What Demonstration Really Want?

What Demonstration Really Want?

Memang ada perdebatan antar aktifis mahasiswa tentang keefektifan demonstrasi serta dampak negarif dan positif dari aksi tersebut, tapi aksi demonstrasi tetap terjadi di kalangan mahasiswa. Walaupun para pendemo sadar akan polemik itu dan tahu sisi negatif demonstrasi, mereka tetap melakukan aksi tersebut. Dalam sejarah Indonesia, demonstrasi adalah bagian penting dalam perubahan social- politik. Di lingkungan mahasiswa term demonstrasi tidaklah asing, bahkan term itu terkadang menjadi brand ikon mereka. Demonstrasi adalah bagian dari fenomena demokrasi yang berfungsi sebagai wahana untuk mengungkapkan pendapat. Namun, demonstrasi pada masa sekarang berbeda, karena biasanya hanya melibatkan sedikit demonstran. Dari kekurangan dan kelebihan metode aksi demonstrasi, aksi ini tetap menjadi bagian yang penting dalam pergerakan mahasiswa. Hal ini karena pada masa sekarang demonstrasi memiliki fungsi lain.

Dalam usahanya yang mencoba melawan dan „menggoyang‟ penguasa yang tidak berpihak pada rakyat, demonstrasi memiliki beberapa kekurangan dan kelebihan.

Demonstrasi memiliki beberapa kelemahan. Demonstrasi yang dilakukan sedikit mahasiswa tidak bisa menggoyang pemerintahan secara efektif. Para mahasiswa Demonstrasi memiliki beberapa kelemahan. Demonstrasi yang dilakukan sedikit mahasiswa tidak bisa menggoyang pemerintahan secara efektif. Para mahasiswa

Disamping kelemahan di atas, demonstrasi tetap memiliki kelebihan. Sejarah mencatat bahwa tumbangnya rezim di negara ini adalah sumbangan yang diberikan oleh para mahasiswa melalui demonstrasi. Ketika dengan skala besar, demonstrasi adalah senjata yang cukup efektif untuk melakukan perubahan sosial. Walaupun aksi demonstrasi akhir-akhir ini hanya melibatkan sebagian kecil mahasiswa, namun hal tersebut bisa menjadi pemantik bagi aksi yang lebih besar. Aksi ini pun sebetulnya masih efektif untuk mengusung isu perubahan pada permasalahan dengan skala kecil, namun mendesak dan urgen, seperti kasus korupsi di perguruan tinggi, kasus anak yang dihukum karena mencuri sandal jepit dan ketidakberesan pelayanan publik. Pada kasus skala kecil tersebut, demonstrasi masih efektif dibanding beberapa alternatif aksi lain. Dan diharapkan dimulai dari kasus kecil bisa menyebar dan memunculkan bola salju sehingga timbul aksi yang lebih besar dan dengan isu yang lebih besar pula. Seperti fenomena revolusi di timur tengah dan gerakan occupaying wallstreet yang dimulai dari hal kecil, yakni dimulai dari diskusi di jejaring sosial di internet dan merembet ke dalam aksi nyata berskala besar.

Para mahasiswa melakukan demonstrasi sebagai aksi perubahan sosial bukan karena ia tidak mempercayai segi kekurangan metode itu. Sebetulnya para demonstran sadar akan dilema ini, sadar ada aspek kelebihan dan kekurangan pada aksi tersebut. Walaupun ada polemik perdebatan itu, namun para mahasiswa tetap melakukan aksi demonstrasi terus menerus. Dari paradoks tersebut muncul pertanyaan, Apa yang sebetulnya demonstran inginkan ketika berdemonstrasi? Manfaat apa yang sesungguhnya diperoleh demonstran dari aksi demonstrasi?

Demokrasi adalah ritual wajib

Sebetulnya, demonstrasi tidak hanya memiliki dampak ke luar, namun juga dampak ke dalam. Dampak keluar adalah perubahan sosial yang dicita-citakan mahasiswa, sedangkan dampak ke dalam adalah efek yang timbul pada demonstran ketika melakukan aksi tersebut. Walaupun ada polemik tentang kelemahan dan kelebihan aksi demonstrasi terhadap aspek luar, namun efek ke dalam demonstran sendiri dari aksi tersebut sangat lah efektif. Oleh karena itu, demonstrasi tetap menjadi ritual bagi aktifis mahasiswa. Demonstrasi terjadi bukan karena mahasiswa tidak tahu bahwa gerakan ini kurang efektif atau tidak logis, namun karena hal itu perlu dilakukan.

Adalah sebuah kesalahan fatal jika menganggap bahwa aktifis demonstran mahasiswa tidak sadar akan ketidakefektifan demonstrasi. Pemerintah dan aparat salah perhitungan jika demonstrasi adalah senjata pamungkas atau serangan utama dalam melawan rezim dan mengusung perubahan. Gerakan mahasiswa tidak sedangkal dan sesederhana itu. Demonstrasi tetap dilakukan bukan karena Adalah sebuah kesalahan fatal jika menganggap bahwa aktifis demonstran mahasiswa tidak sadar akan ketidakefektifan demonstrasi. Pemerintah dan aparat salah perhitungan jika demonstrasi adalah senjata pamungkas atau serangan utama dalam melawan rezim dan mengusung perubahan. Gerakan mahasiswa tidak sedangkal dan sesederhana itu. Demonstrasi tetap dilakukan bukan karena

Sebuah ritual untuk menyatukan solidaritas

Seperti sebuah ritual keagamaan, demonstrasi menimbulkan efek ecstasy yang membuai pelakunya ke dalam suasana penuh luapan perasaan yang membara. Ketika yel- yel di suarakan, lagu-lagu perjuangan disenandungkan dan orasi dilontarkan semua demonstran seakan-akan hanyut dalam suasana kebersamaan. Dalam suasana penuh luapan emosional inilah individu-individu melebur kedalam sebuah kesatuan. Emile Durkheim menyebutnya sebagai effervescent moment, sebuah masa dimana semua mata, pikiran dan perasaan tertuju pada satu hal yang luar biasa. Di sini lah setiap demonstran yang ada melebur bersama ke dalam kesatuan. Sebuah solidaritas yang kuat tumbuh dalam ritual demonstrasi ini. Ritual yang bisa menyatukan individu- individu dan saling mengeratkan sesama mereka. Dalam demonstrasi inilah tubuh, jiwa, perasaan, dan pikiran demonstran bersatu. Karena itulah demonstrasi tetap ada. Serta solidaritas antar demonstran yang merupakan efek dari effervescent moment dalam demonstrasi inilah yang diinginkan.