Pengaruh Pola Asuh terhadap Status Gizi Anak Balita di Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Aceh Besar

(1)

PENGARUH POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA DI KECAMATAN SUKAMAKMUR KABUPATEN ACEH BESAR

T E S I S

Oleh Z U L F A D L I 087032014/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

THE INFLUENCE OF NURSING PATTERN ON THE NUTRITIONAL STATUS OF CHILDREN UNDER FIVE YEARS OLD

IN SUKAMAKMUR SUBDISTRICT ACEH BESAR DISTRICT

THESIS

By

Z U L F A D L I 087032014/IKM

MAGISTER OF COMMUNITY HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

PENGARUH POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA DI KECAMATAN SUKAMAKMUR KABUPATEN ACEH BESAR

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Gizi Masyarakat

pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

OLEH

Z U L F A D L I 087032014/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(4)

Judul Tesis : PENGARUH POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA DI

KECAMATAN SUKAMAKMUR KABUPATEN ACEH BESAR

Nama Mahasiswa : Zulfadli Nomor Induk Mahasiswa : 087032014

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Administrasi dan Kebijakan Gizi Masyarakat

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes)

Ketua Anggota

(Dra. Jumirah, Apt, M.Kes)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)


(5)

Telah diuji pada

Tanggal : 2 Februari 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes Anggota : 1. Dra. Jumirah, Apt., M.Kes

2. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si 3. Ernawati Nasution, S.K.M, M.Kes


(6)

PERNYATAAN

PENGARUH POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA DI KECAMATAN SUKAMAKMUR KABUPATEN ACEH BESAR

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Maret 2012 Zulfadli


(7)

ABSTRAK

Masalah gizi pada anak balita tidak semata-mata karena faktor ekonomi, tetapi pengetahuan ibu adalah salah satu faktor yang ikut memengaruhi terhadap pola asuh yang dilakukan ibu terhadap anak balita meliputi asuh makan dan asuh kesehatan. Berdasarkan data Sistem Pelaporan dan Pencatatan Terpadu Puskesmas (SP2TP) dari Puskesmas Sukamakmur tahun 2010, diketahui anak balita status gizi buruk sebesar 4,2% dan gizi kurang 8,4%.

Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh pola asuh (asuh makan dan asuh kesehatan) terhadap status gizi anak Balita di Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Aceh Besar. Jenis penelitian adalah survei dengan tipe explanatory

research. Populasi adalah seluruh ibu yang mempunyai anak balita berjumlah 369

orang. Sampel diambil menggunakan rumus Taro Yamane dan didapat sebanyak 79 orang. Pengumpulan data karakteristik, pola asuh makan menggunakan wawancara berpedoman pada kuesioner dan jenis makan serta kecukupan energi protein menggunakan formulir recall makanan anak balita 24 jam. Pola asuh kesehatan menggunakan wawancara berpedoman kepada kuesioner. Analisis data menggunakan uji regresi logistik berganda pada tingkat kemaknaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa status gizi anak balita (1-5 tahun) berdasarkan indeks BB/U diperoleh gizi kurang (55,7%). Pola asuh makan yang diterapkan ibu kepada anak balita berusia 1 sampai dengan 3 tahun baik (50,8%), berusia 4 sampai 5 tahun tidak baik (85%), Demikian juga pola kesehatan anak balita berusia 1 sampai dengan 3 tahun baik (52,5%), berusia 4 sampai 5 tahun tidak baik (70%). Ada pengaruh pola asuh (makan dan kesehatan) terhadap status gizi anak balita. Pola asuh makan lebih dominan memengaruhi status gizi anak balita.

Kesimpulan dari hasil penelitian bahwa pola asuh makan dan pola asuh kesehatan berpengaruh terhadap status gizi anak balita di Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Aceh Besar. Disarankan kepada Dinas Kesehatan Aceh Benar dan instansi terkait menggalakkan kembali program ASI Eksklusif dengan menggalakkan petugas kesehatan untuk memberikan penyuluhan secara kontinu tentang bahan atau jenis makanan yang bergizi, murah dan mudah diperoleh untuk anak balita. Diharapkan peranserta keluarga/masyarakat dalam mendukung program posyandu dan kadarzi sehingga menerapkan pengelolaan makan bergizi, pola hidup sehat, dan membawa anak balita ke posyandu/puskemsas untuk memeriksakan kesehatan setiap bulan dalam memantau pertumbuhannya.


(8)

ABSTRACT

Malnutrition in children under five years old is not merely due to economic factor but it is also influenced by their mothers’ knowledge about the nursing care of the children‘s meal and health. Based on the Integrated Recording and reporting System of Sukamakmur Health Center in 2010, it is found out that the number of children under five years old severe under nutrition was 4.2% and under nutrition was 8.4%.

The purpose of this explanatory survey study was to analyze the influence of nursing pattern (meal and health) on the nutritional status of children under five years old in Sukamakmur Subdistrict, Aceh Besar District. The populations of this study were all of the 369 mothers with children under five years old, and 79 of them were selected to be the samples for this study through Slovin formula. The data concerning characteristics, meal pattern and health pattern for this study were obtained through questionnaire-based interviews and the data concerning kind of food consumed and protein energy sufficiency were obtained through the forms of recall for the food consumed by the children under five years old within 24 hours. The data obtained were analyzed through multiple logistic regression tests at a 95%.

The result of this study showed that, based on the Body Weight/Age Index, the nutritional status of the children under five years old (1- 5 years old) was inadequate (55.7%). The eating pattern applied by the mothers to their children of 1 -3 years old was good (50.8%) and to those of 4 to 5 years old was poor (85%). The health pattern of the children of 1-3 years old was good (52.5%) and to those of 4 to 5 years old was poor (70%). Therefore, nursing care (meal and health) had influence on the nutritional status of the children under five years old. Eating pattern (nursing care) was more dominant in influencing the nutritional status of the children under five years old.

The conclusion drawn from the result of this study is that eating and health nursing patterns had influence on the nutritional status of the children under five years old in Sukamakmur Subdistrict, Aceh Besar District. The management of Aceh Besar District Health Service and related agencies are suggested to reactivate the Exclusive Breastfeeding Program by encouraging the health workers to continuously provide extensions about food that is accessible cheap and nutritious for children under five years old. The participation of family/community in support to the programs of posyandu and kadarzi so that implement the management of nutritious food, the pattern of healthy living, and taking the children under five years old to posyandu/puskesmas to have their health examined/checked every month to monitor their growth.


(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberi rahmat dan hidayat-Nya sehingga dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul ”Pengaruh Pola Asuh terhadap Status Gizi Anak Balita di Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Aceh Besar”.

Tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Gizi Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Dalam menyusun tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, D.T.M&H., M.Sc (CTM)., Sp.A, (K).

2. Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Dr. Drs. Surya Utama, M.S atas kesempatan penulis menjadi mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si dan Sekretarisnya Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si.


(10)

4. Ketua Komisi Pembimbing Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes dan Anggota Komisi Pembimbing Dra. Jumirah, Apt. M. Kes atas segala ketulusannya dalam menyediakan waktu untuk memberikan bimbingan, dorongan, saran dan perhatian selama proses proposal hingga penulisan tesis ini selesai.

5. Penguji Prof. Dr. Ir.Albiner Siagian, M.Si dan Anggota Komisi Penguji Ernawati Nasution, M.Kes yang telah banyak memberikan saran, bimbingan dan perhatian selama penulisan tesis.

6. Kepala Dinas Kabupaten Aceh Besar dan Camat Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Aceh Besar yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan kepada penulis dalam rangka menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

7. Para dosen, staf administrator serta semua pihak yang terkait di lingkup Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Gizi Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

8. Orangtua penulis, istri dan anak-anak tercinta serta keluarga besar yang telah memberikan dukungan moril serta doa dan motivasi selama penulis menjalani pendidikan.

9. Teman-teman seperjuangan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, atas bantuannya dan memberikan semangat dalam penyusunan tesis.


(11)

Akhirnya saya menyadari segala keterbatasan yang ada. Untuk itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini, dengan harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, Maret 2012 Penulis


(12)

RIWAYAT HIDUP

Zulfadli lahir pada tanggal 6 Juni 1969 di Aceh Besar Provinsi Aceh, beragama Islam, bertempat tinggal di Desa Lambirah Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh. Menikah dengan Suryani pada tanggal 8 September 2000 dan dikarunia 2 orang putra dan 1 orang putri, yaitu Muhammad Rian Fazillah, Muhammad Alvin Syihaq dan Zulida Rahmah

Pendidikan, SDN 2 Sibreh (1981), SMPN Sibreh (1984), SMA Swasta Mugayatsyah (1987), SPAG Banda Aceh (1990), Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Aceh Banda Aceh (2003).

Bekerja sebagai staf gizi di Puskesmas Sulimum tahun 1992-2000), kemudian pindah ke Puskesmas Suka Makmur Kabupaten Aceh Besar sebagai Staf Gizi (2000-sekarang).


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK. ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Hipotesis ... 9

1.5 Manfaat Penelitian ... 9

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi ... 11

2.1.1 Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Status Gizi Anak Balita ... 12

2.1.2 Klasifikasi Status Gizi Anak Balita... 14

2.1.3 Pengukuran Status Gizi Anak Balita ... 16

2.2 Kecukupan Gizi Anak Balita ... 19

2.3 Konsep Pola Asuh ... 20

2.3.1 Asuh Makan ... 22

2.3.2 Asuh Kesehatan ... 27

2.4 Landasan Teori ... 28

2.5 Kerangka Konsep ... 29

BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 30

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

3.3 Populasi dan Sampel ... 30

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 31

3.4.1 Data Primer ... 31

3.4.2 Data Sekunder ... 32


(14)

3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 34

3.6 Metode Pengukuran ... 35

3.7 Metode Analisis Data ... 37

BAB 4. HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 38

4.1.1 Komposisi Penduduk ... 38

4.2 Karakteristik Ibu ... 39

4.3 Karakteristik Balita ... 40

4.4 Jenis Makanan ... 41

4.5 Konsumsi Energi dan Protein Berdasarkan Umur ... 42

4.6 Pola Asuh Makan Berdasarkan Umur Balita ... 43

4.7 Pola Asuh Kesehatan Berdasarkan Umur Balita ... 44

4.8 Status Gizi Balita ... 44

4.9 Hubungan Pola Asuh Makan dengan Status Gizi Balita di Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Aceh Besar ... 45

4.10 Hubungan Pola Asuh Kesehatan dengan Status Gizi Balita di Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Aceh Besar ... 46

4.11 Pola Asuh terhadap Status Gizi Anak Balita di Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Aceh Besar... 46

BAB 5. PEMBAHASAN 5.1 Pola Asuh Anak Balita di Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Aceh Besar ... 49

5.1.1. Pengaruh Pola Asuh Makan terhadap Status Gizi Anak Balita di Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Aceh Besar ... 49

5.1.2. Pengaruh Pola Asuh Kesehatan terhadap Status Gizi Anak Balita di Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Aceh Besar ... 50

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 55

6.2 Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 57

LAMPIRAN ... 60


(15)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman 2.1. Kebutuhan Zat Gizi Anak Balita berdasarkan Angka

Kecukupan Gizi (AKG Rata-Rata Perhari) ... 20 2.2. Pola Pemberian Makanan Anak Balita Menu 1 ... 26 2.3. Pola Pemberian Makanan Anak Balita Menu 1I ... 26 3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Butir Instrumen Variabel

Penelitian ... 33 3.2 Baku Antropometri menurut Standar WHO 2005 ... 35 4.1. Distribusi Karakteristik Ibu yang mempunyai Balita di

Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Aceh Besar ... 40 4.2. Distribusi Karakteristik Balita di Kecamatan Sukamakmur

Kabupaten Aceh Besar ... 41 4.3. Distribusi Jenis Makanan Sehari-hari Berdasarkan Umur Balita

di Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Aceh Besar ... 42 4.4. Distribusi Frekuensi Konsumsi Energi Berdasarkan Umur

Balita di Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Aceh Besar ... 42 4.5. Distribusi Frekuensi Konsumsi Protein Berdasarkan Umur

Balita di Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Aceh Besar ... 43 4.6. Distribusi Frekuensi Pola Asuh Makan Balita Berdasarkan

Umur Balita di Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Aceh

Besar ... 44 4.7. Distribusi Frekuensi Pola Asuh Kesehatan Balita Berdasarkan

Umur Balita di Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Aceh

Besar ... 44 4.8. Distribusi Frekuensi Status Gizi Balita Berdasarkan Umur


(16)

4.9. Hubungan Pola Asuh Makan dengan Status Gizi Balita di

Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Aceh Besar ... 45 4.10. Hubungan Pola Asuh Kesehatan dengan Status Gizi Balita di

Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Aceh Besar ... 46 4.11. Hasil Uji Regresi Logistik Pola Asuh terhadap Status Gizi

Anak Balita di Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Aceh


(17)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman 2.1 Faktor Penyebab Gizi Kurang ... 28 2.2 Kerangka Konsep Penelitian ... 29


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Surat Izin Penelitian dari Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat USU ... 60

2 Surat Telah Selesai Meneliti dari Puskesmas Sukamakmur ... 61

3. Kuesioner Penelitian ... 62

4. Pengolahan Data ... 69


(19)

ABSTRAK

Masalah gizi pada anak balita tidak semata-mata karena faktor ekonomi, tetapi pengetahuan ibu adalah salah satu faktor yang ikut memengaruhi terhadap pola asuh yang dilakukan ibu terhadap anak balita meliputi asuh makan dan asuh kesehatan. Berdasarkan data Sistem Pelaporan dan Pencatatan Terpadu Puskesmas (SP2TP) dari Puskesmas Sukamakmur tahun 2010, diketahui anak balita status gizi buruk sebesar 4,2% dan gizi kurang 8,4%.

Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh pola asuh (asuh makan dan asuh kesehatan) terhadap status gizi anak Balita di Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Aceh Besar. Jenis penelitian adalah survei dengan tipe explanatory

research. Populasi adalah seluruh ibu yang mempunyai anak balita berjumlah 369

orang. Sampel diambil menggunakan rumus Taro Yamane dan didapat sebanyak 79 orang. Pengumpulan data karakteristik, pola asuh makan menggunakan wawancara berpedoman pada kuesioner dan jenis makan serta kecukupan energi protein menggunakan formulir recall makanan anak balita 24 jam. Pola asuh kesehatan menggunakan wawancara berpedoman kepada kuesioner. Analisis data menggunakan uji regresi logistik berganda pada tingkat kemaknaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa status gizi anak balita (1-5 tahun) berdasarkan indeks BB/U diperoleh gizi kurang (55,7%). Pola asuh makan yang diterapkan ibu kepada anak balita berusia 1 sampai dengan 3 tahun baik (50,8%), berusia 4 sampai 5 tahun tidak baik (85%), Demikian juga pola kesehatan anak balita berusia 1 sampai dengan 3 tahun baik (52,5%), berusia 4 sampai 5 tahun tidak baik (70%). Ada pengaruh pola asuh (makan dan kesehatan) terhadap status gizi anak balita. Pola asuh makan lebih dominan memengaruhi status gizi anak balita.

Kesimpulan dari hasil penelitian bahwa pola asuh makan dan pola asuh kesehatan berpengaruh terhadap status gizi anak balita di Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Aceh Besar. Disarankan kepada Dinas Kesehatan Aceh Benar dan instansi terkait menggalakkan kembali program ASI Eksklusif dengan menggalakkan petugas kesehatan untuk memberikan penyuluhan secara kontinu tentang bahan atau jenis makanan yang bergizi, murah dan mudah diperoleh untuk anak balita. Diharapkan peranserta keluarga/masyarakat dalam mendukung program posyandu dan kadarzi sehingga menerapkan pengelolaan makan bergizi, pola hidup sehat, dan membawa anak balita ke posyandu/puskemsas untuk memeriksakan kesehatan setiap bulan dalam memantau pertumbuhannya.


(20)

ABSTRACT

Malnutrition in children under five years old is not merely due to economic factor but it is also influenced by their mothers’ knowledge about the nursing care of the children‘s meal and health. Based on the Integrated Recording and reporting System of Sukamakmur Health Center in 2010, it is found out that the number of children under five years old severe under nutrition was 4.2% and under nutrition was 8.4%.

The purpose of this explanatory survey study was to analyze the influence of nursing pattern (meal and health) on the nutritional status of children under five years old in Sukamakmur Subdistrict, Aceh Besar District. The populations of this study were all of the 369 mothers with children under five years old, and 79 of them were selected to be the samples for this study through Slovin formula. The data concerning characteristics, meal pattern and health pattern for this study were obtained through questionnaire-based interviews and the data concerning kind of food consumed and protein energy sufficiency were obtained through the forms of recall for the food consumed by the children under five years old within 24 hours. The data obtained were analyzed through multiple logistic regression tests at a 95%.

The result of this study showed that, based on the Body Weight/Age Index, the nutritional status of the children under five years old (1- 5 years old) was inadequate (55.7%). The eating pattern applied by the mothers to their children of 1 -3 years old was good (50.8%) and to those of 4 to 5 years old was poor (85%). The health pattern of the children of 1-3 years old was good (52.5%) and to those of 4 to 5 years old was poor (70%). Therefore, nursing care (meal and health) had influence on the nutritional status of the children under five years old. Eating pattern (nursing care) was more dominant in influencing the nutritional status of the children under five years old.

The conclusion drawn from the result of this study is that eating and health nursing patterns had influence on the nutritional status of the children under five years old in Sukamakmur Subdistrict, Aceh Besar District. The management of Aceh Besar District Health Service and related agencies are suggested to reactivate the Exclusive Breastfeeding Program by encouraging the health workers to continuously provide extensions about food that is accessible cheap and nutritious for children under five years old. The participation of family/community in support to the programs of posyandu and kadarzi so that implement the management of nutritious food, the pattern of healthy living, and taking the children under five years old to posyandu/puskesmas to have their health examined/checked every month to monitor their growth.


(21)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Keberhasilan pembangunan suatu bangsa berkaitan erat dengan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang baik. Dalam menciptakan SDM yang bermutu, perlu ditata sejak dini, yaitu dengan memerhatikan kesehatan anak-anak, khususnya anak Balita. Derajat kesehatan yang tinggi dalam pembangunan ditujukan untuk mewujudkan manusia yang sehat, cerdas, dan produktif. Salah satu unsur penting dari kesehatan adalah masalah gizi. Gizi sangat penting bagi kehidupan. Kekurangan gizi pada anak dapat menimbulkan beberapa efek negatif seperti lambatnya pertumbuhan badan, rawan terhadap penyakit, menurunnya tingkat kecerdasan, dan terganggunya

mental anak. Kekurangan gizi yang serius dapat menyebabkan kematian anak (Santoso, 2004).

Anak merupakan kelompok yang paling rentan terhadap gangguan kesehatan dan gizi karena pada masa seperti ini pada anak masih terjadi proses pertumbuhan dan perkembangan yang memerlukan zat-zat gizi dalam jumlah yang besar dan pada masa seperti ini kelangsungan serta kualitas hidup anak sangat tergantung pada ibu atau orangtuanya. Gambaran masalah kesehatan anak di Indonesia ditandai dengan masih tingginya angka kejadian penyakit dan gangguan gizi yang disertai dengan kondisi lingkungan fisik dan sosial yang belum optimal menunjang kesehatan. Menurut Foster dan Anderson (2006), pada 4 trilyun manusia di dunia, ratusan juta


(22)

orang menderita gizi buruk dan kekurangan gizi. Masalah kekurangan gizi berasal dari ketidakmampuan negara-negara non industri untuk menghasilkan cukup makan dan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang berkembang. Demikian juga dengan pendapat Hendrickse (2000), mengungkapkan permasalahan terkait dengan gizi di daerah tropis Afrika, bahwa seseorang balita kenyataaan mendapatkan sedikit daging, ikan atau telur, minimnya protein yang dikonsumsi balita tidak dianggap penting, karena kurangnya pengertian tentang kebutuhan khusus bagi anak-anak akan makanan yang mengandung protein, dan dalam tiap kasus pantangan lokal mungkin memberi pembatasan terhadap konsumsi berbagai makanan tersebut oleh anak-anak.

Suharjo (2005), mengungkapkan bahwa balita adalah harapan bangsa. Penundaan pemberian perhatian, pemeliharaan gizi yang kurang tepat terhadap Balita akan menurunkan nilai potensi mereka sebagai sumber daya pembangunan masyarakat dan ekonomi nasional. Mereka memerlukan penggarapan sedini mungkin apabila potensi mereka ditingkatan untuk pembangunan bangsa di masa depan. Demikian juga dengan (Djaeni, 2000), bahwa anak balita sedang mengalami proses pertumbuhan yang sangat pesat, sehingga memerlukan zat-zat makan yang relatif lebih banyak dengan kualitas yang lebih tinggi. Hasil pertumbuhan menjadi dewasa, sangat tergantung dari kondisi gizi dan kesehatan sewaktu masa Balita.

Anak-anak umur 0 – 5 tahun di negara berkembang merupakan golongan yang paling rawan terhadap gizi. Kelompok yang paling rawan di sini adalah periode pasca penyapihan khususnya kurun umur 1–3 tahun. Anak-anak biasanya menderita bermacam-macam infeksi serta berada dalam status gizi rendah. Penyapihan yang


(23)

baik dianjurkan sampai anak berumur 2 tahun kemudian ketergantungan anak terhadap ASI sedikit demi sedikit akan berkurang. Hal ini berakibat masukan zat gizi hanya mengandalkan dari makanan yang diberikan. Makanan yang kurang gizi mengakibatkan kecukupan zat gizi anak tidak terpenuhi sehingga mudah terkena gizi kurang. Kekurangan gizi pada anak balita dipengaruhi oleh ketidakcukupan konsumsi makanan dengan setiap faktor yang memengaruhi dari kesehatan anak itu sendiri (Suhardjo, 2003).

Departemen Kesehatan (2006), menyebutkan bahwa pada tahun 2005 terdapat sekitar 19,24 % anak balita gizi kurang, 8,8 % anak dalam tingkat gizi anak mengalami gizi buruk. Persentase angka tersebut mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Gizi buruk atau gizi kurang yang dialami oleh anak akan membawa dampak yang negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangannya. Menurut Falah (2006), anak-anak dengan status gizi kurang atau buruk, tidak akan tumbuh dan berkembang dengan baik. Selain berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan anak, status gizi juga berpengaruh pada kecerdasan anak yang cenderumg memilki tingkat kecerdasan lebih rendah.

Nancy dan Arifin (2005), mengemukakan konsekuensi dari gizi buruk adalah

loss generation, karena gizi buruk bukan hanya menjadi stigma yang ditakuti, hal ini

tentu saja terkait dengan dampak terhadap sosial ekonomi keluarga maupun negara. Gizi kurang berpotensi menjadi penyebab kemiskinan melalui rendahnya kualitas sumber daya manusia dan produktivitas. Tidak heran jika gizi buruk tidak dikelola


(24)

dengan baik, pada fase akutnya akan mengancam jiwa dan secara jangka panjang akan menjadi ancaman hilangnya sebuah generasi penerus bangsa.

Masalah gizi dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling memengaruhi secara kompleks. Ditingkat rumah tangga, keadaan gizi dipengaruhi oleh kemampuan rumah tangga dalam menyediakan pangan, baik jumlah maupun jenisnya yang cukup dan pola asuh yang dipengaruhi oleh faktor pendidikan, perilaku dan keadaan kesehatan rumah tangga. Salah satu penyebab timbulnya gizi kurang pada anak balita adalah akibat pola asuh anak yang kurang memadai (Soekirman, 2000).

Timbulnya masalah gizi pada anak balita tidak semata-mata karena faktor ekonomi, tetapi pengetahuan ibu salah satu faktor yang ikut memengaruhi terhadap pola asuh yang dilakukan ibu terhadap anak balita, meliputi asuh makan, asuh diri maupun asuh kesehatan. Pola asuh tersebut akan memengaruhi status gizi anak balita. Menurut Suhardjo (2003), pengetahuan gizi dipengaruhi oleh berbagai faktor, disamping pendidikan yang pernah dijalani, faktor lingkungan sosial dan frekuensi kontak dengan media massa juga memengaruhi pengetahuan gizi. Salah satu sebab gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan gizi atau kemauan untuk menerapkan informasi tentang gizi dalam kehidupan sehari-hari

Sesuai dengan kerangka konsep UNICEF (1998), bahwa masalah kurang gizi terjadi karena penyebab langsung, penyebab tidak langsung dan pokok masalah di masyarakat. Pengetahuan gizi dan kesehatan ibu merupakan pokok permasalahan di masyarakat yang dapat menyebabkan terjadinya kurang gizi. Kurangnya pengetahuan


(25)

tentang gizi, kesehatan, sanitasi dan air bersih/pelayanan kesehatan dasar dan tidak cukupnya persediaan pangan maka akan memengaruhi pola asuh anak.

Peran ibu dalam pertumbuhan dan perkembangan anak sangatlah dominan untuk mengasuh dan mendidik anak agar tumbuh dan berkembang menjadi anak yang berkualitas. Pola asuh yang diterapkan oleh ibu dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan anak khususnya status gizi anak. Widayani (2001), menemukan korelasi yang positif antara pola asuh ibu dengan status gizi anaknya. Proses mengasuh dan mendidik anak memerlukan waktu yang cukup, walaupun saat ini berkembang bahwa pola pengasuhan itu yang terpenting adalah kualitasnya, tetapi tetap saja diperlukan kuantitas dalam hal ini waktu kebersamaan ibu dengan anaknya. Jelas sudah bahwa seorang ibu mempunyai peranan penting dalam mengasuh menentukan status gizi yang baik bagi anak-anaknya sehingga anak tersebut dapat tumbuh dan berkembang menjadi insan yang berkualitas.

Santoso (2005), menyatakan bahwa pengasuhan merupakan faktor yang sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan anak berusia di bawah lima tahun. Masa anak usia 1-5 tahun (balita) adalah masa dimana anak masih sangat membutuhkan suplai makanan dan gizi dalam jumlah yang cukup dan memadai. Kekurangan gizi pada dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang secara fisik, mental, sosial dan intelektual yang sifatnya menetap dan terus dibawa sampai anak menjadi dewasa. Pada masa ini juga, anak masih benar-benar tergantung pada perawatan dan pengasuhan oleh ibunya. Pengasuhan kesehatan dan makanan pada tahun pertama kehidupan sangatlah penting untuk perkembangan anak. Secara lebih


(26)

spesifik, kekurangan gizi dapat menyebabkan keterlambatan pertumbuhan badan, lebih penting lagi keterlambatan perkembangan otak dan dapat pula terjadinya penurunan atau rendahnya daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi.

Hasil penelitian Yulia (2008), mengungkapkan bahwa pola asuh makan dan kesehatan berhubungan positif dengan status gizi anak balita indeks BB/U ( r = 0,253 ; P < 0,05). Pola asuh makan berhubungan dengan tingkat kecukupan energi anak balita ( r = 0,257 ; P < 0,05). Status kesehatan berhubungan negatif dengan status gizi anak balita (r = - 0,710 ; P < 0,01). Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap status gizi anak balita dengan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB adalah lama sakit infeksi yang diderita oleh anak balita. Faktor lain yang berpengaruh nyata terhadap status gizi adalah tingkat kecukupan energi anak balita. Tingkat kecukupan energi anak balita mempunyai nilai beta negatif, hal ini kemungkinan disebabkan oleh tingginya lama sakit infeksi yang diderita. Kemungkinan lain adalah pengambilan data konsumsi yang dilakukan dalam satu waktu dan metode recall yang hanya dilakukan 2 x 24 jam di Kebun Malabar PTPN VIII. Desa Banjarsari Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat.

Hasil penelitian Ariga (2006), mengungkapkan bahwa status gizi anak berdasarkan indeks BB/U, yaitu gizi baik sebesar 59,86%, gizi kurang sebesar 25,85% dan gizi buruk 13,60% serta gizi lebih 0,68%. Gambaran pola asuh meliputi perhatian/dukungan untuk wanita sebesar 86,39% kategori baik, praktek pemberian makan sebesar 59,18% kategori baik, rangsangan psikosial dan praktek hygiene dan sanitasi lingkungan sebesar 78,23% kategori baik dan perawatan keluarga sedang


(27)

sakit sebesar 61,23% kategori baik. Pola asuh, yaitu praktek pemberian makan berhubungan dengan status gizi di Kabupaten Bener Meriah.

Hasil penelitian Yusrizal (2008), mengungkapkan bahwa faktor sosial ekonomi masyarakat (tingkat pendidikan, jenis pekerjaan) dan faktor budaya masyarakat (tingkat pengetahuan, pola makan anak balita) berpengaruh terhadap status gizi anak balita. Variabel pengetahuan merupakan variabel yang sangat berpengaruh dan paling dominan pengaruhnya terhadap status gizi anak balita di wilayah Pesisir Kabupaten Bireuen. Demikian juga dengan hasil penelitian Emiralda (2006), di wilayah kerja Puskesmas Montasik Kecamatan Aceh Besar Kabupaten Aceh Besar menyimpulkan bahwa jenis makanan yang diberikan dan frekuensi makan berpengaruh terhadap kekurangan gizi anak balita.

Prevalensi gizi buruk di Indonesia adalah 5,4% dan gizi kurang yaitu 13,0% atau 18,4% untuk gizi kurang dan gizi buruk. Dibandingkan dengan target pembangunan gizi di Indonesia adalah menurunkan gizi kurang pada tahun 2010 sekurang-kurangnya menjadi 50% dari prevalensi tahun 2005, yaitu sebesar 19,4% (Bappenas, 2009), maka tahun 2010 seharusnya angka gizi kurang sebesar 9,7%. Dengan demikian tingkat pencapaian program penanggulangan gizi kurang masih perlu ditingkatkan.

Prevalensi balita sangat kurus di Provinsi Aceh sebesar 6,3 persen, kurus sebesar 7,9 persen dan kurus + sangat kurus 14,2 persen (Riskesdas, 2010). Status gizi anak balita di Kabupaten Aceh Besar yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Besar dengan rincian status gizi buruk sebesar 5,5% dan gizi kurang


(28)

9,6%, hal ini menunjukkan persentase anak balita dengan status gizi buruk dan gizi kurang memberikan kontribusi terbesar dari total persentase gizi di Provinsi Aceh (Dinkes Kabupaten Aceh Besar, 2010).

Berdasarkan data Sistem Pelaporan dan Pencatatan Terpadu Puskesmas (SP2TP) dari Puskesmas Sukamakmur tahun 2010, diketahui anak balita status gizi buruk sebesar 4,2% dan gizi kurang 8,4%. Data tersebut menunjukkan persentase anak balita dengan status gizi buruk dan gizi kurang memberikan kontribusi terbesar dari total persentase gizi di Kabupaten Aceh Besar (Puskesmas Sukamakmur, 2010).

Survey awal yang dilakukan peneliti melalui wawancara langsung terhadap 10 ibu yang memiliki anak balita ditemukan melalui KMS status anak balita dengan kriteria dibawah garis merah (10%), hal ini menunjukkan gambaran bahwa ibu-ibu pada umumnya cenderung tidak mengetahui cara pengolahan pangan untuk anak balitanya (12%), kurang mengetahui perawatan kesehatan bagi anak balita yang sakit (27%), kurang memperhatikan kebersihan anak balita (20%), kebersihan makanan yang diberikan kepada anak balita dan kebersihan lingkungan rumah (38%). Berdasarkan latar belakang, survei awal dan beberapa penelitian terdahulu, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang ”Pengaruh Pola Asuh terhadap Status Gizi Anak Balita di Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Aceh Besar”.


(29)

1.2. Permasalahan

Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh pola asuh (asuh makan dan asuh kesehatan) terhadap status gizi anak Balita di Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Aceh Besar? 1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pola asuh (asuh makan dan asuh kesehatan) terhadap status gizi anak Balita di Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Aceh Besar.

1.4. Hipotesis

Ada pengaruh pola asuh (asuh makan dan asuh kesehatan) terhadap status gizi anak balita di Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Aceh Besar.

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat :

1. Sebagai masukan bagi Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Besar dalam menyusun kebijakan pengelolaan program perbaikan gizi serta merencanakan program penanggulangan masalah gizi anak Balita.

2. Sebagai masukan bagi puskesmas di Kecamatan Sukamakur dalam peningkatan program perbaikan gizi sebagai upaya penanggulangan masalah status gizi anak balita.


(30)

3. Sebagai masukan bagi tenaga pengelola Program Gizi Puskesmas di Kecamatan Sukamakur dalam menyusun rencana kerja untuk penanggulangan masalah status gizi anak balita.


(31)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Status Gizi

Menurut Soekirman (2000), status gizi berarti keadaan fisik seseorang atau sekelompok orang yang ditentukan dengan salah satu atau kombinasi dari ukuran-ukuran gizi tertentu. Sedangkan Supariasa (2002), satus gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutrisi dalam bentuk variabel tertentu dan merupakan indeks yang statis dan agregatif sifatnya kurang peka untuk melihat terjadinya perubahan dalam waktu yang pendek misalnya dalam sebulan.

Menurut Suharjo (2003), status gizi adalah keadaan kesehatan individu atau kelompok yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik dan energi serta zat gizi lainnya yang diperoleh dari pangan, makanan dan fisiknya dapat diukur secara antropometri.

Menurut Depkes RI (2002), status gizi merupakan tanda-tanda penampilan seseorang akibat keseimbangan antara pemasukan dan penggunaan zat gizi yang berasal dari pangan yang dikonsumsi pada suatu saat didasarkan pada kategori dan indikator yang digunakan.


(32)

2.1.1. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Status Gizi Anak Balita

Menurut UNICEF (1998), akar masalah faktor penyebab gizi kurang adalah Krisis ekonomi, politik dan sosial. Hal tersebut menyebabkan terjadinya berbagai masalah pokok dalam masyarakat, seperti: (a) pengangguran, inflasi, kurang pangan dan kemiskinan, (b) kurang pemberdayaan wanita dan keluarga, kurang pemanfaatan sumber daya masyarakat serta (c) kurang pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan. Masalah-masalah pokok pada masyarakat menyebabkan 3 (tiga) hal sebagai penyebab tidak langsung kurang gizi, yaitu (1) tidak cukup persediaan pangan, (2) pola asuh anak tidak memadai, dan (3) sanitasi dan air bersih, pelayanan kesehatan dasar tidak memadai. Timbulnya ketiga masalah tersebut mengakibatkan makanan tidak seimbang serta menimbulkan penyakit infeksi sebagai penyebab langsung kurang gizi.

Status gizi terutama ditentukan oleh ketersediaan zat-zat gizi pada tingkat sel dalam jumlah cukup dan dalam kombinasi yang tepat yang diperlukan tubuh untuk tumbuh, berkembang dan berfungsi normal. Pada prinsipnya status gizi ditentukan oleh dua hal yaitu asupan zat-zat gizi yang berasal dari makanan yang diperlukan tubuh dan peran faktor yang menentukan besarnya kebutuhan, penyerapan dan penggunaan zat-zat gizi tersebut. Terhadap 2 faktor tersebut, pola konsumsi dan aktivitas berperan.

Pola konsumsi pangan merupakan hasil budaya masyarakat yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor manusia itu sendiri, seperti kebiasaan makan, pendapatan keluarga, pengetahuan gizi dan lain sebagainya. Sedangkan asupan


(33)

zat-zat gizi dari makanan kedalam tubuh dipengaruhi oleh berat ringannya aktivitas atau pekerjaan seseorang.

Menurut Suhardjo (2003) faktor-faktor yang memengaruhi status gizi adalah : (1) faktor pertanian yang meliputi seluruh usaha pertanian mulai dari penanaman sampai dengan produksi dan pemasaran; (2) faktor ekonomi yaitu besarnya pendapatan keluarga yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga; (3) faktor sosial budaya meliputi kebiasaan makan, anggapan terhadap suatu makanan yang berkaitan dengan agama dan kepercayaan tertentu,kesukaan terhadap jenis makanan tertentu; (4) faktor fisiologi yaitu metabolisme zat gizi dan pemanfaatannya oleh tubuh, keadaan kesehatan seseorang, adanya keadaan tertentu misalnya hamil dan menyusui; dan (5) faktor infeksi yaitu adanya suatu penyakit infeksi dalam tubuh.

Selain faktor-faktor diatas faktor lain yang berpengaruh terhadap status gizi adalah besar keluarga, pengetahuan gizi dan tingkat pendidikan seseorang (Suhardjo, 2003). Besar keluarga meliputi banyaknya jumlah individu dalam sebuah keluarga, pembagian makan dalam keluarga dan jarak kelahiran anak.

Pengetahuan gizi akan berpengaruh terhadap pola konsumsi pangan sehari-hari dalam menyediakan kebutuhan pangan, sedangkan tingkat pendidikan seseorang akan memengaruhi daya nalar seseorang dalam interpretasi terhadap suatu hal.

Pada dasarnya status gizi ditentukan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang berperan dalam penilaian status gizi adalah asupan zat-zat makanan kedalam tubuh, penyerapan dan penggunaan zat gizi, aktivitas yang dilakukan sehari-hari dan pola konsumsi sehari-hari. Faktor eksternal yang


(34)

memengaruhi penilaian status gizi adalah faktor sosial budaya seperti kebiasaan makan dan larangan mengkonsumsi bahan makanan tertentu, faktor ekonomi seperti pendapatan keluarga, pengetahuan tentang gizi, ketersediaan bahan makanan, pelayanan kesehatan setempat, pemeliharaan kesehatan dan besar keluarga.

2.1.2. Klasifikasi Status Gizi Anak Balita

Status gizi anak balita memberikan refleksi tentang keadaan gizinya sebagai akibat dari keseimbangan konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat gizi yang pada akhirnya memengaruhi keadaan tubuh anak balita tersebut. Hal ini sesuai dengan pengertian bahwa status gizi adalam keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi (Almatsier, 2002).

Status gizi anak balita diklasifikasikan menjadi empat yaitu status gizi lebih status gizi baik, status gizi kurang dan buruk.

a. Gizi Lebih

Orang yang kelebihan berat badan biasanya dikarenakan kelebihan jaringan lemak yang tidak aktif tersebut. Kategori berat badan lebih (gizi lebih) menurut WHO NCHS (2002) yaitu > +2 SD. Tetapi masih banyak pendapat di masyarakat yang mengira bahwa anak yang gemuk adalah sehat, sehingga banyak ibu yang merasa bangga kalau anaknya gemuk, dan disatu pihak ada ibu yang kecewa kalau melihat anaknya tidak segemuk anak tetangganya (Supariasa, 2002).

Untuk diagnosis obesitas harus ditemukan gejala klinis obesitas dan didukung dengan pemeriksaan antropometri yang jauh diatas normal. Pemeriksaan ini yang sering digunakan adalah berat badan terhadap tinggi badan, berat badan terhadap


(35)

umur dan tebalnya lipatan kulit. Bentuk muka anak yang status gizi lebih atau obesitas tidak proporsional, yaitu hidung dan mulut relatif kecil, dagu ganda, dan biasanya anak lebih cepat mencapai masa pubertas (Supariasa, 2002).

b. Gizi Baik

Status gizi baik yaitu keadaan dimana asupan zat gizi sesuai dengan adanya penggunaan untuk aktivitas tubuh. Hal ini diwujudkan dengan adanya keselarasan antara, tinggi badan terhadap umur, berat badan terhadap umur dan tinggi badan terhadap berat badan. Menurut Sediaoetama (2000), tingkat gizi sesuai dengan tingkat konsumsi yang menyebabkan tercapainya kesehatan gizi sesuai dengan tingkat konsumsi yang menyebabkan tercapainya kesehatan tersebut. Tingkat kesehatan gizi yang baik ialah kesehatan gizi optimum. Dalam kondisi ini jaringan penuh oleh semua zat gizi tersebut. Tubuh terbebas dari penyakit dan mempunyai daya tahan setinggi-tingginya.

Anak yang status gizi baik dapat tumbuh dan kembang secara normal dengan bertambahnya usia. Tumbuh atau pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam hal besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat, panjang, umur tulang dan keseimbangan metabolik. Sedangkan perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam stuktur dan fungsi tubuh yang komplek dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan (Supariasa, 2002).


(36)

c. Gizi Kurang dan Gizi Buruk

Status gizi kurang terjadi karena tubuh kekurangan satu atau beberapa macam zat gizi yang diperlukan. Hal yang menyebabkan status gizi kurang karena kekurangan zat gizi yang dikonsumsi atau mungkin mutunya rendah. Gizi kurang pada dasarnya adalah gangguan pada beberapa segi kesejahteraan perorangan atau masyarakat yang disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan akan zat gizi yang diperoleh dari makanan. Kurang gizi banyak menimpa anak khususnya anak balita yang berusia dibawah lima tahun karena merupakan golongan yang rentan serta pada fase ini kebutuhan tubuh akan zat gizi meningkat karena selain untuk tumbuh juga untuk perkembangan sehingga apabila anak kurang gizi dapat menimbulkan berbagai penyakit (Supariasa, 2002).

2.1.3. Pengukuran Status Gizi Anak Balita

Pengukuran atau penilaian status gizi anak balita dimaksudkan untuk mengetahui apakah anak balita tersebut mempunyai status gizi kurang, baik atau lebih. Pengukuran status gizi anak balita tersebut bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keseimbangan antara zat gizi yang masuk dalam tubuh dengan zat gizi yang digunakan oleh tubuh, sehingga tercipta kondisi fisik yang optimal.

Ada berbagai cara dalam mengukur atau menilai status gizi seseorang yaitu melalui penilaian status gizi secara langsung yang dibagi dalam empat penilaian yaitu antropometri., klinis, biokimia, biofisik. Kedua adalah penilaian status gizi secara tidak langsung dibagi dalam tiga cara yaitu survey konsumsi pangan, statistik vital dan faktor ekologi


(37)

Menurut Supariasa (2002), dewasa ini dalam program gizi masyarakat, pemantauan status gizi anak balita mengunakan metode antropometri sebagai cara untuk menilai status gizi. Mengingat keterbatasan waktu, tenaga dan biaya, maka dalam penelitian ini peneliti mengunakan penilaian status gizi dengan cara pemeriksaaan fisik yang disebut antropometri ini. antropometri sebagai indikator pengukuran parameter.

Adapun keunggulan antropometri adalah alatnya mudah didapat dan mudah digunakan, pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan obyektif, pengukuran bukan hanya dilakukan dengan tenaga khusus professional, juga oleh tenaga lain setelah dilatih untuk itu, biayanya relatif murah, hasilnya mudah disimpulkan, dan diakui kebenarannya. Sedangkan kelemahan antropometri adalah tidak sensitif untuk mendeteksi status gizi dalam waktu singkat, faktor diluar gizi (penyakit, genetik, dan penurunan penggunaan energi) dapat menurunkan spesifikasi dan sensitifitas pengukuran antropometri. Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran (Supariasa, 2002).

Cara yang dipakai untuk mengetahui status gizi balita adalah dengan cara antropometri yaitu pengukuran berat badan dikaitkan dengan umur dan klasifikasi dengan standart baku WHO NCHS (2002). Adapun keunggulan pengukurannya adalah lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum, baik untuk pengukuran status gizi akut dan kronis, Berat badan dapat berfluktuasi, sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil, Dapat mendeteksi kegemukan. Sedangkan kelemahan antropometri adalah: Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang


(38)

keliru bila terdapat odema, maupun asites, umur sering sulit ditaksir secara tepat karena pencatatan umur yang belum baik, memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak dibawah usia lima tahun, sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti pengaruh pakaian atau gerakan anak pada saat penimbangan. Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya setempat. Dalam hal ini orang tua tidak mau menimbang anaknya karena dianggap seperti barang dagangan (Supariasa, 2002).

Dalam pelaksanaan sehari-hari, ukuran antropometri yang bermanfaat dan sering dipakai (Suharjo, 2003) adalah 1) berat badan, 2) tinggi (panjang) badan, 3) lingkaran kepala, 4) lingkaran lengan atas dan 5) lipatan kulit. Kelima jenis ukuran

antropometri ini dapat dilengkapi dengan ukuran yang lain yaitu untuk kasus-kasus khusus, seperti kasus kelainan bawaan atau menentukan jenis perawakan dengan melakukan pengukuran lingkaran dada, perut, leher dan lainnya. Pengukuran antropometri yang umum dilakukan pada kelompok anak balita adalah sebagai berikut :

1. Berat badan

Ukuran ini merupakan yang terpenting, dipakai pada setiap kesempatan memeriksa kesehatan anak pada setiap kelompok umur. Berat badan merupakan hasil penghasilkan seluruh jaringan tulang, otot, lemak, cairan tubuh, dan lainnya. Ukuran ini merupakan indikator tunggal yang terbaik pada waktu ini untuk keadaan gizi dan keadaan tumbuh kembang.


(39)

2. Tinggi badan

Ukuran ini merupakan ukuran antropometri kedua yang penting. Perlu diketahui bahwa nilai tinggi badan meningkat terus, walaupun laju-tumbuh berubah dari pesat pada masa bayi muda kemudian melambat dan menjadi pesat lagi pada masa remaja. Tinggi badan hanya menyusut pada usia lanjut. Oleh karena itu, nilai tinggi badan dipakai untuk daasr perbandingan terhadap perubahan-perubahan relatif, seperti nilai berat dan lingkaran lengan atas.

3. Lingkaran kepala

Ukuran ini dipakai untuk mengevaluasi pertumbuhan otak dan karena laju-tumbuh pesatnya pada berusia 3 tahun hanya 1 cm dan hanya meningkat 5 cm sampai usia remaja/dewasa maka dapat dikatakan bahwa manfaat pengukuran lingkaran kepala ini hanya terbatas sampai usia 3 tahun, kecuali untuk kasus tertentu.

2.2. Kecukupan Gizi Anak Balita

Makanan akan memengaruhi status gizi anak balita. Oleh karena itu makanan harus dapat memenuhi kebutuhan gizi anak. Penyiapan makanan harus dapat mencukupi kebutuhan gizi balita. Pengaturan makanan yaitu pengaturan makanan harus dapat disesuaikan dengan usia balita selain untuk mendapatkan gizi pengaturan makanan juga baik untuk pemeliharaan, pemulihan, pertumbuhan, perkembangan serta aktifitas fisiknya (Agoes dan Popy, 2001).


(40)

Upaya untuk mencapai status gizi anak balita yang baik, maka makanan sehari-hari harus mencukupi kebutuhan gizi. Zat gizi atau zat makanan merupakan bahan dasar penyusun bahan makanan. Zat gizi terdiri atas :

a. Karbohidrat, sebagai zat gizi merupakan kelompok zat-zat organik yang mempunyai fungsi sebagai sumber utama energi (Santoso dan Ranti, 2004).

b. Protein, merupakan zat gizi yang sangat penting karena hewani didapat dari hewan yang berfungsi: (a) membangun sel-sel yang rusak, (b) membentuk zat-zat pengatur seperti enzim dan hormon, (c) membentuk zat anti energi, dalam hal ini tiap protein menghasilkan sekitar 4,1 kalori (Santoso dan Lies, 2004).

c. Lemak, berfungsi sebagai sumber utama energi atau cadangan dalam jaringan tubuh dan bantalan bagi organ tertentu dari tubuh (Santoso dan Lies, 2004).

Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi rata-rata yang dianjurkan Oleh Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (2004), adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1. Kebutuhan Zat Gizi Anak Balita berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG Rata-Rata Perhari)

Umur (thn) Berat Badan (Kg)

Tinggi Badan (cm)

Energi (Kkal)

Protein (gr)

1-3 12 90 1000 25

4-5 17 110 1550 39

Sumber: Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (2004)

2.3. Konsep Pola Asuh

Pola asuh adalah pemenuhan kebutuhan fisik dan biomedis anak. Pola asuh ini termasuk pangan dan gizi, kesehatan dasar, imunisasi, penimbangan, pengobatan, papan/pemukiman yang layak, hygiene perorangan, sanitasi lingkungan, sandang dan rekreasi (Soekirman, 2000).


(41)

Pola asuh yang memadai pada bayi adalah pemenuhan kebutuhan fisik dan biomedis anak terpenuhi secara optimal. Hal ini dilakukan melalui pemberian gizi yang baik berupa pemberian ASI, pemberian makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) tepat waktu dan bentuknya, melanjutkan menyusui sampai anak berumur 2 tahun, ibu punya cukup waktu merawat bayi, imunisasi dan memantau status gizi melalui kegiatan penimbangan (Soekirman, 2000).

Pengasuhan bayi adalah perilaku yang dipraktikan oleh pengasuh (ibu, bapak, nenek atau orang lain) dalam memberikan makanan, pemeliharaan kesehatan, memberikan stimulasi serta dukungan emosional yang dibutuhkan bayi untuk tumbuh-kembang, termasuk kasih sayang dan tanggung jawab orang tua. Pengasuhan yang baik sangat penting untuk menjamin tumbuh kembang bayi secara optimal. Pada keluarga miskin, ketersediaan pangan di rumah tangga belum tentu mencukupi, ibu yang tahu bagaimana mengasuh anaknya, dapat memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk dapat menjamin tumbuh kembang anak secara optimal (Anwar, 2000).

Hasil penelitian Sandjaja (2001), menemukan sebagian anak dalam keluarga tertentu dengan sosial ekonomi rendah mempunyai daya adaptasi yang tinggi sehingga mampu tumbuh dan kembang terhadap tekanan ekonomi, sosial dan lingkungan. Faktor-faktor positif deviance yang berperan nyata dalam status gizi anak antara lain adalah faktor ibu, pola asuh anak, keadaan kesehatan anak, dan konsumsi makanan anak.


(42)

2.3.1. Asuh Makan

Menurut Zeitien (2000), pola asuh makan adalah praktek di rumah tangga yang diwujudkan dengan tersedianya pangan serta sumber lainnya untuk kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan anak. Dalam pola asuh makan terdapat aspek penting yang harus diperhatikan adalah penyiapan makanan

Makanan akan mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan fisik dan mental anak. Oleh karena itu makanan harus dapat memenuhi kebutuhan gizi anak. Penyiapan makanan harus dapat mencukupi kebutuhan gizi balita. Pengaturan makanan yaitu pengaturan makanan harus dapat disesuaikan dengan usia balita selain untuk mendapatkan gizi pengaturan makanan juga baik untuk pemeliharaan, pemulihan, pertumbuhan, perkembangan serta aktifitas fisiknya (Shochib, 1998)

Makin bertambah usia anak makin bertambah pula kebutuhan makanannya, secara kuantitas maupun kualitas. Untuk memenuhi kebutuhannya tidak cukup dari susu saja. Saat berumur 1-2 tahun perlu diperkenalkan pola makanan dewasa secara bertahap, disamping itu anak usia 1-2 tahun sudah menjalani masa penyapihan.

Menyusui adalah praktek memberikan makanan, kesehatan dan pengasuhan yang terjadi secara bersamaan. Di Indonesia Exclusive breastfeeding dikenal sebagai pemberian “Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif” adalah pada bayi diberikan hanya ASI saja langsung atau tidak langsung (diperas), cairan lain yang dibolehkan hanya vitamin, mineral dan atau obat dalam bentuk sirop atau tetes, lebih dari 95 persen anak-anak didunia pada mulanya diberikan ASI sebagai hasil dari promosi


(43)

pentingnya ASI bagi kelangsungan hidup anak, prevalensi pemberian ASI telah meningkat sejak 1990 an di Negara-negara sedang berkembang (WHO, 1991).

ASI mengandung gizi yang baik untuk bayi dan sebagai imunitas untuk melindungi bayi dari infeksi, selain itu juga memberikan keuntungan pada ibu berupa percepatan kembalinya uterus pada posisi semula setelah melahirkan, menghambat ovulasi dan menurunkan risiko kanker payudara, kanker ovarium dan kanker endometrium (Guese et.al, 2003).

ASI adalah sumber gizi yang unik dan memainkan peran penting dalam pertumbuhan, perkembangan dan kelangsungan hidup bayi baru lahir. Keuntungan ASI sangat baik dan sehat, terutama pada lingkungan yang jelek, pemberian susu formula mempunyai risiko kontaminasi disertai penyajian yang terlalu cair akan meningkatkan risiko morbiditas dan kurang gizi (Giashuddin dan Kabir, 2004).

Hasil penelitian Gonzales et.al (2006), tentang praktek menyusui di Mexico, analisis data survey nutrisi 1999, menemukan bahwa prevalensi menyusui eksklusif adalah 25,7 persen pada bayi kurang 4 bulan, sedangkan pada bayi 6 bulan cakupan menyusui eksklusif hanya 20,3 persen. Secara umum balita yang tetap diberi ASI sampai 2 tahun 30,9 persen dengan durasi median adalah 9 bulan. Penelitian juga menemukan bahwa faktor yang berhubungan terhadap praktek menyusui adalah umur dan jenis kelamin anak serta karakteristik ibu yang meliputi sosial, ekonomi, budaya dan pekerjaan ibu.

Makanan pendamping ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi diberikan kepada bayi / anak untuk memenuhi kebutuhan gizi yang diberikan


(44)

mulai umur 6 bulan sampai 24 bulan (Depkes RI, 2004). Menurut Pudjiadi (2005), MP-ASI adalah makanan yang diberikan kepada bayi setelah usia 6 bulan berupa makanan padat dapat berupa pisang, tepung beras / sereal dan makanan dalam bentuk formula yang diproduksi oleh industri.

Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan yang diberikan pada bayi setelah berumur 6 bulan untuk mencukupi kebutuhan gizi karena ASI saja sudah kurang mencukupi kebutuhan gizi. MP-ASI dapat berupa makanan cair, makanan lunak sesuai kemampuan pencernaan anak. MP-ASI yang tepat adalah pemberian makanan pendamping ASI pada anak berusia 6 bulan yang memperhatikan jumlah yang tepat, mutu yang baik, waktu pemberian tepat dan pengolahan makanan yang tepat (Azwar, 2004).

Menurut Winarno (1990), MP-ASI diberikan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi setelah usia 6 bulan sejalan dengan peningkatan kebutuhan bayi dengan pertambahan umur. Selain itu juga untuk menanamkan kebiasaan makan sejak kecil sehingga dapat menerima hidangan sesuai dengan pola makanan orang dewasa / keluarga sehari hari yaitu menu seimbang.

Hasil penelitian Widodo (2005), mengungkapkan bahwa di Indonesia jenis MP-ASI yang umum diberikan kepada bayi sebelum usia 4 bulan adalah pisang 57,3 persen. Di samping itu akibat rendahnya sanitasi dan higiene MP-ASI memungkinkan terjadinya kontaminasi oleh mikroba, sehingga meningkatkan risiko infeksi yang lain pada bayi. Ada perbedaan status gizi bayi berdasarkan berat badan antara bayi yang diberi ASI eksklusif dan yang diberi MP-ASI sebelum usia 4 bulan, sedangkan


(45)

berdasarkan panjang badan tidak ada perbedaan, proporsi bayi yang mengalami gangguan kesehatan berupa diare, panas, batuk, dan pilek pada kelompok bayi yang diberi ASI tidak eksklusif lebih besar dari pada bayi yang mendapat ASI eksklusif.

Hasil penelitian AUSAID –Depkes RI (2000), menyimpulkan keberadaan ibu yang bekerja di ladang di Kabupaten Jaya Wijaya, Provinsi Papua, menyebabkan tidak dapat pulang pada tengah hari untuk mempersiap makanan bagi keluarganya. Terbatasnya variasi makanan dan jumlah frekuensi makan yang hanya 2 kali sehari akan memengaruhi kecukupan gizi masyarakat, karena waktu kerja yang panjang, ibu yang bekerja di ladang tidak mempunyai cukup waktu untuk beristirahat menyebabkan ibu tidak mempunyai waktu untuk mengikuti kegiatan di luar rumah.

Kecukupan gizi dalam prinsip gizi seimbang tidak terlepas dari keragaman makanan balita setiap hari harus memenuhi kebutuhan akan makanan pokok, lauk-pauk, sayur dan buah. Pada prinsipnya setiap makanan yang dihidangkan dari makanan pagi, siang dan malah serta makanan selingan haruslah terdiri dari makanan tersebut diatas. Pola pemberian makanan sehari balita yang dianjurkan seperti uraian di bawah ini.


(46)

Tabel 2.2. Pola Pemberian Makanan Anak Balita Menu 1

Waktu Menu Porsi per menu (gram)

Pagi Bubur basi komplit 75

Susu + gula 30 + 10

Jam 10.00 Puding buah fantasi 100

Makan Siang Nasi beras merah 100

Pergedel ayam cincang 25

Tahu kuah kaldu 25

Tumis kacang polong dan jamur 50

Jus jeruk 75

Jam 16.00 Bakwan udang dan sayuran 50

Makan malam Nasi tim komplit 100

Susu + gula 30 + 10

Tabel 2.3. Pola Pemberian Makanan Anak Balita Menu II

Waktu Menu Porsi per menu (gram)

Pagi Bubur havermut kismi 75

Susu + gula 30 + 10

Jam 10.00 Bubur kacang hijau 50

Makan Siang Nasi putih 100

Daging suir 25

Pergedel tempe 25

Dadar telur 25

Jus strawberry 75

Jam 16.00 Kroket kentang sayuran 50

Makan malam Nasi putih 100

Bola-bola ikan 25

Sayur lodeh labu kuning 50

Jeruk 75

Susu + gula 30 + 10


(47)

2.3.2. Asuh Kesehatan

Asuh kesehatan berdasarkan aspek pola asuh menurut Engle et.al (1997), meliputi praktek kebersihan dan sanitasi lngkungan dan perawatan anak balita dalam keadaan sakit seperti pencari pelayanan kesehatan.

Anak balita adalah kelompok usia yang rentan terserang penyakit, terkait dengan interaksi dengan sarana dan prasarana di rumah tangga dan sekelilingnya. Jenis sakit yang dialami, frekuensi sakit, lama sakit, penanganan anak balita sakit dan status imunisasi adalah faktor yang memengaruhi tingkat kesehatan anak balita dan status gizi anak balita (Budi, 2006).

Menurut Budi (2006), perilaku ibu dalam menghadapi anak balita yang sakit dan pemantauan kesehatan terprogram adalah pola pengasuhan kesehatan yang sangat memengaruhi status gizi anak balita. Anak balita yang mendapatkan imunisasi akan lebih rendah mengalami risiko penyakit. Anak balita yang dipantau status gizinya di Posyandu melalui kegiatan penimbangan akan lebih dini mendapatkan informasi akan adanya gangguan status gizi. Sakit yang lama, berulang akan mengurangi nafsu makan yang berakibat pada rendahnya asupan gizi.

Pemantauan pertumbuhan anak dapat dilakukan dengan aktif mendatangi kegiatan pemeliharaan gizi, misalkan posyandu. Sebagian aktif mengikuti pemeliharaan gizi maka orang tua dapat melihat pertumbuhan anak melalui penimbangan balita, pemberian vitamin A pada bulan februari dan Agustus serta pemberian makanan tambahan (Shochib, 1998).


(48)

Akar Masalah

2.4. Landasan Teori

Status gizi anak balita merupakan gambaran apa yang dikonsumsinya sebelumnya. Pola asuh meliputi pola asuh makanan dan pola asuh perawatan kesehatan memengaruhi status gizi anak balita, yaitu: (a) pola asuh makan yang berupa sikap dan perilaku ibu atau pengasuh lain dalam memberikan makan (Soekirman, 2000), dan (b) pola asuh kesehatan sebagai sikap dan tindakan ibu terhadap kondisi lingkungan anak, meliputi kebersihan dan sanitasi lingkungan, perawatan balita dalam keadaan sehat maupun sakit (Engle et.al, 1997).

Menurut UNICEF (1998), keadaan gizi kurang disebabkan oleh berbagai faktor, baik langsung maupun tidak langsung, seperti pada skema berikut ini.

Sumber : diadopsi dari UNICEF, 1998

Dampak Penyebab langsung Penyebab tidak langsung Kurang Gizi (Status Gizi)

Makan tidak seimbang Penyakit infeksi

Ketersediaan & pola konsumsi rumah

tangga

Pola asuh anak Pemberian ASI/

MP-ASI psikososial, penyediaan MP-ASI, kebersihan dan sanitasi

Pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan

Gambar. 2.1. Faktor Penyebab Gizi Kurang Daya Beli, Akses Pangan, Akses Informasi, Akses

Pelayanan

Kemiskinan, Ketahanan Pangan & Gizi, Pendidikan, Kesehatan, Kependudukan


(49)

Berdasarkan kerangka teori di atas dapat dilihat bahwa pola asuh ibu meliputi pola asuh meliputi (pola asuh makan dan pola asuh kesehatan) merupakan penyebab tidak langsung yang mempunyai dampak terhadap status gizi anak balita.

2.5. Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori maka kerangka konsep penelitian adalah sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep di atas dapat dijelaskan bahwa pola asuh yang terdiri dari pola asuh makan dan pola asuh kesehatan yang dilakukan kepada anak balita, secara bersama-sama memengaruhi status gizi anak balita.

POLA ASUH Asuh Makan Asuh Kesehatan

Status Gizi Anak Balita


(50)

BAB 3

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan tipe explanatory research

yaitu penelitian yang menjelaskan pengaruh antara variabel independen (pola asuh makan dan kesehatan) dengan variabel dependen (status gizi anak balita) di Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Aceh Besar melalui pengujian hipotesa (Sugiono, 2007).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Aceh Besar dengan pertimbangan di kecamatan tersebut terdapat anak balita dengan status gizi buruk sebesar 4,2% dan gizi kurang 8,4%, lebih tinggi dibandingkan kecamatan lain.

Waktu penelitian adalah dari bulan Juli sampai dengan Desember 2011. 3.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai anak balita berjumlah 369 orang, yang merupakan jumlah keseluruhan anak balita (12-59 bulan) di Kecamatan Sukamakmur.

Besar sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin dalam Umar (2008), sebagai berikut :

2 Nd 1

N n

+ =


(51)

Keterangan:

n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi

d = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan=10%

Sehingga berdasarkan perhitungan diperoleh jumlah sampel : n =

1 ) 1 , 0 ( 369

369

2 +

= 78,7 dibulatkan menjadi 79 orang

Berdasarkan rumus Slovin diperoleh jumlah sampel adalah 79 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling melalui undian.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. 3.4.1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari responden langsung meliputi: a. Karakteristik anak balita (berat badan lahir, dan jenis kelamin) dan karakteristik

keluarga (pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga) menggunakan wawancara berpedoman kuesioner.

b. Pola asuh makan: praktek pemberian makanan termasuk pemberian ASI dan jenis makan menggunakan wawancara berpedoman pada kuesioner dan jenis makan menggunakan formulir recall makanan anak balita 24 jam.


(52)

c. Asuh kesehatan: praktek kebersihan dan sanitasi lngkungan, dan perawatan anak balita dalam keadaan sakit seperti pencari pelayanan kesehatan

menggunakan wawancara berpedoman kuesioner.

d. Data status gizi balita diperoleh dengan melakukan penimbangan menggunakan alat timbangan (dacin), selanjutnya dikategorikan berdasarkan indeks BB/U.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi dokumen mengenai status gizi anak balita dari Puskesmas Sukamakmur dan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Besar.

3.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas a. Uji Validitas

Kelayakan menggunakan instrumen yang akan dipakai untuk penelitian diperlukan uji validitas dan reliabilitas bertujuan untuk . Uji validitas dan reliabilitas dilakukan kepada 30 orang responden di Puskesmas Kuta Malaka dengan alasan memiliki demografi yang sama dan relatif dekat. Uji validitas dan reliabilitas dengan mengukur korelasi antar item variabel menggunakan korelasi Pearson Product

Moment Corelation Coeficient (r), dengan ketentuan nilai koefisien korelasi >0,3

(valid) (Gozhali, 2005). b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat ukur dapat di percaya dan dapat diandalkan. Uji reliabilitas ini menggunakan koefisien


(53)

Alpha Cronbach.Apabila nilai Alpha Cronbach >0,6, itu dikatakan reliabel (Gozhali, 2005).

Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Butir Instrumen Variabel Penelitian

Variabel Butir Corrected ItemCorrelation Status Cronbach's Alpha Status Pola Asuh Makan 1 0,563 Valid 0,861 Reliabel

2 0,466 Valid 0,866 Reliabel 3 0,471 Valid 0,865 Reliabel 4 0,544 Valid 0,862 Reliabel 5 0,685 Valid 0,855 Reliabel 6 0,566 Valid 0,861 Reliabel 7 0,544 Valid 0,862 Reliabel 8 0,531 Valid 0,863 Reliabel 9 0,409 Valid 0,869 Reliabel 10 0,568 Valid 0,861 Reliabel 11 0,451 Valid 0,866 Reliabel 12 0,493 Valid 0,864 Reliabel 13 0,374 Valid 0,870 Reliabel 14 0,520 Valid 0,863 Reliabel 15 0,629 Valid 0,858 Reliabel Pola Asuh Kesehatan

1 0,386 Valid 0,889 Reliabel 2 0,577 Valid 0,883 Reliabel 3 0,695 Valid 0,878 Reliabel 4 0,630 Valid 0,880 Reliabel 5 0,628 Valid 0,880 Reliabel 6 0,791 Valid 0,874 Reliabel 7 0,735 Valid 0,876 Reliabel 8 0,765 Valid 0,875 Reliabel 9 0,389 Valid 0,888 Reliabel 10 0,715 Valid 0,877 Reliabel 11 0,450 Valid 0,888 Reliabel 12 0,385 Valid 0,889 Reliabel 13 0,404 Valid 0,889 Reliabel 14 0,445 Valid 0,888 Reliabel 15 0,563 Valid 0,883 Reliabel Pada tabel di atas, nilai corrected item-total correlation (rhitung) dari variabel

pola asuh makan dan pola asuh kesehatan sebanyak 30 item mempunyai rhitung > r


(54)

cronbach alpha dari masing-masing instrumen lebih besar dari rtabel (0,600) sehingga

dapat dikatakan instrumen dari semua butir pernyataan reliabel. 3.5. Variabel dan Definisi Operasional

Variabel independen dalam penelitian ini adalah pola asuh (asuh makan dan asuh kesehatan) dan variabel dependen adalah status gizi anak balita.

1. Status gizi anak balita adalah keadaan kesehatan balita 1-5 tahun yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi dan zat-zat lain yang diperoleh dari makanan yang dampak fisiknya diukur secara antropometri dengan indeks BB/U dinilai berdasarkan WHO-2005

2. Pola asuh adalah sikap dan perilaku ibu atau pengasuh lain dalam asuh makan, dan asuh kesehatan

.

3. Asuh makan adalah segala tindakan yang dilakukan oleh ibu untuk melakukan persiapan dan penyimpanan makanan serta pemberian ASI dan makanan pendamping pada anak balitanya. Pengukuran pola asuh makan menggunakan indikator terukur yaitu : jenis makanan, frekuensi, dan konsumsi energi dan protein.

a. Jenis makanan adalah makanan dan ASI yang diberikan kepada anak balita atau kombinasi antara makanan dengan ASI.

b. Frekuensi makan adalah berapa kali pemberian makanan pendamping atau ASI pada anak balita dalam satu (1) hari.

c. Konsumsi energi dan protein adalah jumlah energi dan proten yang terdapat dalam makanan pendamping atau ASI yang diberikan kepada anak balita.


(55)

4. Asuh kesehatan adalah segala tindakan yang diberikan oleh ibu untuk menjaga kesehatan anaknya, dengan melakukan praktek kebersihan dan sanitasi lingkungan, dan perawatan anak balita dalam keadaan sakit seperti pencari pelayanan kesehatan.

3.6. Metode Pengukuran

1). Status gizi anak balita diperoleh melalui hasil penimbangan menggunakan alat timbangan (dacin), selanjutnya dikategorikan berdasarkan indeks BB/U sebagai berikut:

Tabel 3.2 Baku Antropometri Menurut Standar WHO 2005

Indikator Status Gizi Keterangan

Berat Badan menurut Umur (BB/U)

BB normal BB kurang

BB sangat kurang

≥ - 2 SD sampai 1 SD < - 2 SD sampai -3 SD < - 3 SD

Sumber : Intepretasi Indikator Status gizi Depkes RI , 2008

2. Pola Asuh makan: diperoleh dari hasil wawancara menggunakan kuesioner dan

food recall 24 jam konsumsi makanan anak balita mengenai jenis makanan,

frekuensi makan dan konsumsi energi dan konsumsi protein. Untuk menggambarkan pola asuh makan diukur dengan 17 pertanyaan didasarkan pada skala ordinal. Setiap pertanyaan diberikan skor, dengan rincian skor maksimal yaitu 49 kategori menggunakan Skala Guttman (Arikunto, 2006) yaitu dengan kategori Baik dan Tidak Baik. Maka penilaiannya adalah sebagai berikut: Pola asuh makan Baik, jika skornya > nilai median (33), Pola asuh makan Tidak Baik jika skornya ≤ nilai median (33) yang diperoleh dari data penelitian.


(56)

Konsumsi Energi dan Protein mengacu kepada Angka Kecukupan Gizi menurut Widya Karya (2004), yaitu untuk umur 1-5 tahun sebagai berikut:

(a) Kecukupan Energi pada usia 1-3: - Sesuai Angka

Kecukupan Energi : (≥1.000 kal/hari) atau (≥100% AKG/hari)

- Tidak sesuai Angka

Kecukupan Energi : (<1.000 kkal/hari) atau (<100% AKG/hari) Energi pada usia 4-5:

- Sesuai Angka

Kecukupan Energi : (≥1.550 kkal/hari) atau (≥100% AKG/hari) - Tidak sesuai Angka

Kecukupan Energi : (<1.550 kkal/hari) atau (<100% AKG/hari). (b) Kecukupan Protein pada usia 1-3:

- Sesuai Angka

Kecukupan Protein : (≥25 gr/hari) atau (≥100% AKG/hari). - Tidak sesuai Angka

Kecukupan Protein : (<25 gr/hari) atau (<100% AKG/hari). Protein pada usia 4-5:

- Sesuai Angka

Kecukupan Protein : (≥39 gr/hari) atau (≥100% AKG/hari). - Tidak sesuai Angka


(57)

3. Pola asuh kesehatan diperoleh dari hasil wawancara menggunakan kuesioner tentang praktek kebersihan dan sanitasi lingkungan, dan perawatan anak balita dalam keadaan sakit seperti pencari pelayanan kesehatan. Untuk menggambarkan pola asuh kesehatan diukur dengan 15 pertanyaan dengan skor maksimal 30. Penilaian kategori menggunakan Skala Guttman, yaitu dengan kategori Baik dan Tidak Baik. Maka penilaiannya adalah sebagai berikut:

a. Pola asuh kesehatan Baik jika skornya ≥ nilai median (22,5).

b. Pola asuh kesehatan Tidak Baik jika skornya < nilai median (22,5). 3.7. Metode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini adalah :

1. Analisis Univariat yaitu analisis yang bertujuan untuk memperoleh distribusi frekuensi variabel pola asuh (pola asuh makan dan kesehatan) dan variabel status gizi balita dan karakteristik ibu dan balita.

2. Analisis Bivariat yaitu analisis yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen yaitu pola asuh (pola asuh makan dan kesehatan) dan variabel dependen yaitu status gizi anak balita menggunakan uji Chi-square. 3. Analisis multivariat untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (pola asuh makan

dan kesehatan) terhadap variabel terikat (status gizi anak balita) menggunakan uji regresi logistik berganda pada tingkat kemaknaan 95% (nilai p = 0,05). Adapun persamaan regresi logistik berganda adalah :


(58)

1 1 Pi = E [Y=y I X1

1–e

] = =

–(β0+β1X1+β2X2+μ)

1–e 1

–Z1

Pi =

1 – e 1

– Z1

1- Pi =

1 – e

dimana : Pi : ada pengaruh X terhadap Y

– Z1


(59)

BAB 4

HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kecamatan Sukamakmur merupakan salah satu Kecamatan yang terdapat di wilayah Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh. Luas Wilayah Kecamatan Sukamakmur 5,361 Km, terdiri dari 35 Desa. Kecamatan Sukamakmur berbatasan dengan :

- Sebelah Utara dengan Kecamatan Ingin Jaya. - Sebelah Selatan dengan Simpang Tiga. - Sebelah Barat dengan Kecamatan Montasik - Sebelah Timur dengan Kecamatan Kuta Malaka. 4.1.1. Komposisi Penduduk

Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 jumlah penduduk di Kecamatan Sukamakmur adalah sebesar 15.532 jiwa dengan jumlah KK 2027dengan rincian laki-laki 7659 orang dan perempuan 7873 orang. Mata pencaharian 43% petani, 7% Pegawai Negeri Sipil, 10% pegawai swasta 23% wiraswasta, 9% dan lain-lain. Tingkat pendidikan rata-rata masyarakat berupa S2 (1%), S1 (6%), D-III (17%), SLTA (45%), SLTP (23%), dan tidak sekolah (8%).


(60)

4.2. Karakteristik Ibu

Dari hasil pengumpulan data tentang karakteristik ibu balita meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan keluarga dan jumlah keluarga yang disajikan pada Tabel 4.1 diperoleh umur ibu lebih banyak berumur 20 sampai dengan 30 tahun yaitu 48 orang (60,8%) dibandingkan dengan berumur di atas 35 tahun yaitu 31 orang (39,2%). Pendidikan ibu lebih banyak berpendidikan menengah (SMA) yaitu 46 orang (58,2%) dibandingkan yang berpendidikan tinggi yaitu 5 orang (6,3%). Pekerjaan ibu lebih banyak petani yaitu 46 orang (58,2%) dibandingkan dengan PNS yaitu 3 orang (3,8%). Jumlah pendapatan keluarga lebih banyak di atas UMP (> Rp. 1.050.000) yaitu 42 orang (53,2%) dibandingkan pendapatan dibawah UMP (≤ Rp. 1.050.000) yaitu 37 orang (46,8%).


(61)

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Ibu yang mempunyai Anak Balita di Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Aceh Besar

No Karakteristik Ibu n %

Umur

1. 20-35 tahun 48 60,8

2. > 35 tahun 31 39,2

Total 79 100,0

Pendidikan

1. Dasar (SD/SMP) 28 35,4

2. Menengah (SMA) 46 58,2

3. P. Tinggi 5 6,3

Total 79 100,0

Pekerjaan

1. PNS 3 3,8

2. Pegawai swasta 8 10,1

3. Wiraswasta 5 6,3

4. Petani 46 58,2

5. IRT 17 21,5

Total 79 100,0

Pendapatan Keluarga

1. Dibawah UMP (≤ Rp. 1.050.000) 37 46,8

2. Di atas UMP (> Rp. 1.050.000) 42 53,2

Total 79 100,0

Jumlah Keluarga

1. ≤4 orang 38 48,1

2. >4 orang 41 51,9

Total 79 100,0

4.3. Karakteristik Balita

Karakteristik anak balita meliputi umur, berat lahir, dan jenis kelamin di Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Aceh Besar yang disajikan pada Tabel 4.2 lebih banyak berumur 1 sampai dengan 3 tahun yaitu 59 orang (74,7%) dibandingkan dengan berumur di atas 4 sampai dengan 5 tahun yaitu 20 orang (25,3%). Penimbangan berat badan lahir balita keseluruhan di atas 2500 gram atau normal (normal) yaitu 79 orang (100%). Sedangkan jenis kelamin balita lebih banyak


(62)

perempuan yaitu 43 orang (54,4%) dibandingkan dengan berjenis kelamin laki-laki yaitu 36 orang (45,6%).

Tabel 4.2 Distribusi Karakteristik Balita di Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Aceh Besar

No Karakteristik Balita n %

Umur

1. 1 – 3 tahun 59 74,7

2. 4 – 5 tahun 20 25,3

Total 79 100,0

Jenis Kelamin

1. Perempuan 43 54,4

2. Laki-laki 36 45,6

Total 79 100,0

4.4. Jenis Makanan

Jenis makanan yang diberikan ibu kepada anak balita berdasarkan umur yang disajikan pada Tabel 4.3 diperoleh untuk umur 1 sampai dengan 3 tahun lebih banyak memberikan susunan makanan yang tidak lengkap terdiri dari nasi + lauk + sayur + buah + ASI (usia dibawah 2 tahun) + susu yaitu 33 orang (55,9%), dibandingkan makan yang lengkap yaitu 26 orang (44,1%). Kelompok umur 4 sampai dengan 5 tahun lebih banyak yang memberikan susunan makan yang tidak lengkap yaitu 18 orang (90%) dibandingkan dengan makanan lengkap yaitu 2 orang (10%).

Tabel 4.3 Distribusi Jenis Makanan Sehari-hari Berdasarkan Umur Balita di Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Aceh Besar

Umur Balita

Jenis Makan Total

Lengkap Tidak Lengkap

n %

n % n %

1 – 3 tahun 26 44,1 33 55,9 59 100


(63)

4.5. Konsumsi Energi dan Protein Berdasarkan Umur

Hasil pengukuran konsumsi energi balita berumur 1 sampai dengan 3 tahun seperti tertera pada Tabel 4.4 lebih banyak kategori sesuai (≥1.000 kkal/hari) yaitu 34 orang (57,6%) dibandingkan kategori tidak sesuai yaitu 25 orang (42,4%). Energi merupakan sumber esensial bagi pertumbuhan yang diperoleh dari makanan. Jika kebutuhan energi sesuai umur balita belum mencukupi dalam tubuh menyebabkan balita mengalami status gizi balita kurang. Sementara balita berumur 4 sampai dengan 5 tahun lebih banyak mengkonsumsi energi kategori tidak sesuai (<1550 kkal/hari) yaitu 16 orang (80%) dibandingkan kategori sesuai kecukupan energi yaitu 4 orang (20%). Rata-rata jumlah konsumsi energi balita yaitu 1385 kkal/hari).

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Konsumsi Energi Berdasarkan Umur Balita di Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Aceh Besar

Umur Balita

Konsumsi Energi Total

Sesuai Kecukupan Energi

Tidak Sesuai

Kecukupan Energi n %

n % n %

1 – 3 tahun 34 57,6 25 42,4 59 100

4 – 5 tahun 4 20,0 16 80,0 20 100

Hasil pengukuran konsumsi protein balita berumur 1 sampai dengan 3 tahun seperti tertera pada Tabel 4.5 lebih banyak kategori tidak sesuai (<25 gr/hari) yaitu 30 orang (50,8%) dibandingkan kategori sesuai kecukupan protein yaitu 29 orang (49,2%). Sementara balita berumur 4 sampai dengan 5 tahun lebih banyak memiliki kecukupan protein kategori tidak sesuai (<39 gr/hari) yaitu 17 orang (85%) dibandingkan kategori sesuai yaitu 3 orang (15%). Balita yang konsumsi proteinnya


(1)

Umur_Anak * Kecukupan_Energi

Crosstab

Kecukupan_Energi

Total

Sesuai (1,250-1,900 kal/hari)

Tidak sesuai ((<1,250 kal/harir)

Umur_Anak 1 - 3 tahun Count 34 25 59

% within Umur_Anak 57,6% 42,4% 100,0%

% of Total 43,0% 31,6% 74,7%

4 - 5 tahun Count 4 16 20

% within Umur_Anak 20,0% 80,0% 100,0%

% of Total 5,1% 20,3% 25,3%

Total Count 38 41 79

% within Umur_Anak 48,1% 51,9% 100,0%

% of Total 48,1% 51,9% 100,0%

Umur_Anak * Kecukupan_Protein

Crosstab

Kecukupan_Protein

Total

Sesuai ((23-32 gr/harir))

Tidak sesuai ((<23 gr/hari)

Umur_Anak 1 - 3 tahun Count 29 30 59

% within Umur_Anak 49,2% 50,8% 100,0%

% of Total 36,7% 38,0% 74,7%

4 - 5 tahun Count 3 17 20

% within Umur_Anak 15,0% 85,0% 100,0%

% of Total 3,8% 21,5% 25,3%

Total Count 32 47 79

% within Umur_Anak 40,5% 59,5% 100,0%


(2)

Umur_Anak * Pola_Asuh_Makan

Crosstab

Pola_Asuh_Makan

Total Baik Tidak baik

Umur_Anak 1 - 3 tahun Count 30 29 59

% within Umur_Anak 50,8% 49,2% 100,0%

% of Total 38,0% 36,7% 74,7%

4 - 5 tahun Count 3 17 20

% within Umur_Anak 15,0% 85,0% 100,0%

% of Total 3,8% 21,5% 25,3%

Total Count 33 46 79

% within Umur_Anak 41,8% 58,2% 100,0%

% of Total 41,8% 58,2% 100,0%

Umur_Anak * Pola_Asuh_Kesehatan

Crosstab

Pola_Asuh_Kesehatan

Total Baik Tidak baik

Umur_Anak 1 - 3 tahun Count 31 28 59

% within Umur_Anak 52,5% 47,5% 100,0%

% of Total 39,2% 35,4% 74,7%

4 - 5 tahun Count 6 14 20

% within Umur_Anak 30,0% 70,0% 100,0%

% of Total 7,6% 17,7% 25,3%

Total Count 37 42 79

% within Umur_Anak 46,8% 53,2% 100,0%

% of Total 46,8% 53,2% 100,0%

Umur_Anak * Status_Gizi

Crosstab

Status_Gizi

Total

BB Normal BB Kurang

Umur_Anak 1 - 3 tahun Count 32 27 59

% within Umur_Anak 54,2% 45,8% 100,0%

% of Total 40,5% 34,2% 74,7%

4 - 5 tahun Count 3 17 20

% within Umur_Anak 15,0% 85,0% 100,0%

% of Total 3,8% 21,5% 25,3%

Total Count 35 44 79


(3)

% of Total 44,3% 55,7% 100,0%

Pola_Asuh_Makan * Status_Gizi

Crosstab

Status_Gizi Total

BB Normal BB Kurang

Pola_Asuh_Makan Baik Count 26 7 33

% within

Pola_Asuh_Mak an

78.8% 21.2% 100.0%

% of Total 32.9% 8.9% 41.8%

Tidak baik Count 9 37 46

% within

Pola_Asuh_Mak an

19.6% 80.4% 100.0%

% of Total 11.4% 46.8% 58.2%

Total Count 35 44 79

% within

Pola_Asuh_Mak an

44.3% 55.7% 100.0%

% of Total 44.3% 55.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 27.312(b) 1 .000

Continuity

Correction(a) 24.965 1 .000

Likelihood Ratio 28.907 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear

Association 26.966 1 .000

N of Valid Cases 79

a Computed only for a 2x2 table


(4)

Pola_Asuh_Kesehatan * Status_Gizi

Crosstab

Status_Gizi

Total

BB Normal BB Kurang

Pola_Asuh_Kesehatan Baik Count 27 10 37

% within

Pola_Asuh_Keseh atan

73.0% 27.0% 100.0%

% of Total 34.2% 12.7% 46.8%

Tidak baik Count 8 34 42

% within

Pola_Asuh_Keseh atan

19.0% 81.0% 100.0%

% of Total 10.1% 43.0% 53.2%

Total Count 35 44 79

% within

Pola_Asuh_Keseh atan

44.3% 55.7% 100.0%

% of Total 44.3% 55.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 23.182(b) 1 .000

Continuity

Correction(a) 21.048 1 .000

Likelihood Ratio 24.408 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear

Association 22.888 1 .000

N of Valid Cases 79

a Computed only for a 2x2 table


(5)

Logistic Regression

Case Processing Summary

Unweighted Cases(a) N Percent

Selected Cases Included in Analysis 79 100,0

Missing Cases 0 ,0

Total 79 100,0

Unselected Cases 0 ,0

Total 79 100,0

a If weight is in effect, see classification table for the total number of cases, Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

BB Normal 0

BB Kurang 1

Block 0: Beginning Block

Classification Table(a,b)

Observed Predicted

Status_Gizi

Percentage Correct

BB Normal BB Kurang

Step 0 Status_Gizi BB Normal 0 35 ,0

BB Kurang 0 44 100,0

Overall Percentage 55,7

a Constant is included in the model, b The cut value is ,500

Variables in the Equation

B S,E, Wald df Sig, Exp(B)

Step 0 Constant ,229 ,226 1,021 1 ,312 1,257

Variables not in the Equation

Score df Sig,

Step 0 Variables Pola_Asuh_Makan 27,312 1 ,000

Pola_Asuh_Kesehatan 23,182 1 ,000


(6)

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig,

Step 1 Step 54,575 2 ,000

Block 54,575 2 ,000

Model 54,575 2 ,000

Model Summary

Step

-2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 53,915(a) ,499 ,668

a Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than ,001,

Classification Table(a)

Observed Predicted

Status_Gizi

Percentage Correct

BB Normal BB Kurang

Step 1 Status_Gizi BB Normal 26 9 74,3

BB Kurang 7 37 84,1

Overall Percentage 79,7

a The cut value is ,500

Variables in the Equation

B S,E, Wald df Sig, Exp(B)

Step 1(a)

Pola_Asuh_Makan

3,951 1,076 13,482 1 ,000 52,010

Pola_Asuh_Kesehatan 3,703 1,071 11,948 1 ,001 40,569

Constant -11,474 3,077 13,902 1 ,000 ,000