BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era globalisasi memberikan dampak yang sangat besar bagi perkembangan perekonomian suatu negara, terutama kepada negara berkembang. Meningkatnya
perekonomian di banyak negara merupakan akibat dari adanya interdependensi yang pada akhirnya menciptakan derajat keterbukaan ekonomi yang semakin
tinggi di dunia, yang terlihat pada adanya peningkatan arus barang, jasa, uang, dan modal.
1
Seseorang dalam rangka meningkatkan atau mempertahankan nilai modalnya, baik yang berbentuk uang tunai cash money, peralatan enquipment,
asset tidak bergerak, hak atas kekayaan intelektual, maupun keahlian akan melakukan suatu bentuk penanaman modal atau menginvestasikan modal
tersebut.
2
Dalam menanamkan modalnya, investor membutuhkan iklim investasi yang kondusif yang sekaligus dapat meningkatkan kegiatan ekonomi, baik
berskala besar maupun kegiatan ekonomi kerakyatan. Sehingga mendongkrak kemampuan pemerintah daerah, swasta dan masyarakat.
3
1
Sentosa Sembiring, Hukum Investasi,Bandung : Nuasa Aulia, 1999, hal. 2
2
Ana Rokhmatussa dan Suratman, Hukum Investasi Pasar Modal, Jakarta : Sinar Grafika, 2009, hal. 3
3
http:keuda.kemendagri.go.idartikeldetail37-kerjasama-pemda-dan-investor-dalam- memajukan-perekonomian-daerah, diakses pada tanggal 9 Oktober 2015
Investasi yang ditanamkan oleh investor usahawan mempunyai peranan yang sangat penting bagi masyarakat lokal karena investasi tersebut memberikan
pengaruh dalam kehidupan masyarakat setempat maupun perekonomian suatu daerah tersebut.
4
Oleh karena itu, kehadiran investor sangat dibutuhkan dalam mengelola potensi ekonomi yang ada. Kehadiran investor diharapkan dapat menggerakan
roda perekonomian baik skala lokal maupun skala nasional.
5
Investor akan datang dengan sendirinya, bila berbagai hal kepastian hukum dan jaminan
keamanan, kondisi infrastruktur pendukung, serta birokrasi yang simple, cepat, dan transparan
6
, yang dibutuhkan telah tersedia untuk menjalankan investasi.
7
Sebab, keberadaan investasi yang ditanamkan oleh investor terutama modal asing, ternyata memberikan dampak positif di dalam pembangunan. Dampak – dampak
positif itu adalah sebagai berikut :
8
1. Menciptakan lowongan kerja bagi penduduk negara tuan rumah sehingga
mereka dapat meningkatkan penghasilan dan standar hidup mereka. 2.
Menciptakan kesempatan penanaman modal bagi penduduk negara tuan rumah sehingga mereka dapat berbagi dari pendapatan perusahan –
perusahaan baru. 3.
Meningkatkan ekspor dari negara tuan rumah, mendatangkan penghasilan tambahan dari luar yang dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan
bagi kepentingan penduduknya.
4
Salim dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, Jakarta : Rajawali Pers, 2007, hal. 377
5
Sentosa Sembiring, Op.Cit., hal. 130
6
http:keuda.kemendagri.go.idartikeldetail37-kerjasama-pemda-dan-investor-dalam- memajukan-perekonomian-daerah, diakses pada tanggal 9 Oktober 2015
7
Sentosa Sembiring, Op.Cit., hal. 130
8
Salim dan Budi Sutrisno, Op.Cit., hal. 86
4. Menghasilkan pengalihan pelatihan teknis dan pengetahuan yang dapat
digunakan oleh penduduk untuk mengembangkan perusahaan dan industry lain.
5. Memperluas potensi keswasembadaan negara tuan rumah dengan
memproduksi barang setempat, untuk menggantikan barang impor. 6.
Menghasilkan pendapatan pajak tambahan yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan, demi kepentingan penduduk negara tuan rumah.
7. Membuat sumber daya negara tuan rumah baik sumber daya alam maupun
sumber daya manusia, agar lebih baik pemanfaatannya daripada semula.
Dalam pelaksanaannya, untuk memulai investasinya, investor akan melaksanakan beberapa kegiatan pengelolaan modal, salah satunya menyangkut
tentang kegiatan permohonan izin kepada pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
9
Dalam hal ini, bentuk investasi yang digunakan adalah bentuk investasi langsung. Hal ini sejalan dengan yang diatur dalam
Undang – Undang Tahun 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, menurut Undang – Undang Tahun 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal pasal 1
angka 1, Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk
melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia.
10
Dalam hal pelaksanaan penanaman modal investasi di suatu negara, baik usahawan asing maupun usahawan dalam negeri yang akan menanamkan
modalnya akan mempertimbangkan beberapa hal dalam melakukan suatu kegiatan investasi tersebut. Banyak faktor – faktor yang menjadi kendala seperti masalah
9
Ida Bagus Rahmadi Supanca, Kerangka Hukum Kebijakan Investasi Lansung di Indonesia, Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2006, hal. 53
10
Undang – Undang Penanaman Modal Nomor 25 Tahun 2007
politik, ekonomi negara yang bersangkutan, tempat usaha, perundang – perundang dan hukum yang mendukung jaminan usaha, mauapun masalah jalur birokasi.
11
Birokasi yang terlalu panjang biasanya dapat menciptkan situasi yang kurang kondusif bagi kegiatan penanaman modal, sehingga dapat mengurungkan
niat para pemodal untuk melakukan investasi. Birokasi yang panjang seringkali juga berarti adanya biaya tambahan yang akan memberatkan para calon pemodal
karena dapat mengakibatkan usaha yang akan dilakukannya menjadi tidak feasible.
12
Dalam masalah birokrasi yang terlalu panjang, hal ini disebabkan oleh karena adanya penumpukan kerja di pemerintah pusat. Oleh karena itu perlu
adanya suatu pendelegasian wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam rangka meringankan beban pemerintah, karena pemerintah pusat
tidak mungkin mengenal seluruh dan segala kepentingan dan kebutuhan setempat dan tidak mungkin pula mengetahui bagaimana kebutuhan tersebut sebaik –
baiknya.
13
Pemerintah daerahlah yang mengetahui sedalam – dalamnya kebutuhan daerah dan bagaimana memenuhinya. Dengan adanya pendelegasian
wewenang desentralisasi, maka akan dapat menghindari adanya beban yang melampaui batas dari pemerintah pusat yang disebabkan oleh adanya kelebihan
beban kerja yang menyebabkan birokrasi administrasi semakin panjang.
14
11
Ana Rokhmatussa dan Suratman, Op.Cit., hal. 6
12
Ibid., hal. 6
13
Faisal Akbar Nasution, Dimensi Hukum Dalam Pemerintah Daerah, Medan : Pusaka Bangsa Press, 2003, hal. 10
14
Ibid.,
Sebagai gambaran dapat dikemukakan bahwa salah satu keluhan yang paling sering dilontarkan oleh para investor asing selama ini adalah banyaknya
jenis perizinan yang harus diperoleh, yang secara langsung dapat membuat initial cost yang harus dikeluarkan sebelum perusahaan tersebut beroperasi menjadi
lebih banyak.
15
Walaupun demikian untuk memacu kegiatan investasi, pemerintah dari waktu ke waktu terus berupaya, salah satunya adalah dengan perbaikan koordinasi
antara instansi pemerintah pusat dan daerah, penciptaan birokasi yang efisien, kepastian hukum di bidang penanaman modal, biaya ekonomi yang berdaya saing
tinggi, serta iklim yang kondusif di bidang penanaman modal dan keamanan berusaha.
16
Upaya untuk memotong rantai birokrasi investasi ini telah dilakukan oleh pemerintah dengan menerbitkan berbagai kebijakan sebagai berikut :
17
1. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 116 Tahun 1998 Tentang
Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1980 Tentang Pembentukan Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah.
2. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 2 2 Tahun 1998 Tentang
Penghapusan Kewajiban Memiliki Rekomendasi Instansi Teknis Dalam Permohonan Persetujuan Penanaman Modal.
15
Ana Rokhmatussa dan Suratman, Op.Cit., hal. 6
16
Sentosa Sembiring, Op.Cit., hal. 26
17
Ibid., hal. 95
3. Keputusan Menteri negara Investasi Kepala Badan Koordinasi
Penanaman Modal Nomor 21SK1998 Tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian Persetujuan Dan Fasilitas Serta Perizinan Pelaksanaan
Penanaman Modal Dalam Negeri Tertentu Kepada Gubenur Kepala Daerah Tingkat I.
Perbaikan koordinasi dari pemerintah pusat dan daerah terwujud dengan adanya desentralisasi dimana terjadi pelimpahan kekuasaan perundangan dan
pemerintahan regelende en besturende bevoerheid kepada daerah – daerah otonom di dalam lingkungannya.
18
Dengan adanya hubungan yang dependent antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat inilah, terdapat masalah kepastian dalam pemberian izin
investasi, apakah ada pemberian wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah sepenuhnya ataukah terdapat batasan – batasan yang perlu
diperhatikan pendelegasian tersebut.
19
Selain itu perlu adanya keserasian hubungan antara kedua tingkatan Pemerintah tersebut dalam pelaksanaanya di lapangan. Sebab apabila
pendelegasian wewenang tersebut dilaksanakan dengan baik maka akan membawa manfaat kepada pembangunan nasional pembagunan ekonomi.
20
Namun dalam prakteknya, kedua lembaga pemerintah ini sering terjadi pertentangan maupun perselisihan, sehingga dalam proses pelaksanaan
18
Hanif Nurcholis, Teori dan Praktek Pemerintahan dan Otonomi Daerah, Jakarta : Grasindo, 2007, hal. 6
19
Ibid., hal. 7
20
Faisal Akbar Nasution, Op.Cit., hal. 114
pendelegasian wewenang ini akan menimbulkan masalah, dimana usaha tersebut hanya dijalankan oleh Pemerintah pusat, sehingga mengabaikan peranan dan
inisatif yang dapat dibuat oleh pemerintah daerah yang besar sekali peranannya dalam menciptakan dan menggalakan pembangunan di daerah. Tetapi sebaliknya
jika usaha tersebut hanya dijalankan oleh pemerintah daerah tanpa adanya koordinasi dengan pemerintah pusat maka akan menimbulkan persaingan yang
tidak sehat diantara berbagai daerah dan akan menyebabkan pemborosan dalam penggunaan sumber – sumber daya resources.
21
Adanya kesan pemerintah pusat belum sepenuhnya mendelegasikan wewenang desentralisasi kepada pemerintah daerah dalam urusan investasi,
dalam hal ini diwakili oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal BKPM. Dengan adanya pengelolaan investasi yang bersifat sentralistik tentunya akan
bersifat merugikan iklim investasi yang semakin liberal dan penuh persaingan dari negara – negara lain dalam era globalisasi ini.
22
1. Bagaimana pendelegasian wewenang pemberian izin investasi kepada
pemerintah daerah?
B. Rumusan Permasalahan