18
2.4.2 Syarat Sahnya Perjanjian Kerja
Sebagai bagian dari perjanjian pada umumnya, maka perjanjian kerja harus memenuhi syarat sahnya perjanjian sebagaimana diatur dalam pasal 1320 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata. Ketentuan ini diintrodusir oleh Pasal 52 ayat 1 Undang-Undang Ketenagakerjaan yang menyebutkan bahwa perjanjian kerja
dibuat atas dasar :
30
1. kemauan bebas kedua belah pihak;
2. kemampuan atau kecakapan kedua belah pihak;
3. adanya perjanjian yang diperjanjikan;
4. pekerjaan yang diperjanjikan tidak boleh bertentangan dengan
ketertiban umum, kesusilaan, dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.4.3 Unsur-Unsur dalam Perjanjian Kerja
Pakar Hukum Perburuhan dan Hukum Sosial Belanda, Rood mengatakan bahwa Perjanjian Kerja mengandung empat unsur, yaitu:
1. Adanya unsure work atau pekerjaan.
Suatu pekerjaan yang diperjanjikan dan dipekerjakan dan dikerjakan sendiri oleh pekerja yang membuat perjanjian kerja
merupakan unsure penting dalam perjanjian kerja. Pekerjaan yang dikerjakan oleh pekerja itu sendiri, haruslah berdasarkan
dan berpedoman pada perjanjian kerja. Pekerja yang melaksanakan pekerjaan atas dasar perjanjian kerja tersebut,
pada pokoknya wajib untuk melaksanakannya sendiri.
2. Adanya service atau pelayanan
Bahwa yang melakukan pekerjaan sebagai manifestasi adanya perjanjian kerja tersebut, adalah bahwa pekerja harus tunduk
padadi bawah perintah orang lain, yaitu pihak pemberi kerja atau majikan pengusaha.
3. Adanya unsure Time atau waktu tertentu
Yang dimaksud unsure time atau waktu tertentu disini bahwa dalam melakukan hubungan kerja tersebut haruslah disesuaikan
dengan waktu yang telah ditentukan dalam perjanjian kerja atau dalam peraturan perundang-undangan.
4. Adanya unsure pay atau upah
Unsure pay atau upah ini merupakan unsure yang penting dan menentukan dalam setiap pemberian kerja. Apabila seseorang
bekerja bertujuan bukan mencari upah maka sulit untuk dikatakan sebagai pelaksanaan dari perjanjian kerja.
30
Ibid.,hlm.38
19
2.4.4 Macam dan Bentuk Perjanjian Kerja
Perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja memilik berbagai macam bentuk. Berdasar pada bentuknya Perjanjian Kerja dibagi menjadi 2 dua macam,
yaitu :
1. Perjanjian Kerja tertulis: perjanjian kerja yang dituangkan dalam bentuk
tertulis, merupakan kesepakatan bersama antara pengusaha dan
pekerjaburuh. Biasanya, dilakukan dengan materai.
2. Perjanjian kerja tidak tertulis: perjanjian kerja ini tidak dituangkan
dalam bentuk
perjanjian tertulis
antara pengusaha
dengan pekerjaburuh, melainkan dengan cara kesepakatan secara lisan antara
pengusaha dengan pekerjaburuh. Perjanjian kerja juga memiliki faktor yang penting dalam hubungan kerja
yaitu dengan adanya jangka waktu pekerjaan tersebut dilaksanakan. Jangka waktu juga dapat menentukan bentuk dari perjanjian kerja yang dipakai. Berdasar
macam jangka waktunya, perjanjian kerja dibagi menjadi 2 dua macam, yaitu : 1.
Perjanjian kerja waktu tertentu, dibagi menjadi 3 tiga, yaitu: a
Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dimana waktu berlakunya ditentukan menurut perjanjian, misalnya dalam perjanjian kerja tertulis
untuk waktu 2 dua tahun dan sebagainya atau sampai proyek selesai. b
Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dimana berlakunya ditentukan menurut undang-undang, misalnya bila pengusaha memperkejakan
tenaga asing, dalam perjanjian kerja tertulis untuk waktu sekian tahun dan sebagainya menurut ijin yang diberikan oleh Menteri Tenaga Kerja
atas dasar Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1958 tentang Penempatan Tenaga Kerja Asing.
c Pekerjaan untuk waktu tertentu dimana waktu berlakunya ditentukan
menurut kebiasaan, misalnya diperkebunan terdapat pekerja pemetik kopi, jangka waktu perjanjian kerja ditentukan oleh musim kopi. Musim
kopi hanya berlangsung beberapa bulan dan setelah musim kopi selesai maka perjanjian kerja dianggap berakhir.
20
Pasal 59 ayat 1, Perjanjian Kerja waktu tertentu adalah Perjanjian Kerja antara pekerjaburuh dengan pengusaha yang hanya dibuat untuk pekerjaan
tertentu yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu, yaitu:
a. Pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya;
b. Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak
terlalu lama dan paling lama 3 tiga tahun; c.
Pekerja yang bersifat musiman; atau d.
Pekerjaan yang berhubungan dnegan produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan.
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor PER02MEN1993 tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Pasal 1 ayat a menyebutkan
bahwa kesepakatan Perjanjian Kerja waktu tertentu adalah Perjanjian Kerja antara pekerja dan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja dalam
waktu tertentu atau untuk pekerjaan tertentu. Dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa pada Perjanjian Kerja waktu tertentu terdiri atas:
1 Perjanjian Kerja untuk waktu tertentu yang didasarkan atas jangka
waktu tertentu; 2
Perjanjian Kerja untuk waktu tertentu didasarkan atas pekerjaan tertentu.
Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak dapat diadakan untuk pekerjaan yang bersifat tetap sebagaimana diatur dalam Pasal 59 ayat 2 Undang-
Undang Ketenagakerjaan. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu baik yang didasarkan atas jangka waktu tertentu maupun yang didasarkan atas
pekerjaan tertentu, batas maksimal jangka waktunya hanya 3 tiga tahun dan tidak dapat diperpanjang lagi. Maksud ketentuan ini, sebagaimana Pasal
59 ayat 4 Undang-Undang Ketenagakerjaan agar pekerjaburuh memperoleh pekerjaan secara tidak tetap hanya terbatas sampai paling lama
3 tiga tahun saja, kemudian meningkat menjadi pekerja tetap dengan adanya perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu. Perjanjian kerja waktu
tertentu harus memenuhi syarat-syarat, yaitu :