= V=
lb Q
Dimana: luas tangki A = L x b
4.2.3. PENGOLAHAN TAHAP KETIGA : Filtrasi
Filtrasi dimaksudkan untuk menyaring zat padat tersuspensi yang tertinggal dalam air jernih Clarified water. Penyaringan dilakukan pada tangki vertikal
bertekanan yang berisi media penyaring yang di tempatkan di atas lantai penyaring yang telah dilengkapi dengan susunan lubang Nozzle.
Zat padat tersuspensi yang tersisa secara perlahan akan menutup ruang antar butiran pasir. Proses ini disebut dengan Clogging. Bila Clogging meningkat
maka kerugian tekan Head loss akan meningkat sehingga mempengaruhi aliran
46 air pada media penyaring. Untuk itu diperlukan pencucian media penyaring
setelah Clogging mencapai tingkat ukuran tertentu. Selama proses pencucian Backwash, Instalasi masih tetap beroperasi walaupun
hanya satu filter. Pencucian dilakukan dengan menggunakan air hasil penyaringan dari filter yang beroperasi dan di kombinasikan dengan udara
bertekanan. Proses ini dilakukan secara berurutan untuk satu persatu filter. Kombinasi pencucian dengan air dan udara memberikan keuntungan :
• Pembersihan media penyaring yang menyeluruh dan mengurangi risiko
clogging yang terlalu dalam. •
Waktu pencucian yang singkat kira-kira 20 menit •
Tidak memerlukan tangki dan pompa air pembersih secara khusus. Debit air yang digunakan untuk proses pencucian filter disarankan relatif kecil
dengan tujuan: •
Pengoprasian yang relatif lebih mudah. •
Pengoperasian yang relatif lebih aman. •
Air pencucian yang terbuang tidak banyak. •
Air bersih yang diperlukan untuk pencucian tidak terlalu banyak. Menurut kecepatan system penyaringan air dan susunan media penyaringan,
maka penyaringan dibagi menjadi 2 jenis yaitu: 1.
saringan pasir lambat slow sand filter 2.
saringan pasir cepat rapid grafity sand filter
4.2.4. PENGOLAHAN TAHAP KEEMPAT : Desinfeksi
Proses klorinasi akhir disebut juga dengan proses Desinfeksi yang bertujuan untuk membunuh mikroorganisme di dalam air yang masih terdapat dalam air
47 ketika proses filtrasi. Meskipun air sudah melalui berbagai proses pengolahan
sebelumnya dan kelihatan bersih, namun masih sering terkontaminasi dengan mikroba yang membahayakan kesehatan manusia sehingga diperlukan
desinfektan dalam jumlah minimum yang diinjeksikan ke dalam jaringan distribusi. Jenis desinfektan yang umum digunakan adalah Kaporit Hypho
Chlorite.
4.2.5. PENGUKURAN PARAMETER
Pada jalur pipa masuk dan keluar instalasi masing-masing di pasang flowmeter untuk mengukur debit air.
47
Gambar 4.2 Proses Pengolahan Air Bersih
M
O VE
R F
L OW
FROM PUMPING
RAW WATER DN100
FM01 M01
FLOCCULATOR - SETTLING TANK
V01
DN40 V02
V03 V04
V05 V06
DN100 DN100
V07 DN100
V08 DN100
CWP CWP
Q = 40 M3H H = 15 M
Q = 40 M3H H = 15 M
V09 DN100
V10 DN100
DN100 V11
V12 DN100
V14 DN40
V15 DN40
V13 DN100
FILTER No. 1
FILTER No. 2
DN100 F02
DN100 RESERVOIR
CONSUMENT TO TW
V18 V19
PDE
PRA SEDIMENTASI
54
Intake Air Baku
Injeksi
Flokulasi
Pengendapan
Filtrasi
Injeksi
Air Bersih Koagulant
Alum SulfatTawas
Desinfeksi Kaporit Chlorine
Netralisasi Soda Ash
Prasedimentasi
4.2.6. RINCIAN UNIT PENGOLAHAN AIR
Rincian dan alur proses unit pengolahan air diperlihatkan pada gambar 4.2
AIR BAHAN KIMIA
Gambar 4.3. Diagram alir unit proses pengolahan air bersih
4.2.7. BAGIAN PENJERNIHAN
55
Bagian penjernihan air baku adalah kontruksi baja meliputi unit-unit proses flokulator, settling, dan clarified yang dikemas menjadi satu kesatuan seperti
diperlihatkan pada gambar 4.3.
Gambar 4.4. Susunan unit bagian penjernihan dan arah aliran proses
A. Flokulator.
Bagian dari kontruksi penjernihan air baku yang berfungsi sebagai tempat terjadinya proses flokulasi
B. Tangki Pengedapan Settling Tank.
Setelah melalui flokulator selanjutnya air diolah dalam tangki pengedapan,
C. Tangki Penampungan Air Jernih Clarified Water Tank.
Air yang sudah dijernihkan dari tangki pengendapan disimpan di dalam tangki penyimpanan sementara sebelum diteruskan ke proses filtrasi.
D. Pompa Air JernihClarified Water Pump.
Air yang sudah dijernihkan akan dipompakan kedalam proses filtrasi
4.2.8. SISTEM PENCAMPURAN BAHAN KIMIA
Flokulator Settling
Clarified
56
Untuk memperoleh pencampuran yang merata antara air baku dengan bahan kimia ada beberapa cara yang dilakukan yaitu:
A. Sistem Pencampuran Alamiah
Sistem pencampuran alamiah dibagi atas: a.
pipa bazin Pencampur b.
Sistem Pencampur Horizontal c.
Sistem Pencampur Vertikal
B. Sistem Pencampuran Mekanis
Sistem pencampuran mekanis dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:
a. sistem pencampur dengan propeler
b. sistem pencampur dengan paddle
c. sistem pencampur dengan impelar atau turbin
Ketiga sistem ini telah dipergunakan secara meluas dalam sistem pengolahan air bersih. Dalam beberapa persoalan tertentu, sistem
pencampuran imperal atau turbin dengan menggunakan pipa sehingga tidak mempergunakan bak pencampur.
Fungsi dari flash mixing untuk memancarkan bahan koagulan pada air, sehingga terdapat kontak yang sempurna dalam proses pembubuhan dan
pembentukan floc tidak terjadi pada flash mixing untuk menjaga penyumbatan..
1. UNIT DOSING DAN PERSIAPAN TAWAS Aluminium Sulfat.
Zat kimia yang digunakan untuk mendestabilisasi koloid dan partikel tersuspensi adalah aluminium sulfat yang berfungsi sebagai
koagulan. Sebelum dimasukkan kedalam proses koagulasi, koagulan yang digunakan diencerkan terlebih dahulu agar koagulan dapat
57
bekerja secara lebih merata dalam air baku dan lebih mudah untuk dimasukkan ke dalam air. Dosis Alumunium Sulfat yang digunakan ,
C alum = 12 mg l dengan berat jenis Alumunium Sulfat =
2,71 kg l.
4.3. METODE ANALISA PROYEKSI PENDUDUK
Analisa proyeksi penduduk bertujuan untuk mengetahui jumlah penduduk pada wilayah kajian untuk tahun proyeksi yang akan datang. Proyeksi penduduk
merupakan salah satu unsur yang penting untuk dikemukakan karena mereka inilah aktor dari kegiatan pembangunan wilayah. Input yang diperlukan terutama
berupa data kependudukan, data wilayah dan aktivitas penduduk. Adapun alternatif metode analisis yang digunakan dalam memproyeksikan jumlah
penduduk antara lain :
A. Proyeksi Bunga Berganda
Metode bunga berganda berbasis pada rumus :
Pt = Po 1 + r
n
Dimana : Pt = Jumlah Penduduk pada tahun t
Po = jumlah Penduduk pada tahun awal. r = Jumlah Pertumbuhan Penduduk
n = jangka waktu dalam tahun
B. Metode Eksponensial
Pt = Po exp
r + t
Dimana : Pt
= Jumlah Penduduk pada tahun t Po
= Jumlah Penduduk pada tahun awal.
58
r = Angka pertumbuhan penduduk
t = Waktu dalam tahun
C. Metode Regresi Linier
Y = a + b x
Dimana : Y
= Jumlah penduduk tahun proyeksi a dan b
= Tetapan koefisiensi regresi x
= Tambahan tahun terhitung dari tahun dasar
4.4. METODE ANALISA PROYEKSI PERTAMBAHAN SARANA DAN PRASANA