Karakteristik bioekologi rajungan (Portunus pelagicus) di Perairan Laut Kabupaten Brebes

KARAKTERISTIK BIOEKOLOGI RAJUNGAN
(Portunus pelagicus) DI PERAIRAN LAUT
KABUPATEN BREBES

SUNARTO

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Karakteristik Bioekologi Rajungan
(Portunus pelagicus) di Perairan Laut Kabupaten Brebes, adalah karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis
lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian
akhir disertasi ini.
Bogor, Januari 2012


Sunarto
NPM C661030011

ABSTRACT
SUNARTO. Bioecology Characteristic of Blue Swimming Crab (Portunus
pelagicus) in Brebes Waters. Under direction of DEDI SOEDHARMA,
ETTY RIANI, and SULAEMAN MARTASUGANDA.
Blue swimming crab (Portunus pelagicus) is commercial and exported
product from Indonesia. It is usefull to make it as sustainable resource, so the
research should conduct to analysis bioecology characteristic. The research was
conduct from April 2008 through March 2009 in Brebes district waters with
survey method. The objective of the research was to analysis biology and ecology
characteristic and its relationship on crab distribution as base of sustainable
fisheries management. Samples was collected by capture gear was called garok
(mini beam trawl-like). In the present research, analyzed ecologycal data covered
substrat texture, Carbon-organic content, Nitrogen-total content, orthoposfat
(P2O5) content, pH value, salinity and water themperature. Also analyzed
biological data covered morfology, anatomy, growth, reproductive performance,
age assessment, length infinity, size at first maturity and legal size. Ecological

data analyzed descriptively through performance of substate texture, organic
content and water quality and also the parameters relationship each other.
Principle Component Analysis (PCA) used to know ecology parameters
relationship. Reproduction performance analized descriptively, whereas growth
used regression analysis and von Bertalanffy growth formula (VBGF) from
FISAT software. The result points that substrate fraction don’t give effect on crab
size distribution. Ranges of male crab carapace length are 22 mm to 75 mm,
while female crab carapace length are 21 mm-74 mm. Weight range male crab are
10.12 g-234.13 g, while female crab are 6.53 g to 253.24 g. This conditions
demonstrate there is variation of old structure on crab population and crab which
is caught is not from same cohort. Sex ratio demonstrated that number of female
crab more than male along a year. Almost long a year, male crab dominated by
ovarian stage I. The female crab on ovarian stage V (berried female) found out
long a year. Spawning occure long a year with peak season on April and
September. Generally male crab have weight increases faster than length in other
hand female crab have length increases faster than weight increases. Male crab
have bigger size than female. Size at first maturity for male crab is 63 mm, while
female crab is 48 mm. The legal size of blue swimming crab is 65 mm. Base on
ELEFAN analysis resulted that length infinity (L) is 81.10 mm for male and
81.38 for female with growth coefficient are 1.20 and 0.78 for male and female

respectively. Base on VBGF resulted that maximum length occur at 5.66 and 5.63
year old for male and female respectively. From Battacharya method found there
are two size class that are on mean length 47.5 mm and 59.5 mm. Result from
FISAT analysis pointed that total mortality value (Z) was 2.52, natural mortality
(M) was 1.53, fishing mortality (F) was 0.98. Fishing exploitation rate (E) was
0.391, indicated that fishing effort still in the range allowable catch. Substrat
texture class was dominated by sandy loam. Carbon-organic content range of
1.08-4.79 %, Nitrogen-total was 0.07-0.51 % and Orthophosfat (P2O5) was 3.6532.26 mg/100g. Acidity value (pH) of substrat range of 5.3-7.8, themperature
variated on 26-30oC and salinity range of 30 - 33 ppt.

RINGKASAN
SUNARTO. Karakteristik Bioekologi Rajungan (Portunus pelagicus) di
Perairan Laut Kabupaten Brebes. Dibimbing oleh DEDI SOEDHARMA,
ETTY RIANI, dan SULAEMAN MARTASUGANDA.
Rajungan (Portunus pelagicus) merupakan salah satu komoditas perikanan
yang bernilai ekonomis penting karena permintaannya tinggi dan merupakan
komoditas ekspor yang memiliki harga tinggi. Pengetahuan tentang karakteristik
bioekologi rajungan sangat penting dalam upaya melestarikan sumberdaya
tersebut, baik melalui upaya pengelolaan maupun budidaya.
Penelitian mengenai karakteristik Bioekologi Rajungan (Portunus

pelagicus) telah dilakukan di perairan laut Kabupaten Brebes Jawa Tengah sejak
bulan April 2008 sampai Maret 2009. Tujuan penelitian ini secara umum adalah
menganalisis karakteristik biologi, ekologi dan hubungannya dengan distribusi
rajungan sebagai dasar pengelolaan sumber daya rajungan yang berkelanjutan
Sampel rajungan sebanyak 844 ekor dikumpulkan dengan alat tangkap garok.
Data-data biologi dan ekologi rajungan dikumpulkan secara in situ dan dianalisis
secara deskriptif.
Pada penelitian ini dilakukan analisis terhadap karakteristik ekologi yang
meliputi komposisi tekstur substrat, kandungan C-Organik, kandungan N-total,
kandungan orthoposfat (P2O5), nilai pH, salinitas dan suhu perairan. Pada
penelitian ini juga dilakukan analisis terhadap karakteristik biologi yang meliputi
morfologi, anatomi, pertumbuhan, distribusi TKG, pendugaan umur, panjang
infinitif, ukuran pertama matang gonad, dan ukuran layak tangkap.
Data karakteristik ekologi dianalisis secara deskripsi dengan menampilkan
data kelas tekstur substrat, kandungan bahan organik dan kualitas air serta
menampilkan hubungan antara parameter-parameter tersebut. Analisis komponen
utama (PCA) digunakan untuk mengetahui korelasi parameter ekologis. Analisis
terhadap morfologi dan anatomi dilakukan secara deskriptif dengan mengacu dan
membandingkan dengan rujukan yang relevan dalam kajian yang serupa, dan
disajikan dalam bentuk gambar-gambar morfologi dan anatomi yang dapat

menjadi rujukan dalam melakukan identifikasi rajungan. Penampilan reproduksi
dianalisis secara deskripsi, sedangkan pertumbuhan dianalisis secara regresi dan
menggunakan pola pertumbuhan von Bertalanffy dari perangkat lunak FISAT.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi substrat tidak mempengaruhi
distribusi ukuran rata-rata rajungan. Hasil analisis komponen utama menunjukkan
fraksi lumpur dan liat berkorelasi positif dengan variabel C-Organik dan N-total.
Nilai pH berkorelasi positif dengan C/N rasio dan fraksi pasir. Kondisi substrat
didominasi oleh fraksi pasir diikuti oleh farksi lumpur dan fraksi liat. Hasil
analisis menggunakan segitiga shepard didapatkan bahwa kelas tekstur substrat
setiap titik sampling hampir sama yaitu didominasi lempung (loam) baik lempung
berpasir maupun lempung berliat. Kandungan C-organik berkisar antara 1.08-4.79
%. Kandungan N-Total berkisar antara 0.07-0.51 % sedangkan kandungan Posfat
(P2O5) sebesar 3.65-32.26 mg/100g. Kisaran nilai pH dalam substrat adalah 5.37.8, dan masih dalam batas toleransi bagi kehidupan rajungan. Suhu perairan

bervariasi antara 27-30oC. Salinitas perairan di daerah penelitian berkisar dari 30
sampai 33 ppt. Nilai pH perairan di lokasi penelitian berkisar antara 5.2 sampai
7.1. Kedalaman di lokasi penelitian berkisar 3-12 m.
Kisaran panjang karapas rajungan jantan adalah 22 mm-75 mm, sedangkan
rajungan betina antara 21 mm-74 mm. Kisaran bobot rajungan jantan adalah
10.12 g-234.13 g sedangkan rajungan betina 6.53 g- 253.24 g. Kisaran yang luas

mengindikasikan bahwa terdapat variasi struktur umur pada populasi rajungan dan
rajungan yang ditangkap tidak berasal dari kohort yang sama. Secara keseluruhan
rajungan betina memiliki persentase lebih tinggi dibandingkan rajungan jantan.
Secara morfologi rajungan betina matang dapat dibedakan dengan
rajungan belum matang dengan mengamati bentuk dan keeratan melekat lipatan
abdomennya. Pada umumnya rajungan dengan tingkat kematangan gonad (TKG)
rendah (immature) memiliki bentuk lipatan abdomen yang relatif menyempit dan
melekat lebih kuat dibandingkan TKG tinggi (mature). Hampir sepanjang tahun
rajungan jantan didominasi oleh TKG I kecuali pada bulan Juli TKG II relatif
lebih banyak dari TKG I dan TKG III. Rajungan betina pada TKG V (berried
female) ditemukan hampir sepanjang tahun. Pemijahan terjadi sepanjang tahun
dengan puncak pada bulan April dan September.
Terdapat hubungan linier antara panjang dan lebar karapas baik pada
rajungan jantan maupun betina. Pertumbuhan rajungan jantan bersifat allometrik
positif yang berarti kecepatan pertambahan bobot lebih tinggi dari kecepatan
pertambahan panjang, sedanfkan rajungan betina bersifat allometrik negatif yang
menunjukkan kecepatan pertambahan panjang lebih tinggi dari pertambahan
bobotnya. Perbedaan nilai b menunjukkan bahwa rajungan jantan lebih besar
dibandingkan betina. Rata-rata faktor kondisi sebesar 0.057 dan 0.059 berturutturut untuk rajungan betina dan jantan.. Ukuran panjang pertama kali matang
gonad untuk rajungan jantan sebesar 63 mm sedangkan rajungan betina sebesar

48 mm. Nilai ukuran panjang layak tangkap rajungan adalah 65 mm.
Melalui penggunaan analisa ELEFAN I dari perangkat lunak FiSAT
diketahui panjang infinitif (L) untuk rajungan jantan sebesar 81.10 mm dan
rajungan betina sebesar 81.38 mm dengan nilai koefisien pertumbuhan (K)
masing-masing sebesar 1.20 dan 0.78. Berdasarkan rumus pertumbuhan von
Bertalanffy dapat diketahui bahwa pemijahan atau awal perkembangan rajungan
dimulai dari bulan April dan September masing-masing untuk rajungan betina dan
jantan pada tahun tersebut, dengan panjang maksimum terjadi pada umur 5.66
tahun dan 5.63 tahun. Berdasarkan model distribusi ukuran dari Battacharya
diketahui terdapat dua kelompok ukuran atau kelas umur yaitu nilai tengah
panjang 47.5 mm dan 59.5 mm.
Nilai mortalitas total (Z) diketahui dengan menggunakan perangkat lunak
FISAT sebesar 2.52, nilai mortalitas alami (M) sebesar 1.53 dan nilai mortalitas
akibat penangkapan (F) sebesar 0.98. Besarnya nilai laju eksploitasi penangkapan
(E) sebesar 0.391, yang berarti upaya penangkapan berada dalam batas yang
masih diperbolehkan.

Kata Kunci : Biologi Rajungan, Ekologi Rajungan, , Portunus pelagicus, Brebes

@ Hak cipta milik IPB, tahun 2012

Hak cipta dilindungi Undang-Undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumber.
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
2. Dilarang menggunakan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

KARAKTERISTIK BIOEKOLOGI RAJUNGAN
(Portunus pelagicus) DI PERAIRAN LAUT
KABUPATEN BREBES

SUNARTO

Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor
pada
Program Studi Ilmu Kelautan


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

Penguji pada ujian tertutup : Dr. Ir. Sulistiono, MSc.
(Dosen di FPIK Institut Pertanian Bogor)
Dr. Ir. Fredinan Yulianda, MSi.
(Dosen di FPIK Institut Pertanian Bogor)
Penguji pada ujian terbuka : Prof. Dr. Ir. Dietriech G. Bengen, DEA.
(Guru Besar FPIK Institut Pertanian Bogor)
Pror. Dr. Ir Dulmi’ad Iriana
(Guru Besar FPIK Universitas Padjadjaran)

Judul Disertasi
Nama
NPM
Program Studi


: Karakteristik Bioekologi Rajungan (Portunus pelagicus)
di Perairan Laut Kabupaten Brebes
: Sunarto
: C661030011
: Ilmu Kelautan

Disetujui
Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Dedi Soedharma, DEA.
Ketua

Dr. Ir. Etty Riani, MS.
Anggota

Dr. Sulaeman Martasuganda, B.Fish.Sc., MSc.
Anggota

Diketahui


Ketua Program Studi
Ilmu Kelautan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Neviaty P. Zamani, MSc.

Dr.Ir. Dahrul Syah, MSc.Agr.

Tanggal Ujian :

Tanggal Lulus :

Karya ini dipersembahkan untuk Istriku Ir. Hardiati Kusumaningsih dan anakanakku : Alifya Ihya Muhammad dan Finka Laili Nur Adzillah.
Untuk semua yang terus menyelami lautan ilmu hingga akhir hayatnya

PRAKATA

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan Maha Pencipta yang menciptakan
maklukNya penuh makna tidak ada yang sia-sia, penyibak semua rahasia, pemilik
segala ilmu. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, manusia pembawa cahaya, pembasmi kebodohan.

Atas rahmat dan

Karunia Allah SWT penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan
disertasi ini dengan judul: Karakteristik Bioekologi Rajungan (Portunus
pelagicus) di Perairan Laut Kabupaten Brebes.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Prof. Dr. Ir. Dedi Soedharma,
DEA., sebagai Ketua Komisi Pembimbing,

Dr. Ir. Etty Riani,MS., dan Dr.

Sulaeman Martasuganda,B.Fish.Sc.,MSc., sebagai anggota Komisi Pembimbing,
yang telah memberikan bimbingan dan saran-saran dalam penelitian dan
penulisan disertasi ini. Terimaksih diucapkan pula untuk Prof. Dr. Ir. Dietriech G.
Bengen, DEA., dan Pror. Dr. Ir Dulmi’ad Iriana yang telah menjadi penguji luar
komisi pada ujian terbuka penulis, serta kepada Dr. Ir. Sulistiono, MSc. dan Dr. Ir.
Fredinan Yulianda, MSi. yang telah menjadi penguji luar komisi pada ujian
tertutup penulis. Ucapan terimakasih penulis sampaikan juga kepada Dekan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpad, yang telah memberi izin bagi
penulis untuk melanjutkan studi program S-3, dan kepada Dirjen Dikti Depatemen
Pendidikan Nasional yang telah memeberikan beasiswa pendidikan melalui
program BPPS.
Ucapan terimakasih dan rasa cinta yang dalam diberikan kepada istri Ir.
Hardiati Kusumaningsih, dan anak-anak saya Alifya Ihya Muhammad dan Finka
Laili Nur Adzillah, yang dengan kesabaran, ketulusan hati dan pengorbanannya
selalu memberi doa dan semangat dalam menyelesaikan studi ini. Kepada semua
pihak yang dengan ikhlas memberikan bantuan selama penulis menempuh studi,
melaksanakan penelitian maupun penulisan disertasi ini, semoga Tuhan membalas
amal baiknya. Penulis berharap semoga karya kecil ini bermanfaat besar bagi
yang membutuhkannya.
Bogor, Januari 2012
Sunarto

RIWAYAT HIDUP

Penulis di lahirkan di Brebes pada tanggal 25 Maret 1968 sebagai anak ke
lima dari pasangan H. Dusman Abdullah dan Hj. Marsiti. Pendidikan sarjana
ditempuh di Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran
Bandung, lulus pada tahun 1993. Pada tahun 1994 penulis di terima sebagai PNS
di perguruan tinggi yang sama sebagai dosen. Pada tahun 1998 penulis mendapat
kesempatan melanjutkan kuliah pada jenjang strata 2 (Magister) pada Program
studi Ilmu Perairan Program Pascasarjana IPB Bogor dan lulus pada tahun 2001.
Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari Direktorat Pendidikan Tinggi
(Dikti) Departemen Pendidikan Nasional melalui program BPPS. Sebagai
pemenuhan tuntutan profesionalitas tenaga pengajar/dosen, penulis melanjutkan
pendidikan pada strata 3 (Doktoral) di Program Studi Ilmu Kelautan Sekolah
Pascasarjana IPB Bogor. Sehubungan dengan pembentukan Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan (FPIK) di UNPAD tempat penulis bekerja dan bertambahnya
jumlah mahasiswa, maka selama menempuh pendidikan program S3 penulis
masih tetap aktif sebagai pengajar yang harus mengampu mata kuliah baru
terutama di Program Studi Ilmu Kelautan yang masih terbatas jumlah
pengajarnya. Untuk melengkapi kelembagaan fakultas tersebut penulis juga
ditugasi menjadi Kepala Laboratorium Ilmu dan Teknologi Kelautan di FPIK
Unpad dari tahun 2006 sampai awal 2011.
Beberapa karya ilmiah yang relevan telah ditulis dan diterbitkan selama
menempuh program S3. Karya ilmiah berjudul Penentuan Ukuran Layak Tangkap
Melalui Analisis Fekunditas Rajungan (Portunus pelagicus) di Perairan Brebes,
telah di terbitkan pada Jurnal Akuatika.Vol:V.No.1/Maret 2007. Dua Artikel lain
yang merupakan bagian dari disertasi ini masing-masing yang berjudul:
Hubungan panjang dan lebar dengan bobot tubuh serta faktor kondisi populasi
rajungan (Portunus pelagicus) jantan dan betina di perairan pantai Brebes, telah
diterbitkan di Jurnal Akuatika Vol.1. No.1./Maret 2010 dan Performa
pertumbuhan dan reproduksi rajungan (Portunus pelagicus) di perairan pantai
Kabupaten
Brebes,
telah
diterbitkan
di
Jurnal
Omni-Akuatika
Vol.IX.No.11/November 2010.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL..................................................................................................

xiii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................

xv

DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................

xix

I.

II.

III.

PENDAHULUAN ……………………………………………..……….

1

1.1.

Latar Belakang …………………………………….…....………

1

1.2.

Permasalahan .................................................................................

5

1.3.

Tujuan.............................................................................................

6

1.4.

Kegunaaan....................................................................................... 7

TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………...….. .

9

2.1.

Taksonomi dan Morfologi Rajungan …………………………..

9

2.2.

Distribusi dan Preferensi Habitat Rajungan..…………………….

15

2.2.1. Fraksi Substrat .........................................................................

23

2.2.2. Suhu..........................................................................................

24

2.2.3. Salinitas....................................................................................

25

2.2.4. Derajat Keasaman (pH)............................................................

26

2.2.5. Kadalaman................................................................................

27

2.2.6. Bahan Organik..........................................................................

27

2.3.

Siklus Hidup Rajungan ………………………………......…….

28

2.4.

Tingkat Kematangan Gonad ……………...…………………….

31

2.5.

Ukuran Pertama Matang Gonad ………………………………..

33

2.6.

Makanan dan Kebiasaan Makan...................................................

34

2.7.

Pertumbuhan ..................................................................................

36

2.8.

Moulting ......................................................................................

37

2.9.

Pengelolaan Sumberdaya Rajungan .............................................. 39

METODE PENELITIAN …………………………....................................

43

3.1.

Lokasi dan Waktu Penelitian ………………………...................

43

3.2.

Pengambilan Sampel …………………………………………..

45

3.3.

Materi Penelitian ….......................................................................

48

3.3.1. Parameter yang diamati ........................................................... 48
3.3.2. Alat dan Bahan Penelitian........................................................
3.4.

Analisis Data …………………………………………..……….

53
54

xi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................

61

4.1.

Kegiatan Perikanan Rajungan di Brebes............................ .........

61

4.2.

Karakteristik Habitat Rajungan......................................................

65

4.2.1. Karakteristik Substrat...............................................................

65

4.2.2. Kualitas Air .............................................................................

68

Determinasi anatomi Eksternal Rajungan (Portunus
pelagicus)........................................................................................

72

4.3.

4.4.

Determinasi anatomi Internal Tubuh Rajungan (Portunus
pelagicus)........................................................................................ 81

4.5.

Panjang, Lebar dan Bobot Rajungan ............................................

84

4.6.

Rasio Kelamin ..............................................................................

93

4.7.

Determinasi Kematangan Gonad ..................................................

96

4.8.

Distribusi Temporal TKG.............................................................

111

4.9.

Pola Pertumbuhan Rajungan ........................................................

112

4.10.

Faktor Kondisi ..............................................................................

115

4.11.

Pendugaan Panjang Infinitif dan Umur Teoritis............................

116

4.12. Pendugaan Mortalitas dan Tingkat Eksploitasi... ..........................

121

4.13. Rekrutmen....................................................................................... 123
4.14. Ukuran Pertama Matang Gonad dan Ukuran Layak Tangkap...... 126
V.

PEMBAHASAN UMUM .............................................................................

129

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................

133

6.1.

Kesimpulan ..................................................................................

133

6.2.

Saran ..............................................................................................

133

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………….……….…

135

LAMPIRAN ……………………………………………………………………

147

xii

DAFTAR TABEL
Halaman
1.

Distribusi jenis rajungan dari genus Portunus ..........................................

2.

Distribusi rajungan jenis Portunus pelagicus ............................................ 17

3.

Klasifikasi tekstur berdasarkan kandungan pasir, lumpur dan liat (%) ...

23

4.

Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian .................…...………

53

5.

Nilai korelasi (R2) untuk hubungan bahan organik dan fraksi substrat..

67

6.

Nilai rata-rata,standar deviasi, nilai minimal dan maksimal parameter
kualitas air dan substrat.............................................................................

7.

Interval kelas ukuran panjang dan frekwensi rajungan jantan dan
betina..........................................................................................................

10

71

84

8.

Ciri-ciri morfologis gonad pada berbagai tingkat kematangan..................

96

9.

Kadar protein dan lemak telur rajungan pada tingkatan yang berbeda......

111

10 Nilai faktor kondisi berbasis panjang dan lebar karapas rajungan............

116

11 Persentase rekrutmen rajungan bulanan .................................................

124

3.

xiii

xiv

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Diagram alir kerangka berpikir ……………………………………………

6

2. Struktur karapas dan bagian-bagiannya…………………………………

12

3. Bentuk dan ornamen karapas rajungan (Portunus pelagicus) jantan dan
betina……………..………………………………………………………… 13
4. Morfologi rajungan …………………….………………………………….

14

5. Morfologi beberapa jenis rajungan………………………………………….

15

6. Siklus hidup rajungan dan habitatnya ……………………………………… 29
7. Siklus gonad musiman secara umum pada invertebrata laut ……………

33

8. Peranan riset dalam mekanisme pengelolaan sumberdaya perikanan….

42

9. Peta lokasi pengambilan sampel rajungan ………….……………………

44

10. Sketsa konstruksi dan dimensi jaring garok...................................................

46

11. Skema urutan pelaksanaan penelitian ………………………………………

47

12. Sistem pengukuran panjang dan lebar karapas rajungan……………………

49

13. Segitiga tekstur ……………………………..………………………………

52

14. Diagram persentase jumlah nelayan berdasarkan kecamatan di Kabupaten
62
Brebes ……………………………………………………………………..
15. Konstruksi bubu lipat yang digunakan untuk menangkap rajungan …..
16. Konstruksi jaring kejer …………………………………………………..

63

17. Persentase fraksi substrat setiap titik sampling ………………………….

65

18. Tingkat fraksi substrat (%) dan ukuran panjang rajungan (mm)………..

66

64

19. Diagram sebaran variable karakteristik substrat berdasarkan analisis
68
komponen utama………………………………………………………….
20. Bentuk dan ornamen karapas rajungan jantan dan betina ……………..
21. Bentuk abdomen jantan dan betina ………………………………………..
22. Kaki-kaki rajungan jantan dan bagian-bagiannya…………………………

73
75
76

23. Kaki-kaki rajungan betina dan bagian-bagiannya………………………….

76
24. Cheliped baru pada rajungan jantan yang terbentuk dalam proses
77
autotomi …………………………………………………………………….
79
25. Mulut rajungan dan bagian-bagiannya pada kondisi maxilliped terbuka …
80
26. Posisi mata dan bagian-bagiannya…………………………………………
81
27. Antena rajungan tampak dorsal ………………………….……………….
82
xv

28. Organ internal rajungan betina dan jantan………….……………………

83

29. Letak dan bentuk pleopod/gonopod pada rajungan jantan dan betina….

85

30. Persentase jumlah rajungan tiap bulan sampling terhadap jumlah total….
31. Nilai kisararan ukuran dan rata-rata panjang rajungan jantan dan 86
betina………………………………………………………………………..
32. Persentase frekwensi sampel pada tiap nilai tengah kelas pada 87
rajungan jantan dan betina……………….……………………………….
33. Distribusi frekwensi panjang rajungan jantan………………………………

89

34. Distribusi frekwensi panjang rajungan betina……………………………

91

35. Rasio kelamin jantan dan betina selama penelitian........................................

93

36. Fluktuasi hasil tangkapan tiap bulan berdasarkan jenis kelamin…………

95

37. a. Histologi gonad pada TKG I dan TKG II……………… ………………

98

b. . Histologi gonad pada TKG III dan TKG IV …………………………

99

38. Perbedaan bentuk abdomen rajungan matang kelamin dan yang belum
101
matang ……………………………………………………………………
39. Segmen-segmen pada rajungan matang kelamin dan belum matang….

102

40. Grafik regresi hubungan lebar segmen abdomen dengan lebar karapas pada
tiap kematangan gonad……………………………………………………

103

41. Sketsa dan foto yang menunjukkan tingkat tutupan abdominal flap 104
terhadap thorachic sterna pada rajungan matang kelamin dan belum
matang kelamin ..............................................................................................
105
42. Dimensi abdomen pada rajungan betina matang kelamin………………
106
43. Hubungan antara lebar segmen pertama abdomen (Ls1) dan segmmen
kedua (Ls2) pada setiap TKG……………………………………………..
44. Prototype alat pengukur kematangan rajungan berbasis lebar abdomen
(SunCrAble)…………………………………………………………………
45. Ornamen karapas jantan yang telah matang dan belum matang.................
46. Perubahan warna telur pada ovigerous female ……………………………
47. Barried female dengan telur di luar abdomen dan dalam gonad...................
48. Persentase Tingkat Kematangan Gonad Jantan……………………………
49. Persentase Tingkat Kematangan Gonad Betina ……………………………
50. Hubungan linier panjang-lebar karapas rajungan jantan ………. ………
51. Hubungan linier panjang-lebar karapas rajungan betina ………. ………
xvi

107
108
109
110
111
111
112
113

52. Hubungan panjang karapas dan bobot rajungan jantan …….…………
53. Hubungan panjang karapas dan bobot rajungan betina …….…………

114

114

54. Tampilan hasil pengolahan data dengan ELEFAN I dari perangkat lunak 115
FISAT yang menunjukkan nilai L dan K pada rajungan
117
jantan……………………………………………………………………….
118
55. Tampilan hasil pengolahan data dengan ELEFAN I dari perangkat lunak
119
FISAT yang menunjukkan nilai L dan K pada rajungan
betina……………………………………………………………………….
56. Grafik pertumbuhan rajungan betina berdasarkan formula

120

pertumbuhan

von Bertalanffy...............................................................................................

120

57. Grafik hubungan panjang dan umur rajungan jantan……………………….. 121
58. Grafik hubungan panjang dan umur rajungan betina………………………..
59. Grafik distribusi ukuran berdasarkan metode Bhattacharya………………
60. Tampilan hasil perhitungan nilai Z dan kurva hasil tangkapan berdasarkan 123
data panjang dengan menggunakan perangkat lunak FISAT…………..
125
61. Tampilan hasil perhitungan nilai mortalitas alami dari persamaan empris 127
Pauly dengan menggunakan perangkat lunak FISAT…………………..
62. Grafik persentase rekrutmen rajungan jantan, betina dan total………..
63. Frekwensi panjang karapas, ukuran pertama matang gonad (Sfm), panjang
infiniti (Linf) dan ukuran layak tangkap (Lopt) rajungan jantan..............
64. Tampilan hasil Perhitungan nilai mortalitas alami dari persamaan empiris
Pauly dengan mengunakan perangkat lunak FISAT…………………….
62 Grafik persentase rekrutmen rajungan (a) jantan, (b) betina dan (c) totak...
63 Frekuensi panjang karapas, ukuran pertama matang gonad (Stm),panjang
Infiniti (Linf) dan ukuran layak tangkap (Lopt) rajungan betina………..

xvii

xviii

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1.

Komposisi pasir, debu,liat dan kelas tekstur..................................................

2.

Grafik hubungan fraksi substrat dan panjang rata-rata rajungan jantan dan

147

betina..............................................................................................................

148

3.

Hasil analisis regresi hubungan bahan organik dan substrat dasar perairan

159

4.

Analisis regresi pengaruh pH terhadap C-Organik dan N-total.....................

163

5.

Hasil analisis komponen utama (PCA) parameter substrat............................

168

6.

Tabel rasio seks berdasarkan sampel bulanan................................................

174

7.

Persamaan hubungan panjang-lebar karapas, panjang-bobot rajungan dan
nilai koefisien korelasinya..............................................................................

175

xix

xx

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati laut yang sangat tinggi dan
dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan dan

bahan industri.

Salah satu

sumberdaya tersebut adalah rajungan (Portunus pelagicus) yang merupakan salah
satu komoditas perikanan yang bernilai ekonomis penting karena permintaannya
tinggi dan merupakan komoditas ekspor dengan harga yang tinggi. Tahun 2005
volume ekspor jenis crab mencapai 7 125 982 kg (DKP, 2005). Harga jual daging
rajungan (rajungan kupas) dari pengumpul untuk kategori jumbo (daging utuh dari
bagian dalam pangkal kaki pendayung) mencapai Rp.200 000/kg (Komunikasi
pribadi dengan pengumpul rajungan di Brebes Jawa Tengah pada Maret 2011).
Rajungan hasil tangkapan para nelayan dijual pada para pengumpul
(bakul). Para pengumpul ini menjual rajungannya kepada para bandar besar yang
merupakan agen pembelian dari perusahaan-perusahaan besar (eksportir)
rajungan. Oleh karena itu produksi rajungan sering tidak tercatat oleh petugas
dari Dinas Perikanan setempat. Tidak adanya data produksi ini mengakibatkan
sulitnya mengetahui besar produksi yang dihasilkan. Di lain pihak, pasar yang
luas dan harga yang tinggi ini menjadi pemicu berkembangnya perikanan
rajungan.
Hingga saat ini besarnya tingkat pemanfaatan dan perdagangan rajungan
tidak diimbangi dengan pengetahuan tentang cara melestarikan sumberdaya
tersebut. Hal ini dapat berakibat pada terjadinya penurunan stok sumberdaya
rajungan.

Pengetahuan tentang cara melestarikan sumberdaya rajungan dapat

meliputi pengetahuan tentang berapa besar tingkat rekruitmen, berapa besar
tingkat mortalitas, kapan waktu yang tepat melakukan penangkapan, berapa
ukuran yang layak tangkap, berapa ukuran pertama matang gonad, dan bagaimana
karakteristik habitatnya. Melalui pengetahuan-pengetahuan tersebut dapat disusun
suatu pengelolaan perikanan yang tidak hanya berorientasi pada produksi tapi juga
pada ekosistem.
Di wilayah perairan Kabupaten Brebes, seperti halnya wilayah perairan
lain di Laut Jawa, memiliki karakteristik permasalahan yang relatif sama yaitu

2

sumberdaya perikanan terutama rajungan yang terbatas dan jumlah armada yang
relatif banyak dibandingkan dengan wilayah pengelolaan perikanan yang lain.
Kondisi demikian dapat mengakibatkan terjadinya tangkap lebih (over fishing)
tehadap sumberdaya rajungan.
Komisi Nasional Pengkajian Stok Sumberdaya Ikan Laut (2005),
menyatakan bahwa sumberdaya perikanan di wilayah perairan Laut Jawa secara
umum telah mengalami tangkap lebih (over fishing). Untuk jenis krustase tingkat
pemanfaatannya telah mencapai 100 %. Potensi lestari jenis rajungan belum
dapat diketahui secara tepat. Komnas Pengkajian Stok Sumberdaya Ikan Laut
menyatakan bahwa terdapat kesulitan dalam mengumpulkan data beberapa
komoditas perikanan seperti rajungan dan kepiting karena kesulitan sehingga
potensi lestarinya susah diketahui.
Salah satu penyebab terjadinya overfishing
penangkapan secara terus-menerus oleh nelayan.

adalah dilakukannya

Penangkapan yang terus-

menerus karena ketidaktahuan mengenai fase-fase perkembangan biologis
rajungan, mengakibatkan tingkat rekruitmen menjadi menurun. Menurut Widodo
dan Suadi (2008) terdapat beberapa ciri yang dapat menjadi indikasi suatu
perikanan sedang menuju kondisi overfishing yaitu waktu melaut menjadi lebih
lama dari biasanya, lokasi penangkapan menjadi lebih jauh, ukuran mata jaring
menjadi lebih kecil, produktivitas (hasil tangkapan per satuan upaya/CPUE)
menurun, dan ukuran organisme target semakin kecil.
Pesatnya perkembangan perusahaan eksportir rajungan dengan bahan baku
bersumber dari hasil tangkapan nelayan setempat mengakibatkan sangat
banyaknya nelayan yang melakukan penangkapan rajungan dengan frekuensi
penangkapan yang terus-menerus, sehingga dapat mengurangi stok rajungan di
perairan. Sebenarnya bahan baku untuk keperluan ekspor dapat dipasok dari
kegiatan budidaya, namun hingga sekarang kegiatan budidaya belum berhasil
dengan baik.

Status perkembangan teknologi budidaya masih dalam tahap

pembenihan dan usaha pembesaran skala kecil. Kondisi demikian mengakibatkan
pasokan bahan baku hanya mengandalkan hasil tangkapan dari laut yang dapat
berakibat penurunan stok. Berkurangnya stok rajungan selain diakibatkan oleh
jumlah armada perikanan rajungan yang banyak, juga diduga sebagai akibat pola

3

penangkapan yang tidak memperhatikan fase-fase biologis rajungan serta
penggunaan alat tangkap yang tidak selektif.
diantaranya adalah

Penyebab hal tersebut di atas

pengetahuan nelayan tentang cara menjaga kelestarian

sumberdaya rajungan yang masih sangat minim, sehingga mereka tidak
mengetahui waktu dan tempat yang tepat untuk melakukan penangkapan dan
ukuran yang layak untuk ditangkap.

Selain minimnya pengetahuan nelayan,

tidak adanya regulasi dari pemerintah yang tegas dan mengikat juga
mengakibatkan pola perikanan rajungan tidak mengindahkan kelestarian
sumberdaya dan dapat menimbulkan berkurangnya stok rajungan akibat over
fishing.
Untuk mencegah terjadinya over fishing maka pemerintah harus
melakukan pengendalian penangkapan dengan menetapkan daerah, waktu atau
musim penangkapan dan ukuran minimum biota yang boleh ditangkap. Hal ini
sesuai dengan tuntutan UU No. 31 Tahun 2004 dan UU No 45 tahun 2009 tentang
Perikanan Pasal 7 ayat 1 huruf (h) dan (p), dan ayat 2.

Pada UU tersebut

dinyatakan bahwa dalam rangka mendukung kebijakan pengelolaan sumberdaya
ikan, Menteri menetapkan daerah, jalur dan waktu atau musim penangkapan ikan
(Pasal 7 ayat 1 huruf h, ayat 2 huruf c) dan ukuran atau berat minimum ikan yang
boleh ditangkap (Pasal 7 ayat 1 huruf p, ayat 2 huruf j). Undang-undang ini belum
efektif berjalan karena belum ada produk hukum turunannya seperti peraturan
pemerintah atau keputusan menteri yang mengatur tentang hal-hal tersebut.
Namun untuk menetapkan musim dan ukuran layak tangkap serta daerah
penangkapan suatu komoditas perikanan (seperti halnya rajungan), diperlukan
bukti-bukti ilmiah (scientific evidents) yang dapat menjadi rujukan (konsideran)
dikeluarkannya suatu ketetapan.

Untuk itu perlu dilakukan penelitian tentang

karakteristik bioekologi rajungan secara komprehensif.
Daerah penangkapan menurut Clark (1974) adalah daerah yang
diperbolehkan melakukan aktivitas

pemanfaatan dengan pengawasan normal.

Selain daerah pemanfaatan juga terdapat daerah konservasi yang merupakan
daerah sensitif dan pengembangan atau pemanfaatannya harus diawasi secara
hati-hati untuk melindungi ekosistem tersebut. Daerah konservasi dalam konteks
keberlanjutan ekosistem, biasanya merupakan daerah yang dilindungi karena

4

beberapa sebab antara lain daerah tesebut merupakan daerah pemijahan atau
daerah asuhan yang dalam hal ini
dimanfaatkan atau

ditangkap.

ukuran organismenya belum layak untuk

Perlindungan

terhadap

daerah pemijahan

merupakan aktivitas penting yang dapat mencegah menurunnya stok sumberdaya
dengan menjamin terjadinya keberlanjutan rekruitmen.
Penambahan populasi suatu biota dipengaruhi oleh besarnya tingkat
rekruitmen. Rekruitmen rajungan sangat diperlukan dalam peningkatan maupun
kelestarian stoknya. Tingkat rekruitmen sangat dipengaruhi oleh keberhasilan
suatu organisme dalam melakukan pemijahan. Kondisi lingkungan yang cocok
akan mempengaruhi keberhasilan proses pemijahan dan perkembangan larva yang
dihasilkannya.
Habitat rajungan yang baik juga akan menentukan karakteristik daerah
penangkapannya. Melalui pengetahuan tentang karakteristik daerah penangkapan
dan daerah pemijahan, maka dapat dilakukan pengelolaan dengan membatasi atau
membagi perairan menjadi beberapa kawasan seperti zona inti pada kawasan
konservasi yang merupakan daerah pemijahan, zona pemanfaatan terbatas dan
kawasan pemanfaatan atau penangkapan yang merupakan habitat rajungan
dewasa. Dengan pembatasan wilayah dan ukuran ini maka diharapkan tingkat
rekruitmen akan meningkat.
Tiap organisme memiliki preferensi yang berbeda terhadap lingkungan
hidupnya. Rajungan umumnya menempati perairan paparan benua yang relatif
landai, pada daerah litoral dengan substrat pasir berlumpur.
hidupnya rajungan mengalami beberapa fase.

Dalam siklus

Bukti empiris berdasarkan

keterangan nelayan di Kabupaten Brebes menunjukkan bahwa kedalaman perairan
menentukan ukuran rajungan. Ada indikasi bahwa semakin dalam perairan atau
semakin jauh dari pantai, ukuran dominan rajungan lebih besar dibandingkan pada
perairan yang lebih dangkal. Akan tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah
faktor kimia, fisika dan biologi habitat ikut menentukan distribusi rajungan, baik
berdasarkan ukuran maupun fase-fase hidupnya. Rajungan memiliki kebiasaan
hidup di perairan yang relatif dangkal, dengan substrat lumpur berpasir (Nontji,
1987). Karakteristik perairan seperti ini dapat ditemui di Laut Jawa, terutama
perairan pantai utara Jawa. Karena letak habitatnya pada perairan yang relatif

5

dangkal di sekitar pantai, umumnya rajungan ditangkap oleh nelayan-nelayan
kecil dengan ukuran perahu < 3 Gross Ton (GT) dengan jarak fishing ground < 4
mil. Salah satu lokasi di sekitar pantai utara Jawa yang banyak menghasilkan
rajungan adalah di sekitar Kabupaten Brebes.
Pengetahuan tentang tingkat kematangan gonad (TKG) rajungan akan
memperkuat informasi mengenai kapan rajungan layak ditangkap, kapan rajungan
melakukan reproduksi dan ukuran pada saat pertama kali memijah. Selain

hal

tersebut, kajian tentang TKG rajungan yang ditangkap pada suatu lokasi juga akan
membantu menentukan letak daerah pemijahan dan daerah penangkapan. Kajian
biologis yang juga sangat menunjang pengelolaan sumberdaya rajungan antara
lain pengetahuan tentang determinasi jenis, morfologis, pertumbuhan dan
distribusi rajungan.
Dalam rangka menyelamatkan komoditi rajungan dari alam, maka aspekaspek biologi yang menyangkut hubungan ukuran dan waktu layak tangkap dan
tingkat kematangan gonad, dan aspek ekologi yang meliputi karakteristik utama
habitat perlu segera diketahui.
1.2 Permasalahan
Rendahnya pengetahuan nelayan dan masih lemahnya aturan-aturan
pengendalian penangkapan oleh pemerintah berkaitan dengan aspek reproduksi,
ukuran layak tangkap dan tingkat pemanfaatan rajungan, mengakibatkan
eksploitasi dilakukan tanpa kendali. Nelayan melakukan penangkapan rajungan
sepanjang tahun tanpa memperhatikan tempat dan waktu pemijahan serta ukuran
rajungan yang ditangkap. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan penelitian
secara komprehensif terhadap karakteristik bioekologi rajungan yang meliputi
karakteristik substrat dan kualitas air, rasio kelamin, distribusi kematangan, pola
dan musim pemijahan, ukuran infinitif, ukuran pertama matang gonad, ukuran
layak tangkap, rekrutmen, pertumbuhan, struktur ukuran, distribusi, mortalitas dan
laju eksploitasi (Gambar 1).
Melalui pengetahuan karakteristik bioekologi rajungan maka dapat
diketahui distribusi temporal ukuran dan tingkat kematangan gonad, pola
pertumbuhan, waktu pemijahan, serta sifat kimia fisika habitat rajungan. Pola

6

perikanan tangkap yang didasarkan pada pengetahuan tersebut dapat dilakukan
melalui pembatasan alat (gear restricted), pembatasan ukuran (size limit),
penutupan musim (close season) dan penutupan lokasi penangkapan (close area)
yang akan membantu pelaksanaan pemanfaatan yang berkelanjutan dan
bertanggungjawab (sustainable and responsible fisheries).

Stok Rajungan
Reproduksi
iRajungan

Rekrutmen
Mortalitas
Rajungan
Laju
Eksploitas
i

Pertumbuhan
Struktur ukuran

Rasio Kelamin
Karakteristik
substrat dan
kualitas air

Jantan

Penyebaran

Betina
TKG

Pengelolaan yang berkelanjutan
Distribusi
kematangan

Ukuran Layak tangkap

Ukuran infinitif

Ukuran pertama
matang gonad

Pola dan
musim
pemijahan

Potensi Reproduksi
Gambar 1 Diagram alir kerangka berpikir.

1.3 Tujuan
Tujuan penelitian ini secara umum adalah menganalisis karakteristik
biologi, dan ekologi rajungan sebagai dasar pengelolaan sumber daya rajungan
yang berkelanjutan. Untuk mencapai tujuan tersebut maka serangkaian penelitian
dilakukan dengan tujuan khusus sebagai berikut:

7

1. Menganalisis

peranan karakteristik

habitat

dalam

menentukan

distribusi ukuran rajungan.
2. Mengevaluasi dan mengembangkan teknik determinasi TKG
3. Mengkaji aspek pertumbuhan dan rasio kelamin rajungan.
4. Menganalisis distribusi TKG dan ukuran rajungan untuk mengetahui
musim pemijahan rajungan.
5. Menganalisis mortalitas dan tingkat eksploitasi
6. Mengkaji ukuran pertama kali matang gonad (size at first maturity),
umur teoritis, ukuran infinitif dan ukuran layak tangkap

1.4 Kegunaan
Penelitian ini dapat berguna sebagai dasar bagi penelitian dan
pengembangan baik bagi keperluan budidaya maupun pemanfaatan sumberdaya
rajungan. Penelitian ini juga berguna untuk memberikan masukan kepada
pemerintah untuk menerapkan peraturan tentang pengendalian stok rajungan di
perairan. Hasil analisis karakteristik bioekologi rajungan dapat dijadikan buktibukti ilmiah (scientific evidents) dalam penyusunan suatu pola perikanan yang
memperhatikan aspek-aspek biologi dan ekologi sumberdaya dengan menerapkan
pembatasan ukuran (size limit), pembatasan alat tangkap (gear restricted),
penutupan musim (close season) dan penutupan lokasi penangkapan (close area)
sehingga terwujud pola perikanan yang berkelanjutan (sustainable fisheries).

1.5

Kebaharuan
Hasil penelitian mengandung kebaharuan baik dalam pengembangan ilmu

maupun keperluan praksis. Ditemukan bahwa distribusi ukuran rata-rata panjang
karapas tidak dipengaruhi oleh fraksi substrat. Determinasi kematangan gonad
rajungan betina dapat dilakukan dengan melihat bentuk dan ukuran morfometrik
abdomen. Dihasilkan ukuran layak tangkap dan musim rajungan yang belum
pernah di tetapkan oleh pemerintah Indonesia sebagai scientific evident untuk
pemberlakuan penetapan ukuran dan waktu penangkapan rajungan sebagai amanat
UU No.31 tahun 2004.

II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Taksonomi dan Morfologi Rajungan
Rajungan merupakan salah satu jenis dari kelas crustacea yang hidup
sepenuhnya di air laut. Rajungan merupakan sebutan umum di Indonesia untuk
jenis kepiting (crab) dari seksi brachyura

yang hidup sepenuhnya di laut

sedangkan kepiting biasanya digunakan sebagai sebutan untuk kepiting yang
hidup di daerah mangrove atau intertidal, dan secara awam dikenal dapat hidup di
air laut dan di darat. Menurut Secor et al. (2010) perikanan swimming crab
diseluruh dunia didominasi oleh tiga spesies yaitu blue crab (Portunus
trituberculatus)(50%), Portunus pelagicus (blue swimming crab) (25%) dan
Calinectes sapidus (blue crab) (25%). FAO menyebutkan rajungan dari spesies
Portunus pelagicus, Linneaus sebagai blue swimming crab. Dalam literatur asing
rajungan biasa disebut blue swimming crab atau blue swimmer crab (McPherson
dan Brown, 2001; Lestang et al., 2003a;

Chande dan Mgaya, 2003; Josileen

dan Menon, 2004 ;Xiao dan Kumar, 2004; Svane, dan Hooper,2004; Bryars dan
Havenhand, 2004). Peneliti lain ada yang menamakan blue manner crab (Potter et
al. 1983) atau blue manna crab (Edgar, 1990) dan sand crab (Sumpton et al,
1994). Ada pula yang hanya menamakannya dengan sebutan blue crab (Batoy, et
al. 1980). Razek et al. (2006) hanya menyebutnya dengan edible crab dan Tan et
al. (1988) menyebutnya flower crab. Berdasarkan taksonomi, rajungan menurut
Stephenson dan Champbell (1959) termasuk dalam :
Kingdom

: Animalia

Sub Kingdom

: Eumetazoa

Grade

: Bilateria

Divisi

: Eucelomata

Section

: Protostomia

Phylum

: Arthropoda

Sub phylum

: Mandibulata

Kelas

: Crustacea

Sub kelas

: Malacostraca

Ordo

: Decapoda

10

Sub Ordo

: Reptantia

Seksi

: Brachyura

Sub Seksi

: Brachyurincha

Famili

: Portunidae

Genus

: Portunus

Spesies

: Portunus pelagicus
Kelas Crustacea menurut Webber dan Thurman (1991) beranggautakan

31.000 spesies yang tersebar luas dan umumnya ditemui di habitat laut.
Berdasarkan kajian Marine Species Identification Portal (2010) terdapat 22 jenis
rajungan dari genus Portunus yaitu Portunus aburatsubo, P. argentatus, P.brocki,
P.gracilimanus, P. gracilimus, P. haani, P. Hastatoides, P. iranjae, P.
macropthalmus, P. nipponenis, P. orbitosinus, P. pelagicus, P. petreus, P.
pubercesis, P. pulchricristatus, P. sanguinolentus, P. speciosa, P. suborbicularis,
P. tenuipes, P. trituberculatus, P. granulatus P. yoronensis (Tabel 1). Lovett
(1981) mengidentifikasi jenis lain seperti P.innominatus,

P. gladiator, P.

rubromarginatus, P. tweedei, dan P. longispinus. Rajungan dari genus Portunus
yang ditemukan di Indonesia adalah P. argentatus, P. brocki, P. gracilimanus, P.
granulatus, P. pulchricristatus, P. hastatoides, P. macropthalmus, P. nipponenis,
P. orbitosinus, P. pelagicus, P. pubercesis, P. sanguinolentus, P. tenuipes, dan P.
trituberculatus. Untuk spesies P. trituberculatus tidak dilaporkan oleh Marine
Species Identification Portal (2010) ditemukan di Indonesia tetapi Nontji (2007)
menemukan jenis ini di Indonesia. Jenis-jenis tersebut tersebar sangat luas di
berbagai perairan (Tabel 1).
Tubuh crustacean dibagi dalam bagian thoraks dan abdomen.

Pada

beberapa crustacea yang umum dijumpai seperti udang, lobster dan jenis-jenis
crab, bagian thoraks ditutupi oleh sebuah karapas yang melindungi permukaan
dorsal tubuhnya. Rajungan dengan mudah dapat dikenali dari bentuk tubuhnya
yang memiliki karapas yang lebar. Karapas rajungan berbentuk semitriangular
dengan ornamen berbentuk titik-titik putih. Karapas rajungan dibagi menjadi
beberapa bagian (Gambar 2). Ornamen pada bagian-bagian tersebut dapat menjadi
ciri kematangan kelaminnya. Pada bagian dorsal tubuh rajungan terdapat toraks

11

(thorachic sterna) dan lipatan abdomen yang berwarna putih. Bentuk lipatan
abdomen berbeda antara jantan dan betina.
Tabel 1 Distribusi jenis rajungan dari genus Portunus.
No.

Spesies

Asia

Afrika

Australia Eropa

Indonesia

1.

P. aburatsubo

+

-

-

-

-

2.

P. argentatus

+

+

+

-

+

3.

P. brocki

+

-

+

-

+

4.

P. gracilimanus

+

-

+

-

+

5.

P. gracilimus

+

-

-

-

-

6.

P. haani

+

+

+

-

+

7.

P. hastatoides

+

+

+

-

+

8.

P.iranjae

+

+

-

-

+

9.

P.macropthalmus

+

-

-

-

+

10.

P.nipponenis

+

-

-

-

+

11.

P. orbitosinus

+

+

+

-

+

12.

P. pelagicus

+

+

+

-*)

+

13.

P. petreus

+

+

+

-

-

14.

P. pubercesis

+

+

+

-

+

15.

P. pulchricristatus

+

-

+

-

+

16.

P. sanguinolentus

+

+

+

-

+

17.

P. speciosa

+

-

-

-

-

18.

P. suborbicularis

+

-

-

-

-

19.

P. tenuipes

+

-

+

-

+

20.

P. trituberculatus

+

-

-

-

+

21.

P. yoronensis.

+

-

-

-

-

22.

P. granulates

+

+

+

-

+

*)ditemukan di perairan Rhodes Island Turki dan disebut sebagai lessepsian
species (Fokaet et al. 2004).

12

Gambar 2 Struktur karapas dan bagian-bagiannya (Keterangan: 1. Karapas,
2. Orbit, 3.Dahi, 4. Protogastrik, 5.Mesogastrik, 6. Metagastri