BENTUK PENYAJIAN ANSAMBEL GONDANG SABANGUNAN SEBAGAI PENGIRING TORTOR PADA PESTA ADAT TUGU SILAHISABUNGAN DI DESA SILALAHI NABOLAK KECAMATAN SILAHIABUNGAN KABUPATEN DAIRI.

BENTUK PENYAJIAN ANSAMBEL GONDANG SABANGUNAN
SEBAGAI PENGIRING TORTOR PADA PESTA ADAT TUGU
SILAHISABUNGAN DI DESA SILALAHI NABOLAK
KECAMATAN SILAHISABUNGAN
KABUPATEN DAIRI
SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

MARIA MAGDALENA SIMBOLON
NIM. 2113340029

JURUSAN SENDRATASIK
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2016

ABSTRAK

Maria Magdalena Simbolon. NIM 2113340029. Bentuk Penyajian Ansambel
Gondang Sabangunan Sebagai Pengiring Tortor Pada Pesta Adat Tugu
Silahisabungan Di Desa Silalahi Nabolak Kecamatan Silahiabungan
Kabupaten Dairi. Fakultas Bahasa Dan Seni. Universitas Negeri Medan
2016.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk penyajian Ansambel Gondang
Sabangunan, penggunaan instrumen dalam musik Gondang Sabangunan dan
tanggapan keturunan marga silahisabungan terhadap pesta adat tugu
silahisabungan di desa Silalahi Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi.
Penelitian ini berdasarkan landasan teoritis yang menjelaskan teori bentuk
penyajian, pengertian ansambel, pengertian alat musik, pengertian gondang
sabangunan, teori pengiring tortor, pengertian pesta adat tugu marga dan
pengertian silahisabungan.
Metode dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Sampel
dalam penelitian ini adalah penatuah adat atau Raja Turpuk, perwakilan dari
marga silahisabungan yang sedang melaksanakan pesta adat tugu silahisabungan,
pargonsi atau pemain musik yang memainkan gondang sabangunan yang
merupakan keturunan marga silahisabungan. Pengumpulan data ini dilakukan
dengan menggunakan metode observasi atau pengamatan, wawancara, audiovisual
dan studi kepustakaan. Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Silalahi Nabolak

Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi dan penelitian ini dilaksanakan dari
bulan November 2015 sampai dengan Januari 2016.
Hasil peneltian ini menunjukan bahwa bentuk penyajian ansambel gondang
sabangunan sebagai pengiring tortor dilaksanakan selama tiga hari, hari pertama
acara Ulaon Hahomion di Jabu Parsaktian Tugu Raja Silahisabungan,
Dilanjutkan dengan manortor gondang mula-mula, gondang sombah, gondang
mangaliat dan gondang sitio-tio hasahatan. Hari kedua pergi ke Aek Lassabunga
untuk melaksanakan ritual Martapian/Maranggir. Dilanjutkan dengan manortor.
Diakhiri dengan acara hiburan. Hari ketiga yaitu diawali dengan jiarah ke makam
Raja Silahisabungan, dilanjutkan dengan acara Ibadah bersama (Oikumene) dan
dilanjutkan dengan kata sambutan, kemudian diakhiri dengan gondang penutup.
Penggunaan instrument musik dalam ansambel Gondang Sabangunan pada pesta
tugu Silahisabungan adalah Taganing sebagai pembawa ritem, sarune bolon
sebagai pembawa melodi dan ogung oloan, ihutan, panggora, doal sebagai
pembawa iringan. Menurut masyarakat Pesta Tugu berjalan dengan baik dan
lancar, walaupun ada sedikit kekurangan bukan menjadi masalah besar bagi
masyarakat, karena tujuan utama dari pesta tugu ini adalah mengenang atau
penghormatan kepada leluhur Raja Silahisabungan dan mempersatukan kembali
seluruh keturunan Raja Silahisabungan serta menjalin silaturahmi.
Kata kunci: Gondang Sabangunan, Pesta Tugu, Silahisabungan


i

KATA PENGANTAR
Dengan segala kerendahan hati dan rasa syukur penulis persembahkan
kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan berkat dan karunia-Nya
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi ini.
Penulisan Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan akademis dalam
menempuh ujian sarjana (S-1) di Jurusan Pendidikan Musik Universitas Negeri
Medan. Adapun judul Skripsi ini adalah: “Bentuk Penyajian Ansambel
Gondang Sabangunan Sebagai Pengiring Tortor Pada Pesta Adat Tugu
Silahisabungan Di Desa Silalahi Nabolak Kecamatan Silahisabungan
Kabupaten Dairi”.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin untuk mencapai hasil terbaik
dalam penyelesaian Skripsi ini dan juga menyadari tanpa bantuan dari berbagai
pihak, Skripsi ini tiak akan mungkin dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu,
dengan segala kerendahan hati dan ketulusan hati, penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada :
1.


Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd., Rektor Universitas Negeri Medan

2.

Dr. Isda Pramuniati, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Medan.

3.

Uyuni Widiastuti, M.Pd., Ketua Jurusan Sendratasik Fakultas Bahasa dan
Seni Universitas Negeri Medan.

4.

Dr. Pulumun P Ginting, S.Sn.,M.Sn., Ketua Program Studi Pendidikan
Musik sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi I.

5.

Lamhot B Sihombing, M.Pd., Dosen Pembimbing Skripsi II


6.

Seluruh Bapak/Ibu Dosen Pendidikan Musik Jurusan Sendratasik Fakultas
Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan, terima kasih banyak untuk
ilmu dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis.

7.

Teristimewa untuk kedua orang tua yang sangat penulis kasihi dan
banggakan, ayahanda (+) O. Simbolon dan ibunda D. Br. Tindaon yang
telah memberikan perhatian, kasih sayang dan motivasi, serta abang dan
kakak penulis Aliman Simbolon dan keluarga, Melva Simbolon dan
keluarga, Melda Simbolon dan keluarga, Jhontra Volta Simbolon dan
keluarga, abang yang paling penulis banggakan (+) Jhon Pieter Simbolon

ii

dan Willy Simbolon yang tak henti-hentinya mendukung dalam doa,
semangat, dukungan moril dan dana kepada penulis dalam penyusunan

Skripsi ini.
8.

Keluarga Situngkir / br. Napitupulu selaku narasumber yang telah banyak
membantu penulis selama penelitian.

9.

Seluruh keluarga Simbolon dan Tindaon yang selalu memberikan bantuan
dan semangat selama penyusunan Skripsi ini.

10.

Seorang pria terkasih Irwan S. P Sihombing yang selalu menjadi teman,
sahabat, abang dan kekasih bagi penulis, yang selalu setia dan sabar
mendampingi,

memberi

semangat


dan

menemani

penulis

dalam

penyusunan Skripsi ini.
11.

Teman-teman penulis Innda, Kiki, Zakki dan Opik yang selalu menjadi
penyemangat bagi penulis dalam penyusunan Skripsi ini.

12.

Hendra Fisher Lingga yang telah menjadi guru dan panutan bagi penulis.

13.


Semua teman-teman seperjuangan dalam penyusunan Skripsi ini dan
seluruh teman-teman Jurusan Pendidikan Musik stambuk 2011 (Delfi
Sinaga, Arimawati Pasaribu, Fenny Purba, Triadil Saragih, Bg Agus, Itin,
Dedi, Ely, Tantri, Sari)

serta teman-teman lainnya yang tidak dapat

disebutkan satu persatu.
14.

Seluruh anggota UK-KMK St. Martinus Universitas Negeri Medan.
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua

pihak yang turut serta mendukung dan membantu penyelesaian Skripsi ini.
Semoga Tuhan memberikan berkat yang melimpah kepada seluruh pihak yang
telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini.
Semoga Skripsi ini memberi manfaat bagi kita semua.
Medan,


Februari 2016

Penulis

Maria Magdalena Simbolon
NIM. 2113340029

iii

DAFTAR ISI

ABSTRAK .................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... vi

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................


1

B. Identifikasi Masalah ...................................................................

5

C. Pembatasan Masalah ...................................................................

7

D. Rumusan Masalah ......................................................................

8

E. Tujuan Penelitian .......................................................................

8

F. Manfaat Penelitian ......................................................................


9

BAB II LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL
A. Landasan Teoritis ......................................................................... 11
1. Teori Bentuk Penyajian ........................................................ 12
2. Pengertian Ansambel ........................................................... 14
a. Ritme / Irama .................................................................. 15
b. Melodi ............................................................................ 16
c. Dinamik .......................................................................... 17
d. Tempo ............................................................................ 18
e. Harmoni ........................................................................... 19
3. Pengertian Alat Musik .......................................................... 20
4. Gondang Sabangunan............................................................ 21
5. Teori Pengiring Tortor ........................................................ 25
6. Pesta Adat Tugu Marga ........................................................ 27
7. Silahisabungan ..................................................................... 28
B. Kerangka Konseptual ................................................................... 30

iv

BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metodologi Penelitian .................................................................. 35
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 36
C. Populasi dan Sampel .................................................................... 36
1. Populasi ................................................................................... 36
2. Sampel ..................................................................................... 37
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 38
1. Observasi ................................................................................. 38
2. Wawancara .............................................................................. 39
3. Dokumentasi ............................................................................ 41
4. Studi Kepustakaan ................................................................... 41
E. Teknik Analisis Data ................................................................... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................ 45
B. Bentuk Penyajian Gondang Sabangunan Pada Pesta Adat
Tugu Silahisabungan di Desa Silalahi ......................................... 49
C. Penggunaan Instrument Musik dalam Ansambel
Gondang Sabangunan pada Pesta Adat Tugu Silahisabungan
di Desa Silalahi ............................................................................ 77
D. Tanggapan Keturunan Marga Silahisabungan terhadap
Bentuk Penyajian Ansambel Gondang Sabangunan ................... 82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................. 89
B. Saran ........................................................................................... 92

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 93
LAMPIRAN

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 PolaRitme / Irama......................................................................... 16
Gambar 2. 2 Melodi ......................................................................................... 17
Gambar 2. 3 Harmoni ....................................................................................... 20
Gambar 2. 4 Sarune Bolon ................................................................................ 22
Gambar 2. 5Gondang Bolon dan Taganing...................................................... 23
Gambar 2. 6 Gondang Bolon ........................................................................... 23
Gambar 2. 7 Ogung .......................................................................................... 24
Gambar 2.8 Tabel Kerangka Konseptual .......................................................... 34
Gambar 4.1 Persiapan menjelang Pesta Tugu Silahisabungan ......................... 52
Gambar 4. 2 Jabu Parsaktian Raja Silahisabungan ......................................... 54
Gambar 4. 3 Keluarga besar Tambun Raja Silahisabungansedang
manortormenujulapangan ............................................................ 55
Gambar 4. 4 Partitur Gondang Mula-Mula ....................................................... 57
Gambar 4. 5 keturunan Raja Silahisabungan memulai tortor mula-mula ........ 58
Gambar 4. 6 Partitur Gondang Somba .............................................................. 59
Gambar 4. 7 keturunan Raja Silahisabungan memulai tortor sombah ............. 65
Gambar 4. 8 Partitur Gondang Mangaliat ........................................................ 66
Gambar 4.9 Keturunan Raja Silahisabungan memulai tortorMangaliat ......... 68
Gambar 4. 10 Partitur Gondang Siti-tio Hasahatan .......................................... 70
Gambar 4. 11Keturunan Raja Silahisabunganmanortorsitio-tiohasatan .......... 71

vi

Gambar 4.12 Masyarakat dan tamu undangan makan bersama ....................... 72
Gambar 4. 13 Kata sambutan dari Panitia pesta, utusan pomparan Raja
Silahisabungan dan Pemda setempat ......................................... 74
Gambar 4.14 manortormanjalo hula-hula ...................................................... 75
Gambar 4.15 Katasambutan dari hula-hula .................................................... 75
Gambar 4.16 Penyeraahan Bolahan Amak kepada Loho Raja.......................... 77
Gambar 4. 17 Partitur Ritem Taganing ............................................................. 78
Gambar 4. 18 Partitur Melodi Sarune Bolon .................................................... 79
Gambar 4. 19Partitur iringan irama Ogung...................................................... 81
Gambar 4.20 Pargonsi (Pemusik) ................................................................... 82

vii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari
pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap masyarakat dalam
kelompok masyarakat tertentu. Manusia menciptakan suatu kebudayaan tidak
dapat terlepas dari manusia lainnya yang artinya ada terjadi ikatan sosial dalam
kehidupan manusia itu sendiri. Manusia yang satu dengan yang lainnya saling
berinteraksi dan saling berhubungan. Dalam budaya kita melihat adanya berbagai
macam hal yang mencakup adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia
merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman suku dan budaya
dimana hal ini menjadi suatu kebanggaan bagi Indonesia di dunia internasional.
Setiap suku di negara Indonesia memiliki budaya yang berbeda, termasuk adat
istiadat, musik dan bahasa.
Tidak berbeda dengan suku-suku lainnya, masyarakat Sumatera Utara
memiliki banyak kebudayaan. Tiga kelompok etnik besar Sumatera Utara adalah
Batak, Melayu Pesisir, dan Nias. Kelompok etnik Batak dibagi kepada lima
komunitas utama, yaitu: Batak Toba, Pakpak-Dairi, Angkola Sipirok, Mandailing,
Karo, dan Simalungun.
Suku Batak sebagai salah satu golongan etnis terbesar yang ada di
Indonesia dan salah satu golongan etnis di Sumatera sejak dahulu sampai saat ini
selalu menempuh kebudayaannya menurut kepribadian sendiri. Tampak

1

2

modrenisasi yang terjadi dalam segala segi hidup zaman ini tidak
mengubah kepribadian itu, karena orang-orang Batak kota pun tetap berpedoman
pada filsafat leluhur yang tertuang diatas landasan Dalihan Na Tolu yang
merupakan satuan tungku tempat memasak yang terdiri dari tiga batu yang
menjaadi filsafah ataupun landasan hidup yang yang dimaknakan sebagai
kebersamaan yang cukup adil dalam kehidupan masyarakat Batak. Ketiga tungku
yang dimaksudkan adalah somba marhula-hula (hormat kepada keluarga pihak
istri), elek marboru (sikap membujuk/mengayomi kaum wanita), manat
mardongan tubu (bersikap hati-hati kepada teman semarga).
Dalam adat suku Batak Toba terdapat upacara-upacara atau pesta adat
yang unik, menarik dan tidak dimiliki oleh suku lain, walaupun dalam suku lain
terdapat adat seperti ini namun bentuk dan pelaksanaannya sudah pasti berbeda.
Pesta adat dalam suku Batak Toba misalnya pesta adat pernikahan, pesta adat
kematian baik sari matua ataupun saur matua, pesta adat syukuran panen
(Gatilon) , pesta adat sulang-sulang pahompu , pesta adat sulang hariapan , dan
salah satunya adalah pesta adat tugu marga.
Marga merupakan dasar untuk menentukan Partuturan, hubungan
persaudaraan, baik untuk kalangan marga maupun marga lainnya. Marga yang
merupakan

sautu

persekutuan

orang-orang

yang

sedarah

(bersaudara),

seketurunan menurut garis keturunan ayah yang mempunyai tanah sebagai milik
bersama ditanah asal atau tanah leluhurnya, sehingga dengan adanya marga
hubungan kekerabatan menjadi jelas dan setidaknya dapat memperkecil
perkawinan satu marga yang sangat dilarang dalam adat marga batak.

3

Tugu merupakan salah satu hasil dari sebuah kebudayaan yang dihasilkan
oleh manusia, terutama masyarakat Batak Toba. Hal ini dapat dijumpain saat
melintasi tanah Batak Toba. Pembangunan Tugu di tanah Batak tidak didasarkan
kepada alasan dan persyaratan yang dapat diterima menurut bahkan bakukan antar
bangsa dalam melakukan kegiatan membangun tugu. Membangun tugu bukanlah
kegiatan yang hakiki dari kebudayaan batak serta tidak pula merupakan
kebudayaan yang perlu dipinjam oleh suku bangsa batak toba karena tidak
mempunyai faedah yang berarti kalau dilihat dari segi ekonomi dan sosial. Tetapi
banyak orang batak toba jatuh cinta kepada pembangunan Tugu dan telah
memandang kegiatan yang perlu atau wajib dilakukan. Salah satu pesta adat tugu
marga yang akan dilaksanakan pada bulan November mendatang yang bertempat
di daerah Silalahi adalah pesta adat Tugu Marga Silahisabungan. Dalam marga
Silahisabungan setiap tahunnya pasti mengadakan Pesta Tugu Silahisabungan,
yang panitianya merupakan keturunan Raja Silahisabungan secara bergantian..
Jadi semua keturunan marga Silahisabungan yang tersebar diseluruh tanah air
akan berkumpul untuk merayakan pesta Tugu Silahisabungan ini. Pesta tugu
marga ini akan dilaksanakan di Desa Silalahi Nabolak Kecamatan Silahisabungan
Kabupaten Dairi.
Kebudayaan masyarakat Batak Toba dalam merayakan pesta tugu marga
tidak terlepas dari musik tradisional Batak Toba yang juga merupakan salah satu
musik yang hidup dan berkembang sampai saat ini. Musik tradisi Batak Toba ini
memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri yang dapat dilihat dari bentuk dan
fungsinya. Salah satunya adalah Gondang Sabangunan yang berperan penting

4

dalam upacara adat toba. Ansambel musik Gondang Sabangunan inilah yang
sering dipergunakan dalam upacara adat dan ritual serta sering dipergunakan
mengiringi tarian Tortor pada masyarakat batak toba. Musik tradisional Batak
Toba memiliki peran atau kedudukan tersendiri dalam upacara adat atau upacara
ritual yang dilaksanakan oleh masyarakat atau suku Batak Toba. Setiap kegiatan
adat atau ritual yang dilaksanakan masyarakat Batak Toba selalu menggunakan
musik tradisional sebagai bagian yang penting dari setiap kegiatan upacara adat
tersebut dan salah satunya adalah bentuk dan penyajiannya. Dalam pesta tugu
marga ini tarian Tortor merupakan salah satu ritual yang yang sangat penting,
dimana tarian ini menjadi media komunikasi bagi sesama masyarakat yang ikut
serta dalam pesta atau acara adat batak toba.
Tortor merupakan tarian seremonial yang disajikan dengan musik gondang
batak. Tortor ini digunakan sebagai sarana penyampaian batin baik kepada rohroh leluhur maupun kepada orang-orang yang dihormati (para tamu) dan
disampaikan dalam bentuk tarian yang menunjukan rasa hormat. Salah satu tortor
yang disajikan pada pesta adat Tugu Silahisabungan adalah Tortor Somba. Tortor
Somba merupakan Tortor untuk menghormati Tuhan Yang Maha Kuasa, Raja
serta para undangan agar mendapat berkat dan restu dari Tuhan Yang Maha Kuasa
dalam

bekerja.

batak.html).

(http://pesonabatak.blogspot.co.id/2012/10/jenis-tari-tortor-

5

Gondang Sabangunan memiliki peranan penting dalam proses pesta adat
tugu marga ini. Maka dari penjelasan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk
mengangkat judul “Bentuk Penyajian Ansambel Gondang Sabangunan
Sebagai Pengiring Tortor Pada Pesta Adat Tugu Sihisabungan Di Desa
Silalahi Nabolak Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi”.

B. Identifikasi Masalah
Dalam penelitian perlu dilakukan identifikasi masalah. Hal ini dilakukan
agar penelitian menjadi terarah serta dapat mencakup masalah yang dibahas tidak
terlalu luas. Menurut pendapat Sugiyono (2011 : 30) mengatakan bahwa:
“Dalam merumuskan ataupun membatasi permasalahan dalam suatu
penelitian sangatlah bervariasi dan tergantung pada kesenangan
peneliti. Oleh karena itu perlu hati-hati dan jeli dalam mengevaluasi
rumusan permasalahan peneltian, dan dirangkum kedalam beberapa
pertanyaan yang jelas.”
Dengan adanya identifikasi masalah berarti ada upaya untuk mendekatkan
serta mengenal permasalahan, sehingga masalah yang akan dibahas tidak meluas
dan melebar, serta mencapai sasaran peneliti untuk mencari jawabannya. Adapun
beberapa yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana keberadaan Gondang Sabangunan pada masyarakat Batak
Toba di desa Silalahi Nabolak

Kecamatan Silahisabungan Kabupaten

Dairi ?
2. Apa yang melatar belakangi Gondang Sabangunan sebagai pengiring tari
Tortor dalam pesta adat Tugu Silahisabungan di desa Silalahi Nabolak
Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi ?

6

3. Apa yang melatarbelakangi Tortor Somba sebagai salah satu tarian dalam
pesta adat Tugu Silahisabungan?
4. Alat musik apa saja yang dipakai dalam ansambel Gondang Sabangunan
dalam mengiringi Tortor dalam pesta adat Tugu Silahisabungan di Desa
Silalahi Nabolak Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi ?
5. Bagaimana penggunaan instrument musik dalam ansambel Gondang
Sabangunan pada pesta adat Tugu Slahisabungani di Desa Silalahi
Nabolak Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi?
6. Bagaimana bentuk penyajian musik Gondang Sabangunan sebagai
pengiring Tortor dalam pesta adat Tugu Silahisabungan di Desa Silalahi
Nabolak Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi ?
7. Bagaimana peran

Gondang Sabangunan

pada pesta adat

Tugu

Silahisabungan di Desa Silalahi Nabolak Kecamatan Silahisabungan
Kabupaten Dairi ?
8. Bagaimana tanggapan keturunan marga Silahisabungan yang ikut serta
dalam pesta adat Tugu Silahisabungan terhadap bentuk penyajian
ansambel gondang sabangunan sebagai pengiring Tortor pada pesta adat
Tugu Silahisabungan di Desa Silalahi Nabolak Kecamatan Silahisabungan
Kabupaten Dairi?

7

C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan masalah, keterbatasan waktu, dana dan
kemampuan teoritis, maka penulis perlu membuat pembatasan masalah untuk
memudahkan pemecahan masalah yang dihadapi dalam penelitian ini.
Pembatasan masalah bertujuan untuk mempersempit ruang lingkup permasalahan
agar topik yang akan dibahas menjadi terfokus, dan menjaga agar
permasalahannya tidak melebar. Hal ini sejalan dengan pendapat Sugiyono (2010
: 207) bahwa pembatasan masalah fokus dengan yang didasarkan pada tingkat
kepentingan dan fasebilitas masalah yang akan dipecahkan.
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka penulis
membatasi ruang lingkup permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana bentuk penyajian ansambel Gondang Sabangunan sebagai
pengiring Tortor dalam pesta adat Tugu Silahisbaungan di Desa Silalahi
Nabolak Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi ?
2. Bagaimana penggunaan instrument musik dalam ansambel Gondang
Sabangunan pada pesta adat Tugu Silahisabungan di Desa Silalahi
Nabolak Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi?
3. Bagaimana tanggapan keturunan marga Silahisabungan yang ikut serta
dalam pesta adat Tugu Silahisabungan

terhadap bentuk penyajian

ansambel gondang sabangunan sebagai pengiring Tortor pada pesta adat
Tugu

Silahisabungan

di

Desa

Silahisabungan Kabupaten Dairi?

Silalahi

Nabolak

Kecamatan

8

D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan suatau titik fokus dari sebuah penelitian
yang hendak dilakukan, mengingat sebuah penelitian merupakan upaya untuk
menemukan jawaban pertanyaan maka perlu dirumuskan dengan baik sehingga
dapat membantu dan mendukung dalam menemukan jawaban pertanyaan. Bungin
(2011 : 77) mengatakan bahwa rumusan masalah tidak berarti sama dengan
tujuan penelitian, tetapi keduanya tetap berbeda secara subtansial, karena
rumusan masalah dibuat dalam konteks mengungkapkan substansi masalah
dengan tujuan penelitian dibuat untuk mengungkapkan keinginan penelitian
dalam suatu penelitian.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah, maka
rumusan masalah yang akan dibahas dan dipecahkan dalam penilitian ini adalah :
Bagaimana Bentuk Penyajian Ansamble Gondang Sabangunan Sebagai
Pengiring Tortor pada Pesta Adat Tugu Silahisabungan di Desa Silalahi Nabolak
Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi?

E. Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan selalu berorientasi kepada tujuan tertentu. Tanpa adanya
suatu tujuan tertentu yang jelas maka kegiatan tersebut tidak dapat terarah karena
tidak tahu apa yang ingin dicapai dari kegiatan yang dilakaukan tersebut. Berhasil
tidaknya suatu kegiatan penelitian yang dilaksanakan terlihat pada tercapainya
tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Azril (2008 : 18)
mengatakan

bahwa

tujuan

penelitian

merupakan

pernyataan

yang

9

mengungkapkan hal yang diperoleh pada ahli penelitian sehingga dapat dikatakan
bahwa “Tujuan adalah sesuatu yang diharapkan peneliti”. Dalam penelitian ini
tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti dalam pelaksanaan penelitian ini adalah :
1. Bagaimana bentuk penyajian ansambel Gondang Sabangunan sebagai
pengiring Tortor dalam pesta adat Tugu Silahisbaungan di Desa Silalahi
Nabolak Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi
2. Bagaimana penggunaan instrument musik dalam ansambel Gondang
Sabangunan pada pesta adat Tugu Silahisabungan di Desa Silalahi
Nabolak Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi
3. Bagaimana tanggapan keturunan marga Silahisabungan yang ikut serta
dalam pesta adat Tugu Silahisabungan

terhadap bentuk penyajian

ansambel gondang sabangunan sebagai pengiring Tortor pada pesta adat
Tugu

Silahisabungan

di

Desa

Silalahi

Nabolak

Kecamatan

Silahisabungan Kabupaten Dairi

F. Manfaat Penelitian
Selain tujuan penelitian, setiap penelitian harus memiliki manfaat sehingga
penelitian tersebut tidak hanya teori semata tetapi dapat dipakai oleh pihak-pihak
yang membutuhkan. Menurut Hariwijaya (2008 : 50) yang mengatakan bahwa :
“Manfaat penelitian adalah apa yg diharapkan dari hasil penelitian tersebut, dalam
hal ini mencakup dua hal yakni kegunaan dalam pengembangan ilmu dan manfaat
dibidang praktik.”

10

Berdasarkan pendapat tersebut maka manfaat penelitian merupakan hal-hal
yang diharpkan dari hasil penelitian dalam hal ilmu pengetahuan dan praktik.
Hasil dari penelitian diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :
1. Menambah wawasan penulis dalam rangka menuangkan gagasan karya
tulis kedalam bentuk proposal.
2. Sebagai bahan acuan, refrensi atau perbandingan bagi peneliti berikutnya
yang berniat melakukan penelitian yang berkaitan dengan topik penelitian
topik ini.
3. Menambah sumber kajian bagi perpustakaan Jurusan Sendratasik Program
Studi Seni Musik Universitas Negeri Medan.
4. Sebagai bahan masukan bagi peneliti dan menambah wawasan mengenai
pesta adat Tugu Marga.
5. Sebagai bahan masukan bagi peneliti dan menambah wawasan mengenai
bentuk penyajian ansambel Gondang Sabangunan sebagai pengiring tari
Tortor pada pesta adat Tugu Silahisabungan di Desa Silalahi Nabolak
Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi.

BAB II
LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL

A. Landasan Teoritis
Landasan teoritis deskriptif dari hasil suatu studi kepustakaan yang
berhubungan (relevan) serta mendukung pokok permasalahan yang hendak diteliti
sehingga landasan teoritis diharapkan mampu menjadi landasan atau acuan
maupun pedoman dalam penyelesaian masalah-masalah yang timbul dalam
penelitian ini. Sugiyono (2010 : 54) mengatakan bahwa landasan teori adalah alur
logika atau penalaran yang merupakan seperangkat konsep, definisi, dan proporsi
yang disusun secara sistematis.
Suatu penelitian baru tidak bisa terlepas dari penelitian yang terlebih
dahulu sudah dilakukan oleh peneliti yang lain. Suatu fenomena baru selalu
berkaitan dengan masa lalu, demikian juga halnya dengan sebuah kesenian
tradisional akan selalu berkembang dan mungkin akan punah, oleh karena itu kita
harus tetap menjaga seni yang sudah ada meskipun masih bersifat tradisional.
„Invented tradition‟ is taken taken to mean a set of practices normally
governed by overtly or tacitly accepted rules and of ritual or symbolic
nature, wich seek to inculcate certain values or norm of behavior by
repetition wich automatically implies continuity with the past
(Hobsbawm 1988 : 1)
Yang artinya kontinyuitas dengan masa lalu selalu selalu dipelihara dengan
cara menyusunnya dari kepingan-kepingan tradisi yang merupakan juga bagian
dari pengalaman. Bagaimanpun juga masa lalu tidak bisa ditinggalkan begitu saja
tanpa membuatnya menjadi sebuah cerita atau kenangan yang bisa mengingatkan

11

12

setiap orang bahwa setiap daerah memiliki sejarah (budaya) masingmasing. Dan budaya itu ada karena nenek moyang mereka dahulu, sehingga setiap
hal yang telah tinggal harus tetap dijaga dan diteliti kemabli menjadi hal itu
menjadi penelitian yang bersifat ilmiah sehingga semua orang mengetahuinya.
Semua penelitian bersifat ilmiah oleh karena itu semua peneliti harus
berbekal teori. Landasan teoritis yang dimaksud sebagai acuan dalam
penyelesaian suatu maslah penelitian. Sesuai dengan pendapat Basrowi dan
Suwandi (2008 : 39) yang menyatakan bahwa :
Dalam penelitian kualitatif, karena masalah dibawa peneliti masih
bersifat sementara, maka teori yang digunakannya dlam penyusunan
proposal juga masih bersifat sementara, dan akan berkembang setelah
peneliti memasuki lapangan atau konteks sosial.
Dengan pengmbangan teori –teori yang disimpulkan oleh beberapa
pemegang otoritas yang diangkat dari analisis kepustakaan dan diharapkan dapat
mendukung logika pemikiran penulis serta didukung fakta-fakta yang ada
sehingga penelitian ini dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang didasarkan
pada tujuan-tujuan yang dibuat. Dalam penelitian ini penulis membuat suatu
landasan teoritis berdasarkan kajian dan berbagai kepustakaan yang berhubungan
dengan masalah pokok yang akan diteliti.

1. Teori Bentuk Penyajian
Penyajian menggambarkan dan memaparkan suatu hal yang akan
disajikan, seperti halnya dengan penyajian musik menampilkan karya musik
yang telah dipersiapkan, dilatih untuk disajikan dalam suatu pentas, acara,
lomba, atau upacara adat tradisional.

13

Poerwadarminta (2003:912) menyatakan bahwa “Bentuk adalah proses
dalam tuntunan perubahan peristiwa dalam perkembangan suatu perubahan jiwa
status menjadi dinamis”. Melalui proses akan di dapat wujud bentuk yang
dinamakan dalam suatu kejadian juga mempunyai suatu proses dan tahapan yang
membentuk suatu kesatuan yang utuh dari awal sampai akhir.
Langer (1998 : 5) mengatakan bahwa:
“Bentuk dalam pengertian yang paling abstrak berarti struktur,
artikulasi sebuah hasil kesatuan yang menyeluruh dari suatu hubungan
berbagai faktor yang saling bergayutan, atau lebih tepatnya suatu cara
dimana keseluruhan aspek bisa diartikan”.
Dari pengertian diatas dapat didefinisikan bahwa yang dimaksud
dengan bentuk penyajian dalam penelitian ini adalah susunan tata cara
struktur

menyajikan

gondang

sabangunan

dalam

pesta

adat

Tugu

Silahisabungan.
Djelantik (2000 : 14) menjelaskan bahwa “Bentuk merupakan unsurunsur dasar dari sususan pertunjukan. Unsur-unsur penunjang yang membantu
bentuk itu dalam mencapai perwujudannya yang khas adalah : seniman, alat
musik, kostum dan rias, lagu yang disajikan, tempat pertunjukan, waktu serta
penonton.
Pendapat Djelantik didukung kembali oleh Banoe (2003 : 151)
menjelaskan bahwa: “Dalam musik, bentuk itu berdasarkan susunan rangka lagu
yang ditentukan menurut bagian-bagian kalimatnya. Sebagaimana dalam karya
sastra bahasa, musik juga frase, kalimat, anak kalimat dan sebagainya.
Pengertian penyajian berasal dari kata “saji” yaitu mempersembahkan,
sedangkan penyajian sendiri mengandung pengertian proses, cara dan

14

perbuatan dalam menyajikan segala sesuatu yang telah tersedia untuk
dinikmati.
Pengertian penyajian menurut Djelantik (1993 : 73) “Penyajian yaitu
bagaimana kesenian itu disuguhkan kepada yang menyaksikan, penonton, para
pengamat, pembaca, pendengar, khalayak pada umumnya. Sedangkan unsure
yang berperan dalam penampilan atau penyajian adalah bakat, keterampilan,
serta sarana atau media”.
Dari pengertian diatas maka yang dimaksud dengan bentuk penyajian
dalam penelitian ini adalah bentuk penyajian Ansambel Gondang Sabangunan
sebagai Pengiring Tortor pada Pesta Adat Tugu Silahisabungan di Desa Silalahi
Nabolak Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi.

2. Pengertian Ansambel
Ansambel adalah sekelompok atau grup yang memainkan alat musik
secara bersama-sama. Hal ini sejalan dengan pendapat Soeharto (1992 : 4) yang
mengatakan bahwa “Ansambel adalah sekelompok kegiatan seni musik, terdiri
dari beberapa alat musik yang dimainkan secara bersama-sama”. Dari pendapat di
atas dapat dijelaskan bahwa Bentuk Penyajian permainan ansambel melibatkan
beberapa pemain bisa menggunakan alat musik yang sejenis atau campuran. Ada
dua macam betuk ansambel musik, yaitu :
1. Ansambel Sejenis, yaitu suatau bentuk penyajian musik yang dimainkan
secara bersama-sama atau kelompok yang memakai alat musik satu jenis saja.

15

2. Ansambel Campuran, yaitu bentuk penyajian musik yang dimainkan bersamasama atau kelompok. Alat musik yang dipakai dalam ansambel ini beragam,
campuran dari berbagai jenis alat musik. Seperti alat musik gesek, tiup, petik,
perkusi dan sebagainya.
Pengertian ansambel tidak terlepas dari pengertian musik, karena
ansambel merupakan bagian dari musik. Musik juga merupakan sebuah rangkaian
suara yang teratur, yang disebut melodi. Rowen (1997) menjelaskan “Mellody is
succesion of sound ordered according to the laws of rhytem and madulation, so
that is seems agreeable to ear. Vocal melody is called song and instrumental,
symphony”. Yang berarti melodi adalah rangkaian suara yang berurutan dan
bergantung pada aturan ritme dan modulasi, jadi melodi akan menghasilkan
keserasian untuk didengar. Melodi vocal disebut dengan nyanyian dan melodi
instrumental disebut simponi.
Menurut Soeharto (1992 : 86) bahwa:
“Musik adalah seni mengungkapkan gagasan melalui suara atau
bunyi yang unsur dasarnya berupa irama, melodi, harmoni, dengan
unsur pendukung berupa gagasan, sifat, dan warna bunyi. Namun
dalam penyajianya cenderung terpadu pada unsur bahasa, gerak, dan
berbagai hal yang dianggap mendukung”.
a. Ritme / Irama
Irama merupakan urutan gerak yang menjadi unsur dalam musik. Untuk
membentuk irama, perlu memperhatikan biramanya yang dipakai dalam not, agar
dapat membentuk perjalanan suara yang sesuai dengan ritme yang dikendaki.
Ritme atau irama dalam bahasa Yunani yaitu Rhutmos yang artinya pola
waktu dalam musik. Ritme merupakan musik yang memegang peranan penting

16

dalam suatau komposisi yang didasari oleh beat atau ketukan dalam lagu. Irama
atau ritme adalah pengaturan bunyi dalam waktu. Irama itu sendiri adalah suatu
bagian dari melodi lagu.
Menurut pendapat Peter (2005 : 32) mengatakan bahwa:
“Ritme adalah kata yang dipakai untuk sesuatu lebih rumit, bukan
hanya menyangkut ketukan detik yang teratur, namun juga pola yang
teratur, dengan beberapa not yang lebih panjang dan beberapa yang
lain lebih pendek. Dengan kata lain adalah, campuran berbagai harga
not”.
Dari pendapat tersebut dikatakan bahwa irama merupakan rangkaian gerak
yang menjadi unsur dasar musik yang terbentuk dari sekelompok bunyi atau nada
yang berbeda durasinya an membentuk pola irama tertentu.
Contoh:

Gambar 2.1 Pola Ritme / Irama

b. Melodi
Melodi adalah suatu susunan rangkaian nada dan memiliki bunyi yang
teratur serta terdengar dengan memakai urutan birama. Didalam melodi terdapat
penggabungan unsure-unsur musik dan dapat dirasakan.
Miller (2002 : 87) berpendapat bahwa:
“Melodi is defined as logical progression of tones and rhythms, a tone
set to a bead. Buy pay close attention to that world logical. A melodi
isn‟t random conglomeration of notes, the notes have relate to abd
follow from each other. In other words, a meloy has to make sense or

17

else ti‟s just a bunch of noise. Melodi is the most memorable part of a
piece of music”.
Artinya musik merupakan nada dan ritme yang mengalami kemajuan yang
pesat. Sebuah nada berfungsi mengatur tempo. Untuk memainkan melodi dituntun
untuk bermain logika. Melodi bukanlah sekumpulan not yang tidak beraturan dan
setiap not harus saling beraturan. Dengan kata lain melodi sangat berperan
penting tidak hanya sebatas nada, tetapi juga merupakan bagian penting dari unsur
musik.
Contoh:

Gambar 2. 2 Melodi
c. Dinamik
Menurut Drs. Hakim Thrusman (2004 : 92) Dinamik adalah tanda untuk
memainkan volume nada lembut dan nyaring. Dinamika digunakan untuk
menunjukan bagaimana perasaan yang terkandung dalam sebuah komposisi,
apakah riang, sedih, atau agresif.
Kemudian menurut Murgianto (1983 : 43) iringan musik dibagi menjadi
dua bagian, yaitu:

18

(1)Ringani internal, yaitu berasal dari penarinya, dapat terdiri dari
suara, tarikan nafas, tepukan tangan, depakan kaki ke lantai, hentakan
tombak ke lantai, dan bunyian yang timbul karena pakaian atau
perhiasan yang dikenakannya; (2)Iringan eksternal, yaitu berasal dari
talempong, orchestra musik simfoni, dan juga iringan suara atau musik
rekaman.
Menurut pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa musik pengering
sebenarnya disadari atau tidak disadari telah melekat didalam masyarakat. Baik
pada zaman dahulu maupun pada era modern ini. Musik bisa dikatakan sebagai
sarana komunikasi antar individu, bukan hanya bahasa saja yang merupakan alat
komunikasi tetapi musik juga bisa dijadikan sarana untuk berkomunikasi.
Contoh:
p (piano)

: suara yang dihasilkan lembut.

pp (pianisimo)

: suara yang dihasilkan sangat lembut.

f (forte)

: suara yang dihasilkan nyaring.

mf (mezzo-forte)

: suara yang dihasilkan agak nyaring.

d. Tempo
Menurut Drs. Hakim Thrusman (2004 : 92) “Tanda tempo merupakan
tanda baca dalam suatu komposisi musik yang digunakan untuk menunjukkan
lambat atau cepatnya suatu lagu atau pada bagian lagu yang dimainkan”. Tempo
suatu lagu dapat diukur karena pada dasarnya suatu musik terdiri dari ketukanketukan. Sementara Miller (penerjemah Bramantyo, 1986 : 24) mengatakan
bahwa, tempo adalah sebuah istilah dari bahasa Itali yang secara arafiah berarti
waktu, didalam musik menunjukan pada kecepatan.

19

Contoh:
Allegro

: cepat

Allegratto

: agak cepat

Presto

: cepat sekali

Moderato

: sedang

Andante

: perlahan-lahan

e. Harmoni
Harmoni merupakan rangkaian nada yang disusun secara teratur dan
memiliki jarak tertentu sehingga terdengar harmonis. Dalam penyusunan akord,
harmoni merupakan unsur utama yang dikuasai karena seseorang tidak akan
mungkin dapat menyusun akord jika tidak menguasai harmoni. Menurut Banoe
(2003 : 192) mengatakn bahwa : “Harmoni adalah proses usaha yang ingin
membuahkan keindahaan suatu melodi , dan ini adalah elemen yang sangat
penting dalam teknik aransemen”. Dari pendilkanapat tersebut dapat disimpulkan
bahwa harmoni adalah suatu proses yang menghubungkan serta memiliki
keterkaitan antara nada yang satu dengan yang lainnya sehingga menghasilkan
akord yang harmonis.

20

Contoh:
Pen

Gambar 2. 3 Harmoni

3. Pengertian Alat Musik
Menurut Brata Addy Surya (2012 : 17) alat musik merupakan suatu alat
yang diciptakan untuk menghasilkan bunyi. Pada umumnya alat musik juga
berarti sebuah alat yang khusus ditujukan untuk musik. Sebuah bidang ilmu untuk
mempelajari sebuah alat musik dikenal dengan sbutan organologi. Alat musik
dibedakan berdasarkan bunyi dan cara memainkannya.
Menurut Soeharto (2001:55) mengatakan bahwa menurut sumber
bunyinya, instrumen musik dibagi menjadi lima kelompok, yakni:
“Idiofon (jenis instrumen musik yang sumber bunyinya berasal dari
getaran tubuh bagian inti instrumen itu sendiri),membranofon (jenis
instrumen musik yang sumber bunyinya berasal dari selaput atau
membran yang terdapat pada instrumen tersebut, cara memainkannya
dipukul dengan jari tangan atau alat pemukul), kordofon (jenis
instrumen musik yang sumber bunyinya berasal dari dawi/senar),
aerofon (jenis instrumen musik yang sumber bunyinya berasal dari
getaran udara dalam tabung, cara memainkannya adalah dengan cara
ditiup), elektrofon ( jenis instrumen musik yang sumber bunyinya
berasal dari sinyal hasil osilasi (getaran) sirkuit elektronik)”.

Jenis-jenis alat musik yang dibedakan menurut sumber bunyinya adalah :

21

1. Aerofon : Alat musik yang memiliki sumber bunyi dari hembusan udara pada
rongga. Contoh alat musik aerofon pada Gondang Sabangunan antara lain
Sarune bolon
2. Idiofon : Alat musik yang sumber bunyi berasal dari bahan dasar. Contoh alat
musik Idiofon pada Gondang Sabangunan antara lain ogung dan hesek
3. Membranofon : Alat musik yang sumber bunyinya berasal dari getaran
membran, kulit dan selaput. Contoh alat musik Membranofon pada Gondang
Sabangunan antara lain taganing, gordang, odap
4. Kordofon : Alat musik ini memiliki sumber bunyi yang berasal dari dawai.
5. Elektrofon : Alat musik ini adalah alat musik yang sumnber bunyinya
dibangkitkan dengan tenaga listrik.

4. Gondang Sabangunan
Menurut Pasaribu (2004:61) dalam Bahasa Batak Toba mengatakan
bahwa:”Gondang mempunyai arti yang majemuk, majemuk yang artinya
instrumen musikal, ensambel musikal”. Musik tradisi Batak Toba disebut sebagai
Gondang. Menurut Situmorang (1992:34) mengatakan bahwa: “Gondang
merupakan budaya, adat dan hiburan, perlu ditata dan diarahkan supaya mampu
bertahan menghadapi arus budaya global”. Tidak semua masyarakat batak toba
mengetahui struktur gondang . Pada dasarnya ada dua ansambel musik gondang
yaitu: gondang sabangunan dan gondang hasapi.
Gondang sabangunan merupakan seperangkat bagian dari instrument atau
alat musik yang dimainkan secara bersama-sama atau dalam bentuk ansambel.

22

Ansambel gondang sabangunan mempunyai nama lain yaitu gondang bolon.
Menurut kepercayaan batak toba, gondang sabangunan diciptakan oleh Ompu
Mula Jadi Na Bolon atau milik para dewa-dewa dan manusia hanya diberikan
kewajiban untuk menjaga dan menggunakan.
Instrument yang termasuk dalam kelompok gondang sabangunan antara
lain:

a. Sarune Bolon yaitu jenis alat musik tiup yang berlidah ganda

Gambar 2. 4 Sarune Bolon
Dokumentasi Maria Simbolon

b. Taganing yaitu seperangkat gendang bernada dan bermuka satu, yang
terdiri dari Odap-odap, Paidua Odap, Painonga, Paidua Ting-ting, dan
Ting-ting.

23

Gambar 2. 5 Gondang Bolon dan Taganing
Dokumentasi Maria Simbolon
c. Gordang yaitu Gendang bas bermuka satu yang berukuran besar yang
berukuran besar dan memiliki suara yang besar dan memiliki suara yang
lebih rendah

Gambar 2. 6 Gondang Bolon
Dokumentasi Maria Simbolon

24

d. Ogung, yaitu empat buah gong yang berbeda yaitu gong ihutan, doal,
oloan, dan panggora

Gambar 2.7 Ogung
Dokumentasi Maria Simbolon

e. Hesek, yaitu alat perkusi yang terbuat dari besi, botol, atau benda perkusi
apa saja yang menghasilkan suara yang melengking.
f. Odap, yaitu sejenis gendang yang bermuka dua. Pengguna Odap dalam
ansambel Gondang Sabangunan sangat jarang ditemukan saat ini.
Penggunaan alat ini sangat terbatas dan hanya diperuntukkan dalam
upacara-upacara tertentu. Odap dianggap sebagai alat musik yang
tergolong sakral.

25

Penggunaan odap dalam ansambel gondang sabangunan jarang ditemukan
saat ini. Beberapa musisi tradisional Batak Toba mengatakan bahwa penggunaan
alat ini sangat terbatas dan hanya diperuntukan dalam upacara-upacara tertentu.
Odap dianggap alat musik yang sakral.
Ansambel gondang sabangunan pada umumnya dimainkan oleh tujuh
orang, yakni : satu orang memainkan sarune bolon, satu orang memainkan
tanganing dan odap, satu orang memainkan gordang bolon, satu orang
memainkan ogung oloan dan ihutan, satu orang memainkan ogung doal, satu
orang memainkan ogung panggora, satu orang memainkan hesek. Formasi dan
jumlah pemusik ini sedikit berbeda dengan apa yang terdapat didalam upacar
parmalim. Dalam konteks tersebut umumnya pemusik berjumlah ddelapan orang,
dimana alat musik ogung oloan dan ogung ihutan masing-masing dimainkan oleh
satu orang. Kadang-kadang juga bisa ditemukan pemain sarune bolon berjumlah
dua orang pada beberapa upacara ritual parmalim tertentu. Formasi pemusik
dalam formasi ansambel semacam ini jarang terjadi pada kebanyakan pertunjukan
ansambel gondang sabangunan.

5. Teori Pengiring Tortor
Menurut Murgianto (1983 : 43) musik iringan dibagi menjadi dua bagian,
yaitu :
(1)Iringan internal, yaitu yang berasal dari penarinya terdiri dari suara,
tarik nafas, tepuk tangan, depakan kaki ke lantai, hentakan tombak ke
lantai dan bunyi-bunyian yang timbul karena pakaian ataupun
perhiasan yang digunakan.
(2)Iringan eksternal, yaitu berasal dari alat musik langsung seperti
berasal dari orchestra, band, musik tradisi.

26

Sesuai dengan teori diatas musik dan gerakan diciptakan dalam suatu
karya dapat dimulai dengan membuat musik suatu iringan terlebih dahulu,
kemudian dilanjutkan dengan membuat pola gerakan sesuai dengan pola
musiknya ataupun sebaliknya iringan dapat dilakukan dengan membuat gerakan
kemudian dilanjutkan dengan membuat musik iringannya.
Menurut Hidajat (2008 : 25) tari tradisional adalah sebuah tata cara menari
atau menyelenggarakan tarian yang dilakukan oleh sebuah komunitas etnik secara
turun - temurun dari satu generasi ke generasi selanjutnya.
Menurut Pasaribu (2004 : 64) Tortor adalah tarian seremonial yang
disajikan bersamaan dengan penyajian musik gondang, musik gondang dan tortor
adalah ibarat sebuah koin yang kedua sisinya tidak dapat dipisahkan. Tortor tidak
hanya dinilai sebagai karya seni semata, tortor lebih pas diartikan sebagai bentuk
ekspresi baik individu maupun kolektif yang muncul pada saat upacara adat
maupun ritual lainnya.
Walaupun secara fisik tortor merupakan tarian, namun makna yang lebih
dalam dari gerakn-gerakannya menunjukan bahwa tortor merupakan media
komunikasi, dimana melalui gerakan yang disajikan terjadi interaksi antara
partisipan upacara. Hal ini dapat dilihat ketika partisipan upacara memberi dan
menerima „hadiah‟ seremonial, seperti ulos batak, beras, uang dan lain
sebagainya. Tortor juga dapat difungsikan sebagai media mentransmisikan
kekuatan diantara partisipan upacara. Kegiatan seperti ini dapat kita lihat,
misalnya ketika kelompok hula-hula memberikan „berkat‟ atau mamasu-masu
kelompok boru dengan cara meletakan kedua tangannya diatas kepala pihak boru.

27

Peranan musik pada sebuah gerak Tortor memiliki hubungan yang sangat
erat sekali yaitu keduanya berasal dari sumber yang sama, yaitu dorongan atau
naluri ritmis manusia, dimana musik yang berpengaruh pada perasaan seseorang
untuk melakukan gerakan-gerakan yang indah.

6. Pesta Adat Tugu Marga
Tugu merupakan bagian penting bagi kebudayaan Batak. Berbagai upaya
dilakukan kelompok marga untuk dapat mendirikannya. Semakin mewah
bentuknya dan semakin besar ukurannya, maka semakin bangga kelompok yang
memilikinya. Istilah tugu sendiri sama dengan monument (momentum/monere)
yaitu suatu peringatan atau memorial yang bisa berbentuk bangunan, menara,
tiang, patung yang didirikan guna memperingati suatu kejadian besar dan penting
dalam sejarah atau menghidupan serta memelihara peringatan kepada seseorang
yang sudah meninggal.
Kepercayaan orang Batak (khususnya Toba) tentang manusia bahwa
manusia itu terdiri dari tubuh (daging) atau sibuk, nafas (hosa) dan roh (tondi).
Jika manusia itu meninggal dunia, maka tubuhnya kembali kepada tanah, nafas
(hosa) kembali kepada angin (alogo) dan roh (tondi) menjadi begu (arwah, begu,
dll). Begu orang yang meninggal bagi orang Batak mempunyai tingkat sesuai
dengan umur dan kedudukan sosial pada masa hidupnya. Begu dari orang tua
yang sudak banyak keturunan menjadi sumangot ataupun sombaon. somangot
ataupun sombaon ini mempunyai kuasa untuk mengutuk dan memberkati
keturunannya yang masih hidup. Di dorong oleh keyakinan inilah maka orang

28

Batak Toba untuk meninggikan makam orangtuanya sebagai pernyataan
kehormatan tertinggi seperti mendirikana tambak, batu napir dan tugu.
(http://angkolafacebook.blogspot.co.id/2014/02/tugu-batak-tugu-marga-margabatak-dan.html)
Dari kepercayaan inilah masyarakat batak Toba mendirikan sebuah Tugu
untuk memperingati leluhurnya. Dalam pembangunan sebuah tugu dibutuhkan
waktu beberapa tahun untuk dapat menyelesaikan, oleh sebab itu apabila sebuah
tugu telah selesai dibangun maka dibuatlah sebuah perayaan pesta besar untuk
meresmikannya. Pesta ini disebut Pesta Adat Tugu Marga, pesta ini diiringi oleh
musik tradisional batak toba yaitu Gondang Sabangunan yang diikuti dengan
sebuah tarian tradisional batak toba yaitu tari tortor. Pesta ini merupakan sebuah
wujud kebanggaan bagi keturunan marga yang melaksanakannya. Dengan
diadakannya pesta ini membuktikan bahwa keturunan marga tersebut telah
berhasil membangun sebuah monumen yang bersejarah untuk marga dan
keturunannya.

7. Silahisabungan
Nama Raja Silahisabungan berasal dari bahasa Batak mula-mula yakni:
Silahi berarti seorang laki-laki dan Sabungan berarti petarung atau pendekar.
Silahi Sabungan dapat diartikan menjadi seorang laki-laki yang pandai bertarung.
Hal ini tampak dari relief-relief yang terdapat pada tugu/makam Raja
Silahisabungan . Pada perkembangan selanjutnya nama Raja Silahisabungan
dijadikan marga yaitu Silalahi. Raja Silahsabungan merupakan raja dan seorang
pendekar sakti yang juga datu (dukun) yang sakti, yang pada awalnya berasal dari

29

suatu daerah yang bernama Balige dan merantau k

Dokumen yang terkait

Fungsi Pesta Luhutan Bolon Tugu Raja Silahisabungan dalam Mempertahankan Integrasi Sosial Pomparan Raja Silahisabungan (Studi Kasus pada Masyarakat Silalahi Nabolak, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi)

1 80 155

Fungsi Pesta Luhutan Bolon Tugu Raja Silahisabungan dalam Mempertahankan Integrasi Sosial Pomparan Raja Silahisabungan (Studi Kasus pada Masyarakat Silalahi Nabolak, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi)

6 104 155

KEPERCAYAAN KETURUNAN RAJA SILAHISABUNGAN TERHADAP BATU SIGADAP DI DESA SILALAHI NABOLAK KECAMATAN SILAHISABUNGAN KABUPATEN DAIRI.

1 8 21

BENTUK PENYAJIAN ANSAMBEL GONDANG SABANGUNAN PADA UPACARA PANANGKOK SARING-SARING DI DESA PARTOR JANJI MATOGU KECAMATAN ULUAN KABUPATEN TOBA SAMOSIR.

1 5 26

BENTUK PENYAJIAN DAN BENTUK MUSIK GONDANG ARANG-ARANG DAIRI SEBAGAI MUSIK PENGIRING TOR-TOR PADA PESTA ADAT PERKAWINAN SUKU BATAK TOBA DI SIDIKALANG.

5 64 25

Fungsi Pesta Luhutan Bolon Tugu Raja Silahisabungan dalam Mempertahankan Integrasi Sosial Pomparan Raja Silahisabungan (Studi Kasus pada Masyarakat Silalahi Nabolak, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi)

0 0 10

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Fungsi Pesta Luhutan Bolon Tugu Raja Silahisabungan dalam Mempertahankan Integrasi Sosial Pomparan Raja Silahisabungan (Studi Kasus pada Masyarakat Silalahi Nabolak, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi)

0 1 31

Fungsi Pesta Luhutan Bolon Tugu Raja Silahisabungan dalam Mempertahankan Integrasi Sosial Pomparan Raja Silahisabungan (Studi Kasus pada Masyarakat Silalahi Nabolak, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi) SKRIPSI

0 0 11

Fungsi Pesta Luhutan Bolon Tugu Raja Silahisabungan dalam Mempertahankan Integrasi Sosial Pomparan Raja Silahisabungan (Studi Kasus pada Masyarakat Silalahi Nabolak, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi)

0 0 10

Fungsi Pesta Luhutan Bolon Tugu Raja Silahisabungan dalam Mempertahankan Integrasi Sosial Pomparan Raja Silahisabungan (Studi Kasus pada Masyarakat Silalahi Nabolak, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi) SKRIPSI

0 0 11