PENCAPAIAN KINERJA TAHUN 2013

CAPAIAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN TAHUN 2013 | 21

DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN Serang Mill dan Tangerang Mill

Dengan demikian, selain pembangkit tenaga listrik PT DSS merupakan salah satu anak perusahaan yang dikembangkan oleh PLN, terdapat proyek PT Indah Kiat Pulp & Paper yang didirikan khusus pembangkit tenaga listrik yang saat ini dalam tahap untuk mengelola pembangkit tenaga listrik dalam pembangunan.

kelompok perusahaan tersebut, yaitu di Kabupaten Dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 35 Tangerang, Kota Tangerang Selatan, dan Kabupaten Tahun 2013 tentang Tata Cara Perizinan Usaha Serang.

Ketenagalistrikan, disebutkan bahwa Pemegang IUPL wajib menyelesikan pembangunan instalasi tenaga

a. PT Dian Swastatika Sentosa – Serang Mill listrik sesuai dengan yang disyaratkan dalam IUPL. Penetapan wilayah usaha PT Dian Swastatika Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengembang Sentosa– Serang Mill ditetapkan melalui Keputusan pembangkit tenaga listrik yang telah melakukan

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor kontrak dengan PT PLN (Persero) memiliki IUPL 954 K/20/DJL.3/2013 tanggal 1 Agustus 2013, yaitu harus segera melaksanakan pembangunan setelah meliputi Wilayah Pabrik PT Indah Kiat Pulp & Paper memperoleh IUPL.

di Kabupaten Serang Provinsi Banten. Adapun mekanisme permohonan IUPL sesuai dengan Pasal 6 Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya

b. PT Dian Swastatika Sentosa – Tangerang Mill Mineral Nomor 35 Tahun 2013 tentang Tata Cara Penetapan wilayah usaha PT Dian Swastatika Perizinan Usaha Ketenagalistrikan adalah bahwa Sentosa– Tangerang Mill ditetapkan melalui pemohon mengajukan permohonan IUPL secara Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tertulis kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Nomor 1136 K/20/DJL.3/2013 tanggal 23 Oktober Mineral melalui Direktur Jenderal Ketenagalistrikan 2013, yaitu meliputi Wilayah Pabrik PT Indah Kiat dengan formulir adalah sebagaimana terlampir Pulp & Paper di KotaTangerang Selatan Provinsi pada Lampiran I Peraturan Menteri ESDM Nomor Banten.

35 Tahun 2013 tersebut, dengan melampirkan persyaratan administratif dan persyaratan teknis

5. Wilayah Usaha PT Tunas Energi yang diperlukan sesuai dengan jenis usahanya. Persyaratan administrasi yang harus dilampirkan

PT Tunas Energi merupakan perusahaan penyedia oleh pemohon IUPL meliputi:

tenaga listrik yang berlokasi di Kawasan Industri a. Identitas pemohon;

Tunas (Tunas Industrial Estate) Kota Batam. Wilayah

b. Pengesahan sebagai badan hukun Indonesia usaha PT Tunas Energi ditetapkan melalui Keputusan

bagi badan usaha milik negara, badan usaha Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor

milik daerah, badan usaha swasta, dan koperasi; 1260 K/20/DJL.3/2013 tanggal 20 Desember 2013,

c. Pengesahan sebagai badan hukum Indonesia yaitu meliputi Kawasan Industri Tunas di Kota Batam.

bagi swadaya masyarakat yang berbentuk badan Dari keseluruhan penetapan wilayah usaha

hhukum; penyediaan tenaga listrik yang telah ditetapkan, d. Profil perusahaan;

e. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); dan (delapan) hari setelah persyaratan diterima secara

rata-rata waktu yang dibutuhkan kurang dari 8

f. Kemampuan pendanaan

lengkap dan benar. Persyaratan administrasi tersebut di atas harus dipenuhi oleh pemohon Koperasi, BUMD dan swasta,

2. Pelayanan Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik sedangkan untuk pemohon lembaga swadaya masyarakat dan perorangan kewajiban untuk profil

Pemerintah berupaya agar tenaga listrik senantiasa perusahaan (c) tidak berlaku. tersedia dalam jumlah yang cukup. Oleh karena itu, Persyaratan teknis yang harus dilampirkan oleh selain pengembangan tenaga listrik oleh PT PLN, pemohon IUPL meliputi: pemerintah juga membuka kesempatan kepada

a. Studi kelayakan usaha Penyediaan Tenaga Listrik; sektor swasta untuk ikut berpartisipasi dalam usaha

b. Lokasi instalasi kecuali untuk Usaha Penjualan penyediaan tenaga listrik melalui skema jual beli

Tenaga Listrik;

tenaga listrik Independent Power Producer (IPP).

c. Izin lokasi dari instansi yang berwenang kecuali Terbukanya kesempatan untuk berpartisipasi

untuk Usaha Penjulan Tenaga Listrik mendapat sambutan yang baik dari kalangan

d. Diagram satu garis (single line diagram); dunia usaha, terbukti dengan telah diterbitkannya

e. Jenis dan kapasitas usaha yang akan dilakukan; sejumlah izin usaha bagi pengembang listrik

f. Jadwal pembangunan;

swasta yang akan menjual tenaga listriknya ke PLN.

g. Jadwal pengoperasian; dan

Sejumlah proyek listrik swasta telah dikembangkan

h. Persetujuan harga jual tenaga listrik atau sewa dalam berbagai tahapan yaitu tahap operasi, Jaringan Tenaga Listrik dari Menteri, dalam hal

pembangunan, pendanaan maupun tahap negosiasi. permohonan Izin Usaha Penyediaan Tenaga

22 | CAPAIAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN TAHUN 2013

CAPAIAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN TAHUN 2013 | 23

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

Listrik diajukan untuk Usaha Pembangkitan Tenaga Listrik, Usaha Transmisi Tenaga Listrik,

atau Usaha Distribusi Tenaga Listrik. Apabila persyaratan tersebut dipenuhi oleh

pemohon IUPL, maka IUPL dapat diberikan untuk jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) tahun.

Khusus untuk usaha pembangkitan tenaga listrik atau usaha transmisi, sebelum IUPL dikeluarkan, terlebih

dahulu dikeluarkan IUPL-Sementara bagi koperasi dan Badan Usaha lain (BUMD, swasta, swadaya

masyarakat dan perorangan) yang telah memenuhi persyaratan administrasi dan persyaratan teknis untuk IUPL Sementara. Pertimbangan ini diberikan mengingat bahwa proses pembangunan pembangkit tenaga listrik atau transmisi membutuhkan waktu yang cukup lama, padat modal dan penuh resiko sehingga umumnya pemberi pinjaman uang (Lender) kurang yakin untuk memberikan pinjaman uang untuk investasi di bidang usaha ini jika belum bisa dipastikan bahwa kegiatan ini telah disetujui pembangunannya oleh Pemerintah yang dalam hal ini adalah dikeluarkannya IUPL. Oleh karena itu, untuk memberikan kepastian kepada Lender bahwa pembangunan pembangkit atau transmisi tersebut secara prinsip disetujui oleh Pemerintah dan sambil pengembang juga melengkapi persyaratan- persyaratan IUPL lainnya, Pemerintah mengeluarkan terlebih dahulu apa yang disebut dengan IUPL- Sementara.

Adapun mekanisme permohonan IUPL-Sementara yaitu bahwa pemohon mengajukan permohonan IUPL-Sementara tersebut secara tertulis kepada Direktur Jenderal Ketenagalistrikan dengan formulir adalah sebagaimana terlampir pada Lampiran

I Peraturan Menteri ESDM Nomor 35 Tahun 2013 tersebut dengan melampirkan persyaratan

administratif dan persyaratan teknis yang diperlukan sesuai dengan jenis usahanya. Persyaratan administrasi yang harus dilampirkan

oleh pemohon IUPL-Sementara meliputi:

1. Identitas pemohon;

2. Profil perusahaan; dan

3. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Persyaratan administrasi tersebut di atas harus

dipenuhi oleh pemohon Koperasi, BUMD dan swasta, sedangkan untuk pemohon lembaga swadaya masyarakat dan perorangan kewajiban untuk melengkapi akta pendirian perusahaan (a) dan profil perusahaan (b) tidak berlaku. Persyaratan teknis yang harus dilampirkan oleh pemohon IUPL Sementara meliputi:

1. Studi kelayakan awal (pre-feasibility study);

2. Surat penetapan sebagai calon pengembang Usaha Penyediaan Tenaga Listrik dari pemegangn

Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik selaku calon pembeli tenaga listrik atau penyewa Jaringan Tenaga Listrik untuk Usaha Pembangkitan Tenaga Listrik, Usaha Transmisi Tenaga Listrik, atau Usaha Distribusi Tenaga Listrik.

Proses pemohonan hingga diterbitkannya IUPL atau IUPL-Sementara adalah paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak diterimanya permohonan IUPL atau IUPL-Sementara secara lengkap. Artinya, pemohon IUPL atau IUPL-Sementara diminta kesadarannya untuk melengkapi terlebih dahulu dokumen- dokumen yang diminta sebelum mengajukan secara resmi permohonan IUPL atau IUPL-Sementara kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral cq. Direktur Jenderal Ketenagalistrikan agar proses permohonan tersebut dapat diproses secara cepat. Adanya kekurangan atau ketidakbenaran di dalam pemberian data akan menyebabkan terlambat dan terhambatnya proses permohonan IUPL atau IUPL- Sementara itu sendiri. Sehingga dalam hal ini, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral cq. Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan harus memberitahukan secara tertulis disertai dengan alasan paling lambat

30 (tiga puluh) hari setelah permohonan diterima apabila menolak permohonan IUPL atau IUPL- Sementara tersebut.

IUPL Sementara dapat dilakukan perpanjangan dengan mengajukan permohonan perpanjangan IUPL paling lambat 60 hari sebelum IUPL tersebut berakhir. Permohonan perpanjangan Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik sementara harus dilengkapi dengan:

1. Persyaratan administratif dan teknis;

2. Rekomendasi dari calon pembeli tenaga listrik dan/atau penyewa Jaringan Tenaga Listrik; dan

3. Laporan pelaksanaan Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Sementara.

IUPL dapat saja dialihkan kepada pihak lain, tetapi harus mendapatkan persetujuan tertulis dari Direktur Jenderal Ketenagalistrikan atas nama Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. Dimana untuk mendapatkan persetujuan tertulis atas

pengalihan IUPL tersebut, pihak lain tersebut yang akan mengambil alih IUPL harus memenuhi persyaratan administrasi dan persyaratan lain sesuai perundang-undangan.

Realisasi pelaksanaan kegiatan pelayanan publik di Subdit Pelayanan dan bimbingan usaha tenaga listrik meliputi pelayanan Izin usaha penyediaan tenaga Listrik (IUPL) dan IUPL-sementara. Jumlah penerbitan Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (IUPL) Sementara untuk Tahun 2013 adalah sebanyak 47 izin dan jumlah IUPL yang terbit tahun 2013 sebanyak 34 Izin.

DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN Ombudsman Republik Indonesia telah melakukan

Listrik.

penilaian terhadap pelayanan perizinan usaha • Peraturan Menteri ESDM Nomor 22 Tahun penyediaan tenaga listrik secara pelaksanaan

2012 tentang Penugasan PT PLN (Persero) kegiatan pelayanan publik di Direktorat Pembinaan

Untuk Melakukan Pembelian Tenaga Listrik Pengusahaan Ketenagalistrika, DJK dengan hasil

Dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Dan penilaian 825 dan secara umum Kementerian ESDM

Harga Patokan Pembelian Tenaga Listrik Oleh mendapatkan nilai rata-rata 813

PLN (Persero) Dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi.

• Peraturan Menteri ESDM Nomor 17 Tahun 2013

3. Pelayanan Persetujuan Harga Jual Tenaga Listrik tentang Pembelian Tenaga Listrik Oleh PT PLN Dalam memenuhi kebutuhan tenaga listrik, PT PLN

(Persero) dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (Persero) dapat melakukan pembelian tenaga listrik

fotovoltaik

dari koperasi dan Badan Usaha Lain dengan skema • Peraturan Menteri ESDM Nomor 19 Tahun Independent Power Producer (IPP). Pembelian

2013 tentang Pembelian tenaga listrik oleh PT tenaga listrik dilakukan melalui pelelangan umum,

PLN (Persero) dari Pembangkit listrik Berbasis penunjukan langsung atau pemilihan langsung.

Sampah Kota.

Pembelian tenaga listrik yang dilakukan melalui penunjukan langsung adalah dalam hal:

1. pembelian tenaga listrik dari pembangkit tenaga listrik yang menggunakan energy terbarukan Pada tahun 2013 Menteri ESDM telah menerbitkan antara lain mini/mikrohidro, panas bumi, persetujuan harga jual tenaga listrik sebanyak 11 biomasa, angin dan surya; gas marjinal ; batubara Proyek yaitu di mulut tambang ; dan energy setempat lainnya; • 6 proyek PLTU : PLTU Kendari, PLTU Cilacap

2. pembelian kelebihan tenaga listrik; Ekspansi, PLTU Lombok Timur, PLTU Sorong,

3. sistem tenaga listrik setempat dalam kondisi PLTU Nabire, dan PLTU Biak. krisis penyediaan tenaga listrik; atau

• 1 proyek PLTP : Jaboi

4. penambahan kapasitas pembangkit tenaga listrik • 2 proyek PLTA : PLTA Ir. H. Djuanda dan PLTA pada pusat pembangkit tenaga listrik yang telah

Semangka.

beroperasi di lokasi yang sama oleh koperasi, • 2 persetujuan penambahan transmisi dan Badan Usaha Milik Daerah, swasta, swadaya

peluasan gardu induk : PLTP Ijen dan PLTP masyarakat, dan perorangan selaku Pemegang

Ungaran.

lzin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk Kepentingan Umum.

4. Penggunaan Energi Mix Untuk Pembangkit Tenaga Listrik

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan Pasal 5 disebutkan Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 30 Tahun kewenangan Pemerintah di bidang ketenagalistrikan 2009 bahwa Pemanfaatan sumber energi primer antara lain adalah menetapkan persetujuan harga jual yang terdapat di dalam negeri dan/atau berasal tenaga listrik dari pemegang izin usaha penyediaan dari luar negeri harus dimanfaatkan secara tenaga listrik yang ditetapkan oleh Pemerintah dan optimal sesuai dengan Kebijakan Energi Nasional dalam Peraturan Pemerintah Nomor 14 tentang untuk menjamin penyediaan tenaga listrik yang

Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik pada berkelanjutan serta pemanfaatan sumber energi pasal 39 ayat (1) bahwa Harga jual tenaga listrik primer yang terdapat di dalam negeri diutamakan wajib mendapatkan persetujuan Menteri, Gubernur, untuk kepentingan ketenagalistrikan nasional. atau Bupati/Walikota sesuai kewenangannya. Untuk itu harga jual tenaga listrik yang telah disepakati Pembangkitan tenaga listrik merupakan faktor (harga negosiasi) antara Pengembang (IPP) dengan terpenting yang mempengaruhi biaya penyediaan PT PLN (Persero) wajib mendapatkan persetujuan tenaga listrik. Walaupun kita memiliki sumber daya oleh Menteri ESDM.

energi yang beraneka ragam, konsumsi BBM untuk pembangkit tenaga listrik masih memberikan

Menteri ESDM telah menerbitkan Peraturan terkait efek signifikan dalam biaya penyediaan tenaga pembelian tenaga listrik dari energy baru terbarukan, listrik. Oleh karena itu, Pemerintah secara

yaitu: berkesinambungan berupaya untuk memperbaiki • Peraturan Menteri ESDM Nomor 04 Tahun 2012 energy mix pembangkitan tenaga listrik dengan

tentang Harga Pembelian Tenaga Listrik Oleh PT menekan secara maksimal penggunaan BBM dalam PLN (Persero) Dari Pembangkit Tenaga Listrik pembangkitan tenaga listrik. Pangsa pemakaian

yang menggunakan Energi Baru Terbarukan energi primer ditetapkan dalam Undang- Skala Kecil dan Menengah atau Kelebihan Tenaga Undang APBN sebagai asumsi dalam penetapan

24 | CAPAIAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN TAHUN 2013

CAPAIAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN TAHUN 2013 | 25

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

subsidi listrik. Pangsa energi primer BBM untuk pembangkitan listrik secara umum turun dari tahun ketahun. Pada tahun 2004 pangsa BBM mencapai 39% dan capaian realisasi pada tahun 2013 menurun menjadi 12,54 % (Target APBN-P 2013 adalah 10,87%) dan ditargetkan pada tahun 2014 sebesar 9,70% (Gambar 3). Upaya yang dilakukan untuk menekan penggunaan BBM antara lain: melalui program diversifikasi bahan bakar pembangkit dari BBM ke Non BBM (Program Percepatan Tahap 1 dan 2); larangan pembangunan pembangkit baru yang menggunakan BBM dan mendorong pengembangan pembangkit tenaga listrik dari energi terbarukan, salah satunya melalui kebijakan Feed in Tariff.

Dalam rangka mengurangi konsumsi BBM secara nasional termasuk BBM pada pembangkitan tenaga listrik, Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Menteri ESDM NO. 25 Tahun 2013 tentang tentang Perubahan atas Permen ESDM Nomor 32 Tahun 2008 tentang Penyediaan, Pemanfaatan, dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain. Berdasarkan Peraturan tersebut, pembangkit tenaga listrik yang masih menggunakan BBM wajib menggunakan bahan bakar nabati sebagai campuran BBM, pada tahun 2013 minimal 7,5% untuk biodiesel dan 1% untuk minyak nabati murni. Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan mempunyai tugas untuk melakukan pembinaan dan pengawasan pelaksanaan mandatori pemanfaatan BBN untuk pembangkit tenaga listrik milik PLN. Ditjen Ketenagalistrikan mendorong PLN melakukan upaya-upaya dalam rangka implementasi mandatori pemanfaatan BBN, yaitu: • Telah melakukan ujicoba penggunaan biodiesel

pada PLTD hingga komposisi 100% biodiesel. • Telah melakukan ujicoba penggunaan PPO pada PLTD hingga kandungan 80% PPO dan 20% HSD. • Sedang melakukan ujicoba penggunaan PPO pada PLTG BPPT dan PLTG Pauhlimo Padang (bekerja sama dengan BPPT).

• Merencanakan ujicoba penggunaan biodiesel di PLTG Tello Makassar.

• Memanfaatkan campuran biodiesel-HSD yang dipasok oleh Pemasok Utama pada PLTD.

• Memanfaatkan campuran PPO-HSD pada PLTD. • Melakukan negosiasi dengan Pemilik Pembangkit

Sewa untuk penggunaan minyak nabati. • Menyusun standarisasi peralatan tambahan yang dibutuhkan untuk pengoperasian mesin pembangkit menggunakan minyak nabati.

• Menghubungi produsen-produsen minyak nabati untuk kerjasama jangka panjang.

5. Susut Jaringan Di dalam suatu sistem tenaga listrik terdapat

suatu faktor yang dinamakan faktor rugi rugi atau susut jaringan. Susut jaringan ini dapat ditemui

di berbagai tempat pada jaringan tenaga listrik, mulai dari pembangkitan, transmisi, sampai dengan

kepada distribusi kepada konsumen. Susut jaringan merupakan kehilangan energi listrik pada proses

penyaluran tenaga listrik yang sifatnya tidak dapat dihindari, namun dapat diminimalkan terutama

susut yang disebabkan oleh masalah non teknis. Besar kecilnya susut jaringan mencerminkan efisiensi dalam pengelolaan penyaluran tenaga listrik. Semakin kecil susut jaringan, semakin tinggi efisiensi penyaluran tenaga listrik dan sebaliknya. Dengan susut yang kecil, berarti semakin sedikit energi listrik yang hilang dan semakin banyak energi listrik yang dapat disalurkan/dijual kepada konsumen.

Pemerintah bersama PT PLN (Persero) terus berupaya agar susut jaringan ini dapat diminimalkan dengan melakukan upaya-upaya perbaikan jaringan tenaga listrik dan investasi pembangunan sarana ketenagalistrikan. Upaya yang dilakukan Pemerintah

dalam menurunkan susut jaringan cukup berhasil, ini tampak dari data realisasi susut jaringan yang

menurun dari tahun ke tahun. Pada tahun 2012 Susut Jaringan berada pada angka 9,24%, dan pada tahun 2013 dapat diturunkan lagi pada angka 9,05%. Upaya-upaya yang telah dan akan dilakukan secara berkelanjutan dalam rangka menekan susut

jaringan antara lain: meningkatkan kualitas jaringan distribusi; penambahan trafo distribusi sisipan

baru; meningkatkan penertiban pemakaian listrik, termasuk Penerangan Jalan Umum dan pemakaian

listrik ilegal; dan mendorong penggunaan listrik prabayar. Selain itu, untuk mendukung upaya

penurunan susut jaringan, Direktur Jenderal

Gambar Perkembangan Energy Mix Pembangkit Tenaga Listrik

DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN

Gambar Realisasi susut jaringan PT PLN (Persero)

Ketenagalistrikan telah menerbitkan Peraturan Dirjen Pada tahun 2013 dilaksanakan penyesuaian tarif Ketenagalistrikan Nomor 1257 K/20/DJL.3/2013 tenaga listrik secara bertahap sesuai dengan

tentang Tata Cara Permohonan dan Penetapan Peraturan Menteri ESDM Nomor 30 Tahun 2012 Realisasi Susut Jaringan Tenaga Listrik pada PT PLN tentang Tarif Tenaga Listrik Yang Disediakan Oleh (Persero).

PT PLN (Persero). Pada akhir tahun 2013 terdapat

4 (empat) golongan tarif yang diterapkan tarif

6. Penyesuaian Tarif Tenaga Listrik dan Subsidi Listrik non subsidi yaitu golongan pelanggan Rumah

Tangga Besar (R-3 daya 6.600 VA ke atas), golongan Untuk dapat mewujudkan subsidi listrik yang pelanggan Bisnis Menengah (B-2 daya 6.600 VA s.d tepat sasaran dengan menentukan jenis golongan 200 kVA), golongan pelanggan Bisnis Besar (B-3 pelanggan yang seharusnya mendapatkan subsidi daya di atas 200 kVA), dan golongan pelanggan listrik dan memisahkan dengan pelanggan yang Kantor Pemerintah Sedang (P-1 daya 6.600 VA s.d mampu. Kondisi saat ini, seluruh golongan pelanggan 200 kVA). Untuk keempat golongan pelanggan tarif mendapatkan subsidi listrik. Kedepannya nanti non subsidi tersebut pada tahun 2014 direncanakan diharapkan subsidi listrik dapat diberikan hanya akan diterapkan tarif adjustment yang dilakukan

untuk golongan pelanggan yang tidak mampu. dengan mengacu pada perubahan indicator Untuk mengendalikan besaran subsidi listrik, ekonomi makro yaitu Kurs, ICP dan inflasi. Pemerintah bersama PT PLN (Persero) melakukan langkah-langkah upaya penurunan Biaya Pokok Semenjak berlakunya kebijakan subsidi diperluas, Penyediaan (BPP) Tenaga Listrik. Tarif Tenaga Listrik alokasi anggaran dan realisasi subsidi listrik sangat (TTL) disesuaikan secara bertahap menuju harga berfluktuasi dan cenderung meningkat. Akibatnya, keekonomian.

komposisi subsidi listrik dari total subsidi dalam APBN mengalami peningkatan dan menjadi salah

Sedangkan untuk

efektifitas satu penyebab berkurangnya ruang fiskal. Kenaikan pemberian subsidi listrik kepada pelanggan yang harga bahan bakar yang melampaui harga normal

meningkatnya

tidak mampu yaitu seiring meningkatnya Biaya Pokok seperti kejadian tahun 2008 mengakibatkan Penyediaan tiap tahunnya, maka subsidi listrik bagi pembengkakan subsidi yang cukup besar sehingga semua golongan akan meningkat tapi kedepannya menimbulkan risiko kerentanan fiscal sustainability. nanti pemberian subsidi listrik hanya akan diberikan Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur kepada pelanggan yang tidak mampu sehingga bagi melalui pencapaian indikator kinerja sasaran yang pelanggan mampu akan diterapkan tarif sesuai dikembangkan dari indikator kinerja program/ dengan harga biaya pokok penyediaannya. Dengan kegiatan rencana kinerja tahun 2013. adanya pemberian subsidi listrik bagi pelanggan Tahun 2013 sesuai dengan APBN-P besaran yang tidak mampu, maka subsidi dapat dikurangi subsidi listrik ditargetkan sebesar Rp 87,24 triliun.

dan menjadi nilai tambah untuk kesejahteraan Subsidi listrik diberikan kepada pelanggan dengan masyarakat.

golongan tarif yang HJTL (Harga Jual Tenaga Listrik)

26 | CAPAIAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN TAHUN 2013

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

rata-ratanya lebih rendah dari BPP (Biaya Pokok

7. Konsumsi Energi Listrik

Penyediaan) tenaga listrik. formula perhitungan subsidi saat ini adalah berdasarkan biaya pokok Tenaga listrik merupakan salah satu faktor yang penyediaannya, sementara pengendalian biaya menentukan untuk mencapai sasaran pembangunan didasarkan dibagi ke dalam allowable dan non- nasional dan penggerak roda perekonomian negara. allowable.

Hal ini menyebabkan permintaan akan tenaga listrik yang terus meningkat. Pertambahan jumlah

Komponen BPP (Allowable cost) penduduk, pertumbuhan ekonomi, perkembangan

1. pembelian tenaga listrik termasuk sewa industri, kemajuan teknologi, dan meningkatnya pembangkit

standar kenyamanan hidup di masyarakat telah

2. biaya bahan bakar menyebabkan konsumsi energi listrik terus

3. biaya pemeliharaan, meliputi material dan jasa meningkat. borongan

4. biaya kepegawaian Konsumsi energi listrik meningkat dari tahun ke

5. biaya administrasi tahun. Pada tahun 2013 konsumsi listrik mencapai

6. penyusutan atas aktiva tetap operasional 188 TWh dimana masih didamoniasi oleh sektor

7. beban bunga dan keuangan yang digunakan Rumah Tangga sebesar 41%, Industri 34%, Komersial untuk penyediaan tenaga listrik

19%, dan Publik 6%.

Tidak Termasuk Komponen BPP (Non Allowable cost)

1. Biaya-biaya penyediaan tenaga listrik untuk

188

daerah-daerah yang tidak mengenakan Tarif Dasar 174 Listrik (TDL) 158

147

2. Beban usaha pada unit penunjang yaitu jasa

121 129 134

penelitian dan pengembangan, jasa sertifikasi, jasa 107 engineering, jasa dan produksi, jasa manajemen 113 100

konstruksi serta jasa pendidikan dan latihan 91

79 85 87

3. Biaya tidak langsung seperti pemeliharaan wisma

64 65 71

50 dan rumah dinas, pakaian dinas, asuransi pegawai, 57 perawatan kesehatan pegawai, penyisihan piutang

ragu-ragu, penyisihan material dan lain-lain

95 96 97 98 99 0 0 0 1 2 0 0 3 04 05 06 07 08 09 1 0 1 1 2 1 1 Realisasi subsidi listrik dari tahun 2003 sampai 3

19 19 19 19 19 0 2 0 2 0 2 0 2 20 20 20 20 20 20 2 0 2 0 2 0 2 0

dengan tahun 2013 terlihat pada tabel dibawah ini :

Gambar Konsumsi Energi Listrik

Tahun BPP Rata-

TTL Rata-Ra- SUBSIDI

Rata

ta (Rp/kWh) (Triliun Rp)

8. Penangan Pengaduan Konsumen Listrik dan Tingkat Mutu Pelayanan Tenaga Listrik

Pelayanan publik merupakan serangkaian aktivitas

2005 710

yang dilakukan pemerintah beserta aparaturnya 2006 kepaa masyarakat dalam mewujudkan peningkatan 934 622 33,90 kualitas kehidupan masyarakat sekaligus

memberikan kepuasan kepada masyarakat yang

dilayani. Sebagai salah satu bentuk tanggung jawab

pemerintah kepada masyarakat, sudah tentunya suatu pelayanan publik yang diselenggarakan

pemerintah harus mencakup seluruh masyarakat

yang memebutuhkannya dan yang paling penting

lagi adalah bagaimana masyarakat dapat merasakan kepuasan dari layanan yang diberikan kepada

Dalam Undang–Undang Nomor 30 Tahun 2009

CAPAIAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN TAHUN 2013 | 27

28 |

CAPAIAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN TAHUN 2013

DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN tentang Ketenagalistrikan diatur ketentuan bahwa

pemegang izin usaha untuk penyediaan tenaga listrik (termasuk PT PLN) dalam melaksanakan usahanya, wajib menyediakan tenaga listrik yang memenuhi standar mutu dan keandalan serta memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada konsumen dan masyarakat. Untuk mendukung tingkat kepuasan masyarakat dalam pelayanan bidang ketenagalistrikan, pemerintah melalui Peraturan Menteri ESDM No. 09 Tahun 2011 tentang Ketetntuan Pelaksanaan Tarif Tenaga Listrik yang Disediakan oleh Perusahaan Perseroan(Persero) PT Perusahaan Listrik Negara telah menetapkan 13 Indikator Tingkat Mutu Pelayanan (TMP) Tenaga Listrik PT PLN (Persero) . Indikator TMP tersebut meliputi:

NO INDIKATOR

SATUAN

1 Tegangan Tinggi di titik pemakaian

(kV)

2 Tegangan Menengah di titik pemakaian

(kV)

3 Tegangan Rendah di titik pemakaian

(volt)

4 Frekuensi di titik pemakaian

(hertz)

5 Lama gangguan per pelanggan

(jam/ bulan)

6 Jumlah gangguan per pelanggan

(kali/bulan)

7 Kecepatan pelayanan sambungan baru TM (hari kerja) 8 Kecepatan pelayanan sambungan baru TR (hari kerja) 9 Kecepatan pelayanan perubahan daya TM (hari kerja)

10 Kecepatan pelayanan perubahan daya TM (hari kerja) 11 Kecepatan menanggapi pengaduan

pelanggan

(jam)

12 Kesalahan pembacaan kWh meter

(kali/ triwulan/ pelanggan

13 Waktu koreksi kesalahan rekening

(hari kerja)

PLN sebagai Pemagang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik wajib mendeklarasikan nilai-nilai TMP yang telah ditetapkan. Pendeklarasian nilai TMP dimaksudkan agar unit pelayanan PT. PLN (Persero) dapat menyampaikan kepada masyarakat, khususnya konsumennya, akan tingkat mutu pelayanan yang telah dan akan dapat diberikan. Sebaliknya, konsumen dapat mengantisipasi dan memantau pelayanan PLN sesuai dengan ketetapan/komitmen yang dijanjikan/dideklarasikan. Selain itu PLN juga wajib memberikan kompensasi berupa pengurangan tagihan listrik kepada konsumen sebesar 10% dari biaya beban atau rekening minimum bilamana realisasi TMP untuk indikator lama gangguan; jumlah gangguan; kesalahan pembacaan kWh meter; kecepatan pelayanan perubahan daya tegangan rendah; dan waktu koreksi kesalahan rekening melebihi 10% di atas nilai TMP yang telah

ditetapkan oleh Dirjen Ketenagalistrikan. Dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 15

ayat (1) Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 09 Tahun 2011 dimana diatur bahwa nilai tingkat mutu pelayanan ditetapkan oleh Direktur Jenderal Ketenagalistrikan setiap awal tahun dengan memperhatikan usulan Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara,

pada tanggal 30 Desember 2013 telah dikeluarkan Keputusan Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Nomor 1293-K/23/DLB.5/2013 tentang Nilai Tingkat Mutu Pelayanan Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara Tahun 2014. Nilai Tingkat Mutu Pelayanan ditetapkan untuk 3 wilayah PT PLN (Persero), yaitu Direktorat Operasi Indonesia Barat, Direktorat Operasi Jawa Bali Sumatera Unit Sumatera dan Direktorat Operasi Jawa Bali Sumatera Unit Jawa Bali.

Selain itu, Direktorat Jenderal Ketengalistrikan juga menangani pengaduan konsumen listrik yang disampaikan melalui media pengaduan. Jumlah pengaduan konsumen yang telah difasilitasi pad

atahun 2013 sebanyak 38 (tiga puluh delapan) pengaduan yang terdiri dari berbagai jenis

pengaduan, antara lain:

a. Pelayanan petugas PT.PLN (Persero) yang tidak memuaskan;

b. Gangguan,

pemadaman

listrik, voltase tidakstabil;

c. Permohonan pasang baru, tambah/turun daya;

d. Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik (P2TL);

e. Penerapan tarif listrik;

f. Pencatatan Meter Pelanggan;

g. Listrik Pra Bayar;

h. Sarana Prasarana (tiang listrik miring, payment point berjubel).

CAPAIAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN TAHUN 2013 | 29

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan membuka sarana pengaduan bagi pelanggan dan masyarakat melalui:

a. Pengaduan langsung ke Kantor Ditjen Ketenagalistrikan cq. Subdit Perlindungan Konsumen Listrik;

b. Menyediakan PO Box 220 JKTM;

c. Melalui email : Perlinkonlis@djlpe.esdm.go.id;

d. Malalui facsimile/Telepon (021) 5277139;

e. Melalui surat pembaca di media cetak nasional.

9. Sosialisasi, Bimibingan Teknis dan Seminar Bidang Pengusahaan Tenaga Listrik

Pemahaman para stakeholders yaitu masyarakat sebagai konsumen ataupun sebagai pengguna tenaga listrik, badan usaha selaku entitas pelaku usaha penyediaan tenaga listrik, pemerintah daerah dan instansi pemerintah lainnyaperlu terus ditingkatkan sebagai antisipasi timbulnya berbagai masalah dalam kegiatan usaha penyediaan tenaga listrik. Dalamkaitan hal tersebut, Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan melalui Direktorat Pembinaan Pengusahaan Ketenagalistrikan pada tahun 2013 telah menyelenggarakan berbagai macam kegiatan yaitu sosialisasi, seminar, bimbingan teknis, forum group discussion sebagai upaya untuk menyamakan persepsi terkait kegiatan usaha penyediaan tenaga listrik, mencari solusi permasalahan-permasalahan dalam kegiatan usaha penyediaan tenaga listrik dan juga mencari terobosan-terobosan dalam mempercepat pengembangan usaha penyediaan tenaga listrik. Kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan antara lain:

1. Kegiatan sosialisasi kebijakan pelayanan di bidang ketenagalistrikan (2 lokasi: Yogyakarta dan Cirebon)

2. b. Sosialisasi peningkatan pemahaman masyarakat di bidang pemanfaatan tenaga listrik (di 5 lokasi: Sorong (Propinsi Papua Barat), Kota Palu (Propinsi Sulawesi Tengah), Kota Bangka (Propinsi Bangka Belitung), Kota Banda Aceh (Propinsi Aceh) dan Kota Bandar Lampung (Propinsi Lampung))

3. Seminar “Pemanfaatan Bersama Jaringan Tenaga Listrik (Power Wheeling) Dalam Rangka Pengembangan Bisnis Usaha Penyediaan Tenaga Listrik” di Surabaya

C. Bidang Keteknikan dan Lingkungan Ketenagalistrikan

1. Standarisasi Bidang Ketenagalistrikan

1.1 Perumusan RSNI Sasaran standardisasi bidang ketenagalistrikan adalah untuk menghasilkan produk dan jasa bidang ketenagalistrikan yang baik dan bermutu antara lain melalui ketersediaan standar yang memadai serta harmonisasi standar regional maupun internasional. SNI (Standar Nasional Indonesia) bidang ketenagalistrikan dapat meningkatkan dan menambah keunggulan kompetitif produk dan jasa bidang ketenagalistrikan dalam persaingan perdagangan global, keandalan dan mutu penyaluran energi listrik dan tercapainya keselamatan ketenagalistrikan sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Sebagai instansi teknis di bidang ketenagalistrikan, salah satu tugas Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan adalah melaksanakan kebijakan perumusan dan penerapan standar ketenagalistrikan. Untuk memenuhi ketersediaan SNI bidang ketenagalistrikan, Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan bekerjasama dengan Badan Standardisasi Nasional (BSN) dalam merumuskan Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) dan menjadi sekretariat panitia teknis bidang ketenagalistrikan sebagai perpanjangan tangan dari Badan Standardisasi Nasional. Saat ini Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan mengelola dan memfasilitasi 15 panitia teknis ketenagalistrikan yang merumuskan SNI dalam berbagai sub bidang ketenagalistrikan. Untuk Tahun 2013, sesuai dengan Program Nasional Perumusan Standar (PNPS), Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan melalui Direktorat Teknik dan Lingkungan Ketenagalistrikan telah merumuskan

24 Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) bidang ketenagalistrikan yang merupakan hasil

rumusan 15 Panitia Teknis Perumusan SNI di Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan. Perumusan

tersebut telah ditindaklanjuti dengan pelaksanaan forum Konsensus dengan hasil:

• Sebanyak 23 (dua puluh tiga) RSNI-2 disetujui

menjadi RSNI-3 untuk diusulkan penetapannya menjadi SNI, dengan rincian sebagaimana pada Tabel 4.1.

• Sebanyak 1 (satu) RSNI-2 tidak disetujui menjadi

RSNI-3, yaitu RSNI tentang Meter Listrik - Sistem Pembayaran - Bagian 41: Spesifikasi Standar Transfer (STS) - Aplikasi lapisan protokol untuk satu arah sistem pembawa token, karena anggota Panitia Teknis belum sepakat atas sejumlah ketentuan teknis dalam RSNI-2 tersebut. Oleh karena itu, RSNI-2 tersebut memerlukan pembahasan lebih lanjut dan diusulkan untuk masuk dalam PNPS Tahun 2014.

DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN Selain 23 RSNI tersebut, atas permintaan dan

4 Pemutus sirkit arus sisa IEC 61008-

fasilitasi Badan Standardisasi Nasional (BSN), Panitia

tanpa proteksi arus lebih 2-2

Teknis Bidang Ketenagalistrikan juga melakukan

terpadu untuk pemaka- ed 1.0 ian rumah tangga dan se-

adopsi IEC terhadap 8 (delapan) RSNI bidang (1990-12) ketenagalistrikan, yang diperlukan dalam rangka jenisnya (RCCB) - Bagian

2-2: Penerapan persyara-

harmonisasi standar ASEAN. Hasil adopsi IEC

tan umum RCCB yang

terhadap rumusan 8 RSNI tersebut telah mendapat

berfungsi tergantung dari

persetujuan dalam forum Konsensus menjadi RSNI- tegangan saluran

3 untuk diusulkan penetapannya menjadi SNI (Tabel 4.2). Dengan demikian, secara keseluruhan hasil Residual current oper-

ated circuit-breakers

perumusan Rancangan Standar Nasional Indonesia

without integral over-

(RSNI) bidang ketenagalistrikan pada tahun 2013

current protection for household and similar

sebanyak 31 RSNI.

uses (RCCB’s). Part 2-2: ICS

Applicability of the

Tabel RSNI Program Nasional Perumusan Standar (PNPS)

general rules to RCCB’s

functionally dependent on line voltage

untuk Ditetapkan Menjadi SNI

Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Tahun Anggaran 2013

5 Insulasi

Seleksi dan dimensi

Revisi IEC/TS

dari insulator tegangan SNI 60815-1 NO

PANTIs JUDUL RsNI

sTA-

ACUAN/ICs

Listrik

TUs

(PTIS) PT

tinggi yang dimaksudkan 7611: ed 1.0 untuk digunakan dalam

(1) 2011 (2) (3) (4) (5) 29-03 (2008-10) kondisi berpolusi - Bagian 1 Istilah

1: Definisi, informasi dan Teknik

Kosakata elektroteknik –

Baru

IEC 60050-

prinsip-prinsip umum Ketenagalis- dan proteksi terhadap

Bagian 195: Pembumian

195 Ed 1.0

Selection and dimen- trikan (PTIT) kejut listrik

(1998-08)

sioning of high-voltage PT 01-02

insulators intended for ICS International Electro-

use in polluted condi- 29.080.10 technical Vocabulary

tions - Part 1: Definitions, – Part 195: Earthing

ICS

information and general and protection against

principles

electric shock 6 Seleksi dan dimensi dari

Baru IEC/TS 2 Sistem

insulator tegangan tinggi 60815-2 Ketenagalis- diberikan oleh selungkup

Tingkat proteksi yang

Revisi

IEC 60529

yang dimaksudkan untuk ed 1.0 trikan (PTSK) (Kode IP)

SNI 04-

Ed 2.1

digunakan dalam kondisi (2008-10) PT 29-01

Consol. with

berpolusi - Bagian 2: In- Degrees of protection

am1

sulator keramik dan kaca provided by enclosures

(2001-02)

untuk sistem a.b.

Selection and dimension- 3 Perleng-

(IP Code)

ICS 29.020

IEC 61439-3 ing of high-voltage insula- kapan dan

tors intended for use in ICS Sistem Pro-

Rakitan perlengkapan

Baru

polluted conditions - Part 29.080.10 teksi Listrik

hubung bagi dan kendali

ed 1.0

– Bagian 3: Papan panel

yang dimaksudkan untuk 2: Ceramic and glass insu- (PTSP) PT

(2012-02)

dioperasikan oleh orang lators for a.c. systems 29-02

biasa

Ter- IEC/TR Low-voltage switchgear

7 Jaringan

Kinerja Arus Searah

Tegangan Tinggi (ASTT) jema- 60919-3 and controlgear assem-

Trans-

Sistem dengan konverter han ed 2.0 blies - Part 3: Distribution

ICS

misi dan

saluran terkomutasi – Cover- (2009-10) boards intended to be

Distribusi

Bagian 3: Kondisi dinamis sheet operated by ordinary

Tenaga Lis-

Performance of high- RSNI 4 persons (DBO)

trik (PTTD)

PT 29-04

voltage direct current IEC/TR (HVDC) systems with

60919-3 ICS line-commutated con-

29.240.99 verters - Part 3: Dynamic conditions

30 | CAPAIAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN TAHUN 2013

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

Baru IEC 60034- tor

8 Transforma- Transformator tenaga

Revisi

IEC 60076-2

14 Mesin Listrik Mesin listrik berputar

2-2 (PTTR) PT

– Bagian 2 : Kenaikan

- Bagian 2-2: Metode

ed. 1.0 29-05

suhu pada transformator

6954.2- (2011-02)

PT 29-09

khusus untuk menen-

(2010-03) Power transformers

terendam cairan

tukan loses terpisah

ICS 29.180

pada mesin besar dari

- Part 2: Temperature uji – Penambahan SNI IEC rise for liquid-immersed

60034-2-1

transformers

Rotating electrical ma-

chines - Part 2-2: Specific ICS 29.160 Keandalan

9 Instalasi dan Atmosfer gas ledak

Baru

IEC 60079-17

– Bagian 17: Inspeksi

ed 4.0

methods for determin-

Ketenagalis- instalasi listrik dan peme-

(2007-08)

ing separate losses of

trikan liharaan

large machines from

(PTIK) PT Explosive atmospheres tests - Supplement to IEC 29-06

- Part 17: Electrical instal-

60034-2-1

ICS

lations inspection and

maintenance

Baru IEC 60034-4 10 Kabel dan

15 Mesin listrik berputar -

Bagian 4: Metode untuk ed. 3.0 Konduktor

(2008-05) Listrik

Kabel berinsulasi karet

Baru

IEC 60245-4

menentukan kuantitas

pai dengan 450/750 V mesin sinkron dari uji (2011-09) (PTKK) PT

tegangan pengenal sam-

ed 3.0

Bagian 4 : Kabel kord dan 29-07

fleksibel

Rotating electrical ma-

chines - Part 4: Methods ICS 29.160 - Rated voltages up to

Rubber insulated cables

for determining synchro- and including 450/750 V -

ICS

nous machine quantities Part 4: Cords and flexible

from tests

cables 11 Lengkapan

16 Keselama-

Pegangan dan kap lampu Baru IEC 60061-1

Ed. 3.4 (PTLK)

Tusuk kontak dan kotak

Revisi

IEC 60884-1

tan Peman-

yang menyatu dengan

Listrik kontak untuk keperluan

SNI IEC

pengukur kontrol pertu- 60884-1 Consol with

ed3.1 Consol

rumah tangga dan sejenis

with am 1

faat Tenaga

karan dan keselamatan – amd. 1-4 PT 29-08

– Bagian 1: Persyaratan

(2006-07)

Listrik

(2005-01) Plugs and socket-outlets

umum

(PTSM) PT

Bagian 1 : Kap lampu

13-02

Lamp caps and holders

purposes - Part 1: Gen- together with gauges for 91.140.50 ICS

for household and similar

ICS

eral requirements 29.140.10

the control of inter-

changeability and safety - Part 1: Lamp caps

17 Pegangan dan kap lampu Baru IEC 60061-2

12 Tusuk kontak dan kotak

Ed. 3.4 luan rumah tangga dan

Baru

IEC 60884-

yang menyatu dengan

kontak untuk keper-

2-1 ed. 2.0

pengukur kontrol pertu- (2006-10) Consol with

amd. 1-4 sejenis –

karan dan keselamatan

(2005-01) khusus untuk tusuk

– Bagian 2 : Pegangan

Bagian 2-1: Persyaratan

lampu Lamp caps and holders

sekering Plugs and socket-outlets

ICS

together with gauges for ICS

for household and similar 29.140.10

the control of inter-

purposes - Part 2-1: changeability and safety Particular requirements - Part 2: Lampholders

for fused plugs

18 Turbin listrik Turbin hidrolik,

Revisi IEC 60609

pompa penyimpanan dan SNI 04- ed1.0 13 Tusuk kontak dan kotak

(PTTB) PT

pompa-turbin – Evaluasi 1706- (2004-11) kontak untuk keper-

lubang kavitasi – Bagian 1989 luan rumah tangga dan

2-2 ed. 2.0

(2006-10)

1: Evaluasi pada turbin

sejenis –

reaksi, pompa penyim-

Bagian 2-2: Persyaratan panan dan pompa-turbin khusus kotak kontak untuk peranti

Hydraulic turbines, stor- age pumps and pump-

ICS 27.140 Plugs and socket-outlets

ICS

turbines - Cavitation

for household and similar

pitting evaluation - Part

purposes - Part 2-2: 1: Evaluation in reaction Particular requirements

turbines, storage pumps for socket-outlets for

and pump-turbines

appliances

CAPAIAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN TAHUN 2013 | 31

DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN

19 Pengujian Arester surja - Bagian 5:

Revisi

IEC 60099-5

Tabel RSNI adopsi IEC Program fasilitasi BSN 2013 untuk

tegangan Rekomendasi pemilihan

SNI 04-

ed1.1

Ditetapkan Menjadi SNI

tinggi dan dan penerapan

6289.5- Consol with

Judul RsNI yang Difasilitasi standar 19-03

(PTUP) PT

(2000-03)

NO

Kode PT

Surge arresters - Part 5:

Internasional Selection and application

ICS

yang diadopsi recommendations

1 Perlengkapan Sekering voltase rendah –Bagian IEC 60269-1, 20 Persyaratan

1: Persyaratan umum Ed.4.0 Umum

IEC 60364-4-

dan Sistem

(2006-11) Instalasi

Instalasi listrik tegangan

Aman-

rendah – Bagian 4-42:

42 ed3.0

Proteksi Lis-

“Low-voltage fuses – Part 1: Listrik

demen

Proteksi keselamatan –

PUIL

(2010-10)

trik (PTSP)

General requirements” (PUIL)

Proteksi terhadap efek

ICS

PT 29-02

2 Gawai proteksi arus sisa dengan IEC 61009-1, PT 91-03

proteksi arus lebih terpadu Ed.3.1 installations - Part 4-42:

Low-voltage electrical

4-42

untuk pemakaian rumah tangga (2012-04) Protection for safety

dan sejenis (RCBO) – Bagian 1: - Protection against

thermal effects Aturan umum 21 Instalasi listrik tegangan

“Residual current operated rendah – Bagian 5-54:

Aman-

IEC 60364-5-

circuit-breakers with integral Pemilihan dan pemasan-

demen

54 ed3.0

overcurrent protection for gan peralatan listrik –

PUIL

(2011-03)

household and similar uses (RC- Pengaturan pembumian

BOs) – Part 1: General rules” dan konduktor pelindung 5-54

Bagian

3 Gawai proteksi arus sisa dengan IEC 61009-2-1, Low-voltage electrical

ICS

proteksi arus lebih terpadu Ed.1.0 installations - Part 5-54:

untuk pemakaian rumah tangga (1991-07) Selection and erection

dan sejenis (RCBO) – Bagian of electrical equipment

2-1: Penerapan aturan umum - Earthing arrangements

untuk RCBO yang berfungsi tak and protective conduc-

tergantung dari voltase lin tors

22 Meter Listrik Meter listrik - Sistem

“Residual current operated (PTML)

Tejema- IEC 62055-31

circuit-breakers with integral PT 17-03

Edition 1.0

overcurrent protection for Meter pembayaran statis

pembayaran - Bagian

han

31: Persyaratan khusus -

Cover-

(2005-09)

household and similar uses untuk energi aktif (kelas

(RCBOs) – Part 2-1: Applicability 1 dan 2)

of the general rules to RCBO’s Electricity metering - Pay- 31 functionally independent of line

ment systems - Part 31:

ICS

voltage”

Particular requirements

- Static payment meters 4 Gawai proteksi arus sisa dengan IEC 61009-2-2, for active energy (classes

proteksi arus lebih terpadu Ed.1.0 1 and 2)

untuk pemakaian rumah tangga (1991-07) dan sejenis (RCBO) – Bagian 2-2:

Penerapan aturan umum untuk Pembayaran - Bagian

23 Meter listrik - Sistem

Tejema- IEC 62055-51

RCBO yang berfungsi tergantung 51: Spesifikasi Standar

dari voltase lin

Transfer (STS) - pro-

sheet

tokol lapisan fisik untuk

“Residual current operated numerik satu arah dan

SNI IEC

circuit-breakers with integral kartu magnetik pembawa

51 overcurrent protection for token

household and similar uses Electricity metering -

(RCBOs) – Part 2-2: Applicability Payment systems - Part

of the general rules to RCBO’s 51: Standard transfer

functionally dependent of line specification (STS) -

Physical layer protocol for one-way numeric

Perkakas listrik genggam diop- IEC 60745-2-1, and magnetic card token

5 Keselamatan

erasikan motor – Keselamatan Ed.2.0 carriers

Pemanfaat

Tenaga Listrik

– Bagian 2-1: Persyaratan khusus (2003-01)

(PTSM)

untuk bor dan bor tumbuk

PT 13-02

“Hand-held motor-operated electric tools – Safety - Part 2-1:

Particular requirements for drills and impact drills”

32 | CAPAIAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN TAHUN 2013

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

lingkungan hidup dan atau pertimbangan ekonomis,

6 Perkakas listrik genggam diop-

IEC 60745-2-3,

erasikan motor – Keselamatan

Ed.2.0 instansi teknis dapat memberlakukan secara wajib

– Bagian 2-3: Persyaratan khusus (2006-02)

sebagaian atau keseluruhan spesifikasi teknis dan

untuk gerinda, pemoles dan ampelas jenis cakram

atau parameter dalam Standar Nasional Indonesia.

Sampai dengan tahun 2013, telah diberlakukan

“Hand-held motor-operated

electric tools – Safety - Part

SNI wajib produk bidang ketenagalistrikan meliputi

2-3: Particular requirements for

produk Sakelar, Tusuk-kontak dan Kotak-kontak,

grinders, polishers and disk-type sanders”

Pemutus sirkit (MCB), Kipas angin, Balast elektronik, luminer dan RCCB.

7 Perkakas listrik genggam diop-

IEC 60745-2-4,

erasikan motor – Keselamatan

Ed.2.0 2. Sertifikasi Tenaga Teknik Bidang Ketenagalistrikan

– Bagian 2-4: Persyaratan khusus (2002-07) untuk ampelas dan pemoles selain jenis cakram

Sertifikasi kompetensi terhadap tenaga kerja di sektor ketenagalistrikan bertujuan untuk mewujudkan

“Hand-held motor-operated

tenaga teknik yang memiliki kompetensi. Tenaga

electric tools – safety - Part

tenik ketenagalistrikan yang kompeten diperlukan

2-4: Particular requirements for sanders and polishers other

dalam mendukung terpenuhinya ketentuan

keselamatan ketenagalistrikan sebagaimana yang tercantum pada Pasal 44 ayat (6) Undang-Undang

than disk type”

Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan

8 Perkakas listrik genggam diop-

IEC 60745-2-5,

erasikan motor – Keselamatan

Ed.5.0 dan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012

– Bagian 2-5: Persyaratan khusus (2010-07)

Tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik

untuk gergaji bundar “Hand-held motor-operated

Pasal 47 ayat (1) yang menyatakan bahwa Setiap

electric tools – Safety - Part

tenaga teknik dalam usaha ketenagalistrikan wajib

2-5: Particular requirements for

memiliki sertifikat kompetensi.

circular saws”

Capaian terhadap target sertifikat kompetensi terpenuhi sebanyak 2949 dari target 2293 sertifikat yaitu sebesar 2949 (orang) yang telah tersertifikasi (memiliki sertifikat Kompetensi) berdasarkan bidang

1.2. Pengawasan Pemberlakukan Standar Nasional pekerjaan tenaga teknik sampai dengan tahun 2013 Indonesia (SNI) Wajib Ketenagalistrikan

dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut :

Tabel Jumlah Sertifikasi Kompetensi

NO

Kompetensi Sertifikat

Jumlah Sertifikasi

Tenaga Teknik (Bidang)

s.d. 2007

1427 1519 1167 Tenaga Listrik 1307 2 Transmisi

1 Pembangkitan

12 0 80 Tenaga Listrik 120

415 968 966 Tenaga Listrik 755 4 Instalasi

91 123 216 Pemanfaatan 111 Tenaga Listrik

Penerapan standardisasi peralatan dan pemanfaat di bidang ketenagalistrikan diperlukan sesuai dengan UU

3. Perumusan Standar kompetensi tenaga teknik No. 30 Tahun 2009 tentang ketenagalistrikan, Pasal ketenagalistrikan

44 Ayat (5) ditetapkan bahwa setiap peralatan dan pemanfaat tenaga listrik wajib memenuhi ketentuan Untuk mewujudkan tersedianya tenaga teknik

Standar Nasional Indonesia (SNI) dan secara bertahap ketenagalistrikan yang kompeten dalam usaha sesuai dengan skala prioritas serta berdasarkan ketenagalistrikan diperlukan: Peraturan Pemerintah Nomor 102 Pasal 12 Ayat (3) • pelaksanaan sertifikasi kompetensi tenaga teknik yaitu Dalam hal Standar Nasional Indonesia berkaitan

ketenagalistrikan

dengan kepentingan keselamatan, keamanan, • pendidikan dan pelatihan tenaga teknik kesehatan masyarakat atau pelestarian fungsi

ketenagalistrikan,

CAPAIAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN TAHUN 2013 | 33

DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN • tersedianya standar kompetensi tenaga teknik

Tabel

ketenagalistrikan

Rekapitulasi sertifikat laik operasi tahun 2009 – 2012 :

Dalam rangka memenuhi ketersediaan standar Jenis Instalasi Tenaga

Jumlah sertifikat

kompetensi sebagaimana dimaksud di atas maka

Panitia Teknik Perumusan Standar Kompetensi 410 sektor ketenagalistrikan sebagaimana dimaksud Instalasi Transmisi &

Direktur Jenderal Ketenagalistrikan membentuk Instalasi Pembangkit TL 146

dalam Pasal 4, Pasal 5, dan Pasal 6 Keputusan Menteri Distribusi TL

Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 2052 K/40/ 1834 MEM/2001 tentang Standardisasi Kompetensi TL

Instalasi Pemanfaatan

Tenaga Teknik Ketenagalistrikan sebagaimana

Grafik

telah diubah dengan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 15 Tahun 2007. Rekapitulasi sertifikat Laik Operasi Tenaga teknik yang bekerja pada usaha

ketenagalistrikan mencakup bidang pembangkitan, transmisi, distribusi, pemanfaatan tenaga listrik, yang keempat bidang tersebut masing-masing dapat diklasifikasikan menjadi beberapa sub bidang kompetensi, yaitu: • konsultansi dalam bidang instalasi penyediaan

tenaga listrik; • pembangunan dan pemasangan instalasi

penyediaan tenaga listrik; • pemeriksaan dan pengujian instalasi tenaga

listrik; • pengoperasian instalasi tenaga listrik; • pemeliharaan instalasi tenaga listrik;

• penelitian dan pengembangan; c. Sub Bidang Pembangunan dan Pemasangan • pendidikan dan pelatihan; sebanyak 113 unit kompetensi; • laboratorium pengujian peralatan dan d. Sub Bidang Pemeriksaan dan Pengujian sebanyak

74 unit kompetensi;

e. Sub Bidang Asesor sebanyak 126 unit kompetensi. • Sertifikasi peralatan dan pemanfaat tenaga

pemanfaat tenaga listrik;

listrik; • Sertifikasi 2. Konsep Rancangan Standar Kompetensi Bidang kompetensi tenaga teknik

Transmisi Tenaga Listrik :

ketenagalistrikan; atau • usaha jasa lain yang secara langsung berkaitan

a. Sub Bidang Pembangunan dan Pemasangan dengan penyediaan tenaga listrik; sebanyak 54 unit kompetensi;

Oleh karena itu, standar kompetensi tenaga teknik b. Sub Bidang Pemeriksaan dan Pengujian sebanyak yang disusun harus dapat memenuhi bidang dan sub

78 unit kompetensi;

c.

bidang yang dibutuhkan dalam usaha penyediaan Sub Bidang Asesor sebanyak 41 unit kompetensi.

tenaga listrik dan usaha penunjang di bidang

3. Konsep Rancangan Standar Kompetensi Bidang ketenagalistrikan.

Distribusi Tenaga Listrik :

Standar Kompetensi Tenaga Teknik Ketenagalistrikan yang dirumuskan pada tahun 2013 adalah 4 (empat)

1. Sub Bidang Pembangunan dan Pemasangan bidang Rancangan Standar Kompetensi yang dengan sebanyak 15 unit kompetensi; jumlah unit standar kompetensi sebanyak 648 unit 2.

kompetensi dengan rincian sebagai berikut : Sub Bidang Asesor sebanyak 18 unit kompetensi.

4. Konsep Rancangan Standar Kompetensi Bidang Instalasi Pemanfaatan Tenaga Listrik Sub Bidang

1. Konsep Rancangan Standar Kompetensi Bidang

Pembangkitan Tenaga Listrik: Asesor sebanyak 12 unit kompetensi;

a. Sub Bidang Pengoperasian sebanyak 39 unit kompetensi;

4. Penerapan Ketentuan Regulasi Bidang Instalasi

b. Ketenagalistrikan Sub Bidang Pemeliharaan sebanyak 78 unit kompetensi;

34 | CAPAIAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN TAHUN 2013

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

Pelaksanaan kegiatan Penerapan Ketentuan Regulasi ketenagalistrikan, Direktorat Jenderal Bidang Instalasi Ketenagalistrikan dimaksudkan Ketenagalistrikan berencana menyusun 3 (tiga) untuk memberikan penjelasan kepada stake holder konsep Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya

(perusahaan-perusahaan ketenagalistrikan, asosiasi profesi, lembaga pendidikan dan pelatihan, lembaga Mineral agar seluruh pelaksanaan kegiatan di sektor

sertifikasi serta masyarakat ketenagalistrikan) ketenagalistrikan berjalan dalam koridor yang sesuai tentang Ketentuan Regulasi Bidang Instalasi peraturan perundangan yang berlaku. Ketenagalistrikan dan penerapannya dalam bentuk

pertemuan interaktif berupa presentasi sederhana, Pada

Direktorat Jenderal tanya jawab dan diskusi yang dilakukan di beberapa kota, dengan melibatkan berbagai stakeholder yang Ketenagalistrikan merencanakan menyusun

tahun

terkait. Peraturan Menteri ESDM sebagai berikut :

5. Sertifikat laik operasi instalasi tenaga listrik

1. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Dasar pelaksanaan sertifikasi laik operasi di Mineral tentang Tata Cara Perizinan Usaha Jasa

Indonesia mengacu kepada :

Penunjang Tenaga Listrik

1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Konsep Peraturan Menteri ini mengatur ketentuan Ketenagalistrikan

mengenai tata cara perizinan untuk melakukan usaha

2. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2005 jasa penunjang tenaga listrik, berdasarkan hasil tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik.

pembahasan digabung dengan konsep Peraturan

3. Peraturan Menteri ESDM Nomor 0045 Tahun Menteri ESDM tentang Tata Cara Perizinan Usaha 2005 sebagaimana telah diubah sebagian Penyediaan Tenaga Listrik menjadi Peraturan dengan Peraturan Menteri ESDM Nomor 0046 Menteri ESDM tentang Tata Cara Perizinan Usaha tahun 2006 tentang Instalasi Ketenagalistrikan. Ketenagalistrikan.

Pemeriksaan dan pengujian instalasi tenaga listrik dilakukan terhadap instalasi yang selesai dibangun Maksud dan tujuan penyusunan konsep Peraturan dan dipasang, direkondisi, dilakukan perubahan Menteri ESDM tentang Tata Cara Perizinan Usaha kapasitas atau direlokasi.

Jasa Penunjang Tenaga Listrik, yaitu: Pemeriksaan dan pengujian di atas dilakukan baik

untuk instalasi penyediaan tenaga listrik untuk

a. Sebagai panduan dalam pelaksanaan pemberian kepentingan umum maupun untuk kepentingan

Izin Usaha Jasa Penunjang Tenaga Listrik dan sendiri dilakukan oleh lembaga inspeksi teknik yang

penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 62 telah terakreditasi dan dilaporkan kepada Dirjen/

Tahun 2012 tentang Usaha Jasa Penunjang Gubernur/Bupati sesuai kewenangannya.

Tenaga Listrik;

Sertifikat laik operasi diterbitkan apabila instalasi b. Untuk mempercepat proses pemberian Izin tenaga listrik telah dilakukan pemeriksaan dan

Usaha Jasa Penunjang Tenaga Listrik yang pengujian serta memenuhi kesesuaian standar yang

sesuai dengan Undang-Undang dan peraturan- berlaku.

peraturan di bidang ketenagalistrikan; dan Jumlah Sertifikat Laik Operasi yang sudah terbit c. Sebagai pelaksanaan reformasi birokrasi dengan sampai November tahun 2013 adalah 2875 . Hal pelayanan kepada masyarakat melalui prosedur tersebut masih memenuhi target yaitu sebesar 1200,

pemberian izin yang transparan. meskipun jumlahnya menurun dibandingkan tahun

2012 yaitu sebesar 3063. Penurunan ini disebabkan

2. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya oleh adanya beberapa pemerintah daerah yang Mineral tentang Tata Cara Akreditasi dan Sertifikasi

sudah memiliki kewenangan menerbitkan sertifikat laik operasi karena telah memiliki regulasi yang Ketenagalistrikan. cukup dan jelas.

Konsep Peraturan Menteri ini mengatur ketentuan

6. Usaha penunjang tenaga listrik mengenai tata cara akreditasi usaha jasa penunjang Dalam rangka mewujudkan keselamatan

CAPAIAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN TAHUN 2013 | 35

DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN tenaga listrik untuk Lembaga Inspeksi Teknik, listrik untuk kepentingan Telematika yang diberikan

Lembaga Sertifikasi Kompetensi, dan Lembaga kepada pemegang izin usaha penyediaan tenaga Sertifikasi Badan Usaha, serta sertifikasi Instalasi listrik atau izin operasi sebagai pemilik jaringan Tenaga Listrik, Sertifikasi Kompetensi Tenaga Teknik tenaga listrik. Ketenagalistrikan, dan Sertifikasi Badan Usaha. Maksud dan tujuan penyusunan konsep Peraturan Maksud dan tujuan penyusunan Peraturan Menteri ESDM tentang Tata cara Akreditasi dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tentang

Sertifikasi Ketenagalistrikan, yaitu: Pemanfaatan jaringan Tegangan Listrik Untuk Kepentingan Telematika, yaitu:

a. Sebagai panduan dalam pelaksanaan akreditasi dan sertifikasi ketenagalistrikan dan penerapan

a. Dalam rangka memenuhi amanat yang Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2012

terkandung dalam UU Nomor 30 Tahun 2009 tentang Usaha Jasa Penunjang Tenaga Listrik;

tentag Ketenagalistrikan;

b. Mendorong tercapainya badan usaha penunjang

b. Mengatur ketentuan tentang perizinan tenaga listrik yang independen dan professional;

pemanfaatan jaringan untuk kepentingan

c. Mendorong pengembangan sumber daya telematika agar fungsi utama jaringan sebagai manusia untuk peningkatan tenaga teknik

penyalur tenaga listrik tidak terganggu. yang kompeten melalui lembaga sertifikasi kompetensi.

Capaian terhadap target konsep Permen ESDM tersebut terpenuhi dan diharapkan pelaksanaannya

3. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya sesuai dengan yang diharapkan. Mineral tentang Kualifikasi Usaha Jasa Penunjang Tenaga Listrik.

7. Badan usaha penunjang tenaga listrik Dasar pelaksanaan pembinaan badan usaha

Konsep Peraturan Menteri ini mengatur ketentuan penunjang tenaga listrik di Indonesia mengacu mengenai Kualifikasi Usaha Jasa Penunjang Tenaga kepada : Listrik yang ditetapkan berdasarkan tingkat

kemampuan usahanya dan keahlian kerja orang 1. Undang-Undang No. 30 Tahun 2009 tentang perseorangan yang dipekerjakannya.

Ketenagalistrikan. Maksud dan tujuan penyusunan konsep Peraturan 2. Peraturan Pemerintah No. 62 Tahun 2012

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tentang tentang Usaha Jasa Penunjang Tenaga Listrik. Kualifikasi Usaha Jasa Penunjang Tenaga Listrik, yaitu:

Badan usaha penunjang tenaga listrik saat ini dituntut untuk bekerja secara profesional, hal

a. Dalam rangka memenuhi amanat yang ini karena badan usaha penunjang tenaga listrik terkandung dalam PP Nomor 62 Tahun 2012;

memegang peranan yang sangat penting dalam

b. Mewujudkan kondisi tertib administrasi perizinan menunjang usaha penyediaan tenaga listrik untuk dan pembentukan badan usaha jasa penunjang mewujudkan ketersediaan tenaga listrik yang andal, yang berkualitas, profesional, berkompeten dan aman dan akrab lingkungan.

mampu melakukan bidang usaha berdasarkan Peningkatan jumlah dan mutu badan usaha kriteria klasifikasi dan kualifikasinya.

penunjang tenaga listrik pada tahun 2013 terjadi untuk jasa konsultansi, pembangunan

4. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya dan pemasangan, pemeriksaan dan pengujian, Mineral tentang Pemanfaatan Jaringan Tenaga pengoperasian, serta pemeliharaan instalasi tenaga Listrik Untuk Kepentingan Telematika.

listrik.

Konsep Peraturan Menteri ini mengatur ketentuan mengenai perizinan pemanfaatan jaringan tenaga

36 | CAPAIAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN TAHUN 2013

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

3. PT Silma In-

No. 898/K/20/

BUPTL Jasa Pemeriksaan dan

strumenta-

DJL.4/2013

Pengujian Instalasi Tenaga

ma

Tgl. 8 Juli 2013

Listrik, Bidang Instalasi Peman- faatan Tenaga Listrik Subbidang IPTLTM. (Kualifikasi Usaha BESAR).

4. PT Andalan

No. 1002 K/20/

BUPTL Jasa Pemeriksaan dan

Mutu Energi DJL.4/2013

Pengujian Instalasi Tenaga Tgl. 22 Agustus 2013 Listrik:

Bidang Pembangkitan Subbidang PLTU, PLTD,

PLTG, dan PLTA.

Bidang Transmisi Subbi- dang Jaringan TT,TET dan Gardu Induk.

Grafik Pemberian izin usaha jasa penunjang tenaga listrik Bidang Distribusi Sub-

bidang Jaringan TM.

tahun 2010 s.d 2013

Bidang Instalasi Peman-

Tabel

faatan Tenaga Listrik

Pemberian/Perpanjangan Izin Usaha Jasa Penunjang Tenaga Subbidang TT, TM

(Kualifikasi Usaha MENENGAH).

Listrik Tahun 2013

Badan Nomor dan Tanggal

BUPTL Jasa Pemeriksaan dan Usaha

Keterangan

5. PT Central

No. 1003 K/20/

sK Menteri

Energy

DJL.4/2013

Pengujian Instalasi Tenaga

Tgl. 22 Agustus 2013 Listrik: 1 PT D & C No. 521 K/20/

Positive

a. BUPTL Jasa Konsultansi

Engineering DJL.4/2013

Instalasi Tenaga Listrik,

Company Tgl. 18 Maret 2013

Bidang Pembangkitan

6. PT Biro

No. 1157 K/20/

BUPTL Jasa Pemeriksaan dan

Subbidang PLTU, Bidang

Klasifikasi

DJL.4/2013

Pengujian Instalasi Tenaga

Transmisi Sub Bidang TT/

Indonesia

Tgl. 4 November

Listrik, Bidang Pembangkitan

Subbidang PLTP.

b. BUPTL Jasa Pembangunan

(Kualifikasi Usaha BESAR).

dan Pemasangan Instalasi Tenaga Listrik, Bidang

7. PT Akuo

No. 18 K/20/

BUPTL Jasa Konsultansi

Pembangkitan Subbidang

PLTU, Bidang Transmisi Instalasi Penyediaan Tenaga

Tgl. 18 November

Listrik, Bidang Pembangkitan

Sub Bidang TT/TET;

Subbidang PLTEBT.

c. BUPTL Jasa Pemeliharaan

(Kualifikasi Usaha BESAR)

Instalasi Tenaga Listrik, Bidang Pembangkitan Subbidang PLTU, Bidang

8. PT PLN (Per- No. 1189 K/20/

BUPTL Jasa Pemeriksaan dan

Transmisi Sub Bidang TT/

sero) Unit

DJL.4/2013

Pengujian Instalasi Tenaga

TET;

Bisnis Jasa

Tgl. 18 November

Listrik:

d. BUPTL Jasa Pengop-

Sertifikas

Bidang Pembangkitan

erasian Instalasi Tenaga

Subbidang PLTU, PLTD,

Listrik, Bidang Pembang-

PLTGU, PLTG, PLTP, PLTA,

kitan Subbidang PLTU,

dan PLTEBT.

Bidang Transmisi Sub

Bidang Transmisi Subbi-

Bidang TT/TET.

dang Jaringan TT/TET dan

e. (Kualifikasi Usaha BESAR)

Gardu Induk.

Bidang Distribusi Sub- 2 PT Navigat

bidang Jaringan TM. Energy

No. 671 K/20/

a. BUPTL Jasa Pembangunan

DJL.4/2013

(Kualifikasi Usaha BESAR). Tgl. 15 April 2013

dan Pemasangan Instalasi

Penyediaan Tenaga Listrik, Bidang Pembangkitan Subbidang PLTG;

9. PT Consoli-

No. 1193 K/20/

a. BUPTL Jasa Pengop-

b. BUPTL Jasa Pengop-

dated Elec-

DJL.4/2013

erasian Instalasi Tenaga

erasian Instalasi Tenaga

tric Power

Tgl. 20 November

Listrik, Bidang Pembang-

Listrik, Bidang Pembang-

Asia

kitan Subbidang PLTGU;

kitan Subbidang PLTG;

dan

c. BUPTL Jasa Pemeliharaan

b. BUPTL Jasa Pemeliharaan

Instalasi Tenaga Listrik,

Instalasi Tenaga Listrik,

Bidang Pembangkitan

Bidang Pembangkitan

Subbidang PLTG.

Subbidang PLTGU.

d. (Kualifikasi Usaha BESAR)

(Kualifikasi Usaha BESAR).

CAPAIAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN TAHUN 2013 | 37

DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 7. PT D & C

No. 521 K/20/

a. BUPTL Jasa Konsultansi

2009 tentang Ketenagalistrikan, pembagian Instalasi Tenaga Listrik,

Tgl. 18 Maret 2013

Bidang Pembangkitan

wewenang dalam pemberian izin usaha

Subbidang PLTU, Bidang Transmisi Sub Bidang

ketenagalistrikan sudah dipisah antara pemerintah

TT/TET;

b. pusat dan daerah. Pembagian wewenang tersebut BUPTL Jasa Pembangu-

nan dan Pemasangan

berdasarkan kepada kepemilikan saham badan

Instalasi Tenaga Listrik,

usaha tersebut. Jika badan usaha tersebut mayoritas Bidang Pembangkitan

Subbidang PLTU, Bidang

kepemilikan sahamnya adalah asing dan/atau Transmisi Sub Bidang BUMN, maka perizinan dikeluarkan oleh Menteri. TT/TET;

c. BUPTL Jasa Pemeli-

Akan tetapi jika badan usaha tersebut mayoritas haraan Instalasi Tenaga

Listrik, Bidang Pembang-

kepemilikan sahamnya adalah dalam negeri, maka

kitan Subbidang PLTU,

perizinannya dilakukan oleh Bupati/Walikota. Bidang Transmisi Sub

Bidang TT/TET; d. BUPTL Jasa Pengop- erasian Instalasi Tenaga

Semenjak Undang-undang Nomor 30 Tahun

Listrik, Bidang Pembang-

2009 tentang Ketenagalistrikan diterbitkan, telah kitan Subbidang PLTU,

Bidang Transmisi Sub

dikeluarkan 12 (dua belas) izin usaha jasa penunjang

Bidang TT/TET.

e. tenaga listrik sesuai dengan klasifikasi, kualifikasi (Kualifikasi Usaha

BESAR).

dan sertifikat yang dimiliki oleh badan usaha.

8. PT Navigat

No. 671 K/20/

a. BUPTL Jasa Pembangu-

Energy

DJL.4/2013

nan dan Pemasangan

Tgl. 15 April 2013

Instalasi Penyediaan

Tabel

Tenaga Listrik, Bidang

BUJPTL sesuai dengan klasifikasi, kualifikasi dan sertifikat yang

Pembangkitan Sub-

dimiliki bidang PLTG;

b. BUPTL Jasa Pengop- Nomor dan

erasian Instalasi Tenaga No

Badan Usaha Tanggal sK

Keterangan

Listrik, Bidang Pembang-

Menteri

kitan Subbidang PLTG; c. BUPTL Jasa Pemeli-

1. PT CHD Power No. 381-

haraan Instalasi Tenaga Plant Opera-

BUPTL Pengoperasian dan

Listrik, Bidang Pembang- tion Indonesia

Pemeliharaan Instalasi

kitan Subbidang PLTG. 2. PT Cirebon

Tgl. 26 Juli 2010

Tenaga Listrik Golongan I

(Kualifikasi Usaha BESAR). No. 577-

BUPTL Pengoperasian dan

Power Services 12/20/600.4/2010 Pemeliharaan Instalasi

9. PT Biro Klasifi-

No. 1157 K/20/

BUPTL Jasa Pemeriksaan dan

DJL.4/2013

Tenaga Listrik Golongan I

kasi Indonesia

Pengujian Instalasi Tenaga

Listrik, Bidang Pembangkitan 3. PT Komipo

(Persero)

Tgl. 4 November

Subbidang PLTP; (Kualifikasi Pembangkitan

No.800-

BUPTL Pengoperasian dan

12/20/600.4/2011 Pemeliharaan Instalasi Usaha BESAR). Jawa Bali

Tgl. 30 Nopember

Tenaga Listrik Golongan I

2011 4. PT JBCS

No. 642-

BUPTL Konsultansi Tenaga

Indonesia 12/20/600.4/2010

Grafik

Listrik Golongan I

Tgl. 31 Desember

Jumlah Lembaga Inspeksi Teknik

2010 5. PT Indra Karya

No. 460-

BUPTL Konsultansi Tenaga

12/20/600.4/2011 Listrik Golongan I Tgl. 12 Juli 2011

6. PT DEC Indo- No. 1230-

Klasifikasi Usaha: Jasa

nesia 12/20/600.4/2011

Konsultansi Perencanaan dan

Tgl. 10 Desember

Pengawasan Tenaga Listrik,

Bidang Pembangkitan, Sub Bidang PLTA. (Kualifikasi Usaha BESAR).

38 | CAPAIAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN TAHUN 2013

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

Wakil Menteri ESDM Susilo Siswoutomo bersama Direktur Jenderal Ketenagalistrikan jarman melakukan inspeksi di ruang kontrol P3B JB, Gandul Cinere. 10 PT Akuo Energy

- - 2 Indonesia

No. 18 K/20/

BUPTL Jasa Konsultansi

4 Pembangunan dan Pema-

DJL.4/2013

Instalasi Penyediaan Tenaga

sangan instalasi penyediaan

Tgl. 18 November

Listrik, Bidang Pembangkitan

tenaga listrik

Subbidang PLTEBT; (Kualifikasi Usaha BESAR).

5 Pemeriksaan dan Pengujian

11. PT PLN (Persero) No. 1189 K/20/

instalasi tenaga listrik

BUPTL Jasa Pemeriksaan dan

DJL.4/2013

4 4 1 12 Tgl. 18 November

Pengujian Instalasi Tenaga

Bidang Pembangkitan Subbidang PLTU, PLTD,

Dilihat dari grafik tersebut di atas bahwa badan

PLTGU, PLTG, PLTP, PLTA, dan PLTEBT;

usaha penunjang yang izinnya telah dikeluarkan oleh

Bidang Transmisi Sub-

Menteri antara tahun 2012 dengan 2013 jumlahnya

bidang Jaringan TT/TET dan Gardu Induk;

naik dan melampaui target yatu 12 (dua belas) BUPTL

Bidang Distribusi Sub- bidang Jaringan TM;

dari yang ditargetkan 5 (lima) BUPTL. Hal ini terjadi

(Kualifikasi Usaha BESAR).

karena pelaku usaha dan instansi terkait di bidang jasa penunjang tenaga listrik telah memahami

12. PT Consoli- No. 1193 K/20/

a. BUPTL Jasa Pengopera-

regulasi di subsektor ketenagalistrikan, khususnya

dated Electric DJL.4/2013

sian Instalasi Tenaga

Power Asia Tgl. 20 November

Listrik, Bidang Pem-

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang

bangkitan Subbidang PLTGU; dan

Ketenagalistrikan serta Peraturan Pemerintah No. 62

b. BUPTL Jasa Pemeli-

Tahun 2012 tentang Usaha Jasa Penunjang Tenaga

haraan Instalasi Tenaga Listrik, Bidang Pem- bangkitan Subbidang PLTGU.

(Kualifikasi Usaha BESAR).

Tabel

Perbandingan pemberian izin usaha jasa penunjang tenaga listrik tahun 2010 - 2013

Jenis Usaha Jasa Penunjang

Jumlah Pemberian Izin

Tenaga Listrik

1 Konsultansi tenaga listrik

2 Pengoperasian instalasi tenaga

listrik 3 Pemeliharaan instalasi tenaga

listrik

CAPAIAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN TAHUN 2013 | 39

DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN

Direktur Jenderal KetenagalistrikanJarman melakukan inspeksi teknik ke PLTGU Jaka Baring, Sulawesi Selatan.

Listrik, dampak dari sosialisasi dan koordinasi yang Tabel Penunjukan Lembaga Inspeksi Teknik (LIT) Tahun 2013 selama ini dilakukan pemerintah.

NO Lembaga Inspeksi Teknik Nomor dan tanggal SK Keterangan

1 PT Pelita Hati

No. 1076 K/20/ Instalasi Dis-

Pemeriksaan dan pengujian instalasi tenaga listrik

DJL.4/2013 tribusi Tenaga Tgl. 30 September

Listrik (TM),

yang dalam pelaksanaannya pemerintah menunjuk

Pemanfaatan

Lembaga Inspeksi Teknik (LIT) sebagai badan usaha

Tenaga Listrik (TM).

penunjang tenaga listrik cenderung menurun. Tahun 2013 terdapat penambahan baru sebanyak

1 (satu) LIT, perpanjangan penunjukan sebanyak

Tabel

10 (sepuluh) LIT, serta terdapat beberapa LIT yang Jumlah LIT yang baru ditunjuk pada masing-masing tahun tidak memperpanjang dan/atau belum memenuhi

persyaratan untuk perpanjangan penunjukan, 2013

4 20 5 2 sehingga sampai akhir tahun 2013 terdapat 19 1 (sembilan belas) Lembaga Inspeksi Teknik. Penurunan

Tabel

tersebut juga terkait dengan baru ditetapkannya

Jumlah total LIT pada masing-masing tahun

Peraturan Pemerintah No. 62 Tahun 2012, sehingga beberapa persyaratan belum dilengkapi oleh badan

usaha pemohon, seperti izin usaha jasa penunjang 4 24 29 31 19 ketenagalistrikan dari pemerintah daerah.

40 | CAPAIAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN TAHUN 2013

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

8. Pengelolaan Lingkungan Hidup Subsektor Ketenagalistrikan

Kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun telah mengancam kelangsungan perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya sehingga perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang sungguh-sungguh dan konsisten oleh semua pemangku kepentingan. Lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 28H Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sehingga pembangunan ekonomi nasional diselenggarakan berdasarkan prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

Secara umum pelaksanaan perlindungan dan Perlindungan dan pengelolaan lingkungan pengelolaan lingkungan hidup diatur dalam Undang- mencakup antara lain pengendalian pencemaran Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan/atau kerusakan lingkungan hidup. Pengendalian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang ditetapkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan dalam rangka melaksanakan pembangunan hidup meliputi pencegahan, penanggulangan dan berkelanjutan.

pemulihan yang pelaksanaannya dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan penanggung

Di subsektor ketenagalistrikan, kebijakan tentang jawab usaha dan/atau kegiatan sesuai dengan lindungan lingkungan telah tercantum dalam UU kewenangan, peran, dan tanggung jawab masing-

Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan, masing. yaitu :

• Pasal 2 Ayat (1) , “Pembangunan ketenagalistrikan Direktorat Teknik dan Lingkungan Ketenagalistrikan

menganut asas kelestarian fungsi lingkungan; melaksanakan kegiatan Pembinaan dan Pengawasan dan Ayat (2), “Pembangunan ketenagalistrikan teknis bidang lingkungan sektor ketenagalistrikan

bertujuan untuk menjamin ketersediaan tenaga baik pada izin usaha (AMDAL dan/atau UKL/ listrik dalam jumlah yang cukup, kualitas yang UPL) maupun kelaikan teknis bidang lingkungan

baik, dan harga yang wajar dalam rangka ketenagalistrikan, kegiatan tersebut memiliki meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran sasaran untuk meningkatkan ketaatan pengelolaan rakyat secara adil dan merata serta mewujudkan lingkungan hidup subsektor ketenagalistrikan. pembangunan yang berkelanjutan.

Dari tahun ke tahun jumlah dari unit usaha yang • Pasal 42 menyatakan bahwa setiap kegiatan mendapatkan pembinaan dan pengawasan tersebut

usaha ketenagalistrikan wajib memenuhi terus meningkat dan akan terus ditingkatkan. ketentuan yang disyaratkan dalam peraturan Berikut adalah chart yang menunjukkan rencana perundang-undangan di bidang lingkungan peningkatan dari jumlah unit usaha tersebut dari hidup.

tahun 2010-2014.

Usaha tenaga listrik merupakan kegiatan yang Pembinaan bidang teknis lingkungan memproduksi listrik yang saat ini telah menjadi ketenagalistrikan secara instensif dilaksanakan salah satu kebutuhan primer dan menjadi salah satu dengan menekankan tingkat kepatuhan terhadap indikator dari kemajuan dari suatu bangsa. Seiring regulasi-regulasi lingkungan hidup, baik dari dengan semakin meningkatnya kebutuhan energi Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan maupun listrik saat ini maka pembangunan instalasi tenaga dari instansi terkait lainnya. Sedangkan bentuk listrik akan semakin meningkat. Sebagaimana prinsip dari pembinaan yang dilaksanakan dapat berupa pembangunan berkelanjutan maka pembangunan kunjungan langsung ke lokasi dengan melihat tingkat instalasi ketenagalistrikan juga harus mampu kepatuhan dari pelaku usaha terhadap regulasi memenuhi tidak hanya kebutuhan saat ini namun bidang lingkungan yang berlaku.

juga kebutuhan ataupun keberlangsungan di masa yang akan datang. Pemenuhan keberlangsungan Selain melalui kunjungan langsung kegiatan di masa akan datang tersebut dilaksanakan salah pembinaan dan pengawasan teknis bidang satunya melalui pengelolaan dan pemantauan lingkungan ketenagalistrikan, dilaksanakan juga lingkungan lingkungan hidup.

dengan mengevaluasi dokumen RKL/RPL dari unit

CAPAIAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN TAHUN 2013 | 41

DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN usaha tenaga listrik.

Biru : untuk usaha dan/atau kegiatan yang telah Sebagai indikator tingkat keberhasilan dari melakukan upaya pengelolaan lingkungan yang Pembinaan dan Pengawasan Teknis Bidang dipersyaratkan sesuai dengan ketentuan dan/atau Lingkungan Ketenagalistrikan dapat diketahui peraturan perundang-undangan yang berlaku. melalui hasil PROPER (Program Penilaian Operasi Merah : upaya pengelolaan lingkungan yang Perusahaan) yang dilaksanakan oleh Kementerian dilakukan belum sesuai dengan persyaratan Lingkungan Hidup pada setiap tahunnya untuk sebagaimana diatur dalam peraturan perundang- subsektor ketenagalistrikan.

undangan dan dalam tahapan melaksanakan sanksi administrasi.

Sebagai informasi, penilaian PROPER yang Hitam : untuk usaha dan/atau kegiatan yang sengaja dilaksanakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup melakukan perbuatan atau melakukan kelalaian

adalah penilaian yang didasarkan pada tingkat yang mengakibatkan pencemaran dan/atau ketaatan dari pelaku usaha terhadap regulasi kerusakan lingkungan serta pelanggaran terhadap

lingkungan hidup yang berlaku, urutan peringkat peraturan perundang-undangan yang berlaku atau dari taat menuju tidak taat adalah sebagai berikut: tidak melaksanakan sanksi administrasi.

Pada tahun 2013 program PROPER dilaksanakan Emas : untuk usaha dan/atau kegiatan yang pada 102 unit usaha pembangkitan. Berikut ini

telah secara konsisten menunjukkan keunggulan adalah hasil dari PROPER tahun 2013 terhadap 102 lingkungan (environmental excellency) dalam unit usaha tersebut. proses produksi dan/atau jasa, melaksanakan bisnis yang beretika dan bertanggung jawab terhadap Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa masyarakat.

terdapat 6% unit usaha atau sebanyak 6 unit usaha yang mendapat hasil nilai “HITAM”dari keseluruhan

Hijau : untuk usaha dan/atau kegiatan yang telah unit usaha tersebut baru tahun 2013 masuk dalam melakukan pengelolaan lingkungan lebih dari yang penilaian PROPER. Persiapan yang kurang terhadap dipersyaratkan dalam peraturan (beyond compliance) berbagai kelengkapan administratif serta kurangnya melalui pelaksanaan sistem pengelolaan lingkungan, ketaatan pada peraturan Lingkungan hidup yang pemanfaatan sumber daya secara efisien melalui berlaku adalah penyebabnya. Sehingga pada tahun upaya 4R (Reduce, Reuse, Recycle dan Recovery), 2014 direncanakan Ditjen Ketenagalistrikan akan dan melakukan upaya tanggung jawab sosial (CSR/ melakukan pembinaan intensif pada unit usaha ini. Comdev) dengan baik.

42 | CAPAIAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN TAHUN 2013

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

No Nama Perusahaan

Peringkat 2011 -2012 Peringkat 2012 -2013 1 Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. Unit

Jenis Industri

Provinsi

Kabupaten/ Kota

EMAS Panas Bumi Darajat

PLTP

Jawa Barat

Kab. Garut

EMAS

2 PT. Jawa Power

EMAS 3. Star Energy Geothermal

PLTU

Jawa Timur

Kab. Probolinggo

HIJAU

HIJAU (Wayang Windu) Ltd.

PLTP

Jawa Barat

Kab. Bandung

EMAS

4. PT. PLN (Persero) Pembangkit Tanjung Jati B

HIJAU Jepara

PLTU

Jawa Tengah

Kab. Jepara

BIRU

HIJAU Perak - Grati PLTGU Grati

5. PT. Indonesia Power UBP

PLTGU

Jawa Timur

Kab. Pasuruan

BIRU

6. PT. PLN (PERSERO) Pembangkit Sumatera

BIRU Bagian Utara Unit Sektor Pembangkit Lueng Bata 7. PT. Paiton Energy Company

PLTD

Aceh

Kota Banda Aceh

BIRU

BIRU 8. PT. PLN (Persero) Sektor Kapuas Unit PLTD

PLTU

Jawa Timur

Kab. Probolinggo

BIRU

BIRU Sei Wie

PLTD

Kalimantan

Kab. Singkawang

BIRU

Barat

BIRU PLTG Siantan

9. PT. PLN Persero Sektor Kapuas Area PLTD dan

PLTD

Kalimantan

Kota Pontianak

BIRU

Barat

10. PT. PLN (PERSERO) Wilayah

BIRU Kalimantan Selatan dan

PLTD

Kalimantan

Kab. Hulu

MERAH

Selatan

Sungai Tengah

Kalimantan Tengah sektor Barito Unit PLTD Barabai

11. PT. PLN (PERSERO) Wilayah

BIRU Kalimantan Selatan dan

Kalimantan Tengah sektor Barito Unit PLTD/G Trisakti

12. PT. PLN (Persero) PLTU Wilayah Kalselteng

BIRU Sektor Asam-Asam

PLTU

Kalimantan

Kab. Tanah Laut

BIRU

Selatan

13. PT. PLN (Persero) Wilayah Kaltim Sektor

BIRU Mahakam Proyek Kegiatan MfO-Nisasi PLTD

PLTD

Kalimantan

Kota Samarinda

BIRU

Timur

Karang Asam 14. PT. PLN (Persero) Wilayah Kaltim Sektor

BIRU Mahakam Proyek Kegiatan MfO-Nisasi PLTD

PLTD

Kalimantan

Kota Samarinda

MERAH

Timur

Keledang 15. PT. PLN (Persero) Wilayah Kaltim Sektor

BIRU Mahakam PLTGU Sambera

PLTG

Kalimantan

Kab. Kutai

16. PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Pe-

BIRU kanbaru Unit PLTD/PLTG Teluk Lembu

PLTD

Riau

Kota Pekanbaru

BIRU

17. PT PLN (Persero) Pembangkit

BIRU Sumbagsel sektor pembangkit keramasan-

PLTD

Sumatera

Kab. Ogan Ilir

BIRU

Selatan

Pusat Listrik Indralaya 18. PT. PLN (Persero)

BIRU Pembangkit Sumbagsel

PLTD

Sumatera

Kota Palembang

BIRU

Selatan

sektor pembangkit keramasan-Pusat Listrik Kramasan

19. PT. PLN (Persero) Sektor

MERAH Mahakam - PLTD Balikpapan

20. PT. PLN (Persero) Wilayah

MERAH Kaltim Sektor Mahakam

PLTG

Kalimantan

Kab. Kutai

PLTGU Tanjung Batu 21. PT. PLN (Persero ) Sektor PLTG Pauh Limo

PLTD

Sumatera

Kota Sawah

MERAH Pembangkitan Ombilin

22. PT. PLN (Persero) Sektor

PLTU

Sumatera

Kota Sawah

CAPAIAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN TAHUN 2013 | 43

CAPAIAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN TAHUN 2013

DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN

Dapat dilihat dari tabel tersebut terjadi peningkatan peringkat penilaian untuk beberapa unit pembangkit

hasil binaan sebesar 27% akan tetapi juga terdapat penurunan pada beberapa unit pembangkit.

Penurunan yang terjadi biasanya terdapat pada PLTD karena beberapa PLTD tersebut terdapat pembangkit sewa yang melekat pada penilaian PLTD milik PT. PLN (Persero) tersebut. Meskipun demikian

jumlah peningkatan dengan penurunan masih tinggi jumlah penigkatan peringkat PROPER.

Dari data-data yang disajikan di atas dapat terlihat bahwa kegiatan Pembinaan dan Pengawasan teknis bidang Lingkungan Ketenagalistrikan dapat dikatakan berhasil dalam mewujudkan sasaran untuk meningkatnya ketaatan pengelolaan lingkungan hidup subsektor ketenagalistrikan.

9. Pelaksanaan Community Development Subsektor Ketenagalistrikan

Kebutuhan energi listrik di Indonesia terutama di pulau Jawa yang berfluktuasi dan cenderung meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan energi

tersebut Pemerintah membangun pembangkit listrik. Hal ini dikarenakan tenaga listrik merupakan kebutuhan vital untuk mendukung pembangunan

ekonomi yang secara tidak langsung diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup penduduk. Pesatnya

kemajuan di bidang ekonomi mendorong semakin bertambahnya kebutuhan energi listrik. Keberadaan dan keberdayaan energi listrik merupakan sebuah keharusan sebagai motor penggerak roda kehidupan dan ekonomi pada sebuah bangsa. Ketersediaan

Dirjen Ketenagalistrikan Jarman meninjau pembangunan PLTU Celukan Bawang, di Bali.

tenaga listrik yang andal, aman, akrab lingkungan dan efisien serta harga yang terjangkau merupakan bagian yang penting untuk menghasilkan barang dan jasa. Sehubungan dengan hal tersebut, pemerintah

memberikan prioritas utama pada pembangunan sektor ketenagalistrikan. Tanpa adanya energi listrik

akan menghambat dan menghentikan aktivitas masyarakat, bahkan dapat mengakibatkan stagnasi

pembangunan. Meskipun pelaksanaan pembangunan di

bidang ketenagalistrikan sangat diperlukan, pengusaha bidang ketenagalistrikan tidak boleh

mengesampingkan masyarakat di sekitar usaha ketenagalistrikan. Besar atau kecilnya kegiatan yang dilakukan akan membawa dampak terhadap masyarakat sekitarnya. Untuk itu diperlukan suatu kegiatan sosial sebagai tanggung jawab pengusaha ketenagalistrikan terhadap masyarakat di sekitarnya.

Dasar hukum yang melandasi kegiatan Community Development dalam bidang ketenagalistrikan

memang belum ada dan masih bersifat partisipatif, akan tetapi sudah terdapat regulasi yang melandasi

kegiatan yang hampir sama dengan Community Development namun dengan istilah yang berbeda CSR (Corporate Social Responsibility). Berikut ini

adalah regulasi yang melandasi CSR : • Pemerintah Indonesia melalui Undang-Undang

Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang mewajibkan implementasi CSR

(Corporate Social Responsibility). • Meneg BUMN melalui Permen Nomor PER-

05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina

Pelaksana CsR

Realisasi s.d. 1 Desember 2013

1. PT. PLN (Persero)

Direktorat Teknik dan Lingkungan Ketenagalistrikan melaksanakan kegiatan Pengawasan Pelaksanaan

2. PT. Indonesia Power

Community Development di subsektor 3. PT. PJB

ketenagalistrikan dengan sasaran untuk 4. Lain-lain

meningkatkan partisipasi pelaku usaha dalam

Total Realisasi

pemberdayaan masyarakat melalui program- program yang tepat sasaran dan berkesinambungan. Target dari realisasi adalah 75 Miliar sehingga Dari tahun ke tahun jumlah dari unit usaha yang berdasarkan data target realisasi telah terpenuhi. mendapatkan pembinaan dan pengawasan tersebut terus meningkat dan akan terus ditingkatkan.

Sebagai indikator tingkat keberhasilan dari pengawasan pelaksanaan Community Development

adalah meningkatnya partisipasi pelaku usaha dalam pemberdayaan masyarakat, baik melalui peningkatan jumlah alokasi anggaran maupun program-programnya. Berikut ini adalah tabel dari unit-unit usaha yang berpartisipasi dalam pelaksanaan Community Development subsektor ketenagalistrikan yang terdata oleh Direktorat Teknik dan Lingkungan Ketenagalistrikan selama tahun 2013:

No

Nama Unit Usaha

1 PT. PLN (Persero) 2 PT. Indonesia Power 3 PT. Pembangkitan Jawa Bali 4 PT. Asrigita Prasarana 5 PT. Makassar Power 6 PT. Energi Sengkang 7 PT. Riau Power 8 PT. Geo Dipa Energi 9 PT. Central Java Power 10 PT. Sumber Segara Prima Daya 11 PT. Krakatau Daya Listrik 12 PT Pusaka Jaya Palu 13 PT. Makassar Tene 14 PT. Pura Daya Prima 15 PT. Meppo Gen 16 PT. Cirebon Electric Power 17 PT. Inalum 18 PT. Cikarang Listrindo

Delapan belas unit usaha tersebut melaksanakan Community Development yang dipantau terus oleh Direktorat Teknik dan Lingkungan Ketenagalistrikan. Berdasarkan data yang diperoleh berikut adalah dana yang telah digunakan dalam pelaksanaan Community Development oleh perusahaan- perusahaan di atas.

CAPAIAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN TAHUN 2013 | 45

DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN

46 | CAPAIAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN TAHUN 2013

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

REGULAsI DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Sejak Tahun 2012, Ditjen Ketenagalistrikan selalu mengundang para pemangku kepentingan di sektor ketenagalistrikan dalam acara coffee morning untuk mensosialisasikan peraturan-peraturan terbaru.

Sesuai Keputusan Presiden Republik Indonesia Energi Dan Sumber Daya Mineral Nomor 15 Tahun Nomor 165 Tahun 2000 tentang Kedudukan, 2010 tentang Daftar Proyek-Proyek Percepatan Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik yang dan Tata Kerja Departemen, Direktorat Jenderal Menggunakan Energi Terbarukan, Batubara dan Gas

Ketenagalistrikan mempunyai tugas merumuskan serta Transmisi Terkait. serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang ketenagalistrikan. Dalam menjalankan Dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional, tugas tersebut Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan maka diperlukan tambahan kapasitas pembangkit telah merumuskan berbagai peraturan-peraturan di sebesar 4.000 MW s.d 5.000 MW per tahun. Untuk Sub Sektor Ketenagalistrikan.

memenuhi tambahan kapasitas pembangkit tenaga listrik tersebut, Pemerintah telah melaksanakan

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Program Percepatan Pembangunan Pembangkit Ketenagalistrikan telah diundangkan pada tanggal Tahap II dengan daftar proyek-proyek sebagaimana

23 September 2009. Sesuai amanah undang-undang diatur dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 15 tersebut, Pemerintah Menerbitkan tiga Peraturan tahun 2010 yang telah diubah dalam Peraturan Pemerintah di sub sektor ketenagalistrikan, yaitu

Menteri ESDM Nomor 01 tahun 2012 tentang Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Energi Dan Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik, Peraturan Sumber Daya Mineral Nomor 15 Tahun 2010 tentang Pemerintah Nomor 42 Tahun 2012 tentang Jual Daftar Proyek-Proyek Percepatan Pembangunan Beli Tenaga Listrik Lintas Negara, serta Peraturan Pembangkit Tenaga Listrik yang Menggunakan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2012 tentang Usaha Energi Terbarukan, Batubara dan Gas serta Transmisi

Jasa Penunjang Tenaga Listrik.

Terkait.

Pada tahun 2013, Menteri ESDM menerbitkan empat Memperhatikan kesiapan pengembangan proyek- Peraturan Menteri di sub sektor ketenagalistrikan, proyek pembangkit tenaga listrik yang terdapat yaitu :

dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 01 tahun 2012 dan sebagai antisipasi kemunduran jadwal

1. Peraturan Menteri ESDM Nomor 21 Tahun 2013 operasi beberapa proyek pembangkit tenaga tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri listrik tersebut serta adanya perubahan pada

CAPAIAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN TAHUN 2013 | 47

DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN rencana pengembangan sistem ketenagalistrikan sertifikasi produk peralatan listrik, sertifikasi tenaga

sebagaimana dinyatakan dalam RUPTL PT PLN teknik dan sertifikasi badan usaha. (Persero) 2012-2021, maka daftar proyek pada

3. Peratuan Menteri ESDM Nomor 36 Tahun 2013 Peraturan Menteri ESDM Nomor 01 Tahun 2012 tentang Tata Cara Permohonan Izin Pemanfaatan diubah kembali dengan menerbitkan Peraturan Jaringan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Menteri ESDM Nomor 21 Tahun 2013.

Telekomunikasi, Multimedia dan Informatika. Perubahan pada Peraturan Menteri ESDM Nomor Pada Peraturan Menteri ESDM Nomor 36 Tahun

21 tahun 2013 tersebut adalah bahwa kapasitas 2013, diatur tatacara pemanfaatan jaringan pembangkit tenaga listrik yang akan dikembangkan tenaga listrik untuk kepentingan Telekomunikasi, berubah dari 10.047 MW menjadi 17.918 MW. Multimedia dan Informatika (Telamatika) tanpa Dalam daftar proyek tersebut, Pemerintah tetap menganggu kelangsungan penyediaan tenaga listrik memperhatikan penggunaan Energi Baru Terbarukan dengan memanfaatkan penyangga dan/atau jalur khususnya Panas Bumi (PLTP) dan Air (PLTA) sebesar sepanjang jaringan, serat optik, konduktor dan kabel 6.768 MW (38%), sedangkan PLTU Batubara dan PLTG pilot. Izin Pemanfaatan Jaringan untuk Telematika menjadi 11.150 MW (62%). Selain itu, pengembang diberikan kepada Pemegang Izin Usaha Penyediaan swasta diberikan kesempatan yang lebih luas untuk Tenaga Listrik. mengembangkan proyek-proyek pembangkit tenaga listrik tersebut dengan total kapasitas sebesar

4. Peraturan Menteri ESDM Nomor 38 Tahun 2013 12.169 MW (68%), dan sisanya menjadi tugas PT tentang Kompensasi Atas Tanah, Bangunan dan PLN (Persero) sebesar 5.749 MW (32%).

Tanaman yang Berada di bawah Ruang Bebas Saluran Udara Tegangan Tinggi dan Saluran Udara Tegangan

2. Peraturan Menteri ESDM Nomor 35 Tahun 2013 Ekstra Tinggi. tentang Tata Cara Perizinan Usaha Ketenagalistrikan.

Pada Peraturan Menteri ESDM Nomor 38 Tahun Peraturan Menteri ESDM Nomor 35 Tahun 2013 2013, diatur mengenai pemberian kompensasi ini mengatur mengenai tata cara perizinan untuk yang pada prinsipnya kompensasi diberikan tanpa usaha penyediaan tenaga listrik yang meliputi melepaskan hak kepemilikan atas tanah, bangunan usaha pembangkitan, transmisi, distribusi dan dan tanaman. Penilaian harga pasar atas tanah, penjualan tenaga listrik dengan skema untuk bangunan dan tanaman dilakukan pihak independen. kepentingan umum dan kepentingan sendiri. Selain Berdasarkan penilaian tersebut, dimasukan ke dalam itu, diatur juga mengenai tatacara perizinan untuk formula penghitungan kompensasi yang ditetapkan. usaha jasa penunjang tenaga listrik yang meliputi Dengan menggunakan skema tersebut, besaran nilai jasa konsultansi, pembanguan dan pemasangan, kompensasi yang diterima masyarakat akan lebih pemeriksaan dan pengujian, pemeliharaan, baik dari besaran nilai kompensasi sebelumnya. pengoperasi, penelitian dan pengembangan, pendidikan dan pelatihan, laboratorium pengujian,

Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Jarman membuka Forum Konsensus XIV Standar Kompetensi Tenaga Teknik Ketenagalistrikan, 3 Desember 2013

48 | CAPAIAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN TAHUN 2013