Pengolahan Kayu dan Pembangunan Lokal di Sidangoli, Halmahera

Boks 3: Pengolahan Kayu dan Pembangunan Lokal di Sidangoli, Halmahera

Semenjak akhir tahun 1970-an, PT Taiwi (anak perusahaan PT Barito Pacific) menjalankan pabrik pengolahan kayu di Sidangoli di pesisir barat Halmahera dengan nilai investasi Rp 79 miliar (USD 39,5 juta). Pabrik tersebut mengolah kayu gelondongan yang dipasok dari Maluku, Irian/ Papua, Sulawesi, dan Kalimantan menjadi kayu gergajian, kayu lapis dan blockboard. Pada tahun 1993, pabrik tersebut memperkerjakan 3000 karyawan. Sebagian besar masih lajang dan 40% adalah perempuan. Pada awalnya, sebagian besar karyawan adalah kaum pendatang tetapi pada tahun 1993 tiga perempat angkatan kerja berasal dari daerah setempat, terutama desa-desa sekitar pabrik (Sidangoli Gam dan Sidangoli Dehe), sehingga mentransformasi ketenagakerjaan setempat dari pertanian ke industri. Meskipun demikian, tenaga kerja lokal lazimnya bekerja sebagai buruh – semua posisi yang membutuhkan ketrampilan ataupun posisi satuan keamanan telah diisi oleh tenaga yang sebagian besar berasal dari Jawa – dimana tenaga kerja lokal kesulitan beradaptasi dengan disiplinnya kehidupan di pabrik sehingga tingkat pergantian tenaga kerja lokal cukup tinggi.

Dampak-dampak positif terhadap pembangunan lokal antara lain adalah pembangunan jalan yang dibiayai perusahaan, proyek-proyek peternakan ayam dan sapi skala kecil dan pengembangan jaringan suplai air. Setiap bulan pabrik mengeluarkan dana Rp 150 juta untuk katering, tetapi kebanyakan hasil pertanian didatangkan dari luar daerah karena pemasok lokal tidak mampu memenuhi standar mutu, jumlah dan kontinuitas suplai yang dipatok. Secara umum, PT Taiwi ibaratnya adalah daerah kantong di Sidangoli dimana hubungan-hubungan antara industri tersebut dengan ekonomi lokal adalah cukup terbatas. Kebanyakan dampak positif dari industri ini timbul karena memang menguntungkan kepentingan perusahaan. Hubungan yang terbatas dengan ekonomi lokal berikut rendahnya pemasukan pendapatan asli daerah kepada pemerintah sebelum otonomi daerah telah membatasi kontribusi industri kepada pembangunan lokal. Ketidakpastian dalam industri pengolahan kayu mengancam masa depan industri ini dan makin memperbesar kemungkinan terjadinya pemecatan karyawan

lokal. 18 Lihat World Bank (2004) Project Appraisal Sumber: Firman, T. (2000) The Wood Processing Industry and Local Development in North Maluku, Indonesia. Australian Document for the Land Management and Policy

Geographical Studies 38: 219-229. Development Project.

subsektor kehutanan menghasilkan pemasukan prakonflik menjadi pemasok rempah-rempah, terbesar bagi daerah yang waktu itu masih

terutama cengkeh, dan kelapa. bernaung dibawah Propinsi Maluku yang

Kehutanan dan Perkebunan. Luas areal bersumber dari ekspor hasil hutan seperti kayu perkebunan kelapa tahun 2002 sebesar 47.900 bulat, kayu lapis dan produk kayu lainnya. hektar dengan produksi 68.500 ton. Kecamatan Selama konflik, kilang penggergajian dan Tobelo, Tobelo Selatan dan Galela paling pabrik kayu lapis terpaksa tutup karena

banyak menghasilkan komoditas kelapa. 19 kehilangan tenaga kerja, tetapi pada saat

Pengolahan kelapa dilakukan di pabrik permusuhan dihentikan mereka kembali

pengolahan minyak kelapa di Tobelo. Sebelum beroperasi dalam waktu cukup ringkas berkat konflik, sepertiga luas areal dan produksi timbunan kayu gelondongan. Pada tahun 2001, cengkeh di Kabupaten Maluku Utara sektor kehutanan Sulawesi Tengah setidaknya

disumbang oleh Kabupaten Halmahera Utara. memiliki sebelas operasi pengusaha hutan yang Kecamatan Morotai Selatan, Malifut dan Kao empat diantaranya tidak aktif. Total mereka

merupakan produsen terbesar di Halmahera mengusahakan lahan seluas 844.835 ha, Utara. Sejumlah besar areal perkebunan rusak dimana masing-masing mengendalikan lahan

dalam konflik kekerasan.

dengan luas yang berkisar antara 30.000 sampai 98.000 ha.

Di Galela dulu terdapat perkebunan pisang yang cukup luas yang dikelola oleh PT GAI,

3.2.1 Pengelolaan SDA di perusahaan yang dipayungi Sinar Mas Group. Kabupaten Halmahera Utara

Masyarakat menyambut baik investasi dalam Kabupaten Halmahera Utara resmi berdiri

perkebunan pisang, apalagi pada saat pada tanggal 23 Pebruari 2003 lewat UU No. 1

perkebunan pisang tersebut menciptakan 3.000 tahun 2003 menyusul pemekaran Kabupaten

pekerjaan bagi masyarakat setempat. Proses Maluku Utara. Halmahera Utara kaya sumber

pembebasan lahan juga berlangsung lancar.

Tabel 3-2: Peraturan daerah acuan Kabupaten

Sayangnya, selama konflik perkebunan pisang

Halmahera Utara dan Halmahera Selatan.

menjadi terlantar. PT GAI kehilangan tenaga Sumber: Pemda Halmahera Utara.

kerjanya berikut pasar-pasar internasional dan

Peraturan Perihal

terpaksa gulung tikar. Masyarakat berharap Perda Kab Malut Tata Cara Pemberian Izin Usaha

perusahaan tersebut akan kembali beroperasi No. 11 Tahun Pemanfaatan Hasil Hutan dan

sehingga mengurangi tingkat pengangguran. 2002

Perizinan Pemungutan Hasil Hutan Pada Hutan Produksi Alam dalam

Perikanan. Potensi perikanan wilayah ini Wilayah Kabupaten Maluku Utara

tidak bisa dipandang sebelah mata. Jenis ikan Perda Kab Malut Pajak Pengeluaran Hasil Hutan

yang terdapat di perairan Halmahera Utara di No. 12 Tahun

2002 antaranya pelagis besar seperti cakalang, tuna,

Perda Kab Malut Analisis Mengenai Dampak layaran dan lemadang. Jenis pelagis kecil juga No. 13 Tahun Lingkungan (AMDAL) Kabupaten

banyak dijumpai, seperti ikan layang, 2002

Maluku Utara kembung, teri, selar dan julung-julung. Jenis Perda Kab Malut Retribusi Pengusahaan Perikanan

ikan demersal seperti kakap merah, pisang- No. 17 Tahun

pisang, baronang dan jenis ikan ekonomis 2002

tinggi seperti kerapu sunu dan kerapu bebek Perda Kab Malut Retribusi Tempat Pelelangan Ikan

juga banyak dijumpai dari hasil tangkapan N0. 18 Tahun dan Pemeriksaan Mutu Hasil Laut

2002 nelayan Halmahera Utara. Lokasi penangkapan

Perda Kab Malut Pengelolaan Pertambangan Umum ikan yang strategis adalah perairan Tobelo, No. 27 Tahun dalam Daerah Maluku Utara

Tobelo Selatan, Morotai, Teluk Kao dan Laut 2002

Maluku. Potensi perikanan dikelola oleh SK Bupati Malut Penetapan Harga Dasar Hasil

masyarakat dengan teknologi seadanya. No. 370 Tahun Perikanan yang diperdagangkan 2002

Antarpulau ke Luar Daerah Pertambangan. Nusa Halmahera Mineral (NHM), sebuah perusahaan pertambangan

daya alam, termasuk sumber daya kehutanan, emas Australia, melakukan eksploitasi emas di perkebunan, pertambangan, dan kelautan serta

Kabupaten Halmahera Utara (lihat Bagian 3.4 pesisir, yang sebagian besar belum dijamah.

Sektor perkebunan Halmahera Utara

19 Harian KOMPAS, edisi 4 Pebruari 2004.

untuk keterangan lebih lanjut). Di Pulau Doi (perorangan atau kelompok) yang pertama kali juga terdapat eksploitasi mangan.

membuka areal hutan tersebut. Kebijakan. Pemerintah Propinsi maupun

3.2.2 Pengelolaan SDA di Pemerintahan Kabupaten telah Kabupaten Halmahera Selatan mengembangkan kebijakan dan membuat

Halmahera Selatan, sebelum definitif produk hukum daerah, terutama yang menjadi sebuah kabupaten baru berdasarkan menyangkut penyiapan perangkat UU No. 1 tahun 2003, berstatus sebagai salah kelembagaan daerah serta perijinan dan satu kecamatan di Kabupaten Maluku Utara. retribusi untuk daerah di bidang kehutanan dan Pemerintahannya sendiri baru efektif berjalan perikanan. Namun demikian dapat dikatakan sejak tanggal 9 Juni 2003 dengan fokus awal bahwa sebagian besar produk hukum seperti pada pembentukan perangkat daerah. Peraturan Daerah Kabupaten masih mengacu Pembentukan berbagai perangkat daerah kepada produk hukum kabupaten induk, yaitu tersebut, baik dinas maupun lembaga nondinas, Kabupaten Maluku Utara prapemekaran. didasari pada asas efisiensi. Contohnya adalah Perda-perda kabupaten induk masih penggabungan bidang kehutanan dan bidang diberlakukan (mutatis mutandis) demi perkebunan dalam satu dinas, demikian juga mencegah kekosongan hukum di daerah (lihat dengan pertambangan, perindustrian dan Tabel 3-2). Masih terbatasnya perangkat koperasi yang dikelompokkan ke dalam satu hukum terutama disebabkan karena daerah ini

dinas.

merupakan daerah pemekaran, selain telah mengalami imbas konflik yang cukup besar.

Kabupaten Halmahera Selatan memiliki Pemerintahan yang berjalan di Kabupaten

luas wilayah 40263,72 Km2 dengan komposisi Halmahera Utara masih sementara karena

lautan seluas 78 persen (31.484,40 Km2) dan belum ada DPRD. Dengan status sebagai

daratan 22 persen (8.779,32 Km2). Kabupaten pejabat Bupati sementara kewenangan Kepala

Halmahera Selatan terbagi atas sembilan Daerah masih sangat terbatas. Ia tidak

kecamatan dan berjumlah penduduk 161.643

berwewenang untuk membuat Perda atau 21 jiwa. Potensi SDA meliputi kehutanan, memberi berbagai izin investasi dengan segala

perikanan dan pertambangan. Kegiatan konsekuensi jangka panjang untuk daerah.

ekonomi utama penduduk adalah perkebunan rakyat yang sudah berlangsung sejak lama.

Penguasaan atas Tanah Adat. Kerangka hukum adat yang berlaku di masyarakat

Kehutanan. Kabupaten Halmahera Selatan Halmahera Utara, khususnya Kao,

memiliki hutan seluas 654.414 ha yang terdiri menyebutkan hak-hak kepemilikan lahan/

dari hutan suaka alam seluas 38.791 ha, hutan hutan sebagai berikut: 20 lindung seluas 64.754 ha dan hutan produksi

• Hak Kolanp, yaitu tanah yang diakui seluas 550.000 ha. Saat ini, empat perusahaan sebagai milik kesultanan Ternate secara turun

memiliki izin usaha hasil hutan kayu/ HPH, temurun. Masyarakat dapat menggarap tanah-

lima memiliki izin pemanfaatan kayu/ IPK dan tanah tersebut dengan syarat membayar sejenis

16 memiliki hak pemungutan hasil hutan/ upeti kepada Sultan.

HPHH, yang diberikan kepada kelompok masyarakat atau badan hukum yang dibentuk

• Hak Cocatu, yaitu tanah yang dimiliki masyarakat ketika Halmahera Selatan masih oleh masyarakat berdasarkan tanda yang menjadi bagian dari Kabupaten Maluku Utara. diberikan (tanda parang/ pedang pada pohon Enam puluh persen pendapatan asli daerah kayu). Halmahera Selatan bersumber dari sektor

• Hak Tolagumi, yaitu tanah yang

kehutanan.

dimiliki karena pernah dibersihkan sebelum orang lain membersihkan tanah/ lahan tersebut.

Sistem HPHH, yang diperkenalkan pada tahun 1999, memberi kewenangan kepada

• Hak Rubabanga, yaitu tanah yang Bupati untuk memberikan izin pemanfaatan dimiliki karena masyarakat tersebut hasil hutan dengan skala 100 Ha kepada

masyarakat (lihat Boks 4). HPHH memberi

20 Wawancara M. Janib Ahmad (konsultan setempat, Ternate) dengan Ilham Loti, tokoh pemuda Kao,

21 Makalah oleh Bupati Halmahera Selatan untuk Halmahera Utara.

Musrenbang Propinsi tahun 2003.