SUMBER AIR

SUMBER AIR

I. LATAR BELAKANG Daya tampung beban pencemaran (DTBP) yang juga sering disebut dengan beban harian maksimum total (total maximum daily loads) merupakan kemampuan air pada suatu sumber air untuk menerima masukan beban pencemaran tanpa mengakibatkan air tersebut menjadi cemar. Penetapan DTBP merupakan palaksanaan pengendalian pencemaran air yang menggunakan pendekatan kualitas air (water quality-based control). Pendekatan ini bertujuan mengendalikan zat pencemar yang berasal dari berbagai sumber pencemar yang masuk ke dalam sumber air dengan mempertimbangkan kondisi intrinsik sumber air dan baku mutu air yang ditetapkan. Hasil penetapan DTBP dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan kebijakan sebagai berikut :

a. Penetapan rencana tata ruang

b. Pemberian izin usaha dan/atau kegiatan yang lokasinya secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kualitas sumber air

c. Pemberian izin lingkungan yang berkaitan dengan pembuangan air limbah ke sumber air

d. Penetapan mutu air sasaran serta kebijakan pengendalian pencemaran air

Berkaitan dengan pemberian izin, perhitungan DTBP dipergunakan untuk menetapkan mutu air limbah dan lokasi usaha dan/atau kegiatan sebagai salah satu persyaratan pemberian izin. Sementara itu hasil perhitungan DTBP dapat digunakan sebagai dasar pengalokasian beban (waste load allocation) yang diperbolehkan masuk ke sumber air dari berbagai sumber pencemar supaya tindakan pengendalian yang tepat dapat dilaksanakan yang pada akhirnya baku mutu air yang telah ditetapkan dapat dipenuhi atau mutu air sasaran dimasa yang akan datang dapat dicapai.

1-17

II. TUJUAN Pedoman ini dimaksudkan untuk memberikan panduan dalam penerapan nilai daya tampung beban pencemar pada sumber air (sungai, muara, situ, danau dan waduk) terkait dengan pemberian izin lingkungan yang berkaitan dengan pembuangan air limbah ke sumber air dan penyusunan kebijakan pengendalian pencemaran air. Dengan demikian pemerintah kabupaten/kota memiliki kemampuan dalam pengendalian pencemaran air dengan mempergunakan kombinasi pendekatan kualitas air, penerapan teknologi serta penggunaan tindakan tepat guna (best practices). Pedoman ini tidak dimaksudkan untuk memberikan panduan teknis dalam metode perhitungan DTBP, karena panduan dimaksud ditetapkan dalam peraturan perundangan yang lain.

III. TATA CARA PENERAPAN PERHITUNGAN DAYA TAMPUNG BEBAN PENCEMARAN DALAM PENETAPAN IZIN

Faktor-faktor yang menentukan daya tampung beban pencemar sumber air (sungai,muara, situ, danau dan waduk) secara umum adalah sebagai berikut:

a. Kondisi hidrologi, dan morfologi sumber air termasuk kualitas air sumber air yang ditetapkan DTBP-nya

b. Kondisi klimatologi sumber air seperti suhu udara, kecepatan angin dan kelembaban udara

c. Baku mutu air atau kelas air untuk sungai dan muara atau baku mutu air dan kriteria status tropik air bagi situ, danau dan waduk.

d. Beban pencemar sumber tertentu/point source

e. Beban pencemar sumber tak tentu/non-point source

f. Karakteristik dan perilaku zat pencemar yang dihasilkan sumber pencemar

g. Pemanfaatan atau penggunaan sumber air

h. Faktor pengaman (margin of safety) yang merupakan nilai ketidakpastian dalam perhitungan. Ketidakpastian tersebut bersumber dari tidak memadainya data dan informasi tentang hidrolika dan morfologi sumber air, selain kurangnya pengetahuan mengenai karakteristik dan perilaku zat pencemar.

Berikut ini merupakan tahapan yang dilakukan dalam perhitungan DTBP dan penerapan DTBP di dalam perizinan serta penyusunan program pengendalian pencemaran air:

A. Tahapan Pelaksanaan Perhitungan DTBP

1. Menetapkan prioritas sumber air yang akan ditentukan DTBP- nya yang didasarkan pada:

2-17 2-17

tercemar. 2). Danau, waduk dan situ yang memiliki status mutu air

paling tercemar dan kadar unsur hara paling tinggi.

b. Sumber air yang dimanfaatkan sebagai air baku untuk air minum.

c. Tingkat potensi sumber pencemar yang berpotensi menerima jumlah beban pencemar yang terbesar.

2. Melakukan inventarisasi dan identifikasi kondisi hidrologi, morfologi dan faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kondisi sumber air yang akan ditentukan DTBP-nya yang meliputi paling sedikit:

a. Peta dasar (peta rupa bumi atau peta topografi).

b. Data klimatologi dan meteorologi, antara lain: radiasi sinar matahari, curah hujan, suhu udara, kecepatan angin dan kelembaban udara.

c. Data hidrolik sumber air yang meliputi: debit, volume, panjang, lebar, kedalaman, kemiringan hidrolis, kecepatan air.

d. Data kualitas air sumber air

3. Melakukan identifikasi baku mutu air untuk sungai dan muara atau baku mutu air dan kriteria status tropik air bagi situ, danau dan waduk yang akan ditentukan DTBP-nya. Apabila baku mutu air atau kriteria tropik air belum ditetapkan, dapat digunakan kualitas air kelas II sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

4. Melakukan inventarisasi dan identifikasi jenis, jumlah beban (debit dan konsentrasi) dan karakteristik sumber pencemar yang meliputi:

a. Sumber pencemar tertentu (point source): saluran irigasi, drainase, anak sungai, oulet limbah industri atau domestik (IPAL rumah tangga terpadu, hotel, dan rumah sakit)

b. Sumber pencemar tak tentu (non-point/diffuse source) : rumah tangga tanpa IPAL, pertanian, peternakan dan pertambangan.

5. Melakukan identifikasi pemanfaatan sumber air.

6. Melakukan perhitungan DTBP sumber air dengan menggunakan berbagai metode sebagai berikut:

a. Perhitungan kesetimbangan (neraca) masa.

b. Pemodelan analitis menggunakan persamaan metematika yang secara ilmiah telah teruji misalnya: metode streeter- phelps.

3-17 3-17

d. Metode lain yang didasarkan pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sepanjang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Tahapan penetapan daya tampung beban pencemaran air disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1.

Tahapan Penetapan Daya Tampung Beban Pencemaran Air

Pengkajian kelas

Baku mutu air

air dan kriteria

atau kriteria status

mutu air

tropik air

Penetapan status mutu air atau status tropik air

Pemantauan

Data kualitas air

kualitas air

Inventarisasi dan

Data

identifikasi sumber

hidromorfologi

pencemar

sumber air

Penetapan daya tampung beban pencemaran

B. Penerapan DTBP Dalam Perizinan Lingkungan Yang Berkaitan Dengan Pembuangan Air Limbah Ke Sumber Air.

1. Menghitung kontribusi beban pencemaran dari masing-masing sumber pencemar terhadap DTBP sumber air.

4-17

2. Mendapatkan informasi alokasi jumlah beban pencemar yang diperbolehkan untuk dibuang ke sumber air dari masing- masing sumber pencemar agar kualitas sumber air tetap memenuhi baku mutu air/kelas air yang ditetapkan.

3. Apabila hasil perhitungan menunjukan bahwa beban pencemar telah melewati DTBP sumber air, maka perlu diperhitungkan jumlah beban pencemar yang harus dikurangi dari masing- masing sumber pencemar.

4. Menetapkan mutu air limbah yang diperbolehkan dibuang ke sumber air dari usaha dan/atau kegiatan didasarkan hasil perhitungan DTBP sebagai salah satu persyaratan dalam pemberian izin lingkungan yang berkaitan dengan pembuangan air limbah ke sumber air.

5. Apabila mutu air limbah dari usaha dan/atau kegiatan yang diperbolehkan berdasarkan perhitungan DTBP lebih ketat dari baku mutu air limbah usaha dan/atau kegiatan nasional maupun daerah, mutu air limbah yang diperoleh dari perhitungan DTBP tersebut ditetapkan sebagai mutu air limbah yang dipersyaratan dalam izin lingkungan yang berkaitan dengan pembuangan air limbah ke sumber air.

6. Apabila mutu air limbah dari usaha dan/atau kegiatan yang diperbolehkan berdasarkan perhitungan DTBP lebih longgar dari baku mutu air limbah nasional maupun daerah, baku mutu air limbah nasional atau daerah digunakan sebagai syarat izin lingkungan yang berkaitan dengan pembuangan air limbah ke sumber air.

Alur berfikir penerapan daya tampung dalam perizinan lingkungan yang berkaitan dengan pembuangan air limbah ke sumber air tersebut disajikan pada Gambar 2.

5-17

Gambar 2.

Penerapan Daya Tampung Beban Pencemaran dalam Perizinan lingkungan yang berkaitan dengan Pembuangan Air Limbah ke

Sumber Air

Penetapan daya tampung beban pencemaran

- Informasi kontribusi beban pencemar dari masing-masing sumber pencemar terhadap DTBP

- Informasi alokasi jumlah beban pencemar yang diperbolehkan dibuang ke sumber air dari masing-masing sumber pencemar

Mutu air limbah yang diperbolehkan

Mutu air

Dibandingkan

limbah spesifik Baku mutu air sebagai

limbah Lebih

Lebih

syarat izin nasional/daerah ketat

sebagai syarat izin yang berkaitan

longgar

lingkungan

Baku mutu

lingkungan yang dengan

air limbah

berkaitan dengan pembuangan

nasional/daerah

pembuangan air limbah ke

air limbah ke sumber air

sumber air

C. Penerapan DTBP Dalam Penyusunan Kebijakan Pengendalian Pencemaran Air

1. Menghitung kontribusi beban pencemar dari masing-masing sumber pencemar terhadap DTBP sumber air.

2. Mendapatkan informasi alokasi jumlah beban pencemar yang diperbolehkan untuk dibuang ke sumber air dari masing- masing sumber pencemar pada saat ini dan prediksi dimasa yang akan datang ( 5 tahun yang akan datang).

6-17

3. Apabila hasil perhitungan menunjukan bahwa beban pencemar telah melewati DTBP sumber air, perlu diperhitungkan jumlah beban pencemar yang harus dikurangi dari masing-masing sumber pencemar.

4. Penerapan berbagai pilihan kebijakan untuk menurunkan beban pencemaran beserta dampaknya

5. Penyusunan kebijakan pengendalian pencemaran air didasarkan kontribusi beban pencemar terhadap DTBP agar mutu air sasaran 5 (lima) tahun yang akan datang dapat dipenuhi.

Diagram alur penerapan daya tampung dalam penyusunan kebijakan pengendalian pencemaran air disajikan pada Gambar 3.

7-17

Gambar 3. Penerapan DTBP dalam Penyusunan Kebijakan Pengendalian Pencemaran Air

Indentifikasi kondisi kualitas Identifikasi/estimasi beban pencemar:

- Masa yang akan datang 5 (lima) - Sesuai dengan baku mutu tahun

air/kelas air yang ditetapkan - Memenuhi DTBP sumber air

- Mutu air sasaran 5 (lima) tahun yang akan datang

Perhitungan DTBP

- Informasi jumlah beban pencemar yang masih dapat ditampung oleh sumber air

pada saat ini dan 5 (lima) tahun yang akan datang.

- Informasi kontribusi beban pencemar dari masing-masing sumber pencemar

terhadap DTBP. - Informasi dan prediksi alokasi beban

pencemar yang diperbolehkan dibuang ke sumber air dari masing-masing sumber pencemar saat ini dan 5 (lima) tahun yang akan datang.

- Penerapan berbagai pilihan kebijakan untuk menurunkan beban pencemaran

beserta dampaknya.

Penyusunan kebijakan pengendalian pencemaran air agar mutu air sasaran

5 (lima) tahun yang akan datang dapat dipenuhi.

8-17

IV. Contoh perhitungan dan penerapan DTBP dalam perizinan dan penyusunan kebijakan pengendalian pencemaran air

Tata cara penetapan DTBP pada sungai dan danau/waduk mengacu pada peraturan perundang-undangan. Pada pedoman ini hanya dibahas contoh perhitungan dan penerapan DTBP pada sungai khusus untuk parameter BOD yang dilakukan dengan menggunakan metode pemodelan numerik komputer. Sedangkan penetapan DTBP yang sebenarnya, harus dilakukan untuk seluruh parameter yang terdapat pada baku mutu air pada sumber air yang telah ditetapkan.

Pemodelan numerik yang digunakan dalam contoh perhitungan dan penerapan DTBP pada pedoman ini menggunakan perangkat lunak QUAL2KW Versi 5.1 yang dikembangkan oleh USEPA. Sumber air yang dijadikan contoh dalam perhitungan dan penerapan DTBP pada pedoman ini adalah Kali Surabaya.

A. Tujuan Pemodelan:

1. Mendapatkan Informasi kontribusi beban pencemar khususnya parameter BOD dari masing-masing sumber pencemar terhadap kualitas air Kali Surabaya.

2. Memdapatkan angka DTBP Kali Surabaya.

3. Memperoleh angka jumlah beban pencemar yang harus dikurangi dari masing-masing sumber pencemar agar kualitas air Kali Surabaya memenuhi kelas air yang ditetapkan DTBP- nya.

4. Menerapkan berbagai pilihan kebijakan untuk menurunkan beban pencemaran beserta dampaknya.

5. Memperoleh informasi upaya yang harus dilakukan dan investasi yang diperlukan agar DTBP Kali Surabaya dapat dipenuhi.

6. Mendapatkan informasi jumlah beban pencemar yang harus dikurangi dari masing-masing sumber pencemar serta penerapan upaya lainnya agar mutu air sasaran Kali Surabaya pada 5 (lima) tahun yang akan datang (tahun 2014) dapat dicapai.

B. Data dan Informasi. Data dan informasi yang digunakan dalam simulasi ini meliputi sebagai berikut:

1. Kualitas air di hulu dan hilir.

2. Elevasi sungai dan posisi geografis.

9-17

3. Profil hidrolik sungai: panjang, kecepatan aliran, kedalaman, kemiringan dan lebar sungai.

4. Klimatologi:temperatur udara, titik embun, kecepatan angin, tutupan awan, tutupan benda lain dan penyinaran matahari.

5. Sumber tertentu/point source (effluent industri, saluran air, drainase, anak sungai): lokasi, debit, dan kadar.

6. Sumber tak tentu/non-point source (limbah rumah tangga): lokasi, debit, dan kadar.

7. Pengambilan air sungai (point abstraction) untuk rumah tangga, industri atau pengolahan air minum: lokasi dan debit.

8. Resapan (seepage) air sungai ke air tanah (non-point abstraction): lokasi dan debit.

9. Kualitas air beberapa titik (hasil monitoring kualitas air) di sepanjang sungai.

Data dan informasi tersebut bersumber dari :

1. Kualitas air sungai berasal dari laporan akhir kajian daya tampung beban pencemaran Kali Surabaya Tahun 2008, BAPEDAL Provinsi Jawa Timur

2. Data dan informasi berkenaan dengan beban pencemar yang masuk ke Kali Surabaya, saluran air dan anak sungai bukan merupakan data hasil survei, hanya data rekaan untuk mempermudah perhitungan, dikarenakan tidak tersediannya data dan informasi tersebut

Peruntukan segmen sungai: Kali Surabaya yang dijadikan contoh dalam simulasi ini pada tahun 2009 diasumsikan ditetapkan sebagai sungai kelas II yaitu sungai yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan/atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Berdasarkan peruntukan tersebut, konsentrasi untuk parameter BOD adalah 3 mg/l. Gambar 1 memperlihatkan Peta Kali Surabaya Sementara itu mutu air sasaran Kali Surabaya pada tahun 2014 diasumsikan menjadi kualitas air kelas I, sehingga konsentrasi untuk parameter BOD adalah 2 mg/l.

10-17

Gambar 4. Peta Kali Surabaya

11-17

C. Teknik Simulasi Secara umum simulasi dilakukan untuk merepresentasikan tahun 2009 (existing) serta estimasi 5 (lima) tahun yang akan datang (2014) yang terbagi ke dalam 5 skenario agar tujuan pemodelan dapat dicapai sebagaimana disajikan dalam Tabel.1 berikut:

Tabel.1 Skenario Simulasi

Skenario Hulu Sumber Kualitas air

Pencemar

1 Existing Existing Model

2 Existing BMAL Kelas II

3 Existing Estimasi Model tahun 2014

4 BMA Kelas I dan 20% lebih

Mutu Air

penambahan

ketat BMAL Sasaran kelas

debit

dan

penambahan debit di hulu

sungai

1. Skenario 1 Simulasi pada skenario 1 dilakukan dengan melakukan input data existing baik pada kualitas air di hulu maupun data sumber pencemar tertentu dan tak tentu (konsentrasi dan debit) serta pengambilan air (debit). Beban limbah rumah tangga yang langsung masuk ke Kali Surabaya dikategorikan sebagai sumber pencemar tak tentu (diffuse source) yang jumlahnya diestimasi dengan menggunakan data jumlah penduduk dikalikan dengan faktor emisi. Beban pencemar dari industri adalah industri yang mengarahkan efluentnya langsung ke Kali Surabaya. Apabila data sumber pencemar yang masuk ke saluran air, drainase dan anak sungai tidak tersedia, diasumsikan bahwa kontribusi beban pencemar terbesar (80%) yang masuk ke saluran air tersebut bersumber dari rumah tangga, sedangkan industri, hotel, restoran, peternakan dan pertanian masing-masing menyumbang 5%.

2. Skenario 2 Pada skenario 2 kualitas air di hulu Kali Surabaya menggunakan data existing, sementara itu konsentrasi limbah industri diasumsikan telah diolah sehingga memenuhi Baku

Mutu Air Limbah (BMAL) Nasional yang terdapat pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: Kep- 51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Kegiatan Industri. Demikian juga limbah rumah tangga diasumsikan diolah sehingga memenuhi baku mutu limbah domestik nasional, sehingga limbah rumah tangga setelah diolah secara terpadu menggunakan instalasi pengolahan terpadu (IPLT) berubah menjadi sumber pencemar tertentu (point source). Disamping itu limbah rumah tangga, industri, hotel, restoran, peternakan dan pertanian yang masuk ke saluran air, drainase dan anak sungai juga telah mengalami pengolahan dan pengelolaan yang baik sehingga saluran air, drainase dan anak sungai tersebut telah memenuhi mutu air kelas 3.

3. Skenario 3 Estimasi sumber pencemar tak tentu didapatkan dengan memperhitungkan pertumbuhan penduduk sebesar 1.4% per tahun selama 5 (lima) tahun dari tahun 2009 sampai dengan 2014 sehingga jumlah beban pencemar dari rumah tangga bertambah, baik yang masuk melalui saluran air, drainase dan anak sungai ataupun yang langsung masuk ke Kali Surabaya sebagai diffuse source. Sementara itu jumlah beban pencemar dari industri, hotel, restoran, ternak dan pertanian diasumsikan tidak bertambah sebagaimana pada skenario 1. Kualitas air hulu sungai menggunakan data existing tahun 2009.

4. Skenario 4 Mutu air sasaran Kali Surabaya pada tahun 2014 diasumsikan Kelas I. Beban pencemar dari sumber tertentu dan tak tentu menggunakan cara trial and error sedemikian rupa sehingga mutu air sasaran dapat tercapai. Dasar penentuan konsentrasi air limbah industri adalah lebih ketat 20% dari BMAL Nasional yang diatur dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: Kep-51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Kegiatan Industri. Sedangkan untuk limbah rumah tangga diasumsikan telah diolah sehingga mutunya 20% lebih ketat dibandingi baku mutu limbah domestik nasional. Seperti pada skenario 2, limbah rumah tangga diolah secara terpadu menggunakan IPLT, sehingga berubah menjadi sumber pencemar tertentu (point source). Pada skenario 4 ini, kualitas hulu sungai diasumsikan memenuhi kualitas air sungai Kelas I. Di samping itu dilakukan juga penambahan debit air di hulu yang asalnya 21.2 m3/det menjadi 35 m3/det.

D. Hasil Simulasi Gambar 2 menunjukan hasil simulasi menggunakan skenario 1 dan 2. Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa dengan menggunakan skenario 1, DTBP Kali Surabaya telah terlewati. Hasil simulasi menggunakan skenario 2 memperlihatkan bahwa DTBP dapat terpenuhi jika konsentrasi limbah industri dan rumah tangga diasumsikan telah diolah sehingga memenuhi BMAL Nasional. Disamping itu, DTBP diperoleh setelah limbah rumah tangga, industri, hotel, restoran, peternakan dan pertanian yang masuk ke saluran air, drainase dan anak sungai mengalami pengolahan dan pengelolaan yang baik sehingga saluran air, drainase dan anak sungai tersebut telah memenuhi mutu air kelas

Gambar 5. Hasil Simulasi Skenario 1 dan 2

Hasil Simulasi 2009

Jarak (km )

Skenario 1

Skenario 2

BMA Kelas II

Data Lapangan

Berdasarkan hasil simulasi menggunakan skenario 3 dapat dilihat bahwa tanpa melakukan upaya penurunan beban, kualitas air Kali Surabaya menurun seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk selama 5 (lima) tahun. Grafik hasil simulasi skenario 4 memperlihatkan bahwa upaya terpadu penurunan beban pencemar baik di hulu maupun sepanjang Kali Surabaya, ditambah dengan penambahan debit air di hulu berhasil memenuhi mutu air sararan kelas 1. Penurunan beban dilakukan dengan mengetatkan BMAL 20% untuk industri dan domestik. Gambar 3 memperlihatkan hasil simulasi skenario 3 dan 4.

Gambar 6. Hasil Simulasi skenario 3 dan 4

Hasil Simulasi 2014

Jarak (km)

Skenario 3

Skenario 4

BMA Kelas I

E. Analisis dan Rekomendasi Hasil Simulasi

1. Berdasarkan hasil simulasi skenario 1 diperoleh informasi bahwa beban pencemar parameter BOD sumber rumah tangga sebesar 102.031,35 kg/hari atau 51%, dari sumber industri sebesar 79.455,30 kg/hari atau 40%, sementara hotel/restoran, ternak dan pertanian masing-masing memberikan kontribusi sebesar 5841.25 kg/hari atau 3%.

2. Jika Kali Surabaya ditetapkan sebegai sungai Kelas II, DTBP atau alokasi beban yang diperbolehkan dibuang ke Kali Surabaya sebesar 66.397,99 kg/hari yang terdiri dari beban rumah tangga 26.167,02 kg/hari, industri sebesar 36.005,63 kg/hr. Sementara itu beban yang diperbolehkan dari sumber hotel/restoran, ternak dan pertanian masing-masing sebesar 1.408,45 kg/hari.

3. Jumlah beban pencemar yang harus diturunkan agar Kali Surabaya dapat memenuhi DTBP diperoleh dari selisih beban pencemar skenario 1 dengan skenario 2. DTBP parameter BOD dapat tercapai jika berhasil menurunkan beban pencemar total sebesar 132.612,4 kg/hari yang meliputi 75.864,34 kg/hari atau 57,21 % untuk rumah tangga, 43.449,68 atau 32,76 % untuk industri. Sedangkan penurunan beban untuk hotel/restoran, ternak dan pertanian masing-masing sebesar 4.432,8 kg/hari atau 3,34%.

4. Agar industri dapat menurunkan beban sebesar itu, mutu air limbah untuk parameter BOD harus memenuhi BMAL Nasional. Disamping itu, limbah rumah tangga, industri, hotel, restoran, peternakan dan pertanian yang masuk ke saluran air, drainase dan anak sungai harus mengalami pengolahan dan pengelolaan yang baik sehingga saluran air, drainase dan anak sungai tersebut telah memenuhi mutu air kelas III.

5. Kerugian secara ekonomi jika DTBP Kali Surabaya tidak terpenuhi diestimasi sebesar 8,4 milyar rupiah per tahun. Kerugian sebesar itu hanya dikaitkan dengan penambahan biaya pengolahan air minum yang sumbernya dari Kali Surabaya. Kerugian itu belum memasukan biaya pengobatan dan kehilangan waktu produktif serta kerusakan biota akibat dari tingginya angka BOD. Asumsi yang digunakan untuk menghitung kerugian secara ekonomi tersebut adalah peningkatan biaya pengolahan air minum sebesar Rp.19,- per m3 jika setiap terjadi peningkatan kadar BOD sebesar 1 mg/l. Berdasarkan perhitungan model diperoleh angka rata-rata peningkatan BOD sepanjang Kali Surabaya sebesar 3,42 mg/l. Sementara itu data menunjukan bahwa air bersih yang diolah dari Kali Surabaya sebesar 8,52 m3/detik atau 26.868.720 m3 per tahun.

6. Agar memenuhi mutu air sasaran pada tahun 2014 diperlukan beberapa upaya, yaitu:

a. Kualitas air di hulu Kali Surabaya harus memenuhi kualitas air Kelas I, sehingga diperlukan koordinasi dan upaya bersama antara Provinsi Jawa Timur dengan pemerintah daerah yang wilayahnya merupakan hulu Kali Surabaya serta Otorita Kali Brantas.

b. Seandainya mutu air sasaran pada tahun 2014 adalah mutu air kelas I alokasi beban pencemaran total BOD 52.532,52 kg/hari yang meliputi 19.033,23 kg/hari atau 36% dari rumah tangga, 30.496,33 kg/hari atau 58% dari industri, 1.000,99 kg/hari atau 2% masing-masing dari hotel/restoran, peternakan dan pertanian.

c. Penurunan beban pencemar sebagaimana dilakukan pada skenario 4 yaitu menurunkan beban pencemar total untuk BOD sebesar 153.620,07 kg/hari yang meliputi 90.140,32 kg/hari atau 58,68% untuk rumah tangga, 48.958,97 kg/hari atau 31,87% untuk industri serta untuk hotel/restoran, ternak dan pertanian masing-masing sebesar 4.840,26 kg/hari atau 3,15%. Sehingga diperlukan integrasi beberapa kegiatan misalnya:

1) Pembangunan IPLT untuk rumah tangga dengan effesiensi 20% lebih baik dari BMAL domestik nasional yang disertai dengan kegiatan pembinaan, sosialisasi dan pendampingan.

2) Dalam izin lingkungan yang berkaitan dengan pembuangan air limbah ke sumber air untuk industri dan hotel harus disyaratkan bahwa mutu air limbah 20% lebih ketat dari pada BMAL nasional.

3) Sosialisasi, pembinaan dan pengawasan penaatan bagi industri, hotel, restoran agar persyaratan dalam izin dilaksanakan.

4) Sosialisasi dan pembinaan kepada usaha skala kecil (USK) berkaitan dengan pengelolaan limbah menggunakan best practice yang tepat.

d. Bekerjasama dengan Otorita Kali Brantas untuk menambah debit air hulu Kali Surabaya menjadi 35 m3/det.

Tabel 2. Analisis Hasil Perhitungan DTBP untuk parameter BOD

Jenis sumber Pencemar

Rumah

Industri Hotel/ Peterna- Pertani-

kan an Jumlah beban pencemar 102031.3

Tangga

Restoran

5841.24 5841.24 eksisting Tahun 2009 (kg/hari) Alokasi beban pencemar yang 26167.02 35978.41 1408,44 1408,44 1408,44 diperbolehkan Tahun 2009 (kg/hari)

Jumlah beban yang harus 75864.34 43255,84 4432,8 4432,8 4432,8 diturunkan Tahun 2009 (kg/hari) Jumlah alokasi beban yang 19033,23

1000.99 1000.99 diperbolehkan Tahun 2014 (kg/hari) Jumlah beban yang harus 90140,32 48958,97 4840,26 4840,26 4840,26 diturunkan untuk Tahun 2014(kg/hari)