Analisa Termodinamika Proses 6-1 :

Output maksimum. kw ps rpm 106 144 3.400 Torsi Maksimum Nm kgm rpm 343 35 1.600 – 2800 Dimensi Katup mm Diameter Katup masuk Intake 36 Katup buang Exhaust 29 Panjang 100 Penjang Connecting Rod mm 167 Angka Cetane Bahan Bakar 48 atau lebih tinggi Sumber: Toyota Fortuner leafet dan lit.6

4.2. Analisa Termodinamika Proses 6-1 :

Langkah hisap, tekanan konstan, katup hisap terbuka dan katup keluar tertutup. Udara dianggap sebagai gas ideal. Udara dihisap masuk ke silinder dengan tekanan 100 kPa pada temperatur 27 o C atau 300 K, maka : P = 100 kPa T 1 = 320 K r c = 18,5 D = 92 mm S = 93,8 mm R = 0,287 kJkg-K C v = 0,718 kJkg-K C p = 1,005 kJkg.K Volume langkah: Merupakan volume dari langkah torak dari titik mati bawah TMB ke titik mati atas TMA. Kapasitas 4 silinder adalah 2494 cc, maka volume langkah untuk satu silinder adalah: Universitas Sumatera Utara 4 2494 = Vd Vd = 623,5 cc = 6,235 x 10 -4 m 3 Volume sisa: Merupakan volume minimum silinder pada saat torak berada di titik mati atas TMA. Dengan rasio kompresi sebesar 18,5:1 dan volume langkah sebesar 6,235 x 10 -4 m 3 ,maka besarnya volume sisa adalah: c c d c V V V r + = c c V V m x + = − 3 4 10 235 , 6 5 , 18 Vc = 3,562 x 10 -5 m 3 Volume pada titik 1: Merupakan hasil penjumlahan volume langkah Vd dengan volume sisa Vc. c d V V V + = 1 V 1 = 6,235 x 10 -4 m 3 + 3,562 x 10 -5 m 3 = 6,5912 x 10 -4 m 3 massa udara : dengan tekanan 100 kpa silinder 6,5912 x 10 -4 pada temperatur 320 K, maka massa udara adalah : m m = = = 7,1768x10 -4 kg Massa udara pembakaran ma dan massa bahan bakar mf: Untuk menentukan massa bahan bakar yang diinjeksikan pada satu siklus dapat diperoleh dari persamaan Air Fuel Ratio AF dibawah ini. AF = Universitas Sumatera Utara Berdasarkan data bahan bakar isooctane pada tabel A-2 Properties Of Fuels pada lampiran I, Air Fuel Ratio AF = 15,0. Dimana m a + m f = m m = 7,655 x 10 - 4 kg. Maka, massa bahan bakar yang diinjeksikan m f setiap satu siklus adalah: kg mf mf mf kg 5 4 10 785 , 4 10 1768 , 7 , 15 − − × = − × = Maka, massa udara m a yang masuk dalam silinder adalah: m a = m m – m f = 7,1768x10 -4 kg – 4,785x10 -5 kg = 6,6984x10 -4 kg Densitas udara a ρ : P = 100 kpa T = 320 K Kerapatan udara masuk ruang bakar : kgm 3 Sesuai dengan persamaan 2.1. maka kerja yang terjadi pada titik 6-1 adalah dihitung berdasarkan persamaan berikut ini: 6 1 1 6 V V P W − = − ........ dimana P o = P 1 kJ m m kPa 08235 , 10 562 , 3 10 5912 , 6 100 3 5 3 4 = × − × × = − − Proses 1-2 : Langkah kompresi isentropik, semua katup tertutup. Torak bergerak dari titik mati bawah TMB ke titik mati atas TMA. k c r P P 1 2 = = 100 kPa x 18,5 1,4 = 5943,4747 kPa Universitas Sumatera Utara Temperatur pada titik 2 : Udara yang dimampatkan oleh torak yang bergerak ke titik mati atas TMA juga mengakibatkan suhu dalam silinder naik menjadi T 2 . Nilai dari T2 dapat kita kita hitung sesuai dengan persamaan 2.2. di bawah ini: 1 1 2 − = k c r T T = 330 K x 18,5 1,4-1 = 1060,1873 K Volume pada titik 2: 2 2 2 P RT m V m = kPa K K kg kJ kg 4747 , 5943 1873 , 1060 . 287 , 10 1768 , 7 4 × × × = − = 3,674 x 10 -5 m 3 Adapun cara lain yang dapat digunakan untuk mendapatkan nilai V 2 adalah: c r V V 1 2 = 3 5 4 10 674 , 3 5 , 18 10 1768 , 7 m − − × = × = V 2 = V c Kerja persiklus 1-2: Kerja yang diserap selama langkah kompresi isentropik untuk satu silinder dalam satu siklus dapat kita hitung sesuai dengan persamaan 2.6. sebagai berikut: k T T R m W m − − = − 1 1 2 2 1 4 , 1 1 330 1873 , 1060 287 , 10 1768 , 7 4 − − × × = − = -0,3759 kJ Universitas Sumatera Utara Proses 2-3: Penambahan kalor pada tekanan konstan. Kalor masuk: Q HV merupakan nilai kalor panas dari bahan bakar. Berdasarkan Tabel A-2 pada Lampiran 1, nilai kalor panas dari cetane adalah 43.980 kJkg dan diasumsikan terjadi pembakaran sempurna 1 = c η . Maka, kalor masuk pada kondisi tekanan konstan dapat kita hitung sesuai dengan persamaan 2.7. adalah sebagai berikut: c HV f in Q m Q η = kJ kg kJ kg 1044 , 2 1 43980 10 785 , 4 5 = × × × = − Volume pada titik 3: Volume pada titik 3 dapat kita peroleh dengan menggunakan rumus berikut ini hal. 101 Lit.1: 2 3 3 P T R m V m × × = 3 4 4 10 3808 , 1 4747 , 5943 4728 , 3735 . 287 , 10 1768 , 7 m kPa K K kg kJ − − × = × × × = Temperatur pada titik 3: Sesuai dengan persamaan matematika 2.7. dimana 2 3 T T C m Q p m in − = maka nilai T 3 dapat kita hitung sebagai berikut: p m p m in C m T C m Q T 2 3 + = K K kg kJ kg K K kg kJ kg kJ 7428 , 3235 . 005 , 1 10 1768 , 7 1873 , 1060 . 005 , 1 10 1768 , 7 1044 , 2 4 4 = × × × × × + = − − maks T T = 3 Universitas Sumatera Utara Tekanan pada titik 3: Sesuai dengan Gambar 2.2. Diagram p-v jelas terlihat bahwa tidak ada perubahan tekanan mulai titik 2 hingga titik 3 ekivalen, walaupun terjadi peningkatan temperatur. Maka P 2 = P 3 = P maks = 5943,4747 kPa. Sesuai dengan persamaan 2.10. maka kerja yang terjadi pada titik 2-3 dapat kita hitung sebagai berikut: 2 3 2 3 2 v v P W − = − kJ m m kPa 8023 , 10 674 , 3 10 3808 , 1 4747 , 5943 3 5 3 4 = × − × × = − − Proses 3-4: Langkah isentropik Volume pada titik 4: Berdasarkan diagram p-v siklus diesel pada Bab II sebelumnya terlihat jelas bahwa: 4 1 4 10 5912 , 6 − × = = V V m 3 Temperatur pada titik 4 Setelah torak mencapai titik mati bawah TMB sejumlah kalor dikeluarkan dari dalam silinder sehingga temperatur fluida kerja akan turun menjadi T4. Nilai dari T4 dapat kita hitung dengan persamaan 2.14 berikut ini: 1 4 3 3 4 −       = k V V T T K m K 7374 , 1779 10 5912 , 6 10 3808 , 1 7428 , 3325 4 , 4 3 4 =       × × = − − Tekanan pada titik 4: Tekanan pada titik 4 di dalam silinder akan mengalami penurunan setelah titik 3. Nilai dari P 4 dapat kita hitung sesuai dengan persamaan 2.15 di bawah ini: k V V P P       = 4 3 3 4 Universitas Sumatera Utara kPa m m kPa 3052 , 666 10 5912 , 6 10 3808 , 1 4747 , 5943 4 , 1 3 4 3 4 =       × × = − − Kerja persiklus 3-4: Untuk kerja yang dihasilkan selama langkah ekspansi 4 3 − W dapat ditentukan berdasarkan persamaan 2.16 berikut ini: k T T R m W m − − × × = − 1 3 4 4 3 kJ K K K kg kJ kg 8960 , 4 , 1 1 7428 , 3325 7374 , 1779 . 287 , 10 1768 , 7 4 = − − × × × = − Proses 4-5: Titik 5 merupakan proses langkah buang atau disebut juga proses exhaust blowdown dimana katup keluar terbuka dan katup hisap tertutup. Sesuai dengan persamaan 2.17 maka volume pada titik 5 V 5 sama dengan volume pada titik 4 = 3 4 1 4 10 5912 , 6 m V V V BDC − × = = = . Sedangkan temperatur pada titik 5 T 5 sama dengan temperatur pada titik 1 T 1 , ini dibuktikan dari persamaan 2.19 berikut ini. = = = kJ K K K kg kJ kg 7470 , 7374 , 1779 330 . 718 , 10 1768 , 7 4 − = − × × × = − Maka, Sesuai dengan persamaan 2.18. maka kerja 5 4 = − W Proses 5-6: Titik 6 merupakan proses langkah buang pada tekanan konstan . Untuk kerja yang dihasilkan pada proses 5- 6 dapat dihitung berdasarkan persamaan 2.21 berikut ini: 1 6 5 6 6 5 v v P v v P W − × = − × = − Universitas Sumatera Utara V 2 = V 6 V 5 = V 1 Sesuai dengan gambar 2.2. diagram p-v, maka nilai Po – P1 = 100 kPa. 1 6 1 6 5 v v P W − × = − kJ m m kPa 05544 , 10 5912 , 6 10 674 , 3 100 3 4 3 5 − = × − × × = − − W nett Kerja satu siklus: Kerja yang dihasilkan dalam satu siklus kerja dapat dihitung berdasarkan persamaan dibawah ini: 6 5 5 4 4 3 3 2 2 1 1 6 − − − − − − + + + + + = W W W W W W W nett kJ kJ kJ kJ kJ 42931 , 1 05544 , 8960 , 8023 , 3759 , 08235 , + = − + + + + + + − + + = Sehingga, kerja yang dihasilkan dalam satu siklus kerja dari Toyota Fortuner Tipe 2KD-FTV VN Turbo adalah 1,1982 kJ. Untuk effisiensi termal dari satu siklus kerja dari motor diesel 2KD-FTV dapat dihitung berdasarkan persamaan 2.22 dibawah ini: in nett th Q W = η 93 , 67 6793 , 104 , 2 42931 , 1 = = = kJ kJ Universitas Sumatera Utara

4.3. Parameter Performansi Mesin Diesel Toyota Fortuner Tipe 2KD-FTV VN Turbo