Kompetensi KUD dan Koperasi dalam Agribisnis Susu dan Tantangannya (Kasus di Kabupaten Bandung Jawa Barat dan Kabupaten Malang Jawa Timur)

RINGKASAN

n. 2001 "Kompetensi KUD dan Koperasi Dalam Agribisnis Susu dan
bawah bimbingan Margono Slamet sebagai Ketua Komisi, serta Pang.
o Tjiptropranoto, Bungaran Saragih, Otto A.S Brotosunaryo sebagai

nan koperasi di Indonesia bersifat top down, telah mendorong tumbuhnya
diprakarsai pemerintah. Keadaan ini membuat koperasi tidak memiliki
karena besarnya intervensi pemerintah dalam pembinaan koperasi.
dan

koperasi belum mampu:bersair~g,akses dengan permodalan lemah

anisasi dan usaha, KUD dan koperasi kurang mampu mangakomodasi
g terjadi. Hasil pembangunan seperti ini, menjadikan pertumbuhan
koperasi sangat pesat, tetapi tidak aktif melaksanakan tugas dan aktivitas
8). Fenomena ini disebabkan lemahnya perhatian pada pembangunan

embangan sumber daya manusia yang lemah pada pembangunan
an koperasi kurang berkembang secara mandiri, karena KUD dan
uh dari bawah. Dalam pembangunan, KUD dan koperasi pada akhirnya lebih

pada subyek bahkan lebih berperan sebagai instrumen dalam
uran kredit, pemerataan dan pelaksanaan kebijakan lainnya, sehingga koperasi
sasi ekonomi sesuai kebutuhan masyarakat sebagai anggota.
nan mulai bersifat bottom up, usaha agribisnis diterima sebagai
ngkatkan kemampuan KUD dan koperasi , karena : (1) usaha
anggota, (2) dalarn agribisnis terjadi proses pendidikan secara
kan produksi, (4) memperluas kesempatan kerja, dan (5)

alah satu usaha yang telah dilaksanakan koperasi sejak tahun
saha andalan KUD dan koperasi susu untuk tujuan
roduksi susu rakyat dan menambah pendapatan peternak (GKSI, 1996).
s yang mudah rusak, mempunyai risiko tinggi, karena itu,