Penilaian Ekonomis Penggunaan Lahan Oleh Masyarakat Di Dalam Areal Konsesi HTI Di Sumatra

E/MA/~

/Y/L

PENILAJAN EKOKOMIS PENGGUNAAN L A U N OLEH MASYARAKAT
DI DALAM AREAL KONSESI HTI DI SUMATERA

Aditya Alit Suhartanto
E01499111

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
mrSTITUTPERTANJAN BOGOR
2004

ADITYA ALIT SUIIARTANTO. E01499111. Penilaian Ekonomis Penggunaan Lahan
Oleh Masyarakat Di Dalam Areal Konsesi HTI Di Sumatra. Dibawah bimbingan Dr. Ir.
M. Buce Saleh, MS.
Pe~nbangunanHutan Tanaman Industri (HTI) di Indonesia sampai saat i ~ i itelah
berkembang pesat dalatn rangka memenuhi kebutuhan akan kayu yang makin rneningkat
diantaranya sekitar 5 juta hektar lahan telah dirubah menjadi I-IT1 dan 1,5 juta hektarnya

terdapat di Sumatra. Dalam proses pembangunan HTI tersebut terkadang terdapat masalah
tulnpang tindih lahau dengan masyarakat, dengan perusahaan HTI ~nengeluarkanskema
kerjasama antara perusaham dengan masyarakat.
Skema yang dirnaksudkan adalah skema pemsahaan yang dunaksudkan sebagai
program pengelolaan HTI yang dilaksanakan secara bersama-sama antara perusahaan dengan
~nasyarakatyang berada di dalatn atau di sekitar areal HPHTI perusahaan tersebut, yang
memiliki hak pengusahaan yang sah maiurut ketentuan yang berlaku serta untuk merespon
perkernbangan sosial ke~nasyarakatar~,agar lahan yang tidak produktif yang dikuasai
masyarakat dapat pula dijadiian HTI dengan pengelolaan secara bersatna-sama d i i a n a
hasilnya dapat dinikmati seczra bersama-sama pula.
Namun dalam kenyataannya, skema yang ditawarkan ternyata tidak efektif
mengingat masih banyak konflik yang terjadi. Pihak pemsahaan hanya menghitung Nlai dari
segi produksi dalam perjanjiannya dan masyarakat mengbaapkan lebih dari Nlai tersebut.
Penilaian nilai guna langsung lahan masyarakat dapat menjembatani ha1 itu, sehingga
masyarakat me~npunyaigambaran mengenai nilai dari lahannya dan lebih jauh lagi pihak
perusahaan dapat rnempcrtimbangkan nilai tersebut.
Pemilihan lokasi dalam penetitian ini dilakukan deugan bekerjasama dengan empat
perusahaan HTI-Pulp yang berada di Sumatra Selatan (PT. Musi Hutan Persada), Jambi (PT.
Wirakarya Sakti), Riau (PT. Arara Abadi), dan Sumatra Utara (PT. Toba Pulp Lestari).
Kriteria pemilihan lokasinya adalah sebagai berikut: 1) Berlokasi didalam atau dekat dengan

areal konsesi; 2) Areal berhutannya luas, 100 ha; 3) Arealnya efektif digunakan; 4)
Masyarakat asli.
Lokasi-lokasi tersebut secara bemutan, berikut dengan hasil penelitiannya, adalah
sebagai berikut: 1) Talang Belanti (97 produk, nilai ekonomis yang diperoleh sebesar: Rp.
3.072.535,- per hektar per tahuh); 2) Dusun Bagan Tengah (1 17 prod&, nilai ekonomis yang
diperoleh sebesar Rp. 4.257.047,- per hektar per tahun); 3) Dhsun Jiat Kratnat (68 produk,

besar adalah masalah upah kerja. PT. MHP dari kelompok pertama mernasukkan variabel
upah kerja dalam penghitungan nilai skemanya sedangkan perusahaan yang lain tidak. Upah
kerja menjadi penyebab mendasar disebahkan karena nilainya dirasakan cukup besar, sekitar
50 - 60 %, seperti halnya pada PT. MHP.

Yang juga menjadi f&or

perbedaan adalall penerapan jixed cost dalam

menghitung nilai produksi dari lahan yang diikutsertakan kedalam skema. Fixed cost ini
merupakan harga yang telah ditetapkan oleh pelmahaan dalarn rangka memberika~lnilai
terhadap kayu yang diproduksi pada akhir daurnya. PT. WKS, PT. AA, dan PT. TPL
rnenggunakan sistem iili dalam kesepakatan skemanya.

Dari gambaran diatas dihvapkan phak perusahaan dapat merevisi ulang dan
inempertimbangkan ke~nbalinilai yang diberikan kepada masyarakat dalrun rangka peran
serta mereka dalam skema perusallaan. Diharapkan, paling tidak, nilai yang diberikan kepada
~nasyarakatsetelah meruhah laliannya untuk ditanarni akasia inisalnya, sama dengan apa yang
hasilkan oleh lahan tersebut ketika sebelum diruball. Dan dipkirkan juga tentang jangka
waktu ymg cukup lama dalatn rangka menunggu hasil panen, sekitar 7 sarnpai 8 tahun,
dimana dalam rentang w a h tersebut diharapkan pihak perusahaar! dapat mernherikan
penghasilan sisipan untuk ~nenghidupikeseharian ~nasyarakat.Penghasilan sisipan tersebut
dapat berupa pekerjaan dalam rangka pengelolaan lahan masyarakat itu sendi, seperti
kegiatan pemupukan, slashing, iveeding, dan lain-lain.
Sedangkan bagi masyarakat, diharapkan dapat mempunyai gambaran terhadap nilai
laharmya sehingga mereka dapat mengadakan negosiasi, yang diharapkan juga, lebih adil
dalam rangka menentukan nilai lahan mereka, ataupun masyarakat dapat melihat lebih dalam
lagi, y a h i bahwa lahan mereka,' yang dalam penelitian merupakan hutan sekunder, saniat
penting untuk kehidupan mereka, khususnya dalam jangka waklu yang sangat panjang.
Nilai-nilai yang dihitung dalam penelitian ini, khususnya nilai guna ~angsunglahan
masyarakat, sangat terbatas dengan waktu dan tempat. Nilai-nilai tersebut sangat peka,
sehingga nilai yang digunakan dalam penelitian ini tidak dapat dibandingkan dengan areai
lain.


PENILAIAN EKONOMIS PENGGUNAAN L A W N OLEH MASYARAKAT
DI DALAM AREAL KONSESI HTI DI SUMATERA

IGirya Ilmiah
Sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Kehutanan
pada Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor

Oleh :
Aditya Alit S~~hartanto
E01499111

DEPARTEMEN MANASEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
IINSTITUT PERTANIAN BOGOR
2004

Judul Penelitian


: PENILAIAN EKONOMIS PENGGUNAAN LAHAN OLEH

MASYARAKAT DI DALAM AREAL KONSESI HTI DI
SUMATERA
Nama Mahasiswa

: Aditya Alit Suharta~~to

No~norPolcolc

: E01499111

Menyetujui :

(Dr. Ir. M. Buce Saleh, MS)
NIP. 131284620

Tanggal Lulus : 24 Mei 2004

RWAYAT HIDUP

Penulis d i l a l ~ k a ndi Bogor pada tanggal 20 Maret 1981, Jawa Barat sebagai
an& pertana dari tiga bersaudara dari pasangan Deddy Suhardhan (Bapak) dan Sudarti
(Ibu).
Pada tahun 1993 pel~ulisberhasil ~nenainatkaupendidikau Sekolah Dasar di SD
Negeri IV Bogor ke~nudianmelanjutkan studi ke SMP Negeri 1 Bogor dan tnenanatkannya
tahun 1996. Pada tahun 1999 penulis inenyelesaikan jenjang peildidikan di SMU Negeri 1
Bogor. Pada tahun yang sama penulis diteri~nadi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas
Kelmtanan Institut Peitanian Bogor ~nelaluiprogran Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(UMPTN). Pada tahun 2001 penulis memilih Sub Program Studi Perencanaan Hutan.
Selain itu, penulis pun rnengikuti beberapa orgaiisasi ke~nahasiswaan. Pada
tdiun 2000 penulis aktif di IFSA (Ji~temationalForeshy Students' Association) d a selnpat
~
mengadaka11 sunposiuin internasional (International Forestry Students' Symposium) dalain
rangka kegiata' t&.unan IFSA pada tahun 2302 di Lndonesia. Pada tal~unyang salla, penulis
pun &if di AFSP. (Asean Forestry Students' Association).
Sebagai salah satu syarat untuk ~nemperolehgelar Srrjana Kehutanan pada
Kehutanan IPB, penulis melakukan penelitian dengan judul Penifaian Ekonomis
Penggunaan Lahan Oleh Masyarakat Di Dalam Areal Konsesi HT1 Di Sumatera di
bawah bimbingan Dr. Ir. M. Buce Saleh, MS.


KATA PENGANTAR
Bismillahirai~n~at~i~~'oI~ii~~~i,

Assslaniu'alaikuni wr. Wb.
Alhamdulillah, segala puji dan syultur penulis panjatkan ltehadii-at Allah SWT.
yang telah memberikan lcarunia nilanat dan keselamatan, seliingga penulis telah dapat
melaksanakan Skripsi ini. Tidak lupa sholawat serta salam kami haturkan kepada juiijungan
kita Nabi Muhanimad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya. Skripsi ini merupakan
salah satu syarat ulituk meml~erolehgelar Sarjana Keliutanaii pada Faltultas Kehutanan
Institut Pertaniali Bogor.
Atas kesernpatan yang telah diberikan, penulis ingin tnengucapkan terirna ksaih
yang sebesar-besarnya lcepada : Kedua orang tua; atas dukungan dan kasih sayangnya selama
ini. Adilc-adildcu, Janu dan Tantri; yang telali meniberikan perhatiannya selania ini. Ridha,
yaug telah nleneniani selanla tujuh tahun ini. Bapak Dr. Ir. M. Buce Saleh, MS; atas
lcesabaran dan biinbingannya yang sangat berarti. Bapak Dr. Ir. Bramasto Nugroho, MS dan
Bapak Ir. Rachmad Hermawan, M.Sc.F. atas masukan dan kritikannya; Julia Maturana dan
Manuel Boissiere; atas dukungan dan bantuannya dalani menuang ide. Nicholas Hosgood;
atas bantuan dan persahabatan yang tidak akan pemah dilupakau. Sahabat-sahabat (Muti, Eka
Anita, Danan, Ajie, Nyong, Kiki, Nyunyun, Desi, daii yang lain yang tidak dapat disebutkan
satu persatn); atas canda tawa dan kebersamaan yang mudah-niudahan tidak pernah putus.

Masyarakat Talang Belanti, Dusun Bagan Tengah, Dusun Jiat Kramat, dan Desa Lumban
Purba; yang telah lnelnbantu secara baik sekali dalam proses wawancara.
Tentu akan menjadi daftar yang sangat panjang bila disebutkan satu persatu rasa
terima kasih ini. Selcali lagi penulis ucapkan terinia kasih kepada pihak-pihak yang telah
inernbantu selama dilapangan hingga penulisan laporan ini.
Sungguh disadari bahwa laporan ini sangat jauh dari apa yang diharapkan.
Sehingga kritik dan saran konstruktif akan diterin~d dengan kelapangan dada. Naniun
demikian setidaknya bolehlah penulis berharap bahwa laporan ini dapat bemanfaat bagi
pihak-pihak yang membutuhkannya. Terinia kasih.
Wassalamu'alaikum wr. Wb.
Bogor,

Februari 2004
Penulis

DAPTAR IS1
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................

i


RIWAYAT HIDUP ..........................................................................................

11

..

...
I U T A PENGANTAR ..................................................................................... 111

DAFTAR IS1 ..................................................................................................

iv

DAFTAR TABEL ............................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR .......................................
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
I. PENDAHULUAN ................................................................................

vii
...

VIII

I

A . Latar belaltang

1

B. Perurnusan Masalah ..........................................................................

3

C . Tujuan ...........................................................................................

4

D . Manfaat ................................................................................................4
KTINJAUAN PUSTAICA ............................................................................... 5
A . Hasil Hutau ........................................................................................


5

B . Nilai

6

................................................................................................

. . ...............................................................................................
C . Pen~la~avl
8
. .
D . Nlla~Eltoi~omiTotal .............................................................................8
. .

1. N~lalGuila Lai~gsung.................................................................

9

2 . Nilai G u m Tidak ~ a i ~ g s u nPilihan
g,
dail Keberadaan ..................... 10

I11. METODA PENELITIAN ...........................................................................13
A . Loltasi da11Waktu ............................................................................

13

B . Sasaran ............................................................................................

13

C. Bahan dan Alat .................................................................................. 13
D . Sumber Data .........................................................................................
13
E . Jenis Data .............................................................................................
14

..

.............
................................................................14
F. Metode Penel~tlan
.
1. Metode Penentuan Lokasi ..........................................................

14

2 . Metode Pengu~npula~l
Data ..........................................................

15

a. Teknik Wawancara

15

1. Kuisioner .

15

2. Persiapan Wawancara

17

3. Proses Wawancara .......................... ................................

18

b. Teknik Observasi

19

3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

19

IV. GAMBARAN UMLTM LOKASI PENELITIAN ...................................... 20
A.

Talang Belanti

20

B. Dusun Bagan Tengah ........ .............................. ................................ 2 1

C. Dusun Jiat Kramat ..

22

D.

23

Desa Lumban Purba

V. 1HASIL DAN PEMBAHASA

25

A. Hasil Penelitian
1. Penilaian Nilai Guna Langsung .....................................

25
. . . . . . . . . . 25

a. TaIang Eelanti

25

b. Dusun Bagan Tengah

26

c. Dusun Jiat Krama

27

d. Desa Lumban Purba ..................................................................

28

29

2. Skema Perusahaa
a. PT. Musi Hutan Persad
b. PT.,Wirakarya Sakti ................................
.........

30

..

,.
. ... .. .2 1

c. PT. Arara Abadi ................................................................. 32
d. PT. Toba Pulp Lestari .............................................................. 33
B. Pembahasan .............................................................................. 34

VI. -U?SIMPULAN DAN SARAN..........
A. Kesimpulan...........................

41
41

B. Saran .........................................................................,... .................... 4 1
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

1. Rekapitulasi data nilai guna lahan areal Talang Belanti ................................. 26

2. Rekapitulasi data nilai guna lahan areal Dusun Bagan Tengah ...................... 27
3 . Rekapitulasi data nilai guna lahan areal Dusun Jiat Kra~nat........................... 28
4 . Rekapitulasi data nilai y n a lahan areal Desa Lumban Purba ........................ 29

5.

Jenis produk penting dan pengaruhnya terhadap nilai .................................... 35

6 . Nilai perbandingan nilai guna langsung dari lahan nlasyarakat dengan
nilai berdasarkan ske~naperusahaan ............................................................... 38

DAPTAR GAMBAR

No.

Teks

Halainan

1. Kategori Nilai Ekonomi Total dari Sumberdaya Hutan ...................................... 9
2. Bagan Alir Peiniiihan Metode Penilaian Nilai Guna Langsung (Direct Use

Value) Su~nberdayaI-Iutan ................................................................................

10

3. Bagan Aiir Pemilihan Metode Penilaian Nilai Guna Tidzk Langsung,
Nilai Piiihan, dan Keberaciaan Sumberdaya Hutan Produksi ............................12

4. Nilai perbandingan nilai guna langsung dari lahan masyarakat dengaii
nilai lahan berdasarkan skeixa perusahaan ........................................................ 34

DAFTAR LAMPIRAN
NO.

~eks

F~L[LUV~UI?

1. Jenis dan Harga Masing-Masing Produk dari Setiap Kategori Untuk

45
Areal Talang Belanti .......................................................................................
2. Jenis dan Harga Masing-Masing Produk dari Setiap Kategori Untulc

Areal Dusun Bagan Tengah ........................................................................... 47

3. Jenis dan Harga Masing-Masing Produk dari Setiap Kategori Untuk
49
Areal Dusun Jiat Kra~nat..................................................................................
4. Jenis dan Narga Masing-Masing Produk dari Setiap Kategori Untulc
Areal Desa Lumban Purba ............................................................................. 50
5. Analisa Usaha Tanaman Acacia Mangiuni Hutan Rakyat ( I n 1 Pola

MHR) Per Ha Per Satu Daur Tanam PT. Musi Hutan Persada ........................ 5 1
6. Analisa Usaha Tanaman Eucalyptus spp. Hutan Rakyat (HTI Pola PIR)

Per Ha Per Satu Daur Tanam PT. Toba Pulp Lestari ......................................56

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemanfaatan hutan sebagai sumber daya dam di Indonesia, sebelun tahun 1980-an
masih dalam paradigma pemanfaatan hutan dam. Namun, dengan meningkatnya industri
pengolalian hasil hutan maka dirasakan bahwa hutan alam kurang dapat memenuhi
peningkatan kebutuhan. Untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat tersebut maka
dibangun Hutan Tanaman Indushi (HTI) dengan menanrun jenis pohou cepat tumbuh
sehingga mempunyai produktifitas yang tinggi.
Dari berbagai macam HTI, yang pada akll-akhir ini inendapat sorotan tajam baik
dari kalangan LSM dan lcasyarakat adal3h HTI-pulp, yang berkembang sejak akllir tahun
1980-an. HTI ini menyediakan bahan baku wtuk industri pulp dan kertas di Indonesia.
Pertumbuhan industri pulp dan kertas di Indonesia sungguh menakjubkan. Kapasitas produksi
industri kertas pada tal~un1987 baru mencapai 5 15.000 ton- kemudian tahun 1997 meningkat
menjadi 3.905.600 tm. Sementara itu, paa tahun 1998-1999 telah direncanakan pena~nbahan
kapasitas produksi sebesar 1.390.000 ton. Dengan demikian, pada akhir taliun 1999 total
kapasitas produksi pulp dapat mencapai 5.295.600 ton. Penambahan kapasitas produksi oleh
industri pulp yang sudah ada dan adanya rencana investasi b m pada tahun 2000-2005 akan
menambah kapasitas produksi industri pulp pada akhir tahun 2005 menjadi total 12.745.600
ton (Manu~ng,2003).
Manurung (2003) menambahkan bahwa dua faktor utama yang merangsang
pemunbuhan industri pulp dan kertas di Indonesia adalah harga pulp yang tinggi di pasar
intemasional (saat ini harganya US$ 680 - 700 per ton) dan konsumsi ke~tasyang terns
meningkat. (sekitar 15,5 kg per tahun). Dari total k e s e l d a n areal HTI pulp di Indonesia
yakni sekitar 5 juta hektar, diperkirakan sekitar 1,5 jnta hektar areal KT1 pulp terdapat di
Sumatera (Direk-torat Hutan Tanaman Industxi, Departemen ICehutanan, 2001). Beberapa
industri pulp terbesar di Sumatera diantaranya adalah : Tanjnng Enim Lestari (TEL) di
Sumatera Selatan, Lontar Papyrus Pulp and Paper Industty (LPPPI) di Jambi, Indah Kiat di
Riay d m Toba Pulp and Paper di Sumatera Utara.
Industri tersebut terintegrasi dengan snatu perusahaan HTI, dimana petusahw.
tersebut bertugas untuk ~nengeloladan mengatur areal HTI-nya dalam rangka inensuplai
bahan baku untuk produksi pulp secara berkelanjutan. Perusahaan-perusahaan tersebut
diantaranya adalah: Musi Hutan Persada (MHP) - TEL, W i t a r y a Sakti (WKS) - LPPPI,

Arara Abadi (AA)

-

Indah Kiat Pulp and Paper Industry, Toba Pulp Lestari (TPL) - Toba

Pulp and Paper.
Induslri pulp diperkirakan memberikan pengar~ih li~igltungan yang seringltali
menimbulkan terjadinya konflik antara masyarakat dengan pihak industri. Masyal-altat
menuntut penutupan industri pulp yang dianggap niencemari lingkungan. Na~iiundisaiiiping
masalah lingkungan, banyak sekali faktor-faktor lain yang mendorong terjadinya konflik,
salah satunya adalah alih guna lahan.
Pengalihgunaan lahan dilakukan oleh perusahaan pemegang I-Iak Pengusahaan
Hutan Tanaman Industri (HPNTI) pada areal konsesi yang diberikan oleh pemerintah, d a ~ i
dalam banyak kasus areal ko~isesi tersebut tumpang tindih (overlap) dengan lalian
masyarakat. Biasanya ialian tersehut merupakan lahan adat, dimana pada awalnya hanya
merupakan lahan komunal, biasanya pada level desa atau dusun, dan kemudian menjadi lahan
pribadi apabila sebagian dari lahan tersebut digunakan (dibuka atau dibersilikan dan
ditanami) oleh seseorang yang merupakan anggota masyaraltat dari desa atau dus~inyang
bersangkutan. Pada saat areal konsesi diberikan, baik pihak perusahaan pemegang HPI-IT1
maupun pihak pemerintah kurang rnemperhatikan kenyataan di lapangan, dalam ha1
kepemililtan lahan, dan tetap meneruskan kegiatan alih guna lahan (Maan Ystavat, 2003).
Dengan kondisi yang demikian, maka langkah pertania untuk menyelesaikan akar
~iiasalahsosial yang dihadapi HTI adalah dengan memperjelas dan meniberikan kepastian
hukuin penyelesaian kepemilikan (proverl)] right) lahan hutan. Penyelesaian masalah
provery riglzl lahan hutan ini dilakukan dengall mengakomodir - melalui peraturan
perundang-undangan - sistem dan praktek pengusahan dan pengelolaan sumberdaya alam
yang telah lama hidup dan berkembang di masyarakat seperti : hutan adat dan hutan milik
kolektif. Langkah kedua adalah memperjelas dan memberikan kepastian hukum peruntukan
fungsi kawasan hutan tertentu. Dengan kejelasan dan kepastian hukum status dan peruntukan
kawasan hutan - diakui secara de jure dan de fac/o oleh masyarakat -, maka kawasan hutan
tertentu yang telah ditunjuk dan ditetapkan sebagai areal konsesi HTI akan lebih aman dari
konflik penggunaan lahan sehingga pada gilirannya lebih memberikan jaminan kepastian
usaha. (Muhshi, 1999)
Dalam kasus pada areal HTI pulp di Sumatera, seringkali masyarakat lokal, dalam
ha1 ini adalah masyarakat yang sudah lama menetap di lokasi tersebut, yang menjadi korban
kebijakan perusahaan atau bahkan pemerintah dalam rangka perluasan wilayah pengelolaan
untuk meningkatkan produksi, akibatnya lahan masyarakat menjadi terdesak. Pengalih-

gutlaan lahan me~igakibatkanberkurangnya lahan untuk pen~enuhankebutuhan masyarakat.
Dan biasanya, kasus-kasus seperti ini berakhir dengan konflik.
Dala~iimengatasi dan menghindari konflik tersebut pihak perusahaan ketnudian
berinisiatif untuk lebih memperhatikan hukum-hukum adat seteiilpat berkaitan detigan lahan
yang tumpang tindih dengan areal konsesi. Pendekatan yang dilakukan diantaranya
ltotiipensasi lahan, baik dalam bentuk finansial ataupun infrastrulctur atau kegiatan pel-tanian
yang dibiayai oleh perusahaan, dan program kerjasama dimana masyarakat diiltutsertakan
sebagai rekanan @artriers) yang ke~iiudianpihak perusahaan membagi Itenntungan hasil
panen dengan masyarakat, atau biasa disebut skema kerjasama (skema Perhutanan Sosial).
Slte~iia yang dijalankan pada kenyataannya tidak terlalu berhasil. Kurangnya
proniosi dan kurang bagusnya reputasi perusahaan diniata masyarakat adalah alasan
lturangnya penerapan skema perusahaan pada masyarakat. Masyarakat kebanyakan
n~enipu~lyai
pandangan skeptik niengenai keuntungan jangka panjang dita~iibahjuga karena
perjanjian slte~nayang kurang menguntungkan bagi masyarakat. Terlebih dengall terbatasnya
perspektif perusallaan terhadap nilai guna lahan yang seringkali berdampak pada
lcetidalanaksitnalan estimasi insentif dalam proses perjanjian antara niasyarakat dengan
perusahaan.
8. Perumusan Masalah

Konflik-konflik yang terjadi akibat dari pengalih-gunaan lalian nlasyaraltat nienjadi
areal HTI pulp sekiranya dapat dikurangi atau bahkan dicegah dengan niengetahui nilai
ekonomis dari asal mula lahan tersebut. Hasil penilaian yang diperoleh diharapkan dapat
memberikan gambaran bagi pihak perusahaan dala~nmenentukan konipensasi yang layak
bagi niasyarakat
Nilai yang diperoleh bersumber dari berbagai manfaat yang diperoleh masyaraltal
dari surnber daya hutannya. Oleh karena itu untuk mendapatkan keseluruhan manfaat yang
ada, dilakukan identifikasi setiap jenis manfaat. Keberadaan setiap jenis manfaat ini
merupakan indikator nilai. Setiap indikator nilai inilah yang menjadi sasaran penilaian. Setiap
indikator nilai ini dapat berupa barang hasil hutan maupun atribut yang melihat pada hutan
tersebut dalam hubungannya dengan sosial budaya masyarakat. Proses pembentukan nilai
ditentukan oleh persepsi individulmasyarakat terhadap setiap ko~nponen (komoditi), dan
besamya nilai ditentulcan juga oleh kuantitas dan kualitas komponen dari sun~berdayahutan
tersebut.

Berdasarkan ha1 tersebut diatas dilakukan identifikasi kondisi biofisik dan sosial
budaya masyaraltat. Penilaian dilakukali melalui proses p'enilaian biofisik dan sosial budaya
yaitu kualitifikasi setiap ilidikator nilai berupa barang hasil hutall serta atribut hutan dalam
ltaitannya dengan budaya setelnpat. Atas dasar k~iantifiliasi indilialor nilai tersebut, lalu
dilakukan penilaian ekonomi inallfaat hutan, berdasarkan metode penilaian tertentu pada
setiap klasifikasi nilai.

C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalali :

I. Mengetahui produk-produk hasil hutan dari lahan masyarakat selcitar areal I-IT1 pulp di
Sumatera.

2. Mengetahui nilai ekonomis per hektar dari produk-produk liasil hutan dari lahan
masyarakat selcitar areal I-IT1 pulp di Sumatera.

3. Membandingkan nilai ekollomis dari lahan n~asyarakatdengan ske~iiaperusahaan - nilai
lahan setelah ditanami tanaman untuk kepentingan pulp - yang ada.

D. Manfaat Penelitian
1. Memberikan inforniasi dalam rangka membuka perspektif perusahaan terhadap estimasi
ekono~nisnilai guna laban dari masyarakat lokal dalam rangka penillgltatan tarafliidu~~.

2. Meniberi gambaran kepada masyarakat akan besa~nyanilai dari lahall mereka yang
diharapkan akan lebih meningkat dengan adanya sistem pengolahan yang lebih intensif
dan beragam.

11. TINJAUAN PUSTAKA

A. Hasil Hutan

Undang-Undang Republik Indonesia Notnor 41 Tahun 1999 Tentang
Kehutanan menuliskan bahwa hutan adalah suatu kesatuan ekosistem bempa hamparan
lal~at~
berisi sumber daya alatn hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam
persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
Hutan dalmn ha1 ini su~nberdayahutan dapat memenuhi kebutuhan (keinginan)
lnanusia dalam memperoleh barang dan jasa, karena hutan dapat menyediakan barang
dan jasa secara beragmn. Penggunaan sulnberdaya hutan secara fleksibel terletak pada
penekanan penggunaannya. Sifat fleksibel inilah juga yang menjadi ciri khas yang
lne~nbedakanhutan dan surnberdaya alan lainnya.
Klasifiliasi hasil hutan dapat dibedakan menurut sifat-sifat tertentu, diantaranya
adala!~sifat dan macam produk, sistetn pasar, dan kegunaan.
Klasifiasi hasil hutan menuru: Ichwandi (1997) berdasarkan sifat dan macam
produk, yaitu :
1. Tarigible : yaitu produk-produk hutan secara nyata (dapai dirabddipegkg). Contoh:
kayu (kayu bakar, kayu gergajian, clan produk-produk kayu lainnya), rotan, getah
(darnar, gondomkem), buah, tumbuhan obat, dan hewan.
2. Intangible : yaitu produk-produk yang tidak b e m j u d secara nyata (tidak dapat

dirabddipegang). Produknya adalah berbagai fungsi atau jasa hutan, antara lain :
rekreasi dam, fungsi hidrologis,konservasi tanah, dan pengatur iklim mikro.
Sedangkan hasil hutan berdasarkan keberadah produk tersebut dalam sistem
pasar, yaitu :
1. Marketable : yaitu produk-produk hutan yang telah diperjualbelikan, masuk dalam
mekanisme pasar. Contohnya adalah hasil hutan kayu dan sebagian h a i l hutan non
kayu.
2. Norz-Marketable : yaitu hasil hutan yang belum atau tidak diperjualbelikan, tidak

mas& kedalam mekanisme pasar, yaug sering juga disebut sebagai "public goods"
(barang publii). Contohnya antara lain fungsi hidrologis, keanekaragaman hayati,
dan nilai estetika

Terakhir, berdasarkan nilai kegunaan produk, yaitu :
1.

Konsumsi (use value) : yaitu barang dan jasa hutan yang digunakan oleh manusia
pada masa kini baik secara langsung (direct use) maupun tidak langsung (indirec!
use).

2. Non-Konsurnsi (nori-use value) : yaitu barang dan jasa hutan yang tidak digunakan

pada masa kini, tetapi tnungkin digunakan pada masa yang akan datang baik secara
langsung tnaupun tidak langsung (option ~.alue),baraug tersebut be~nilaikarena
keberadaannya (existance value), ataupun alasan-dasan laimiya karena keterbatasa~
pengetahuan ~nanusiatentang fungsi dalan alam tnaupun keterbatasan ~nanusia
tentang tata nilai itu sendiri.

B. Nilai
Nilai adalah merupakan persepsi manusia tentang tnakua sesuatu objek
(sunberdaya hutan), bagi orang atau individu tertentu, tempat dan wakto tertentu pula.
Persepsi ini sendiri merupakan pandangat perspektif seseorang tentang atau terhadap
suatu benda, dengan proses pemahaman ~nelaluipznca indera yang diteruskan ke otak
untuk ploses pe~nikiran, dan disini berpadu dengan harapan ataupun nonna-nonna
kehidupan yang melekat pada individu atau ~nasyarakattersebut (Pearce, 1992).
Oleh karena itu nilai sumberdaya

hutan yang dinyatakan oleh suatu

masyarakat ditempat tertentu akan beragam, tergantung kepada persepsi setiap anggota
~nasyarakattersebut, delnikian juga keragaman Nlai &an terjadi pada masyarakat yang
berbeda Keragaman nilai ini mencakup besar nilai maupun macam nilai yang ada.
Kegunaan, kernanfaatan, kepuasq r i a senang merupakan ungkapan makna
atau Nlai sumberdaya hutan yang diperoleh dm dirasakan individu atau masyarakat
tersebut. Ukuran nil$ ini dapat diekspresikan oleh waktu, tenaga, barang atau uang,
dimana seseorang bersedia rnemberikannya untuk memperoleh, rnemiliki, atau
menggunaka barang dan jasa yang dinilai.
Beranjak dari konsep nilai ini sampai saat ini telah banyak para pakar
manajemen hutan, ekonomi dan lingkungan ataupun orang konservasi sumberdaya alam
n~egelompokkanniiai kepada beberapa kelompok. Pengelompokkan (ktasifikasi) ini
dapat dibuat atas berbagai macan klasifikasi, sesuai dengan cara pengelompokkannya.

Davis (1989) me~nbuatklasifikasi nilai menurut bagaimana cara penilaian atau
penentuan besar nilai dilakukan, yang dikelompokkan atas :
1. Nilai pasar (niarkel suluc), mempakan nilai yang ditetapkan melalui transaksi

(pa=).

2. Nilai kegunaan (11aIue in use) bagi individu tertentu (induce i~alue).
3. Nilai sosial (social value) nilai tidak dapat ditetapkan melaui kedua metode diatas,

sehingga ditetapkan ~nelaluiperaturan, huku~nataupun perwakilan masyarakat.
Worrel (1961), me~nbuat klasifikasi nilai manfaat sumberdaya hutan,
berdasarkan atas perilaku pasar atas barang dan jasa yang dinilai tersebut, yaitu:
1. Nilai manfaat nyata (tangible benefilr) : adalal~lnanfaat yang diperoleh dari barang
pasar secara
dan jasa yang dapat secara nyata diukur, karena berlaltu ~nelcanis~ne
baik.
2. Nilai manfaat tidak nyata (inrany-ible benefi~s): adalah kebalikan dari lnanfaat nyata,

yaitu nilai manfaat yang tidak dapat diukur secara langsung karena mekanisme pasar
tidak berjalan, ada faktor-faktor yang me~npengaruhi sehingga terjadi kegagalan
pasar (niarkct failure).
James, R. F. dalarn Campbell (1995) me~nbuatklasifikasi nilai manfaat, yang
membagi habis seluruh macam manfaat (Nlai total manfaat) yang didasarkan atas sumber
atau proses manfaat tersebut diperoleh, yaitu :
1. Nilai guna (uses value) : yaitu selumh nilai tnanfaat yang diperoleh dari penggunaan

sumberdaya hutan seperti kayu bulat untuk keperluan industri pengolahan kayu, kayu
bakar (energi), produksi tanaman pangan seperti perladangan, kebun, produksi ikan,
produksi a& untuk berbagai keperluan seped kebutuhan air rum& tangga dan
pertanian, pembangkit listrik, ekowisata (wisata darn).

2. Nilai hngsi fincfions value) : yaitu Selumh nilai manfaat yang diperoleh dari hngsi
ekologis sumberdaya hutan, seperti pengendalian banjir, pencegahan intmsi air laut,
dan habitat satwa.
3. Nilai atribut (anributes value) : yaitu seluruh Nlai yang diperoleh bukan dari

penggunaan materi (hasil produksi barang dan jasa), tetapi aspek kebutuhan
psikologis manusia yaitu yang menyangkut budaya masyarakat.
Nilai hntan mempakan ekspresi itemanfaatan hutan berdasarkan persepsi
individu atau masyarakat terhadap sumberdaya hutan tersebut dalam satuan moneter,
pada mang atau tempat dan waktu tertentu.

C. Penilaia~i
Penilaiali adalah penentuan nilai Inanfaat suatu barang ataupun jasa bagi
manusia atau masyarakat. Adanya nilai yang dilniliki oleh suatu barang dan jasa
(sumberdaya dan lingkungan) pada gilirannya akan mengarahkan perilakr~pengainbilan
keputosan yang dilakukan oleh individu,masyarakat ataupun organisasi (Pearce, 1992).
Peliting dikemukakan disini baliwa penilaian hutan bukan berusaha ~ii~ttik
mengadakan nilai yang tidak ada tetapi suatu upaya bagaiinana memunculkan iiilai yailg
sesuiigguhnya di~nilikioleh hutan tersebut, yang secara nyata dirasakan iiianfaatnya oleh
individu atau masyarakat, yang oleh berbagai sebab besar nilai tersebut belum diketalu~i.
Terminologi penilaian ini inenliliki dua konsep inenurut Fahutan-IPB (1999).
I