Kajian Potensi Produksi Padi Daerah Irigasi Bandar Sidoras Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

38

Lampiran 1.Flowchart Pelaksanaan Penelitian
Mulai
Ditentukan
Lokasi Penelitian
Dikumpulkan
Data

Data
Primer:

Data
Sekunder:
Dianalisis Data

Deskriptif

Kuantitatif
Dihitung lama waktu
pertumbuhan atau waktu

pengisian bulir padi
hingga panen

Digambarkan kondisi
luasan lahan sawah,
luasan lahan irigasi,
luas panen dan
produktivitas lahan

Dihitung rerata radiasi
matahari
Dihitung perkembangan
lahan irigasi dan nisbah
antara luas panen dengan
luas lahan irigasi

Dikaji keandalan jaringan
Ditentukan nilai potensi produksi padi
dalam aras pencapaian maksimal
Dibuat Kesimpulan

Selesai

39

Lampiran 2. Perhitungan Rerata Radiasi Matahari
Rataan 2009 =
=

859+977+1087 +1075 +998+1047 +996+931+1030 +1056 +823+750 Joule /hari
12
11.629 Joule /hari
12

= 969,08 Joule/hari x 0,2388
= 231,41kal/cm2hari
Rataan 2010 =
=

925+1100 +1040 +1115+994+964+923+1033 +1006 +967+811 Joule /hari
12

10.878 Joule /hari
12

= 906,5 Joule/hari x 0,2388
= 216,47kal/cm2hari
Rataan 2011 =
=

848+1111 +1078 +929+1036 +1016 +1025 +908+1021 +926+759+787 Joule /hari
12
11.444 Joule /hari
12

= 953,66 Joule/hari x 0,2388
= 227,73kal/cm2hari
Rataan 2012 =
1011 +1160 +1056 +1008 +1073 +1111+1125 +1165 +1169+1211 +1005 +948 joule /hari
12

=


13.042 Joule /hari
12

= 1086,83 Joule/hari x 0,2388
= 259,53kal/cm2hari
Rataan 2013 =
=

956+940+1157 +908+1167 +1220 +1095+1011 +955+932+947+866 Joule /hari
12
12.154 Joule /hari
12

= 1012,83 Joule/hari x 0,2388
= 241,86kal/cm2hari

40

Lampiran 3. Perhitungan Potensi Produksi Padi Per Satuan Luas Lahan

Tahun 2009
W=

Eu x T x Rs
K

Dimana:

104 g/m2

Eu = 0,025
T = 30 hari
Rs = 969,08 joule, hari = 231,41 kal/cm2, hari
K = 4000 kal/g

W =

0,025 x 30 x 231,41
4000


104 g/m2

= 4.339 kg/ha
= 4,34 ton/ha
= 8,68 ton/ha padi kering giling
Tahun 2010
W=

Eu x T x Rs
K

Dimana:

104 g/m2

Eu = 0,025
T = 30 hari
Rs = 906,5 joule, hari = 216,47 kal/cm2, hari
K = 4000 kal/g


W =

0,025 x 30 x 216,47
4000

104 g/m2

= 4.059 kg/ha
= 4,05 ton/ha
= 8,10 ton/ha padi kering giling
Tahun 2011
W=

Eu x T x Rs
K

104 g/m2

41


Dimana:

Eu = 0,025
T = 30 hari
Rs = 953,67 joule, hari = 227,73 kal/cm2, hari
K = 4000 kal/g

W =

0,025 x 30 x 227,73
4000

104 g/m2

= 4.270 kg/ha
= 4,27 ton/ha
= 8,54 ton/ha padi kering giling
Tahun 2012
W=


Eu x T x Rs
K

Dimana:

104 g/m2

Eu = 0,025
T = 30 hari
Rs = 1086,83 joule, hari = 259,53 kal/cm2, hari
K = 4000 kal/g

W =

0,025 x 30 x 259,53
4000

104 g/m2

= 4.866 kg/ha

= 4,86 ton/ha
= 9,72 kw/ha padi kering giling
Tahun 2013
W=

Eu x T x Rs

Dimana:

K

104 g/m2

Eu = 0,025
T = 30 hari
Rs = 1012,83 joule, hari = 241,86 kal/cm2, hari

42

K = 4000 kal/g

W =

0,025 x 30 x 241,86
4000

104 g/m2

= 4.535 kg/ha
= 4,53 ton/ha
= 9,06 ton/ha padi kering giling

43

Lampiran 4. Perhitungan Nisbah Luas Lahan Panen Dengan Luas Lahan
Beririgasi
Tahun 2009
=
=

luas lahan panen
luas lahan beririgasi
10.167 ha
3.336 ha

= 3,04
Tahun 2010
=
=

luas lahan panen
luas lahan beririgasi
10.577 ha
3.336 ha

= 3,17
Tahun 2011
=
=

luas lahan panen
luas lahan beririgasi
10.707ha
3.376ha

= 3,17
Tahun 2012
=
=

luas lahan panen
luas lahan beririgasi
11.416 ha
3.376 ha

= 3,38
Tahun 2013
=
=

luas lahan pa nen
luas lahan beririgasi
10.952 ha
3.376 ha

= 3,24

44

Lampiran 5. Perhitungan Aras Pencapaian Produksi Padi
Tahun 2009
=
=

produktivitas

padi (ton /ha )

potensi produksi padi (ton /ha )
5,27 ton /ha
8,68 ton /ha

x 100%

x 100 %

= 60,71%
Tahun 2010
=
=

produktivitas

padi (ton /ha )

potensi produksi padi (ton /ha )
5,56 ton /ha
8,10 ton /ha

x 100%

x 100 %

= 68,64%
Tahun 2011
=
=

produktivitas

padi (ton /ha )

potensi produksi padi (ton /ha )
5,73 ton /ha
8,54 ton /ha

x 100%

x 100 %

= 67,09%
Tahun 2012
=
=

produktivitas

padi (ton /ha )

potensi produksi padi (ton /ha )
5,76 ton /ha
9,72 ton /ha

x 100%

x 100 %

=59,25 %
Tahun 2013
=
=

produktivitas

padi (ton /ha )

potensi produksi padi (ton /ha )
5,87 ton /ha
9,06 ton /ha

= 64,79%

x 100 %

x 100%

45
Lampiran 6. Nilai Radiasi Matahari (Rs, Joule/cm2 hari) untuk wilayah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang
Bulan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop
2009
859 977 1087 1075 998 1047 996 931 1030 1056 823
2010
925 1100 1040 1115 994 964 923 1033 1006 967
2011
848 1111 1078 929 1036 1016 1025 908 1021 926 759
2012
1011 1160 1056 1008 1073 1111 1125 1165 1169 1211 1005
2013
956 940 1157 908 1167 1220 1095 1011 955 932 947
Sumber: BMKG Wilayah I Medan (2014)
Keterangan: 1 Joule = 0,2388 kalori
Tahun

Des
750
811
787
948
866

Jumlah
11.629
10.878
11.444
13.042
12.154

Rataan
(J/cm2 hari)
969,08
906,50
953,67
1086,83
1012,83

Rataan
(kal/cm2 hari)
231,41
216,47
227,73
259,53
241,86

46

Lampiran 7. Luas Lahan Beririgasi di Daerah Irigasi Bandar Sidoras
Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

Tahun

Irigasi
Teknis

Berpengairan (Ha)
Irigasi ½
Irigasi
Teknis
Sederhana

2.740
2009
2.740
2010
2.780
2011
2.780
2012
2.780
2013
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang (2014).

596
596
596
596
596

Jumlah

3.336
3.336
3.376
3.376

3.376

47

Lampiran 8. Data Kerusakan Areal Panen (Puso), Produktivitas dan Luas
Panen Padi Sawah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli
Serdang
Tahun

Puso
Luas Panen
Produksi
(Ha)
(Ha)
(Ton)
2009
0
10.167
53.585
2010
0
10.577
55.852
2011
115
10.707
59.592
2012
0
11.416
65.476
2013
499
10.952
64.039
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang (2014)

Produktivitas
(Ton/Ha)
5,27
5,56
5,73
5,76
5,87

48

Lampiran 9. Daftar Wawancara Petani
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.

Nama
Sakirman
Eko
Tri Wartono
Pintasi Purba
Sumedi, SP
Ba’li Hsb
Bangun Hsb
Jupri Manulang
Lusi Manulang
Toraja
Buliher Simanjuntak
Priskila Simanjuntak
Manton Tamba
Sujiman Tampubolon
Ridwan Tampubolon
Edijohn Sinaga
Jupitar Sianturi
Alfredo Siagian
Jahari Sianturi
Hitler Siagian
Badia Panjaitan
Parsaorang Marbun
Karmel Purba
Saud Sibagariang

Varietas
Ciherang
Ciherang
Ciherang
Ciherang
Ciherang
Ciherang
Ciherang
Ciherang
Ciherang
Ciherang
Ciherang
Ciherang
Ciherang
Ciherang
Ciherang
Ciherang
Ciherang
Ciherang
Ciherang
Ciherang
Ciherang
Ciherang
Ciherang
Ciherang

Desa
Cinta Damai Dsn I
Cinta Damai Dsn I
Cinta Damai Dsn I
Cinta Damai Dsn II
Cinta Damai Dsn II
Cinta Damai Dsn II
Cinta Damai Dsn II
Cinta Damai Dsn II
Cinta Damai Dsn III
Cinta Damai Dsn III
Cinta Damai Dsn III
Cinta Damai Dsn III
Cinta Damai Dsn III
Cinta Damai Dsn IV
Cinta Damai Dsn IV
Cinta Damai Dsn IV
Cinta Damai Dsn IV
Cinta Damai Dsn IV
Cinta Damai Dsn IV
Cinta Damai Dsn IV
Cinta Damai Dsn IV
Cinta Damai Dsn IV
Cinta Damai Dsn V
Cinta Damai Dsn V

Nilai T
30 hari
30 hari
30 hari
30 hari
30 hari
30 hari
30 hari
30 hari
30 hari
30 hari
30 hari
30 hari
30 hari
30 hari
30 hari
30 hari
30 hari
30 hari
30 hari
30 hari
30 hari
30 hari
30 hari
30 hari

PermasalahanAir Irigasi
Terpenuhi
Terpenuhi
Terpenuhi
Terpenuhi
Terpenuhi
Terpenuhi
Terpenuhi
Terpenuhi
Terpenuhi
Terpenuhi
Terpenuhi
Terpenuhi
Terpenuhi
Terpenuhi
Terpenuhi
Terpenuhi
Terpenuhi
Terpenuhi
Terpenuhi
Terpenuhi
Terpenuhi
Terpenuhi
Terpenuhi
Terpenuhi

Musim Tanam
2 kali dalam 1 tahun
2 kali dalam 1 tahun
2 kali dalam 1 tahun
2kali dalam 1 tahun
2 kali dalam 1 tahun
2 kali dalam 1 tahun
2 kali dalam 1 tahun
2 kali dalam 1 tahun
3 kali dalam 2 tahun
2 kali dalam 1 tahun
2 kali dalam 1 tahun
2 kali dalam 1 tahun
2 kali dalam 1 tahun
2 kali dalam 1 tahun
2 kali dalam 1 tahun
2 kali dalam 1 tahun
2 kali dalam 1 tahun
2 kali dalam 1 tahun
2 kali dalam 1 tahun
2 kali dalam 1 tahun
2 kali dalam 1 tahun
2 kali dalam 1 tahun
2 kali dalam 1 tahun
2 kali dalam 1 tahun

49

25.
26.
27.
28.
29.
30

Lasman Lumbanbatu
Pontas Lumbangaol
Feder Lumbanbatu
Pijer
Hj. Tugio
Bontas Siagian

Ciherang
Ciherang
Ciherang
Ciherang
Ciherang
Ciherang

Cinta Damai Dsn V
Cinta Damai Dsn V
Cinta Damai Dsn V
Cinta Damai Dsn V
Cinta Damai Dsn V
Cinta Damai Dsn V

30 hari
30 hari
30 hari
30 hari
30 hari
30 hari

Terpenuhi
Terpenuhi
Terpenuhi
Terpenuhi
Terpenuhi
Terpenuhi

2 kali dalam 1 tahun
2 kali dalam 1 tahun
2 kali dalam 1 tahun
2 kali dalam 1 tahun
2 kali dalam 1 tahun
2 kali dalam 1 tahun

50

Lampiran 10. Daftar Wawancara Dinas Pertanian
No
1.

Nama
Manukkun Simamora,
SP

Jabatan
Pengawas bidang
Hama dan Penyakit
Tanaman

-

-

-

Keterangan
Dinas Pertanian selalu memberikan penyuluhan kepada para petani di
Kecamatan Percut Sei Tuan, dimana penyuluhan tersebut dilakukan oleh
PPL (petugas penyuluh lapangan) sekali dalam 2 minggu. Hal-hal yang
diajarkan kepada para petani tersebut yaitu tentang budidaya tanaman,
dinamika kelompok, pengendalian UPT (Unit Pelaksana Teknis),
rencana kerja dan menyusun rencana definitif kebutuhan kelompok tani,
termasuk pengembangan usaha tani.
Dinas Pertanian tidak selalu menyediakan benih dan pupuk kepada para
petani, karena telah tersedia dari negara benih dan pupuk bersubsidi
yang sesuai dengan RDKK (rencana definitif kebutuhan kelompok tani).
Dinas pertanian selalu menyediakan bantuan Pemberantasan Hama
setiap tahun. Pemberantasan ini diberikan secara gratis apabila ada
petani yang kurang mampu mengendalikan hama dan virus tersebut
secara individu, maka akan dilakukan pengendalian secara masal yaitu
misalnya : Gerakan pengendalian hama tikus, wereng coklat dan kresek.

51

Lampiran 11. Gambar Daerah Irigasi Bandar Sidoras Kecamatan Percut Sei
Tuan Kabupaten Deli Serdang

A. Bendungan Irigasi

B. Saluran Irigasi Primer kanan

52

C. Saluran Irigasi Primer kiri

D. PintuPembukaan air

53

Lampiran 12. Gambar Wawancara Petani Kecamatan Percut Sei Tuan

54

Lampiran 13. Gambar Wawancara Dinas Pertanian Kabupaten Deli
Serdang

DAFTAR PUSTAKA

AAK., 1990. Budidaya Tanaman Padi. Kanisius, Yogyakarta.
Badan Litbang Pertanian, 2007. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah
Irigasi. Petunjuk Teknis Lapang. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Jakarta.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2009. Pengelolaan Air Pada Padi
Sawah Irigasi. http://litbang.deptan.go.id [Diakses pada 12 Oktober 2014]
Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2013.Sumatera Utara 5 besar Swasembada
Beras. http://setkab.go.id [Diakses tanggal 9 Desember 2014]
Badan Pusat Statistik, 2014. Produksi Padi 2014 (aram ii).
Badan Pusat Statistik Deli Serdang, 2013.Deli Serdang Lumbung Padi Sumatera
Utara. http://www.setkab.go.id [diakses tanggal 25Maret 2013]

Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2011. Inovasi Teknologi Padi Penas KTNA
XIII-2011. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kutai
Kartenegara.
Balai Penelitian Tanaman Pangan Subang dan S. Mariam, 2013. Padi (Oryza Sativa).
http://syekhfanismd.lecture.ub.ac.id [diakses tanggal 7 Desember 2013]
Dumairy, 1992.Ekonomika Sumberdaya Air. BPFE, Yogyakarta.

GP3A Bandar Sidoras, 2014. Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air.Bandar
Sidoras kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.
Hermanto, B., 2013. Analisis Fungsi Produksi Usaha Tani Padi Sawah Dan
Pengaruhnya Terhadap Produksi Domestik Regional Bruto (PDRB) Untuk
SPengembangan Wilayah Di Kabupaten Deli Serdang. http://www.umn.ac.id
[diakses tanggal 10 Desember 2013]
Kheong, C. K., B. R. Hewitt, Shu Y. C., K. T. Joseph, and C. N. Williams, 1970.
Modern Agriculture For Tropical School. Oxford University Press, Malaysia.
Khumaidi, M. 2008. Beras Sebagai Pangan Pokok Utama Bangsa Indonesia,
Keunikan dan Tantangannya. Dalam Orasi Ilmiah. Fakultas Pertanian Institut
Pertanian Bogor.
Kurnia, G. 2001. Efisiensi Air Irigasi Untuk Memperluas Areal Tanah. Hlm 137 –
142 dalam Agus, F., Kurnia, U. Dan Nurmanaf, A.R. (Eds.). Prosiding
Seminar Nasional Multifungsi Lahan Sawah. Bogor, 1 Mei 2001. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor.

37

Mawardi, E., 2007. Desain Hidraulik Bangunan Irigasi. Alfabeta, Bandung.
Pasandaran, Efendi, (Editor). 1991. Irigasi di Indonesia Strategi dan Pengembangan.
LP3ES, Jakarta.

Peraturan Pemerintah Tentang Irigasi, 2006. Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia. http://www.pdf.com [Diakses pada 12 Oktober 2014]
Pusposutarjo, S., 1991. Analissis Tinjau (Reconainssance Analysis) Potensi
Sistem Irigasi Indonesia Untuk Mendukung Swasembada Beras. Redaksi
Perhimpunan Teknik Pertanian, Bogor.
Subagyono, K. Abdurachman, A. and Nata Suharta, 2001. Effects of Pudding
Various Soil Types by Harrows on Physical Properties of New Developed
Irrigated Rices Areas in Indonesia. Proceeding of the Meeting of
Indonesian Student Association. Tokyo, Japan.
Sumaryanto, dkk., 2006. Evaluasi Kinerja Operasi dan Pemeliharaan Jaringan
Irigasi dan Upaya Perbaikannya. http://www.pdf.com [Diakses pada 11
Desember 2014]
Sumono, 2012. Meningkatkan Daya Dukung Irigasi Dan Pemahaman Aktivitas
Biologis Periodek Tanaman Padi Sawah Menuju Pertanian Presisi Dalam
Upaya Memantapkan Swasembada Beras, Dalam Pemikiran Guru Besar
USU Dalam Pembangunan Nasional Dewan Guru Besar USU, USU Pess,
Medan.
Suparyono dan Setyono, A., 1997. Mengatasi Permasalahan Budi Daya Padi.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Varley, R. C. G., 1995. Masalah dan Kebijakan Irigasi.Pengalaman Indonesia, PT
Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta.
Wirosoemarto, S., 1983. Perkembangan Pembangunan Perairan di Indonesia.
Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia, Direktorat Jenderal
Pengairan.s

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Agustus 2015 di Daerah
Irigasi Bandar Sidoras Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan dan alat yang digunakan pada penelitian yaitu data jaringan irigasi
pada daerah irigasi Bandar Sidoras Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli
Serdang, data produksi padi, data luas irigasi, data luas panen, data rerata radiasi
matahari yang sampai ke permukaan bumi, data lamanya waktu pertumbuhan padi
yang diperoleh dari petani dengan metode wawancara, alat tulis, kamera dan
komputer.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah observasi lapangan/survei dan
data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara langsung dengan
petani sebanyak 30 orang.
Data sekunder diperoleh dari dinas/ lembaga pemerintah terkait antara lain
Unit Pelaksanaan Teknis Bandar Sidoras Dinas PSDA Provinsi Sumatera Utara,
Dinas Pertanian Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang, Dinas
Pertanian Kabupaten Deli Serdang dan Badan Meterologi Klimatologi dan
Geofisika Sumatera Utara.

16

17

Pelaksanaan Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian data primer diperoleh di lapangan pengambilan
melalui wawancara dan pengukuran di lapangan, dan data skunder melalui
literatur, data tersebut diatas untuk mendapatkan :
1.

Pertambahan Berat Kering Tumbuhan
Dihitung dengan menggunakan persamaan (1)

2.

Lama Waktu Pertumbuhan
Lama waktu pertumbuhan yaitu lamanya waktu bulir padi terisi sampai padi
siap panen, ditentukan dengan metode wawancara dengan petani sebanyak 30
orang, dan data sekunder dari literatur berkenaan dengan varietasnya.

3.

Rerata Radiasi Matahari Yang Sampai Dipermukaan Bumi
Dihitung dengan menggunakan persamaan (2), data yang digunakan adalah
tahun (2009 – 2013).

4.

Koefisien Konversi Energi Surya
Yoshida dalam Pusposutardjo (1991) menyatakan bahwa koefisien konversi
energi surya untuk kawasan tropis sebesar 0,025

5.

Luas Lahan Beririgasi
Luas lahan beririgasi diperoleh dari Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang,
data yang digunakan adalah tahun (2009 – 2013).

6.

Luas Lahan Panen
Luas lahan panen merupakan perkalian antara luas lahan beririgasi dengan
frekuensi waktu panen, data yang digunakan adalah tahun (2009 – 2013).

7.

Perkembangan Luas Lahan Beririgasi minimal 5 Tahun Terakhir.

18

Perkembangan luas lahan beririgasi minimal 5 tahun terakhir diperoleh dari
Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang dan dihitung dengan persamaan (3)
8.

Nisbah Antara Luas Lahan Panen Dengan Luas Lahan Beririgasi

9.

Keandalan Jaringan Irigasi Untuk Stabilisasi Produksi Padi Sawah
berdasarkan perkembangan kerusakan areal panen minimal dalam 5 tahun
terakhir (2009-2013)

10. Aras Produksi Padi
Diperoleh dengan membandingkan antara nilai produktivitas padi yang
diperoleh dari Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang dengan nilai potensi
produksi padi yang dihitung berdasarkan Persamaan (1).
Disamping data diatas melalui wawancara dengan petani, Dinas Pertanian
setempat akan dimintai keterangan berbagai masalah dilapangan berkenaan
dengan penyediaan air irigasi, pemupukan, masa tanam, pemberantasan hama
penyakit dan benih.
Parameter Penelitian
Adapun parameter penelitian ini yaitu:
1. Pertambahan Berat Kering Tumbuhan (ton/ha)
2. Lama Waktu Pertumbuhan (hari)
3. Rata-Rata Radiasi Matahari (kal/cm2hari)
4. Koefisien Konversi Energi Surya (%)
5. Luas Lahan Sawah (ha)
6. Luas Lahan Irigasi (ha)
7. Luas Lahan Panen (ha)
8. Produktivitas Total (ton/ha)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Daerah Penelitian
Kabupaten Deli Serdang secara geografis terletak pada wilayah
Pengembangan Pantai Timur Sumatera Utara serta memiliki topografi kontur dan
iklim yang bervariasi. Kabupaten Deli Serdang terletak diantara 2°57” - 3°16” LU
serta pada 98°33 - 99°27¨ BT merupakan bagian dari wilayah pada posisi silang di
kawasan Palung Pasifik Barat dengan luas wilayah 2.497,72 Km² (249,772 Ha)
atau merupakan 3,34% dari luas Propinsi Sumatera Utara. Secara administratif
terdiri dari 22 Kecamatan dan 394 Desa/Kelurahan (380 desa dan 14 kelurahan),
dengan jumlah penduduk 1.738.431 jiwa. Daerah Aliran Sungai (DAS) di
Kabupaten Deli Serdang terdiri atas 5 (lima) DAS yaitu Daerah Aliran Sungai
Belawan, Belumai, Percut, Sungai Ular dan Sungai Deli dengan luas areal
±378.841 Ha, yang semuanya bermuara ke Selat Malaka dengan hulunya berada
di Kabupaten Simalungun dan Kabupaten Karo. Pada umumnya sub Daerah
Aliran Sungai ini dimanfaatkan untuk mengairi areal persawahan sebagai upaya
peningkatan produksi ketahanan pangan (Deli Serdang Dalam Angka 2008).
Percut Sei Tuan merupakan ibukota Kecamatan (IKK) dari kecamatan
Percut Sei Tuan yang merupakan bagian dari kabupaten Deli Serdang propinsi
Sumatera Utara. Kecamatan Percut Sei Tuan terletak diantara 03°42’15” Lintang
Utara dan 98°46’31” Bujur Timur. Wilayah kecamatan Percut Sei Tuan
mempunyai luas wilayah 190,79 km², yang terdiri dari 18 desa dan 2 kelurahan,
dimana 5 desa dari wilayah kecamatan merupakan desa pantai dengan ketinggian

19

20

dari permukaan air laut berkisar 10-20 m dengan curah hujan rata-rata
243%.Batas-batas administrasi kota Percut Sei Tuan yaitu:
-

Sebelah Utara: Selat Malaka

-

Sebelah Selatan: Kecamatan Lubuk Pakam

-

Sebelah Timur: Kecamatan Pantaicermin

-

Sebelah Barat: Kecamatan Tanjung Merawan ( BPS Deli Serdang, 2013)

Rerata Radiasi Matahari
Kecamatan Percut Sei Tuan terletak diantara 03°42’15” Lintang Utara dan
98°46’31” Bujur Timur, memiliki nilai radiasi matahari (Rs) yang diperoleh dari
Stasiun Sampali Medan seperti yang dapat dilihat pada Tabel 1. Nilai tersebut
dianggap mewakili Daerah Irigasi Bandar Sidoras Kecamatan Percut Sei Tuan
Kabupaten Deli Serdang, yang digunakan untuk menghitung nilai produksi beras
bersih atau nilai potensi produksi padi per satuan luas lahan. Hal ini menunjukan
bahwa radiasi surya sangat mempengaruhi hasil produksi tanaman padi.
Tabel 1. Nilai rerata radiasi matahari di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten
Deli Serdang
Tahun
Rerata radiasi matahari (kal/cm2hari)
2009
231,41
2010
216,47
2011
227,73
2012
259,53
2013
241,86
Rata-rata
235,40
Sumber: BMKG Sampali Medan (2014)
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Rata-rata radiasi matahari pada 5 tahun terakhir memiliki nilai yang
berbeda-beda, hal ini disebabkan karena energi surya yang diterima dipuncak
atmosfer dan persen lama penyinaran yang berbeda-beda setiap tahunnya. Nilai Rs
tertinggi berada pada tahun 2012 dan nilai Rs terendah berada pada tahun 2010.

21

Nilai Rs sangat berpengaruh terhadap peningkatan produksi padi sawah,
karena radiasi matahari sangat penting dalam tahap pemasakan biji, pengisian
gabah dan pembungaan tanaman padi. Hal ini sesuai dengan literatur Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2009) yang menyatakan bahwa tanaman
padi sawah menghendaki tempat yang terbuka yang selalu disinari matahari penuh
tanpa naungan dan memerlukan angin yang tidak terlalu kencang untuk
mempermudah dalam penyerbukan dan pembuahan.
Selain nilai Rs, jenis varietas padi yang digunakan merupakan sebagai
salah satu faktor dalam peningkatan produksi padi pada suatu daerah tertentu,
karena semakin unggul jenis varietas yang digunakan maka semakin besar
produksi padi yang akan dihasilkan. Petani di Kecamatan Percut Sei Tuan
menggunakan verietas Ciherang sebagai bibit yang akan ditanam, karena
dianggap bahwa varietas Ciherang merupakan salah satu varietas unggul yang
menghasilkan padi lebih banyak dan memiliki pertumbuhan yang tidak terlalu
lama. Menurut Badan Besar Penelitian Tanaman Padi (2011) bahwa varietas padi
Ciherang ini memiliki morfologi tanaman tegak, mempunyai tinggi tanaman
sekitar 107 – 115 cm dengan jumlah anakan produktif mencapai 14 – 17 batang
per rumpun. Umur tanaman mencapai 116 – 125 hari, baik ditanam pada lahan
sawah dataran rendah sampai ketinggian 500 m dpl. Varietas Ciherang termasuk
jenis padi dengan tingkat kerebahan dan kerontokannya sedang. Bentuk gabah
panjang ramping dan berwarna kuning bersih. Bobot 1000 butirnya mencapai 27 –
28 gram. Rata-rata hasil mencapai 6,0 ton/ha dengan potensi hasil mencapai 8,5
ton/ha.

22

Potensi Produksi Padi Per Satuan Luas Lahan
Potensi produksi padi yang bisa dicapai pada suatu daerah ditentukan
berdasarkan sifat atau karakter yang dimiliki oleh komoditi tersebut. Secara kasar
produksi maksimum padi ditentukan oleh faktor pembatas energi surya yang
sampai ke permukaan bumi (Rs), nilai Eu (dengan kemampuan konversi energi
surya dari tanaman padi tengahan sampai tinggi seperti varietas unggul sebesar
0,025 (2,5%), K = 4000 kal/g dan lama waktu pengisian bulir sampai masak (T) di
Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang = 30 hari. Berdasarkan
rumus yang diperkenalkan Yosida 1983 dalam Pusposutardjo 1991 (Persamaan 1)
maka potensi produksi padi persatuan luas lahan di kecamatan Percut Sei Tuan
Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 1.
Tabel 2. Potensi produksi padi per satuan luas lahan 5 tahun terakhir Kecamatan
Percut Sei Tuan

Potensi prduksi padi
(ton/ha)

No.
1.
2.
3.
4.
5.

Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
Rata-rata

Nilai W (ton/ha)
4,34
4,05
4,27
4,86
4,53
4,41

Potensi produksi padi/ha (ton/ha)
8,68
8,10
8,54
9,72
9,06
8,82

10
9,5
9
8,5
8
2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

Tahun

Gambar 1. Potensi produksi padi persatuan luas lahan Kecamatan Percut Sei Tuan

23

Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa potensi produksi padi tertinggi berada
pada tahun 2012 dengan potensi 9,72 ton/ha dan potensi produksi padi terendah
berada pada tahun 2010 dengan potensi sebesar 8,10 ton/ha, dengan rata-rata 8,82
ton/ha. Data tersebut menunjukan bahwa potensi padi di Kecamatan Percut Sei
Tuan hampir sama dengan potensi seperti yang ditunjukan dari Badan Besar
Penelitian Tanaman Padi (2011) bahwa varietas Ciherang memiliki potensi hasil
8,5 ton/ha. Perbedaan hasil dalam lima tahun pengamatan (2009 – 2013), salah
satu faktor penyebabnya adalah karena adanya penurunan dan peningkatan radiasi
matahari. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 1 bahwa nilai Rs yang sampai
kepermukaan bumi setiap tahun nya selalu berbeda-beda, nilai Rs tertinggi berada
pada tahun 2012 sebesar 259,53 kal/cm2hari dan nilai Rs terendah berada pada
tahun 2010 sebesar 216,47 kal/cm2hari. Hal ini sesuai dengan literatur
Pusposutardjo (1991) yang menyatakan bahwa energi surya yang sampai
kepermukaan bumi merupakan faktor penentu nilai batas produktivitas lahan pada
budidaya sawah. Selain nilai Rs, penurunan dan peningkatan potensi produksi
padi dapat disebabkan oleh berapa lama pengisian bulir padi hingga panen. Bahwa
semakin lama pengisian bulir padi semakin besar pertambahan berat kering
tumbuhan tersebut.
Luas dan Perkembangan Lahan Irigasi
Perkembangan luas lahan irigasi pada daerah irigasi Bandar Sidoras 5
tahun terakhir di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang secara
keseluruhan dicantumkan dalam Tabel 3 dan Gambar 2 dan rincian perkembangan
luas lahan irigasi menurut kelas irigasinya dicantumkan pada Tabel 4 dan Gambar
3.

24

Tabel 3. Luas lahan beririgasi dan produksi padi sawah 5 tahun terakhir
Kecamatan Percut Sei Tuan
No.

Tahun
Produktivitas (Ton/Ha)
Luas lahan beririgasi (Ha)
2009
5,27
3.576
1.
2.
2010
5,56
3.576
2011
5,73
3.576
3.
2012
5,76
3.576
4.
2013
5,87
5.
3.576
Rata-rata
5,63
3.576
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang (2014)

Produktivitas (ton/ha)

5,9
5,8
5,7
5,6
5,5
5,4
5,3
5,2
2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

Tahun

Gambar 2. Luas lahan beririgasi Kecamatan Percut Sei Tuan
Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa pada tahun 2009-2010 luas lahan irigasi
cenderung sama, sedangkan tahun 2010-2011 luas lahan beririgasi mengalami
peningkatan atau terjadi perluasan lahan sawah beririgasi di Kecamatan Percut Sei
Tuan dan pada tahun 2011–2013 luas lahan beririgasi cenderung tetap.
Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa Produktivitas padi di Kecamatan
Percut Sei Tuan terendah pada tahun 2009, sedangkan produktivitas padi tertinggi
berada pada tahun 2013. Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa pada tahun 2009–
2013 produktivitas padi cenderung meningkat setiap tahunnya, meskipun luas
lahan sawah beririgasi pada tahun 2011–2013 cenderung tetap (dapat dilihat pada

25

Tabel 3). Hal ini menunjukan bahwa lahan sawah didaerah irigasi Bandar Sidoras
dapat berproduksi dengan baik, dikarenakan produktivitas padi yang cenderung
meningkat pada setiap tahunnya. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik
(2013) bahwa produktivitas padi di Nasional pada tahun 2013 sebesar 5,15 ton/ha
sedangkan produktivitas padi di Kecamatan Percut Sei Tuan yaitu sebesar 5,87
ton/ha, hal ini menunjukan bahwa produktivitas padi di Kecamatan Percut Sei
Tuan lebih tinggi dari pada produktivitas padi di Nasional, meskipun demikian
produktivitas tersebut masih belum mendekati potensinya, yaitu rata-rata 8,82
ton/ha.
Berdasarkan data primer yang didapatkan melalui wawancara kepada
petani bahwa penyediaan air irigasi untuk pertumbuhan padi di Kecamatan Percut
Sei Tuan sudahcukup terpenuhi, tetapi permasalahan yang sampai saat ini
dihadapi dan belum terselesaikan yaitu tidak adanya saluran pembuangan atau
saluran Drainase pada daerah tersebut, sehingga sering terjadinya penyumbatan
yang menyebabkan banjir pada Daerah Irigasi di kecamatan Percut Sei Tuan.
Tanaman padi di daerah setempat juga sering terserang hama dan penyakit,
diantaranya yaitu hama walang sangitdan cara memberantasnya yaitu dengan cara
penyemprotan. Dengan begitu para petani di kecamatan Percut Sei Tuan tetap
mencari cara untuk meningkatkan produktivitas padi yaitu dengan cara
memperbaiki pola tanam, pemupukan dan memilih varietas yang unggul. Hal ini
sesuai dengan literatur Sumono (2012) yang menyatakan bahwa faktor lain dalam
meningkatkan produksi padi disamping air irigasi sebagai sarana produksi, juga
perlu diimbangi dengan sarana produksi lainnya seperti pupuk, pestisida dan zat
perangsang tumbuh.

26

Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dari Dinas Pertanian. Selain
petani di Kecamatan Percut Sei Tuan yang berusaha mencari solusi dalam
peningkatan produksi padi, Dinas pertanian juga selalu memberikan bimbingan
kepada petani melalui Tim penyuluh dari Dinas Pertanian tersebut. Dimana
penyuluhan tersebut dilakukan sekali dalam 2 minggu, dan hal-hal yang diajarkan
kepada para petani tersebut yaitu tentang budi daya tanaman, dinamika kelompok,
pengendalian UPT (Unit Pelaksana Teknis), rencana kerja dan menyusun rencana
definitif kebutuhan kelompok tani, termasuk pengembangan usaha tani. Selain
memberikan tim penyuluh sebagai pembimbing, Dinas Pertanian juga
memberikan benih dan pupuk bersubsidi kepada petani setempat yang sesuai
dengan RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok tani) selain itu Dinas
Pertanian memberikan bantuan kepada para petani apabila petani tersebut kurang
mampu mengendalikan hama dan virus secara masal, yaitu misalnya: gerakan
pengendalian hama tikus, wereng coklat dan kresek.
Tabel 4. Perkembangan luas lahan beririgasi 5 tahun terakhir Kecamatan
Percut Sei Tuan
No Tahun

1.
2.
3.
4.
5.

Irigasi
teknis
(Ha)

Irigasi ½
teknis
(Ha)

Irigasi
sederhana
(Ha)

Total luas
lahan
beririgasi
(Ha)

2009
2.740
836
3.576
2010
2.740
836
3.576
2011
2.780
796
3.576
2012
2.780
796
3.576
2013
2.780
796
3.576
Rata2.764
812
3.576
rata
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang (2014)

Nisbah lahan irigasi
teknis/semi teknis +
sederhana

-

27

3000

Luas lahan irigasi(Ha)

2500
2000
1500
Irigasi semi teknis
1000

Irigasi sederhana

500
0
2009

2010

2011

2012

2013

Tahun

Gambar 3. Perkembangan luas lahan beririgasi Kecamatan Percut Sei Tuan
Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa Pada tahun 2009–2013 Kecamatan
Percut Sei Tuan tidak memiliki irigasi teknis, kemudian pada tahun 2011 irigasi
semi teknis mengalami peningkatan dan cenderung tetap sampai tahun 2013,
sedangkan irigasi sederhana dari tahun 2011-2013 berkurang karena telah
meningkatnya irigasi semi teknis pada tahun tersebut. Jadi nisbah antar kelas
irigasi di Kecamatan Percut Sei Tuan tidak ada, karena Kecamatan Percut Sei
Tuan tidak memiliki irigasi teknis melainkan hanya irigasi semi teknis dan irigasi
sederhana.
Nisbah Antara Luas Panen Dengan Luas Lahan Beririgasi
Pusposutardjo (1991) menyatakan bahwa nisbah antara luas panen dengan
luas lahan beririgasi dapat dipakai sebagai petunjuk kemampuan pelayanan
jaringan irigasi sebagai sarana budidaya padi di lahan sawah. Perkembangan
kemampuan pelayanan jaringan irigasi secara umum dinilai atas perkembangan
luas panen yang dapat dilihat pada Tabel 5 dan Gambar 4.

28

Tabel 5. Nisbah antara luas panen dengan luas lahan beririgasi 5 tahun terakhir
Kecamatan Percut Sei Tuan
Luas panen
padi sawah
(Ha)
1
2009
3.576
10.167
2
2010
3.576
10.577
3
2011
3.576
10.707
4
2012
3.576
11.416
5
2013
3.576
10.952
Rata-rata
3.576
10.763
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang (2014)
No

Luas irigasi
(Ha)

Tahun

Luas panen/ Luas
irigasi
2,84
2,95
2,96
3,15
3,02
2,98

Nisbah luas panen/luas irigasi

3,2
3,15
3,1
3,05
3
2,95
2,9
2,85
2,8
2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

Tahun

Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa rata-rata nisbah luas panen dengan luas
irigasi pada Daerah Irigasi Bandar Sidoras Kecamatan Percut Sei Tuan dalam
kurun waktu 5 tahun terakhir yaitu pada tahun 2009-2013 berada diatas 2, hal ini
menunjukan bahwa kecamatan Percut Sei Tuan dari tahun 2009-2013 sudah bisa
mencapai sasaran 2 kali tanam dalam 1 tahun karena nilai nisbah rata-rata antara
luas panen dengan luas lahan irigasi sudah mencapai lebih dari 2. Nilai tertinggi
berada pada tahun 2012 yaitu 3,15 hal ini disebabkan karena nilai rerata radiasi
matahari pada tahun 2012 lebih tinggi dibandingkan tahun yang lainnya

29

karenanilai rerata radiasi matahari merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi terhadap peningkatan produksi padi.
Berdasarkan data primer yang diperoleh melalui wawancara langsung
kepada para petani bahwa petani di Kecamatan Percut Sei Tuan melakukan 2 kali
tanam dalam satu tahun dan penyediaan air irigasi pada daerah tersebut sudah
terpenuhi untuk mengairi semua lahan sawah di Kecamatan Percut Sei Tuan
sehingga telah memenuhi kebutuhan pertumbuhan tanaman padi. Hal ini sesuai
dengan literatur Pusposutardjo (1991) yang menyatakan bahwa apabila nilai
nisbah rata-rata luas panen dengan luas lahan beririgasi mencapai 2, maka hal ini
menunjukan bahwa penanaman padi dapat dilakukan 2 kali setahun.
Keandalan Jaringan Irigasi Untuk Stabilisasi Produksi Padi Sawah
Keandalan jaringan irigasi berdasarkan angka kerusakan areal panen
(Puso) 5 tahun terakhir di Daerah Irigasi Bandar Sidoras Kecamatan Percut Sei
Tuan dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Kerusakan areal panen (puso) 5 tahun terakhir Kecamatan Percut Sei
Tuan
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Tahun
2009
2010
2011
2012
2013

Produktivitas (ton/ha)
5,27
5,56
5,73
5,76
5,87

Puso (ha)
0
0
115
0
499

Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa kerusakan areal panen terbesar berada
pada tahun 2013 dengan produktivitas padi 5,87 ton/ha, sedangkan pada tahun
2009,2010, dan 2012 tidak ada kerusakan areal panen (Puso). Berdasarkan data
primer yang diperoleh dengan melakukan wawancara langsung kepada petani
bahwa lahan sawah di Kecamatan Percut Sei Tuan sering terserang hama penyakit
yaitu berupa hama tikus, hama walang sangit, dan virus. Sampai saat ini upaya

30

yang sering dilakukan untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan penyemprotan
insektisida atau diracun, adapun ciri-ciri tanaman padi yang terkena serangan
virus adalah bagian daun padi sudah menguning atau membusuk saat tanaman
padi belum berumur tua, kemudian tanaman padi yang terkena virus
pertumbuhannya tidak seperti biasa atau tanaman menjadi kerdil.
Berdasarkan angka produktivitas padi yang cenderung naik pada setiap
tahunnya, hal ini menunjukan bahwa jaringan irigasi di Kecamatan Percut Sei
Tuan telah mampu mengatasi masalah musim kemarau. Hal ini sesuai dengan
literatur Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2009) yang menyatakan
bahwa pengairan padi sawah juga merupakan faktor yang besar pengaruhnya
terhadap produksi padi.
Menurut literatur Pusposutardjo (1991) bahwa keandalan jaringan irigasi
untuk stabilisasi produksi padi sawah dapat ditentukan melalui fluktuasi luas
panen per satuan luas lahan irigasi. Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa luas panen
selama kurun waktu 5 tahun terakhir cenderung tidak stabil. Berdasarkan nisbah
luas panen dengan luas lahan irigasi pada Tabel 5 bahwa penanaman padi sawah
dapat dilakukan 2 kali dalam setahun pada tahun 2009-2013. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa keandalan jaringan irigasi untuk menunjang stabilisasi
padi sawah cukup baik. Hal ini sesuai dengan literatur Pusposutardjo (1991) yang
menyatakan bahwa keandalan jaringan irigasi untuk stabilisasi produksi padi
secara menyeluruh juga dapat diperlihatkan dengan menyajikan angka perubahan
luas lahan sawah yang dapat dibudidayakan sekali dan 2 kali setahun.

31

Aras Pencapaian Produksi Padi
Aras pencapaian produksi padi di Daerah Irigasi Bandar Sidoras
Kecamatan Percut Sei Tuan selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 7 dan
Gambar 5. Dengan membandingkan nilai produktivitas lahan yang didapat dari
data sekunder dengan nilai W (nilai teoritis) atau potensi produksi padi yang
didapat dengan menggunakan rumus Yoshida (1983) maka akan didapat aras
pencapaian produksi padi 5 tahun terakhir seperti dapat dilihat pada Tabel 7 dan
Gambar 5 .
Tabel 7. Aras pencapaian padi Kecamatan Percut Sei Tuan
Potensi produksi padi
Produktivitas
(ton/ha)
(ton/ha)
1
2009
8,68
5,27
2
2010
8,10
5,56
3
2011
8,54
5,73
4
2012
9,72
5,76
5
2013
9,06
5,87
Rata-rata
8,82
5,63
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang (2014)

No

Tahun

Aras (%)
60,71
68,64
67,09
59,25
64,79
64,09

Aras pencapaian produksi padi merupakan target pencapaian produksi padi
untuk menunjukan tingkat produksi padi dan efisiensi penerapan teknologi
(manajemen irigasi). Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa aras pencapaian produksi
padi dalam 5 tahun terakhir di Kecamatan Percut Sei Tuan belum maksimal
dicapai karena masih lebih kecil dari 90%. Hal ini karena nilai angka
produktivitas padi yang bisa dihasilkan masih lebih rendah dari nilai potensi
produksi padi yang seharusnya bisa dicapai.

32

70

Aras (%)

68
66
64
62
60
58
2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

Tahun
Gambar 5. Aras pencapaian produksi padi Kecamatan Percut Sei Tuan
Pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa aras pencapaian produksi padi di
Kecamatan Percut Sei Tuan tertinggi berada pada tahun 2010 sebesar 68,64%,
sedangkan nilai aras terendah berada pada tahun 2012 sebesar 59,25% hal ini
disebabkan oleh angka produktivitas yang kecil sedangkan nilai angka potensi
produksi padi yang bisa dicapai pada Kecamatan Percut Sei Tuan besar. Potensi
produksi padi yang bisa dicapai pada suatu daerah berkaitan erat dengan radiasi
matahari yang masuk ke permukaan bumi karena nilai Rs berperan untuk
mempermudah dalam penyerbukan dan pembuahan. Hal ini sesuai dengan
literatur Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2009) yang menyatakan
bahwa tanaman padi sawah menghendaki tempat yang terbuka yang selalu disinari
matahari penuh tanpa naungan dan memerlukan angin yang tidak terlalu kencang
untuk mempermudah dalam penyerbukan dan pembuahan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari BMKG bahwa nilai Rs tertinggi
berada pada tahun 2012 yaitu sebesar 259,53 kal/cm2hari, akan tetapi
kenyataannya dilapangan bahwa nilai aras pencapain padi yang diperoleh pada

33

tahun 2012 terendah dibandingkan yang lain, karena produktivitas aktualnya tidak
proposional dengan nilai Rs nya. Karena untuk mendapatkan nilai produktivitas
agar sesuai dengan nilai potensinya tidak hanya ditentukan berdasarkan nilai Rs,
akan tetapi perlu didukung dengan faktor lain seperti kebutuhan air tanaman,
penggunaan pupuk, penggunaan benih unggul, serta tenaga penyuluh yang cukup.
Berdasarkan hasil wawancara pada petani bahwa lahan sawah di Kecamatan
Percut Sei Tuan sering terserang hama dan penyakit yaitu (hama tikus, wereng,
walang sangit dan cekek leher), diantara penyakit tersebut penyakit cekek leher
merupakan salah satu penyakit yang dominan terserang pada tanaman padi di
Daerah irigasi Bandar Sidoras, dimana ciri-ciri tanaman yang terserang penyakit
tersebut mengalami pembusukan di bagian atas tanaman sehingga lama-kelamaan
tumbuhan yang terserang berwarna kecokelatan dan patah. Penyakit tanaman padi
ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi aras pencapaian produksi
padi pada Daerah tersebut.
Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa nilai produktivitas padi yang
didapatkanberdasarkan angka di lapangan masih 64% dari nilai potensi yang
seharusnya bisa dicapai pada daerah tersebut. Berdasarkan data primer yang
diperoleh dengan melakukan wawancara langsung kepada petani dan pejabat
Dinas Pertanian beberapa hambatan yang terjadi di lapangan adalah kurangnya
kesadaran antar petani pemakai air untuk sama-sama membersihkan jaringan
irigasi tersebut sehingga dapat menghambat aliran air, meskipun kebutuhan air
untuk areal persawahan tersebut sudah cukup terpenuhi, kurang sesuainya
kompetensi penyuluhan serta tanaman padi di Kecamatan Percut Sei Tuan sering
terserang hama dan penyakit (hama wereng cokelat, walang sangit, tikus dan

34

kresek). Hal tersebut merupakan beberapa faktor yang menyebabkan produktivitas
padi di Kecamatan Percut Sei Tuan masih rendah atau aras pencapaian produksi
padi masih rendah yaitu dibawah 90%. Untuk meningkatkan nilai produktivitas
padi agar dapat mencapai potensinya serta meningkatkan nilai aras pencapaian
produksi pada daerah ini masih dapat ditingkatkan lagi yaitu dengan
meningkatkan sarana produksi pertumbuhan padi seperti penyediaan pupuk,
pestisida serta tenaga penyuluh yang cukup dan kompetensi bidang disampaikan
sesuai dengan bidang yang disuluh. Hal ini sesuai dengan literatur Sumono (2012)
yang menyatakan bahwa peningkatan produksi padi disamping air irigasi sebagai
sarana produksi, juga diimbangi dengan sarana produksi lainnya seperti pupuk,
pestisida dan zat perangsang tumbuh serta pemakaian tenaga penyuluh sebagai
pembimbing petani dalam kegiatan pertaniannya.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.

Potensi produksi padi tertinggi berada pada tahun 2012 sebesar 9,72 ton/ha
dan terendah pada tahun 2010 sebesar 8,10 ton/ha.

2.

Produktivitas aktual padi tertinggi berada pada tahun 2013 sebesar 5,87
ton/ha dan terendah pada tahun 2009 sebesar 5,27 ton/ha.

3.

Nisbah antara luas panen dengan luas beririgasi tertinggi berada pada tahun
2012 sebesar 3,15 dan terendah berada pada tahun 2009 sebesar 2,84.

4.

Aras pencapaian produksi padi di Kecamatan Percut Sei Tuan tertinggi
berada pada tahun 2010 sebesar 68,64% dan terendah berada pada tahun 2012
sebesar 59,25%.

Saran
Perlu dilakukan pengadaan sarana produksi pupuk dan pestisida yang
cukup dan penambahan tenaga penyuluh pada daerah tersebut untuk membantu
para petani meningkatkan produktivitas yaitu berupa pemilihan pupuk, perbaikan
pola tanam dan memeperkenalkan teknologi baru dalam penanaman padi.

35

TINJAUAN PUSTAKA
Sistem Irigasi
Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi
untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi
rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak. Irigasi
mempunyai ruang lingkup mulai dari, penyaluran air dari sumber ke daerah
pertanian, pembagian dan penjatahan air pada areal pertanian, serta penyalur
kelebihan air irigasi secara teratur. Sedangkan Jaringan irigasi adalah saluran,
bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang merupakan satu kesatuan yang
diperlukan

untuk

penyediaan,

pembagian,

pemberian,

penggunaan,

dan

pembuangan air irigasi (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, 2006).
Dari segi konstruksinya, Pasandaran (1991) mengklasifikasikan sistem irigasi
menjadi 4 (empat) jenis yaitu :
1. Irigasi Sederhana adalah sistem irigasi yang sistem konstruksinya
dilakukan dengan sederhana, tidak dilengkapi dengan pintu pengatur dan
alat pengukur sehingga air irigasinya tidak teratur dan tidak terukur,
sehingga efisiensinya rendah.
2. Irigasi Semi Teknis adalah suatu sistem irigasi dengan konstruksi pintu
pengatur dan alat pengukur pada bangunan pengambilan (head work) saja,
sehingga air hanya teratur dan terukur pada bangunan pengambilan saja
dengan demikian efisiensinya sedang.
3. Irigasi Teknis adalah suatu sistem irigasi yang dilengkapi dengan alat
pengatur dan pengukur air pada bangunan pengambilan, bangunan bagi

5

6

dan bangunan sadap sehingga air terukur dan teratur sampai bangunan
bagi dan sadap, diharapkan efisiensinya tinggi.
4. Irigasi Teknis Maju adalah suatu sistem irigasi yang airnya dapat diatur
dan terukur pada seluruh jaringan dan diharapakan efisiensinya tinggi
sekali.
Pengelolaan air di lahan sawah sangat ditentukan oleh kondisi topografi
dan pola curah hujan. Lahan sawah yang berasal dari lahan kering yang diairi
umumnya berupa lahan irigasi, baik yang berupa irigasi teknis (dengan bangunan
irigasi permanen), setengah teknis (dengan bangunan irigasi semi permanen),
maupun irigasi sederhana (tanpa bangunan irigasi). Apabila sumber air berasal
langsung dari air hujan maka disebut sawah tadah hujan. Sawah yang
dikembangkan di rawa-rawa lebak disebut sawah lebak. Tanah sawah juga dapat
berasal dari lahan rawa pasang surut (Subagyono, et all., 2001).
Tanaman Padi
Padi telah tumbuh sejak lama di negara-negara Asia sebagai negara asal
tanaman padi. Ada banyak varietas padi, baik yang tumbuh di lahan basah
(sawah) maupun di lahan kering. Namun, sejauh ini sebagian besar tanaman padi
di budidayakan di lahan basah dan ada ratusan jenis varietas padi. Di sebagian
besar negara-negara beriklim subtropis dan pada lahan dataran rendah pesisir,
lahan ini terutama digunakan untuk menanam padi. Di daerah pesisir dan aliran
sungai, adanya hujan lebat sering menyebabkan banjir pada waktu tertentu dalam
setahun sehingga menjadi hampir tidak memungkinkan tanaman lain untuk
tumbuh. Di musim lain banyak daerah yang terlalu kering untuk tanaman padi,

7

oleh karena itu, sangat penting untuk memasok beras untuk kebutuhan penduduk
selama musim hujan (Kheong, et al., 1970).
Adapun klasifikasi tanaman padi merupakan tanaman semusim, termasuk
golongan rumput-rumputan adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monotyledonae
Famili : Gramineae (Poaceae)
Genus : Oryza
Spesies : Oryza sp.
Spesies Oryza sp. Ada 25 spesies diantaranya: Oryza sativa L. Oryza
glabirena Steund Sedangkan subspesies Oryza sativa L., dua diantaranya: Indica
(padi bulu) Sinica (padi cere) atau Japonica (AAK, 1990).
Beberapa persyaratan tumbuh tanaman padi, antara lain:
1. Iklim
a. Tumbuh di daerah tropis/subtropis pada 45o LU - 45o LS dengan cuaca
panas dan kelembaban tinggi dengan musim hujan 4 bulan.
b. Rata-rata curah hujan yang baik adalah 200 mm/bulan atau 1500-2000
mm/tahun. Padi dapat ditanam di musim kemarau atau hujan. Pada musim
kemarau produksi dapat meningkat dengan syarat air irigasi selalu
tersedia. Di musim hujan, walaupun air melimpah produksi dapat menurun
karena penyerbukan kurang intensif.

8

c. Di dataran rendah padi memerlukan ketinggian 0-650 m dpl dengan
temperatur 22-270C sedangkan di dataran tinggi 650-1.500 m dpl dengan
temperatur 19-230C.
d. Tanaman padi memerlukan penyinaram matahari penuh tanpa naungan.
e. Angin berpengaruh pada penyerbukan dan pembuahan tetapi jika terlalu
kencang akan merobohkan tanaman.
2. Media Tanam Padi sawah
a. Padi sawah ditanam di tanah berlempung yang berat atau tanah yang
memiliki lapisan keras 30 cm di bawah permukaan tanah.
b. Menghendaki tanah lumpur yang subur dengan ketebalan 18-22 cm.
c. Keasaman tanah antara pH 4,0-7,0.
Pada padi sawah, penggenangan akan mengubah pH tanam menjadi netral
(7,0). Pada prinsipnya tanah berkapur dengan pH 8,1-8,2 tidak merusak tanaman
padi. Karena mengalami penggenangan, tanah sawah memiliki lapisan reduksi
yang tidak mengandung oksigen dan pH tanah sawah biasanya mendekati netral.
Untuk mendapatkan tanah sawah yang memenuhi syarat diperlukan pengolahan
tanah yang khusus.
3. Ketinggian Tempat
Tanaman dapat tumbuh pada derah mulai dari daratan rendah sampai
daratan tinggi. (BPTP Subang dan Mariam, 2013). Padi dapat tumbuh dengan baik
di daerah tropis maupun subtropis. Untuk padi sawah, ketersediaan air yang
mampu menggenangi lahan tempat penanaman sangat penting. Oleh karena air
menggenang terus-menerus maka tanah sawah harus memiliki kemampuan
menahan air yang tinggi, seperti tanah lempung. Untuk kebutuhan air tersebut,

9

diperlukan sumber mata air yang besar kemudian ditampung dalam bentuk waduk
(danau). Dari waduk ini kemudian air akan dialirkan selama periode pertumbuhan
padisawah (Suprayono dan Setyono, 1997).
Penggunaan Air Irigasi Pada Tanaman Padi
Kebutuhan air untuk suatu areal pertanian dapat dilihat secara menyeluruh
dan secara parsial. Secara parsial, kebutuhan air dibedakan atas kebutuhan air
tanaman dan kebutuhan air pada tingkat usaha tani. Dan berdasarkan corak
pertaniannya, dibedakan atas kebutuhan air di persawahan dan kebutuhan air di
perladangan. Kebutuhan air tanaman (crop water requirement, CWR) adalah
jumlah

air

yang

dibutuhkan

tanaman

untuk

pemakaian

konsumtif

(evapotranspirasi) dan air yang hilang melalui perkolasi. Kebutuhan air irigasi
(irrigation water requirement, IWR) adalah jumlah air yang harus dimasukkan ke
jaringan

irigasi

melalui

pintu

pengambilan

utama,

sesuai

dengan

kebutuhan/permintaan dan dengan memperhitungkan jumlah air yang hilang
(Dumairy, 1992).
Pengelolaan air pada padi sawah merupakan upaya untuk menekan
kehilangan air di petakan sawah guna mempertahankan atau meningkatkan hasil
gabah per satuan luas, pengurangan air akibat perkolasi, rembesan, dan aliran
permukaan dapat menekan penggunaan air irigasi. Ketersediaan air irigasi untuk
budidaya padi sawah makin terbatas karena bertambahnya pengguna air untuk
sektor industri dan rumah tangga, durasi curah hujan makin pendek akibat
perubahan iklim, cadangan sumber air lokal juga berkurang dan terjadinya
pendangkalan waduk (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2009).

10

Di Indonesia terdapat kurang lebih 5 juta Ha sawah beririgasi. Sebagai
pengguna air terbesar (85%) sawah beririgasi masih dihadapkan kepada masalah
efisiensi, yang disebabkan oleh kehilangan air selama proses penyaluran air irigasi
(distribution losses) dan selama proses pemakaian (field aplication losses).
Tingkat efisiensi di saluran primer dan sekunder diperkirakan sebesar 70-87%,
saluran tersier antara 77-81% dan jika digabungkan dengan kehilangan di tingkat
petakan maka efisiensi penggunaan air secara keseluruhan baru berkisar antara
40-60% (Kurnia, 2001).
Kebutuhan air di persawahan dihitung berdasarkan dalamnya kebutuhanair
dikalikan dengan luas daerah irigasi kemudian ditambah besarnya kehilangan air
selama perjalanan maksudnya air yang hilang selama perjalanan dari bangunan
induk menuju petak sawah baik karena evaporasi maupun karena rembesan dalam
tanah.Sedangkan kebutuhan air di perladangan dihitung berdasarkan luas daerah
dikalikan dengan laju evapotranspirasi (Dumairy, 1992).
Potensi Produksi Padi Per Satuan Luas Lahan
Sinar matahari sangat penting dan memberikan pengaruh besar terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tanaman, kekurangan cahaya matahari akan
mengganggu proses fotosintesis dan pertumbuhan. Puspositardjo (1991)
menyatakan bahwa energi surya yang dapat sampai kepermukaan bumi
merupakan faktor penentu nilai batas produktifitas lahan pada budidaya sawah.
Secara kasar produksi maksimum padi yang ditentukan oleh faktor pembatas
energi radiasi surya yang sampai dibumi dapat dihitung dengan rumus Yosida
(1983) dalam Pusposutardjo (1991) :
Eu ×T×Rs

W=

K

× 104 gm/m2........................................................................(1)

11

Dimana:
W = pertambahan berat kering tumbuhan (kg/ha)
T = lama waktu pengisian bulir padi sampai masak (hari)
Rs = rata-rata radiasi matahari yang masuk ke bumi (kal/cm2 hari)
K = tetapan (4000 kal/g)
Eu = koefisien konversi energi surya (berdasarkan tetapan Yoshida, 1983 sesuai
varietas padi, 0,025 untuk varietas unggul)
Untuk menentukan nilai Rs dapat diperhitungkan dengan memakai rumus
empiris Hargreaves dalam Pusposutarjo (1991) :
Rs = 0,10 Rso (S)1/2kal/cm2hari.................................................................(2)
Dimana:
Rso = energi surya yang diterima dipuncak atmosfir (kal/cm2hari)
S

= persen lama penyinaran

Potensi Sistem Irigasi Untuk Mendukung Budidaya Padi Sawah
Pusposutardjo (1991) menyatakan bahwa persoalan dalam sistem
manajemen irigasi sekarang yaitu dalam penye