI ASAM-BASA.
PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER MULTIPLE CHOICE UNTUK MENGANALISIS MISKONSEPSI SISWA SMA KELAS XI PADA
MATERI ASAM-BASA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Kimia
Oleh
Mita Yuli Dwi Lestari 0905549
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
(2)
Pengembangan Instrumen Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice untuk Menganalisis Miskonsepsi Siswa SMA Kelas XI pada Materi Asam-Basa
Oleh
Mita Yuli Dwi Lestari
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Mita Yuli Dwi Lestari 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
(3)
LEMBAR PENGESAHAN
PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER MULTIPLE CHOICE UNTUK MENGANALISIS MISKONSEPSI SISWA SMA KELAS XI PADA
MATERI ASAM-BASA
Oleh:
Mita Yuli Dwi Lestari 0905549
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:
Pembimbing I
Dr. Nahadi, M.Pd., M.Si.
NIP: 197102041997021002 Pembimbing II
Dr.Hernani, M.Si.
NIP: 196711091991012001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Kimia
Dr.rer.nat.H.Ahmad Mudzakir, M.Si.
(4)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan instrumen tes diagnostik two-tier
multiple choice yang dapat mendeteksi miskonsepsi siswa SMA kelas XI pada
materi asam basa. Tes two-tier dikembangkan melalui beberapa tahapan, yaitu tes
essay yang digunakan untuk melengkapi pilihan jawaban pada tingkat pertama
dan kedua pada soal two-tier dan tes lisan untuk melengkapi jawaban hasil tes
essay dengan mengetahui pendapat dan konsep siswa. Soal two-tier yang berhasil
dikembangkan sebanyak 30 soal yang diujicobakan kepada 40 siswa kelas XI yang telah mendapatkan materi Asam Basa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif untuk memperoleh gambaran atau deskripsi mengenai kualitas soal serta miskonsepsi siswa pada materi asam basa. Kualitas soal ditentukan oleh nilai validitas dan reliabilitas. Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis validitas dengan menggunakan metode CVR terdapat 17 soal two-tier yang valid dan nilai reliabilitas (dengan menggunakan metode KR20) sebesar 0,87 yang termasuk ke dalam kategori sangat tinggi. Dengan menggunakan soal two-tier yang sudah valid dan reliabel, maka miskonsepsi dapat dideteksi dengan cara menganalisis jawaban siswa pada tingkat pertama dan tingkat kedua. Miskonsepsi yang terdeteksi mencakup materi tentang asam basa menurut teori Arrhenius, pengertian asam basa menurut teori Bronsted-Lowry, pengertian asam basa menurut teori Lewis, menentukan suatu senyawa termasuk asam/basa berdasarkan teori asam-basa Bronsted Lowry, menjelaskan tetapan kesetimbangan air, kekuatan asam-basa, sifat-sifat dari senyawa asam dan basa. Miskonsepsi yang ditemukan dapat menjadi acuan bagi guru untuk melakukan tindakan remediasi terhadap miskonsepsi tersebut.
(5)
ABSTRACT
This research aims to develop instrument test diagnostic two-tier multiple choice which is able to detect misconception in acid-bases concept among 11th grade highschool students. Two-tier test was developed in several steps, which are essay test are used to completed the answer on the first and second levels about instrument test diagnostic two tier and student interview to completed the results of the essay test to know the opinions and students concept. 30 questions as diagnostic instrument had been succesfully developed were tested to 40 students in 11th grade highschool on acid-bases concept. The method used in this research is descriptive method to achieve complete description of the problems and student’s misconceptions in acid-base concept. The quality of questions is determined by the value of validity and reliability. Based on the results of validity analysis using CVR (Content Validity Ratio), 17 questions are passed as valid test instrument with reliability (determined test using the KR20) score of 0.87 include to very high category. Using a two-tier questions that are valid and reliable,
misconceptions are detected based from the student’s answers in the first and second levels. Detected misconceptions include acid-base meaning according Arrhenius theory, acid-base meaning according Bronsted - Lowry theory, acid-base meaning according Lewis theory, determining a compound including acid / base on the Bronsted Lowry theory, explaining the equilibrium constant of water, the acid bases strength, characteristic compounds of acid-bases. Detected misconceptions can be used as reference material for teachers to identify and remediate related misconceptions
(6)
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 4
C. Pembatasan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 5
F. Struktur Organisasi Skripsi ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7
A. Tes Diagnostik ... 7
B. Pengembangan Tes Diagnostik ... 8
C. Two Tier Multiple Choice ... 10
D. Validitas ... 12
E. Reliabilitas ... 13
F. Miskonsepsi ... 15
G. Miskonsepsi pada Materi Asam Basa... 16
H. Deskripsi Materi Asam Basa... 20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 30
A. Lokasi dan Objek Penelitian ... 30
B. Metode Penelitian ... 30
C. Prosedur Penelitian ... 30
D. Instrumen Penelitian ... 33
E. Proses Pengembangan Instrumen ... 34
F. Teknik Pengumpulan Data ... 36
G. Analisis Data ... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41 A. Kontribusi Hasil Tes Essay dan Wawancara (tes lisan) untuk
Mengkonstruk Tingkat Pertama dan Tingkat Kedua dalam Soal
Two-Tier...
(7)
Halaman
B. Validitas dan Reliabilitas Soal Two-tier ... 42
C. Diagnosis Miskonsepsi Siswa pada Materi Asam Basa ... 48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 85
A. Kesimpulan ... 85
B. Saran ... 86
DAFTAR PUSTAKA ... 87
(8)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Nilai CVR Minimum ... 13
2.2 Pedoman Penafsiran Reliabilitas ... 15
2.3 Harga Kw pada Berbagai Suhu ... 24
2.4 Perubahan Warna pada Kertas Lakmus... 29
3.1 Kriteria Penilaian ... 39
3.2 Kriteria reliabitas soal ... 39
3.3 Kemungkinan Pola Jawaban Siswa ... 40
3.4 Klasifikasi Jawaban Siswa ... 40
4.1 Peta Konstribusi hasil tes essay ... 41
4.2 Nilai CVR Setiap Butir Soal yang Dikembangkan ... 43
4.3 Komposisi Setiap Indikator pada Soal Two-tier... 46
4.4 Komposisi indikator pada Soal Two-tier yang Valid ... 47
4.5 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal Nomor 1.. 49
4.6 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 1 ... 49
4.7 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal Nomor 2.. 51
4.8 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 2... 51
4.9 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal Nomor 3.. 53
4.10 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 3... 53
4.11 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal Nomor 4.. 55
4.12 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 4... 55
4.13 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal Nomor 5.. 57
4.14 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 5... 57
4.15 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal Nomor 6.. 58
4.16 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 6... 59
4.17 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal Nomor 7.. 60
4.18 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 7... 61
(9)
Tabel Halaman
4.20 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 8... 63 4.21 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal Nomor 9.. 64 4.22 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 9... 65 4.23 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal Nomor 10.. 67 4.24 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 10... 67 4.25 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal Nomor 11.. 69 4.26 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 11... 69 4.27 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal Nomor 12.. 70 4.28 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 12... 71 4.29 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal Nomor 13.. 72 4.30 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 13 ... 72 4.31 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal Nomor 14.. 74 4.32 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 14... 74 4.33 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal Nomor 15.. 76 4.34 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 15... 76 4.35 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal Nomor 16.. 78 4.36 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 16... 79 4.37 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal Nomor 17.. 80 4.38 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 17... 81 4.39 Jenis Miskonsepsi yang ditemukan melalui Instrumen yang
(10)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Reaksi asam basa konjugasi ... 22
2.2 Reaksi asam basa menurut Lewis ... 23
3.1 Alur Rencana Penelitian ... 31
(11)
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN A INSTRUMEN PENELITIAN
A.1 Miskonsepsi Hasil Kajian Jurnal ... 90
A.2 Matriks Asam Basa ... 91
A.3 Soal Tes Essay ... 97
A.4 Instrumen Two Tier Multiple Choice ... 99
A.5 Hasil Validasi Tes Two-Tier ... 118
A.6 Soal Tes Two-Tier yang Valid ... 136
LAMPIRAN B PENGOLAHAN DATA B.1 Rekapitulasi Jawaban Hasil Tes Essay dan Tes Lisan (wawancara) ... 140 B.2 Pengolahan Data Validasi ... 153
B.3 Perhitungan Reliabilitas Soal ... 154
B.4 Kunci Identifikasi Miskonsepsi ... 157
B.5 Rekapitulasi dan Pola Jawaban Siswa untuk Mendeteksi Miskonsepsi ... 178 LAMPIRAN C DOKUMENTASI PENELITIAN C.1 Foto-foto Penelitian ... 183
C.2 Surat Izin Penelitian ... 184
(12)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) oleh karenanya kimia mempunyai karakteristik sama dengan IPA yaitu berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Hal ini berarti bahwa pembelajaran menekankan bagaimana caranya siswa agar dapat menguasai konsep, bukan hanya sekedar meghafal konsep-konsep tersebut. Pada kenyataannya tidak semua siswa yang mengikuti proses pembelajaran dapat memahami konsep kimia yang dipelajarinya. Siswa sering mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep kimia (Salirawati, 2010). Kesulitan dalam memahami konsep kimia dapat disebabkan oleh sifat ilmu kimia yang kompleks dan abstrak (Duit dan Treagust, 2007)
Tuysuz (2009) dalam penelitiannya mengatakan bahwa para siswa membawa konsep awal mereka ke dalam kelas. Gagasan-gagasan atau ide-ide yang telah dimiliki oleh siswa sebelumnya ini disebut dengan prakonsepsi atau konsepsi alternatif. Konsep-konsep awal yang siswa bawa kadang-kadang tidak sesuai atau bertentangan dengan pengajaran dalam dunia pendidikan dan adanya kesalahan pada struktur konsep awal yang ada pada siswa. Siswa dapat memahami pelajaran dalam topik sains tertentu, melakukan cukup baik pada tes untuk topik yang telah disampaikan, namun tidak mengubah ide-ide asli mereka bahkan materi-materi yang telah disampaikan bertentangan dengan konsep-konsep ilmiah yang ada pada mereka. Duit dan Treagust (1995) juga menyatakan bahwa siswa puas dengan konsepsi mereka sendiri dan oleh karena itu mereka sedikit melihat nilai dalam konsep-konsep ilmiah berdasarkan konsep yang telah ada pada diri mereka sehingga tidak mengejutkan bahwa penelitian menunjukkan bahwa siswa dapat bertahan dengan pendapat yang ada.
(13)
2
Konsepsi siswa yang berbeda dengan yang disepakati para ahli disebut sebagai miskonsepsi atau salah konsep. Penyebabnya antara lain dikarenakan tingkat intelektual siswa, karakteristik ilmu kimia dan proses pembelajaran yang terjadi di kelas. Beberapa miskonsepsi dapat dihilangkan dengan mudah, tetapi kebanyakan siswa sangat memegang teguh ide-ide yang telah ada pada mereka dan biasanya tidak terpengaruh dengan pengajaran di dalam kelas. Jika kesalah pahaman tidak dikoreksi, konsep-konsep selanjutnya akan sulit untuk dipelajari atau ketidakmampuan untuk menghubungkan antar konsep. Hal ini mengakibatkan terjadinya rantai kesalahan konsep yang tidak terputus karena konsep awal yang telah dimiliki akan dijadikan sebagai dasar belajar konsep selanjutnya.
Van Den Berg (1991) mengungkapkan bahwa miskonsepsi merupakan suatu penyimpangan atau kesalahan konsep yang sulit untuk diubah dan akan dibawa dalam jangka waktu yang lama, artinya jika miskonsepsi telah dialami oleh siswa, maka miskonsepsi tersebut akan terus berlanjut dan akan berpengaruh terhadap siswa dalam membentuk konsep baru. Sebelum miskonsepsi dapat diperbaiki, yang perlu dilakukan adalah identifikasi mengenai miskonsepsi tersebut. Identifikasi miskonsepsi siswa sangat diperlukan untuk menentukan konsep-konsep apa saja yang dibahas secara mendalam pada siswa. Jika miskonsep-konsepsi tersebut tidak terdeteksi dan tidak diperbaiki secepatnya, maka akan berakibat pada pembelajaran berikutnya.
Sampai saat ini, beberapa tes diagnostik telah dikembangkan dan dijelaskan dalam literatur untuk mengetahui pemahaman konsep dan miskonsepsi. Menurut White dan Gunstone (Bahar, 2008) ada beberapa metode yang biasa digunakan untuk mengetahui pemahaman konsep dan miskonsepsi siswa yaitu, two tier
diagnostic test, peta konsep dan wawancara mengenai konsep.
Tes two-tier merupakan salah satu bentuk tes yang dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap konsep yang telah diberikan. Tes two-tier merupakan bentuk tes pilihan ganda yang dikombinasikan dengan jawaban terbuka (Treagust, 2007). Penggunaan tes two-tier dapat mengurangi efek menebak jawaban, karena siswa dituntut untuk dapat menjelaskan jawaban yang
(14)
3
telah dipilih. Dengan demikian tes two-tier dapat mengetahui pemahaman yang dimiliki siswa, selain itu juga dapat mengetahui miskonsepsi apa yang dialami oleh siswa (Kutluay, 2005).
Manfaat dari format instrumen diagnostik two tier adalah memungkinkan proses mengamati dari fenomena logis pada tingkat pertama dan konseptual pada tingkat kedua. Pada tingkat pertama, siswa diminta untuk memprediksi hasil dari jawaban yang ditanyakan, dan tingkat kedua meminta penjelasan. Tes diagnostik
two tier digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa dalam batas dan
konteks yang jelas. Tes ini dapat digunakan secara berulang dan tidak membutuhkan waktu yang lama. Pemberian skor hasil tes pun lebih mudah, sehingga identifikasi miskonsepsi lebih mudah dilakukan. Beberapa ahli miskonsepsi telah menggunakan model tes ini untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa
Kimia kadang-kadang dipandang sebagai pelajaran yang sulit oleh siswa. Konsep-konsep kimia itu sendiri benar-benar kompleks dan abstrak. Identifikasi pemahaman dan miskonsepsi siswa tentang materi kimia telah menjadi tujuan dari banyak studi. Salah satu daerah konseptual di mana kebanyakan penelitian mengidentifikasi terjadinya miskonsepsi adalah pada meteri asam-basa (Sheppard, 2006). Hand dan Treagust (dalam Beyond appearances: students’ misconceptions
about basic chemical ideas) juga mengidentifikasi lima kesalahan konsep
pemahaman tentang asam dan basa.
Menurut Muchtar (2012) dalam penelitian Analyzing of Students’
Misconceptions on Acid-Base Chemistry at Senior High Schools in Medan masih
banyak miskonsepsi yang terjadi pada siswa. Salah satu miskonsepsi yang terjadi pada siswa yaitu bahwa siswa menganggap setiap senyawa yang mengandung atom H menunjukkan bahwa senyawa tersebut bersifat asam. Selain itu pada penelitian Rahayu (2011) dalam penelitian “Analisis Kesalahan Konsep Reaksi Asam-Basa pada Guru Kimia dan Siswa SMAN RSBI di Kota Malang serta Upaya Perbaikkannya dengan Strategi Konflik Kognitif”, terdapat salah satu miskonsepsi pada teori asam basa Arrhenius yaitu, senyawa CH3COOH dan
(15)
4
mengandung OH. Dalam penelitian Schmidt (2005), terdapat miskonsepsi tentang pengertian asam basa menurut teori Bronsted Lowry, miskonsepsi yang terjadi tersebut mengenai pengertian asam yaitu zat yang dapat menerima proton (H+) dari zat lain. Dan miskonsepsi tentang pengertian basa adalah zat yang mendonorkan proton (H+) pada zat lain.
Dalam literatur yang telah ada, sejumlah studi membahas berbagai aspek pemahaman tentang asam dan basa. Topik asam dan basa yang siswa sering dapatkan adalah hanya melalui konsep menghafal tanpa memahaminya. Oleh karena itu, berdasarkan kondisi yang dijelaskan di atas, peneliti memilih untuk melakukan penelitian dengan mengembangkan tes diagnostik two tier multiple
choice untuk melihat sejauh mana miskonsepsi yang dialami siswa terhadap
materi asam basa.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti dapat mengidentifikasi permasalahan, diantaranya :
1. Berdasarkan kriteria alat evaluasi yang baik, maka tes diagnostik two-tier yang dikembangkan harus mempunyai sifat valid dan reliabel.
2. Miskonsepsi yang terjadi pada materi asam-basa harus dapat dideteksi agar guru dapat segera meremediasi miskonsepsi tersebut.
Adapun rumusan masalah umum dalam penelitian ini adalah “Bagaimana mengembangkan instrumen tes diagnostik two tier multiple choice pada materi asam-basa yang dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa kelas XI? ”
Rumusan Masalah Khusus :
1. Bagaimana konstribusi hasil tes essay dan tes lisan terhadap soal tes diagnostik two-tier yang dikembangkan?
2. Apakah tes diagnostik two-tier yang dikembangkan memenuhi kriteria yang baik dilihat dari validitas dan reliabilitas?
3. Apakah tes diagnostik two-tier yang dikembangkan mampu mendeteksi miskonsepsi pada materi asam-basa?
(16)
5
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah maka ruang lingkup masalah dalam penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut:
1. Validitas yang digunakan yaitu validitas isi dengan metode CVR (Content
Validity Ratio)
2. Reliabilitas yang digunakan yaitu koefisien konsistensi internal dengan KR20 (Kuder-Richardson)
D. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah tes diagnostik two tier yang dikembangkan pada materi asam-basa yang memenuhi kriteria tes yang baik ditinjau dari parameter-parameter pengembangan instrumen hasil belajar. Dan untuk mengetahui miskonsepsi siswa pada pembelajaran asam-basa. Adapun secara khusus penelitian ini juga bertujuan untuk:
1. Mengetahui apakah tes diagnostik two-tier multiple choice yang dikembangkan telah memenuhi kriteria tes yang baik melalui uji validitas dan uji reliabilitas.
2. Mengetahui jenis miskonsepsi apa yang dapat terdeteksi menggunakan instrumen tes diagnostik two-tier multiple choice yang dikembangkan.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:
a. peserta didik, instrumen yang dikembangkan dapat digunakan untuk mengetahui dapat tidaknya tes diagnostik two tier multiple choice dijadikan sebagai alternatif evaluasi untuk mengetahui pemahamansiswa. b. guru, instrumen yang dikembangkan dapat digunakan untuk perbaikan dan
pengembangan sistem evaluasi terhadap siswa, mengetahui tingkat pemahaman siswa mengenai materi asam-basa.
c. peneliti, untuk menambah wawasan mengenai pengembangan tes berdasarkan tes diagnostik two tier multiple choice dan memberikan
(17)
6
F. Struktur Organisasi Skripsi
Urutan penulisan dari setiap bab dan bagian bab dalam skripsi dikemas dalam struktur organisasi skripsi sebagai berikut,
Bab I berisi pendahuluan, yang terdiri atas latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. Latar belakang penelitian berisi penjelasan tentang pentingnya masalah itu diteliti dalam penelitin ini. Identifikasi dan perumusan berisi masalah – masalah yang akan dibahas pada penelitian ini. Pembatasan masalah untuk membatasi ruang lingkup penelitian. Tujuan penelitian menyatakan tentang hasil yang ingin dicapai dalam penelitian ini. Manfaat penelitian dapat dijadikan sebagai rujukan setelah penelitian ini selesai dilaksanakan. Struktur organisasi berisi tentang urutan penulisan dari setiap bab dan bagian bab dalam skripsi.
Bab II berisi kajian pustaka. Kajian pustaka berisi landasan teoritik dalam penyusunan rumusan masalah dan tujuan penelitian.
Bab III berisi penjelasan yang rinci mengenai metode penelitian. Komponen dari metode penelitian terdiri dari lokasi dan objek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional dari tiap variabel, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, serta analisis data penelitian.
Bab IV berisi hasil penelitian dari pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan tentang rumusan masalah penelitian, serta pembahasan yang dikaitkan dengan kajian pustaka.
Bab V berisi tentang kesimpulan dan saran terhadap hasil pembahasan dan analisis temuan penelitian.
Daftar pustaka memuat semua sumber yang pernah dikutip dan digunakan dalam penulisan skripsi. Lampiran berisi semua dokumen yang digunakan dalam penelitian.
(18)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Objek Penelitian
Penelitian dilaksanakan di salah satu SMA Negeri di kota Bandung. Objek yang dijadikan sebagai bahan dalam penelitian ini adalah tes diagnostik two tier
multiple choice yang sebelumnya telah dilakukan uji validasi, dengan hasil
perhitungan hasil validasi menggunakan metode CVR dan diuji reliabilitasnya berdasarkan perhitungan KR20 yang kemudian diujikan kepada responden. Peserta tes dalam penelitian ini adalah siswa yang telah mengikuti pembelajaran materi Asam-Basa yang telah diajarkan pada kelas XI di semester genap.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia. Menurut Best,1982 (Sukardi, 2008) penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya. Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama, menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat. Sementara itu menurut Arikunto (2009), metode deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.
C. Prosedur Penelitian
Secara garis besar, alur penelitian yang dilakukan dapat dilihat sebagaimana ditunjukkan pada gambar 3.1 berikut ini:
(19)
31
Gambar 3.1. Alur Rencana Penelitian Studi kepustakaan yang relevan tentang tes diagnostik, two-tier,
miskonsepsi asam basa, pemahaman konsep
Revisi
Penyusunan Instrumen Penelitian
Tahap Persiapan Pedoman untuk tes
lisan Tes essay
Judgement instrumen
Pelaksanaan tes essay dan wawancara (tes lisan)
Analisis Hasil tes
Tes two-tier multiple choice
Revisi Penyusunan tes two-tier
Judgement instrumen
Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan tes two-tier
Analisis miskonsepsi yang dialami siswa dalam pembelajaran
Analisis data
Kesimpulan Draf awal two-tier test
Uji validitas dan reliabilitas
Revisi two-tier Tes two-tier multiple choice
(20)
32
Alur penelitian pada gambar 3.1 dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Tahap persiapan
Dalam tahap ini dilakukan beberapa langkah, yaitu: a. Studi Kepustakaan
Mengkaji tentang tes diagnostik, two-tier multiple choice, miskonsepsi asam basa, pemahaman konsep
b. Penyusunan Instrumen
Tes essay dirancang agar dapat mengungkap miskonsepsi yang telah diperoleh dari hasil telaah jurnal dan miskonsepsi lainnya yang akan muncul pada siswa. Selanjutnya soal tes essay tersebut dapat digunakan untuk mengembangkan tes diagnostik two-tier.
Pedoman untuk tes lisan dilakukan untuk melengkapi jawaban hasil tes
essay, untuk mengetahui pendapat dan konsep siswa pada materi
asam-basa.
Berdasarkan masukkan dari para ahli, pedoman untuk tes lisan dan tes
essay yang dikembangkan kemudian diperbaiki atau direvisi. Revisi
instrumen secara garis besar meliputi perbaikan terhadap kata-kata yang salah, kesesuaian butir soal dengan indikator pelajaran, konsep asam basa, kesesuaian antara jawaban dan alasan jawaban. Instrumen yang telah direvisi siap untuk diuji cobakan.
c. Hasil Analisis Tes
Hasil Instrumen yang telah diuji cobakan kepada siswa kemudian dianalisis untuk mengumpulkan data dalam rangka mengembangkan tes diagnostik two-tier
2. Tahap Pelaksanaan
Dalam tahap ini dilakukan beberapa langkah yaitu: a. Penyusunan Tes Two Tier
Data yang diperoleh dari hasil tes essay dianalisis dan dikembangkan menjadi two-tier test, tingkat pertama untuk representasi jawaban yang
(21)
33
mereka. Pengecoh pada pilihan tingkat kedua berasal dari alasan yang didapatkan dari kajian jurnal, tes essay, dan tes lisan (wawancara).
b. Uji Validitas
Butir soal yang telah disusun, kemudian diuji validitasnya. Pada tahap ini dilakukan validitas isi. Validitas isi merupakan validitas alat ukur yang dilihat dari segi isi bahan pelajaran yang dicakup oleh alat ukur tersebut. Uji validitas ini dilakukan oleh pakar yang ahli dibidangnya.
c. Uji Reliabilitas
Setelah instrumen two-tier multiple choice direvisi yang kemudian dilakukan uji reliabilitas terhadap 39 orang siswa.
d. Pelaksanaan soal tes diagnostik two tier multiple choice
Jumlah soal tes diagnostik two tier multiple choice yang dikembangkan adalah sebanyak 17 butir soal dan diujicobakan pada kelas yang berbeda dari kelas pengambilan data uji reliabilitas.
e. Pengolahan dan analisis data
Pengolahan data hasil uji coba tes diagnostik two tier multiple choice meliputi perhitungan nilai validitas, reliabilitas dan analisis miskonsepsi yang terjadi pada materi asam basa. Pemahaman konsep siswa pada materi asam basa diketahui dengan menafsirkan presentase skor siswa.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini yaitu tes tertulis yang terdiri atas instrumen tes tertulis, pedoman wawancara, dan instrumen tes two-tier
multiple choice.
a. Instrumen Tes Tertulis
Tes tertulis yang dilakukan adalah instrumen tes essay. Instrumen tes essay ini dilakukan untuk mengetahui konsep siswa mengenai materi asam-basa, data dari tes essay ini dijadikan untuk melengkapi pilihan jawaban pada tingkat pertama dan kedua soal two-tier. Jumlah butir soal yang dikembangkan adalah 30 butir soal dengan 2 tipe soal, yaitu tipe A yang terdiri dari 15 butir soal dan tipe B yang terdiri dari 15 butir soal. Pada soal
(22)
34
ini, siswa diminta untuk memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang berupa penjelasan. Jawaban yang tidak tepat dijadikan dasar untuk mengembangkan tes two tier.
b. Pedoman Wawancara
Adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab sepihak (Arikunto, 1986). Dilakukan untuk melengkapi jawaban hasil tes essay, untuk mengetahui pendapat dan konsep siswa pada materi asam-basa dan untuk mengumpulkan data yang akan dijadikan pilihan dalam soal pilihan tes two tier.
c. Instrumen Tes two-tier multiple choice
Merupakan soal pilihan ganda dengan jumlah pilihan sebanyak lima, dilengkapi dengan alasan berupa pilihan ganda yang juga memiliki jumlah pilihan sebanyak lima. Instrumen ini digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada materi asam-basa. Soal yang dijadikan sebagai instrumen two tier multiple choice ini sebelumya divalidasi terlebih dahulu, yaitu meliputi uji validasi yang kemudian dikonsolidasikan kepada ahli.
E. Proses Pengembangan Instrumen
Instrumen tes diagnostik two tier dikembangkan dalam beberapa tahap. Proses pengembangan instrumen yang dilakukan berdasarkan urutan sebagai berikut:
Tahap pertama dalam mengembangkan tes two-tier yaitu melakukan studi kepustakaan tentang tes diagnostik, two-tier, miskonsepsi tentang asam basa, pemahaman konsep. Hasil dari studi kepustakaan tentang tes diagnostik, ditemukan bahwa terdapat beberapa jenis tes diagnostik, diantaranya peta konsep (Novak dalam Tuysuz, 2009), wawancara (Carr dalam Tuysuz, 2009) dan tes diagnostik pilihan ganda two-tier (Treagust dalam Tuysuz, 2009). Tes two-tier merupakan bentuk tes pilihan ganda yang dikombinasikan dengan jawaban terbuka (Treagust, 2007). Penggunaan tes two-tier dapat mengurangi efek menebak jawaban, karena siswa dituntut untuk dapat menjelaskan jawaban yang
(23)
35
dimiliki siswa, selain itu juga dapat mengetahui miskonsepsi apa yang dialami oleh siswa (Kutluay, 2005). Ketika tes diagnostik two-tier tersebut digunakan untuk mendeteksi miskonsepsi, maka secara tidak langsung pengukuran pemahaman konsep siswa juga dilakukan.
Peneliti menerjemahkan standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam lingkup kedalaman materi asam basa yang akan menjadi fokus dalam instrumen tes diagnostik two-tier. Kedalaman materi asam basa berkaitan tentang pengertian asam basa menurut teori Arrhenius, pengertian asam basa menurut teori Bronsted-Lowry, pengertian asam basa menurut teori Lewis, menentukan suatu senyawa termasuk asam/basa berdasarkan teori asam-basa Bronsted Lowry, menjelaskan tetapan kesetimbangan air, kekuatan asam-basa, sifat-sifat dari senyawa asam dan basa. Peneliti mencari berbagai jurnal hasil penelitian tentang miskonsepsi pada materi laju reaksi. Hasil dari kajian jurnal-jurnal tersebut, disajikan dalam lampiran A.1.
Miskonsepsi yang telah diperoleh dari telaah jurnal kemudian disajikan dalam bentuk matriks yang merupakan pondasi untuk merancang tes essay. Bentuk matriks asam basa tersebut disajikan pada lampiran A.2.
Tes essay dirancang agar dapat mengungkap miskonsepsi yang telah diperoleh dari hasil telaah jurnal dan miskonsepsi lainnya yang akan muncul pada siswa. Domain yang hendak diukur pada penelitian ini adalah kesesuaian indikator dengan SK/KD materi yang telah ditentukan untuk dijadikan penelitian dan kesesuaian butir soal dengan indikator yang didapat setelah merumuskan indikator berdasarkan SK/KD. Total keseluruhan jumlah soal tes essay yaitu sebanyak 30 butir soal tes essay yang dibagi menjadi 2 tipe soal, yaitu tipe A yang terdiri dari 15 butir soal dan tipe B yang terdiri dari 15 butir soal. Selanjutnya soal tes essay tersebut dapat digunakan untuk mengumpulkan data dalam rangka mengembangkan tes diagnostik two-tier. Adapun tahap-tahap dalam pengumpulan data tersebut, yaitu,
Tahap pertama: tes essay dan wawancara
Tes essay dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa tentang konsep asam basa yang telah dipelajarinya. Tes essay diberikan kepada 40 orang siswa.
(24)
36
Soal tes essay yang telah dikonsultasikan kepada pembimbing dan diujikan kepada responden terdapat pada lampiran A.3. Dalam proses ini, peneliti juga melakukan wawancara terhadap jawaban siswa pada tes essay yang menurut peneliti perlu dikaji lebih lanjut untuk memperjelas miskonsepsi yang terdapat pada siswa tersebut. Wawancara dilakukan dengan 8 orang siswa. Wawancara dan tes essay ini dilakukan untuk mengumpulkan data yang akan dijadikan sebagai pilihan alasan untuk melengkapi pilihan pada tingkat kedua soal two-tier.
Tahap kedua: two-tier test
Data yang diperoleh dari hasil tes essay dianalisis dan dikembangkan menjadi
two-tier test, tingkat pertama untuk representasi jawaban yang dipilih oleh siswa
dan tingkat kedua untuk penjelasan dari jawaban mereka. Pengecoh pada pilihan tingkat kedua berasal dari alasan yang didapatkan dari kajian jurnal, tes essay, dan wawancara kemudian divalidasi oleh tujuh validator yaitu, dua orang dosen kimia dan lima orang guru. Instrument two tier multiple choice yang akan di validasi oleh para ahli terdapat pada lampiran A.4. Hasil instrument two tier multiple
choice setelah dilakukan judgment kepada para ahli terdapat pada lampiran A.5.
Setelah instrumen two-tier multiple choice direvisi yang kemudian dilakukan uji reliabilitas terhadap 39 orang siswa, dapat dilihat pada lampiran A.6.
Pada tahap ini dilakukan pengolahan dan analisis data. Data yang diperoleh kemudian dianalisis terhadap miskonsepsi siswa tentang konsep asam basa hingga didapatkan kesimpulan.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu wawancara, tes tertulis yang terdiri dari tes essay, dan yang terakhir adalah tes
two-tier multiple choice.
Tes essay ini dilakukan untuk mengetahui konsep siswa mengenai materi asam basa yang diuji cobakan kepada 40 siswa dari 1 kelas (sampel yang digunakan adalah secara acak dengan latar belakang yang sama). Para siswa diminta untuk menjawab dan menjelaskan dari setiap
(25)
pertanyaan-37
untuk dijadikan sebagai pilihan alasan pada tingkat kedua dari pilihan ganda pada tes diagnostik two-tier multiple choice.
Wawancara dilakukan untuk melengkapi jawaban hasil tes essay dengan mewancarai beberapa siswa secara individual menggunakan pertanyaan yang sama dengan tes essay.
Pendeteksian miskonsepsi menggunakan tes diagnostik two tier yang dikembangkan pada materi asam basa. Bentuk rancangan tes diaplikasikan untuk 38 siswa.
G. Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil tes diagnostik, wawancara dan tes tertulis kemudian dianalisis. Berikut ini adalah teknik pengolahan data terhadap instrumen-instrumen yang diujikan. Pengolahan data dilakukan untuk mendapatkan kesimpulan
1. Data Hasil Wawancara dan Tes Essay
Adapun langkah-langkah pengolahan data hasil tes essay cara pengolahannya hampir sama dengan hasil wawancara, yaitu:
a. Menganalisis hasil tes essay.
b. Menyusun data hasil tes essay untuk dijadikan sebagai pilihan alasan pada tingkat kedua dari pilihan ganda pada tes diagnostik two-tier multiple
choice
Untuk pengolahan data hasil wawancara dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Mentranskripsikan hasil wawancara. b. Menganalisis hasil wawancara.
c. Menyusun data hasil wawancara menjadi pilihan untuk soal pilihan
two-tier multiple choice
2. Hasil Penyusunan Soal Two-tier Multiple Choice
Setelah instrumen diagnostik two-tier test disusun kemudian dilakukan uji validasi isi dan reliabilitas.
(26)
38
a. Validitas
Dalam penelitian ini yaitu menggunakan soal tes diagnostik two tier
multiple choice yang digunakan adalah validitas isi (Content Validity).
Banyak teknik yang dapat digunakan untuk menganilisis hasil pertimbangan para ahli (validator) yang telah melakukan penilaian terhadap alat ukur yang diuji, salah satunya yaitu dengan menggunakan Content Validity Ratio (CVR) yang dikemukakan oleh Lawshe.
Content Validity Ratio (CVR) merupakan perhitungan validasi isi yang
berdasarkan pada rasio kecocokan para ahli, yang menilai penting atau tidak penting suatu alat ukur tersebut. Untuk mengetahui besarnya nilai CVR, maka digunakan persamaan sebagai berikut:
ne : jumlah responden yang menyatakan Ya N : total respon
Ketentuan
a) Saat kurang dari ½ total reponden yang menyatakan Ya maka nilai CVR = -
b) Saat ½ dari total responden yang menyatakan Ya maka nilai CVR = 0
c) Saat seluruh responden menyatakan Ya maka nilai CVR = 1 (hal ini diatur menjadi 0.99 disesuaikan dengan jumlah responden). d) Saat jumlah responden yang menyatakan Ya lebih dari ½ total
reponden maka nilai CVR = 0-0,99.
(Lawshe, 1975)
b. Reliabilitas
Reliabilitas sebagai ukuran sejauh mana suatu alat ukur memberikan gambaran yang benar-benar dapat dipercaya tentang kemampuan seseorang (bukan palsu). (Firman, 2000). Sementara itu menurut Arifin (2009)
(27)
39
tes dapat dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama bila diteskan kepada kelompok yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda.
Tes Diagnostik yang digunakan dalam penelitian ini berupa pilihan ganda beralasan. Kriteria penilaian yang digunakan menggunakan kriteria yang disajikan dalam tabel 3.1 sebagai berikut:
Tabel 3.1. Kriteria Penilaian
Bentuk Soal Nilai Keterangan
Pilihan Ganda Beralasan
2 Jika siswa memilih jawaban yang benar dan alasannya benar
1 - Jika jawaban benar, alasan salah - Jika jawaban salah, alasan benar 0 Jika jawaban salah, alasan salah
Untuk mengetahui reliabilitas digunakan rumus KR20 (Kuder-Richardson) sebagai berikut,
Persamaan KR #20
[ ∑
] Keterangan:
k = jumlah soal
p = proporsi respon betul pada suatu soal q = proporsi respon salah pada suatu soal s2 = variansi skor-skor tes
Nilai reliabilitas yang diperoleh dari perhitungan dapat menggunakan kriteria yang terdapat pada tabel 3.2 berikut ini,
Tabel 3.2. Kriteria reliabitas soal (Arifin, 2009)
Koefisien korelasi Kriteria reliabilitas
0.81 – 1.00 Sangat tinggi
0.61 – 0.80 Tinggi
0.41 – 0.60 Cukup
0.21 – 0.40 Rendah
(28)
40
Setelah dilakukan uji terhadap butir-butir soal two-tier kemudian dilakukan pengelompokkan jawaban siswa berdasarkan kemungkinan pola jawaban siswa menggunakan format tabel 3.3 seperti berikut,
Tabel 3.3. Kemungkinan Pola Jawaban Siswa (Bayrak, 2013) Soal
(%) jawaban siswa untuk
setiap pola respon
A.1 A.2 A.3 A.4 A.5
B.1 B.2 B.3 B.4 B.5
C.1 C.2 C.3 C.4 C.5
D.1 D.2 D.3 D.4 D.5
E.1 E.2 E.3 E.4 E.5
Setiap kemungkinan jawaban siswa tersebut kemudian dihitung dalam bentuk persentasenya, dengan cara sebagai berikut:
Keterangan:
KNP = % kriteria nilai persen
X = Jumlah siswa dengan kriteria pemahaman yang dicari dari setiap soal N = Jumlah seluruh siswa
Setelah itu, pemahaman dan miskonsepsi siswa pada setiap kemungkinan jawaban dianalisis berdasarkan tabel 3.4. sebagai berikut,
Tabel 3.4. Klasifikasi Jawaban Siswa (Tekkaya, 1999)
Kombinasi Jawaban Klasifikasi Jawaban Siswa
Jawaban benar-Alasan benar Pemahaman utuh
Jawaban salah- Alasan benar Pemahaman parsial dengan miskonsepsi Jawaban benar-Alasan salah Pemahaman parsial dengan miskonsepsi Jawaban salah-Alasan salah Tidak paham
(29)
Mita Yuli Dwi Lestari, 2014
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan dan analisis data hasil penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, terkait soal tes diagnostik two-tier yang layak secara validitas dan reliabilitas dapat disimpulkan bahwa
1. Tes essay dan tes lisan yang dilakukan sangat berkontribusi terhadap tes
two tier yang dikembangkan. Hal ini, dapat dilihat dari rekapitulasi
jawaban siswa terhadap penyusunan soal-soal two tier.
2. Kualitas soal diagnostik two tier multiple choice yang dikembangkan bernilai penting sebagai sumber data miskonsepsi siswa. Teknik yang digunakan untuk menganalisis hasil pertimbangan para ahli (validator) yang telah melakukan penilaian terhadap alat ukur yang diuji, yaitu dengan menggunakan Content Validity Ratio (CVR). Dari 26 soal diagnostik two-tier yang dikembangkan, hanya 17 soal yang valid. Di samping itu, nilai reliabilitas soal two-tier yang ditentukan dengan menggunakan KR20 yaitu 0,87. Hal tersebut menunjukkan bahwa soal yang dikembangkan memberikan gambaran yang benar-benar dapat dipercaya tentang kemampuan seseorang, sehingga soal two-tier yang diujikan bersifat ajeg.
3. Soal tes diagnotik two-tier yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya dapat digunakan untuk mendeteksi miskonsepsi siswa. Jenis miskonsepsi yang ditemukan melalui instrumen tes yang dikembangkan memiliki kesamaan dengan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa jurnal, diantaranya:Basa menurut teori Lewis suatu zat yang dapat bereaksi dengan H+ dan Asam menurut teori Bronsted Lowry adalah suatu spesi yang dapat menerima proton (H+) karena dapat memberi proton ke spesi yang terlibat dalam reaksi asam basa.
(30)
86
B. Saran
Beberapa rekomendasi yang dapat dikemukakan setelah penelitian ini dilakukan, yaitu:
1. Sampel yang digunakan untuk penelitian selanjutnya sebaiknya lebih banyak agar miskonsepsi siswa yang terungkap lebih banyak.
2. Soal setara yang dibuat sebaiknya lebih variatif.
3. Untuk beberapa materi kimia termasuk materi Asam-Basa, guru sebaiknya menggunakan soal tes diagnostik two-tier multiple choice untuk mendeteksi miskonsepsi siswa.
4. Peneliti lain dapat mengkaji atau mengembangkan soal-soal serupa pada pokok materi lainnya untuk memperkaya soal tes diagnostik two-tier.
(31)
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran (Cetakan Pertama). Bandung: Rosda.
Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Yogyakarta: Bumi Aksara.
Bahar, M. (2008). ― Science Student Teachers’ Ideas of the Heart‖. Journal of Baltic Science Education. 7, (2), 78-85.
Bayrak, B.K. (2013). ―Using Two-Tier Test to Identify Primary Student’s Conceptual Understanding and Alternative Conceptions in Acid Base‖.
Mevlana International Journal of Education. 3, (2), 19-26.
Demircioğlu, G. (2005). Conceptual change achieved through a new teaching program on acids and bases. Chemistry Education Research and
Practice, 6 (1), 36-51.
Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Pedoman Pengembangan Tes
Diagnostik Mata Pelajaran IPA SMP/MTs. Jakarta: Depdiknas.
Duit R, and Treagust D. F. (1995). Students’ conceptions and constructivist
teaching approaches. Chicago: The National Society for the Study of
Education.
Firman, H. (2007). Penelitian Pendidikan Kimia. Diktat Kuliah. UPI: tidak diterbitkan.
Harun, R dan Mansyur. (2007). Penilaian hasil Belajar. Bandung: Wacana Prima.
Kind, V. (2004). Beyond Appearances: Students’ misconceptions about basic
(32)
88
Kutluay, Y. (2005). Diagnosis of Eleventh Grade Students’ Misconceptions
About Geometric Optic By A Three-Tier Test. Middle East Technical
University.
Lawshe, C. H. (1975). A quantitative approach to content validity. Person- nel
Psychology. 28, 563—575.
Muchtar, Z. (2012). Analyzing of Students’ Misconceptions on Acid-Base Chemistry at Senior High Schools in Medan. Journal of Education and
Practice. 3. 65-74.
Rahayu, I. (2011). Analisis Kesalahan Konsep Reaksi Asam-Basa pada Guru
Kimia dan Siswa SMAN RSBI di Kota Malang serta Upaya Perbaikkannya dengan Strategi Konflik Kognitif. Tesis. Malang: PPs
Unversitas Negeri Malang.
Salirawati, D. (2010). Pengembangan Model Instrumen Pendeteksi
Miskonsepsi Kimia Pada Peserta Didik SMA. Disertasi. Yogyakarta:
PPs Universitas Negeri Yogyakarta.
Schmidt, H. J and Michal, D. (2005). Textbooks’ and teachers’ understanding of acid-base models used in chemistry teaching. Chemistry Education
Research and Practice. 6 (1), 19-35.
Sheppard, K. (2006). High School Students’ Understanding of Titrations and Related Acid-Base Phenomena, Chemistry Education Research and
Practice, 7(1), 32-45.
Sudijono, A. (2008). Pengatar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sukardi. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Suparno, P. (2005). Miskonsepsi dan Perubahan Konsep Pendidikan Fisika. Jakarta: Grasindo.
(33)
89
Sunarya, Y. (2002). Kimia Umum. Bandung: Alkemi Grafisindo Press.
Syah, M. (1999). Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu.
Tekkaya, et al. (1999). ―A Cross-Age Study Of High School Student’s Understanding of Diffusion And Osmosis‖. Hacettepe Üniversitesi
Eğitim FakÜltesi Dergisi. 15, 84 – 93.
Treagust, D. F., Chandrasegaran, A. L., and Mouro, M. (2007). ‖The Development Of A Two-Tier Multiple-Choice Diagnostic Instrument For Evaluating Secondary School Students’ Ability To Describe And Explain Chemical Reactions Using Multiple Levels Of Representation‖.
Chemistry Education Research and Practise, 8(3), 293-307.
Türker, F. (2005). Developing A Three-Tier Test to Assess High School Students’ Misconceptions Concerning Force and Motion. A Thesis Submitted to The Graduate School Of Natural And Apllied Sciences Of Middle East Technical University : tidak diterbitkan.
Tuysuz, C. (2009). ―Development of Two-Tier Diagnostic Instrument and Assess Students’ Understanding in Chemistry‖. Scientific Research and Essay, 4(6), 626-631.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.
Van Den Berg, E. (1991). Miskonsepsi Fisika Dan Remediasi. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.
Whitten. (2004). General Chemistry 7th edition. Philadelphia: Saunders College
(1)
40
Mita Yuli Dwi Lestari, 2014
Pengembangan Instrumen Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice Untuk Menganalisis Miskonsepsi Siswa Sma Kelas Xi Pada Materi Asam-Basa
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
Setelah dilakukan uji terhadap butir-butir soal two-tier kemudian dilakukan pengelompokkan jawaban siswa berdasarkan kemungkinan pola jawaban siswa menggunakan format tabel 3.3 seperti berikut,
Tabel 3.3. Kemungkinan Pola Jawaban Siswa (Bayrak, 2013) Soal
(%) jawaban siswa untuk
setiap pola respon
A.1 A.2 A.3 A.4 A.5
B.1 B.2 B.3 B.4 B.5
C.1 C.2 C.3 C.4 C.5
D.1 D.2 D.3 D.4 D.5
E.1 E.2 E.3 E.4 E.5
Setiap kemungkinan jawaban siswa tersebut kemudian dihitung dalam bentuk persentasenya, dengan cara sebagai berikut:
Keterangan:
KNP = % kriteria nilai persen
X = Jumlah siswa dengan kriteria pemahaman yang dicari dari setiap soal N = Jumlah seluruh siswa
Setelah itu, pemahaman dan miskonsepsi siswa pada setiap kemungkinan jawaban dianalisis berdasarkan tabel 3.4. sebagai berikut,
Tabel 3.4. Klasifikasi Jawaban Siswa (Tekkaya, 1999) Kombinasi Jawaban Klasifikasi Jawaban Siswa Jawaban benar-Alasan benar Pemahaman utuh
Jawaban salah- Alasan benar Pemahaman parsial dengan miskonsepsi Jawaban benar-Alasan salah Pemahaman parsial dengan miskonsepsi Jawaban salah-Alasan salah Tidak paham
(2)
Mita Yuli Dwi Lestari, 2014
Pengembangan Instrumen Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice Untuk Menganalisis Miskonsepsi Siswa Sma Kelas Xi Pada Materi Asam-Basa
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan dan analisis data hasil penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, terkait soal tes diagnostik two-tier yang layak secara validitas dan reliabilitas dapat disimpulkan bahwa
1. Tes essay dan tes lisan yang dilakukan sangat berkontribusi terhadap tes
two tier yang dikembangkan. Hal ini, dapat dilihat dari rekapitulasi
jawaban siswa terhadap penyusunan soal-soal two tier.
2. Kualitas soal diagnostik two tier multiple choice yang dikembangkan bernilai penting sebagai sumber data miskonsepsi siswa. Teknik yang digunakan untuk menganalisis hasil pertimbangan para ahli (validator) yang telah melakukan penilaian terhadap alat ukur yang diuji, yaitu dengan menggunakan Content Validity Ratio (CVR). Dari 26 soal diagnostik two-tier yang dikembangkan, hanya 17 soal yang valid. Di samping itu, nilai reliabilitas soal two-tier yang ditentukan dengan menggunakan KR20 yaitu 0,87. Hal tersebut menunjukkan bahwa soal
yang dikembangkan memberikan gambaran yang benar-benar dapat dipercaya tentang kemampuan seseorang, sehingga soal two-tier yang diujikan bersifat ajeg.
3. Soal tes diagnotik two-tier yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya dapat digunakan untuk mendeteksi miskonsepsi siswa. Jenis miskonsepsi yang ditemukan melalui instrumen tes yang dikembangkan memiliki kesamaan dengan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa jurnal, diantaranya:Basa menurut teori Lewis suatu zat yang dapat bereaksi dengan H+ dan Asam menurut teori Bronsted Lowry adalah suatu spesi yang dapat menerima proton (H+) karena dapat memberi proton ke spesi yang terlibat dalam reaksi asam basa.
(3)
86
B. Saran
Beberapa rekomendasi yang dapat dikemukakan setelah penelitian ini dilakukan, yaitu:
1. Sampel yang digunakan untuk penelitian selanjutnya sebaiknya lebih banyak agar miskonsepsi siswa yang terungkap lebih banyak.
2. Soal setara yang dibuat sebaiknya lebih variatif.
3. Untuk beberapa materi kimia termasuk materi Asam-Basa, guru sebaiknya menggunakan soal tes diagnostik two-tier multiple choice untuk mendeteksi miskonsepsi siswa.
4. Peneliti lain dapat mengkaji atau mengembangkan soal-soal serupa pada pokok materi lainnya untuk memperkaya soal tes diagnostik two-tier.
(4)
Mita Yuli Dwi Lestari, 2014
Pengembangan Instrumen Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice Untuk Menganalisis Miskonsepsi Siswa Sma Kelas Xi Pada Materi Asam-Basa
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran (Cetakan Pertama). Bandung: Rosda.
Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Yogyakarta: Bumi Aksara.
Bahar, M. (2008). ― Science Student Teachers’ Ideas of the Heart‖. Journal of Baltic Science Education. 7, (2), 78-85.
Bayrak, B.K. (2013). ―Using Two-Tier Test to Identify Primary Student’s Conceptual Understanding and Alternative Conceptions in Acid Base‖.
Mevlana International Journal of Education. 3, (2), 19-26.
Demircioğlu, G. (2005). Conceptual change achieved through a new teaching program on acids and bases. Chemistry Education Research and
Practice, 6 (1), 36-51.
Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Pedoman Pengembangan Tes
Diagnostik Mata Pelajaran IPA SMP/MTs. Jakarta: Depdiknas.
Duit R, and Treagust D. F. (1995). Students’ conceptions and constructivist
teaching approaches. Chicago: The National Society for the Study of
Education.
Firman, H. (2007). Penelitian Pendidikan Kimia. Diktat Kuliah. UPI: tidak diterbitkan.
Harun, R dan Mansyur. (2007). Penilaian hasil Belajar. Bandung: Wacana Prima.
Kind, V. (2004). Beyond Appearances: Students’ misconceptions about basic
(5)
88
Mita Yuli Dwi Lestari, 2014
Pengembangan Instrumen Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice Untuk Menganalisis Miskonsepsi Siswa Sma Kelas Xi Pada Materi Asam-Basa
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
Kutluay, Y. (2005). Diagnosis of Eleventh Grade Students’ Misconceptions
About Geometric Optic By A Three-Tier Test. Middle East Technical
University.
Lawshe, C. H. (1975). A quantitative approach to content validity. Person- nel
Psychology. 28, 563—575.
Muchtar, Z. (2012). Analyzing of Students’ Misconceptions on Acid-Base Chemistry at Senior High Schools in Medan. Journal of Education and
Practice. 3. 65-74.
Rahayu, I. (2011). Analisis Kesalahan Konsep Reaksi Asam-Basa pada Guru
Kimia dan Siswa SMAN RSBI di Kota Malang serta Upaya Perbaikkannya dengan Strategi Konflik Kognitif. Tesis. Malang: PPs
Unversitas Negeri Malang.
Salirawati, D. (2010). Pengembangan Model Instrumen Pendeteksi
Miskonsepsi Kimia Pada Peserta Didik SMA. Disertasi. Yogyakarta:
PPs Universitas Negeri Yogyakarta.
Schmidt, H. J and Michal, D. (2005). Textbooks’ and teachers’ understanding of acid-base models used in chemistry teaching. Chemistry Education
Research and Practice. 6 (1), 19-35.
Sheppard, K. (2006). High School Students’ Understanding of Titrations and Related Acid-Base Phenomena, Chemistry Education Research and
Practice, 7(1), 32-45.
Sudijono, A. (2008). Pengatar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sukardi. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Suparno, P. (2005). Miskonsepsi dan Perubahan Konsep Pendidikan Fisika. Jakarta: Grasindo.
(6)
Mita Yuli Dwi Lestari, 2014
Pengembangan Instrumen Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice Untuk Menganalisis Miskonsepsi Siswa Sma Kelas Xi Pada Materi Asam-Basa
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
Sunarya, Y. (2002). Kimia Umum. Bandung: Alkemi Grafisindo Press.
Syah, M. (1999). Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu.
Tekkaya, et al. (1999). ―A Cross-Age Study Of High School Student’s Understanding of Diffusion And Osmosis‖. Hacettepe Üniversitesi Eğitim FakÜltesi Dergisi. 15, 84 – 93.
Treagust, D. F., Chandrasegaran, A. L., and Mouro, M. (2007). ‖The Development Of A Two-Tier Multiple-Choice Diagnostic Instrument For Evaluating Secondary School Students’ Ability To Describe And Explain Chemical Reactions Using Multiple Levels Of Representation‖.
Chemistry Education Research and Practise, 8(3), 293-307.
Türker, F. (2005). Developing A Three-Tier Test to Assess High School
Students’ Misconceptions Concerning Force and Motion. A Thesis
Submitted to The Graduate School Of Natural And Apllied Sciences Of Middle East Technical University : tidak diterbitkan.
Tuysuz, C. (2009). ―Development of Two-Tier Diagnostic Instrument and Assess Students’ Understanding in Chemistry‖. Scientific Research and Essay, 4(6), 626-631.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.
Van Den Berg, E. (1991). Miskonsepsi Fisika Dan Remediasi. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.
Whitten. (2004). General Chemistry 7th edition. Philadelphia: Saunders College