EFEKTIVITAS GERAKAN INDONESIA GO OPEN SOURCE (IGOS) DALAM MENANGGULANGI PENGGUNAAN SISTEM OPERASI KOMPUTER ILEGAL DI KOTA BANDUNG (Suatu Studi di IGOS Center Bandung pada Bulan Januari – Mei Tahun 2008)

(1)

i

EFEKTIVITAS

GERAKAN INDONESIA GO OPEN SOURCE (IGOS)

DALAM MENANGGULANGI PENGGUNAAN SISTEM

OPERASI KOMPUTER ILEGAL DI KOTA BANDUNG

(Suatu Studi di IGOS Center Bandung pada Bulan Januari – Mei Tahun 2008)

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh ujian Sarjana pada Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia

ASEP JALALUDIN NIM 4.17.03.008

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN BANDUNG


(2)

ii

LEMBAR PERSETUJUAN PERBAIKAN (REVISI) SKRIPSI

NAMA : ASEP JALALUDIN

NIM : 4.17.03.008

PROGRAM STUDI : ILMU PEMERINTAHAN

JUDUL : EFEKTIVITAS GERAKAN INDONESIA GO

OPEN SOURCE (IGOS) DALAM

MENANGGULANGI PENGGUNAAN SISTEM OPERASI KOMPUTER ILEGAL DI KOTA BANDUNG (Suatu Studi di IGOS Center Bandung pada Bulan Januari – Mei Tahun 2008)

TELAH DIREVISI, DISETUJUI OLEH TIM PENGUJI/PEMBIMBING

No Nama Jabatan Tanda Tangan

1 Nia Karniawati, S.IP., M.Si Ketua Sidang

2 Poni Sukaesih, S.IP., M.Si Penguji

Bandung, Agustus 2008 Menyetujui, Pembimbing

Dewi Kurniasih, S.IP.,M.Si. NIP : 4127.35.31.003

Mengetahui,

Dekan FISIP UNIKOM Ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan

Prof.Dr.J.M Papasi NIP. 4127.70.00.011

Nia Karniawati, S.IP., M.Si NIP. 4127. 35. 31. 002


(3)

iii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1 Karya tulis saya ini, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (Ahlimadya, Sarjana, Magister, dan atau Doktor), baik di Universitas Komputer Indonesia maupun perguruan tinggi lainnya.

2 Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing.

3 Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah di tulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah yang disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

4 Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah di peroleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.

Bandung, Agustus 2008 Yang Membuat Pernyataan

Asep Jalaludin NIM. 4.17.04.008


(4)

iv

Cinta membuat seseorang rela memberikan apapun tanpa mengharapkan imbalan

Cinta akan selalu dapat memuaskan rasa, saat materi tidak mampu memuaskannya

Cinta mampu menghasilkan hal-hal yang hanya dapat dibayangkan oleh orang-orang yang hidupnya penuh dengan rasa ingin mencintai Cinta ada di mana pun, kapan pun, siapa pun karenanya cinta tak layak dikotak-kotakkan

Cinta membuat seseorang Socrates berkata “Aku adalah lalat yang akan selalu menggangu kuda-kuda yang lembam agar menjadi

beringas”

Cinta selalu tahu kapan waktu yang tepat untuk sesuatu, oleh karena itu muncullah sebuah nasihat “Lebih baik menunda yang baik agar

bisa mendapatkan yang terbaik”

Semakin banyak cinta yang ditanam, akan semakin banyak cinta yang dapat dipanen

Skripsi ini dipersembahkan untuk para pemberi cinta: mama, bapak, adik, kakak dan para pengembang open source serta dia yang selalu


(5)

v ABSTRAK

EFEKTIVITAS

GERAKAN INDONESIA GO OPEN SOURCE (IGOS) DALAM MENANGGULANGI PENGGUNAAN

SISTEM OPERASI KOMPUTER ILEGAL DI KOTA BANDUNG (Suatu Studi di IGOS Center Bandung pada Bulan Januari – Mei Tahun 2008)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas dari gerakan Indonesia Go Open Source dalam menanggulangi penggunaan sistem operasi komputer ilegal di Kota Bandung. Gerakan IGOS ini dideklarasikan pertama kali pada tanggal 30 Juni 2004 oleh lima kementrian, yaitu Kementrian Riset dan Teknologi, Menteri Komunikasi dan Informasi, Menteri Kehakiman dan HAM, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara serta Menteri Pendidikan Nasional. Gerakan ini dideklarasikan kembali di acara IGOS Summit 2 yang diadakan pada tanggal 27 - 28 Mei 2008. Masalah ini diangkat karena adanya tanggapan negatif terhadap gerakan ini. Alasan lainnya adalah adanya rencana pemerintah untuk membeli lisensi dari perangkat lunak proprietary ilegal yang digunakan di kantor pemerintahan. Rencana inimelanggar salah satu isi deklarasi gerakan IGOS.

Peneliti menggunakan teori efektivitas organisasi, yaitu tentang kriteria yang dapat digunakan untuk menilai efektivitas yang dikemukakan oleh Gibson et al. Indikator yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah produktivitas, kualitas, efisiensi, fleksibilitas, kepuasan, sifat keunggulan dan pengembangan.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka dan studi lapangan. Peneliti melakukan studi lapangan dengan cara melakukan observasi dan wawancara. Penentuan informan didasarkan pada dua metode, yaitu Snowball dan Purposive Sampling. Snowball digunakan untuk informan yang berasal dari IGOS Center Bandung. Purposive Sampling digunakan untuk informan yang berasal dari masyarakat umum.

Hasil penelitian menunjukkan, bahwa IGOS Center Bandung merupakan organisasi yang produktif dan efisien serta memiliki fleksibilitas. IGOS Center Bandung mampu memberikan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat sekaligus mampu memberikan kepuasan terhadap personilnya. IGOS Center Bandung pun memiliki keunggulan dibandingkan IGOS Center yang lain dan memiliki usaha pengembangan yang baik. Hal ini dapat dicapai meskipun IGOS Center Bandung memiliki kesulitan, yaitu minimnya dana dan personil yang dimiliki.

Berdasarkan hasil keseluruhan yang dijelaskan di atas, dapat diketahui bahwa gerakan IGOS di IGOS Center Bandung telah efektif. Efektivitas ini dapat ditingkatkan seandainya kendala yang dimiliki oleh IGOS Center Bandung dapat diatasi. Penyelesaian kendala ini melibatkan pemerintah, pihak IGOS Center Bandung dan masyarakat.


(6)

vi ABSTRACT

THE EFFECTIVES OF INDONESIA GO OPEN SOURCE (IGOS) MOVEMENT IN SOLVING THE USING OF THE ILEGAL COMPUTER OPERATING SYSTEM

IN BANDUNG CITY

(A Study in IGOS Center Bandung on January – May 2008)

This research aims to know the effectives of Indonesia Go Open Source movement in solving the using of the illegal computer operating system in Bandung City. Firstly, it has been declared on June 30 2004 by five ministries, Kementrian Riset dan Teknologi, Menteri Komunikasi dan Informasi, Menteri Kehakiman dan HAM, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara and Menteri Pendidikan Nasional and has been declared again on IGOS Summit 2 programs that held on May 27 - 28 2008. The background of this research is caused by the negative opinion toward this movement. Besides, the government has been planned to buy the illegal proprietary software license. This plan devotes one of the contents of IGOS movement declaration.

The writer used the organization effectives there is about criteria used to measure the effectivities by Gibson et al. In this research, the writer used the indicators namely productivity, quality, efficiency, flexibility, the satisfaction, the strengthens, and improvement.

The writer used the descriptive method with qualitative approach. In collecting data, the writer used the Library Research and Field Research. The writer did the Field Research by the observation and interview. In deciding the informants, the data are based on the Snowball and Purposive Sampling method.

The finding of this research shows that the IGOS Center Bandung is the productive and efficient organization. Besides, it has the flexibility. IGOS Center Bandung can give the quality services and the satisfy for citizen and the personnel. It has the strengthens and good improvement than the others. IGOS Center Bandung can get their goal, however, they have several problems such as the limited fund and personnels.

Based on the above comprehensive findings and discussions of this research can be known that IGOS movement in IGOS Center Bandung has been effective. If the problems of IGOS Center Bandung can be solved, the effectives will improve. The problems can be solved by the government, IGOS Center Bandung and the citizens.


(7)

Segala puji pe seluruh rahmat dan h tidak terhitung juml menyelesaikan Skrip Open Source (IGOS Komputer Ilegal di pada Bulan Januari Dalam penyu mungkin. Peneliti sel detail dan akurat. Pe pihak yang telah mem 1. Bapak Prof. Dr. J Politik Universita akademis yang san 2. Ibu Nia Karnia

Pemerintahan Un dalam menyelesai 3. Ibu Dewi Kurnia

membimbing pen segala nasehat ya ini sehingga penel 4. Kedua orang tua setiap langkah yan kini.

5. Bapak Sediadi da Indonesia yang tel

vii

KATA PENGANTAR

peneliti tujukan kepada Allah SWT yang tela hidayah-Nya. Dia telah mencurahkan beraga lahnya. Dialah yang berkehendak sehingga ipsi yang diberi judul Efektivitas Gerakan OS) dalam Menanggulangi Penggunaan S

di Kota Bandung : Suatu Studi di IGOS C ri – Mei Tahun 2008

yusunan Skripsi ini peneliti telah berusa selalu berusaha untuk menggunakan data dan Peneliti ingin mengucapkan rasa terima kasih embantu penyelesaian Skripsi ini :

. J. M. Papasi sebagai Dekan Fakultas Ilmu itas Komputer Indonesia yang telah memberik sangat berharga bagi penulis.

iawati, S.IP., M.Si., selaku Ketua Progra niversitas Komputer Indonesia yang telah me saikan kewajiban-kewajiban perkuliahan.

niasih, S.IP., M.Si., selaku Dosen Pembimb enulisan skripsi ini hingga selesai. Terima yang sangat membantu peneliti dalam menger

eliti bersemangat untuk mengerjakan penelitia a yang memberikan kebebasan dan dukunga yang saya kerjakan serta semua didikan yang d

dan seluruh staff Kementrian Riset dan Tekn telah membantu memberikan informasi dalam

elah melimpahkan gam nikmat yang ga peneliti dapat an Indonesia Go Sistem Operasi Center Bandung

saha semaksimal an informasi yang sih kepada

pihak-u Sosial dan Ilmpihak-u rikan pengalaman

ram Studi Ilmu membantu peneliti

mbing yang telah a kasih juga atas erjakan penelitian tian ini.

gan, mempercayai diberikan hingga

eknologi Republik m penelitian ini.


(8)

viii

6. Bapak Eko Mursito Budi dan semua personil di IGOS Center Bandung yang telah bersedia untuk membantu pelaksanaan penelitian ini.

7. Staff karyawan Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik khususnya Program Studi Ilmu Pemerintahan: Mbak Ai, Kang Dadang, Mang Odang, dan yang lainnya, yang telah memberikan segala informasi dan membantu peneliti selama perkuliahan.

8. Indah Permata Pramushinta yang selalu menyemangati peneliti dan selalu memberikan cinta dan perhatian agar dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Desi, Linda dan Maya yang rela bekerja rodi untuk penelitian ini.

10.Dhany, Foe-foe, Arief, Romi, Dadan dan teman-teman yang sama-sama mengerjakan skripsi.

11.Para aktivis Kampus di UKPM Birama dan Senat Mahasiswa UNIKOM Periode 2006-2007 sebagai penggerak, pendobrak dan para pemimpin masa depan yang tetap mempertahankan idealismenya dan senantiasa membantu saya secara moril.

Manusia berbeda dengan makhluk lainnya karena memiliki akal yang digunakan untuk selalu melakukan perbaikan diri. Manusia pun tak pernah lepas dari kesalahan dan terkadang kesalahan itu tak dapat dilihat oleh mata manusia itu sendiri. Peneliti juga merupakan manusia dan Skripsi ini adalah hasil pemikiran seorang manusia yang diyakini masih memiliki kekurangan. Peneliti berharap akan ada saran dan kritik tentang Skripsi ini agar peneliti dapat melakukan perbaikan.

Tak ada sesuatu yang diciptakan dengan sia-sia, begitupun Skripsi ini. Peneliti yakin ini dapat berguna bagi para mahasiswa Unikom, khususnya bagi mahasiswa Program Studi Ilmu Pemerintahan.

Bandung, Agustus 2008


(9)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

MOTTO ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 8

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Kegunaan Penelitian ... 10

1.5 Kerangka Pemikiran ... 11

1.6 Metode Penelitian ... 30

1.6.1 Teknik Pengumpulan Data ... 31

1.6.2 Teknik Penentuan Informan ... 33

1.6.3 Teknik Analisa Data ... 36

1.7 Lokasi dan Jadwal Penelitian ... 37

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 38

2.1 Pemahaman Efektivitas ... 38

2.1.1 Definisi Efektivitas ... 38

2.1.2 Indikator Efektivitas ... 40

2.2 Pengertian Gerakan ... 51

2.2.1 Pergerakan Sebagai Salah Satu Fungsi Manajemen ... 52


(10)

x

2.4 Perangkat Lunak Open Source ... 55

2.5 Sistem Operasi Komputer ... 58

2.6 Lisensi Perangkat Lunak ... 60

BAB III OBJEK PENELITIAN ... 62

3.1 Masyarakat Kota Bandung ... 62

3.2 Gerakan IGOS Center Bandung ... 64

3.2.1 Gambaran Umum IGOS ... 64

3.2.2 Logo Gerakkan IGOS ... 67

3.2.3 IGOS Center Bandung ... 69

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 74

4.1 Produktivitas IGOS Center Bandung dalam Menanggulangi Penggunaan Sistem Operasi Komputer Ilegal di Kota Bandung pada Bulan Januari – Mei Tahun 2008 ... 74

4.1.1 Keahlian Personil IGOS Center Bandung dalam Menanggulangi Penggunaan Sistem Operasi Komputer Ilegal di Kota Bandung pada Bulan Januari - Mei 2008 ... 78

4.1.2 Kepemimpinan Manajer IGOS Center Bandung dalam Menanggulangi Penggunaan Sistem Operasi Komputer Ilegal di Kota Bandung pada Bulan Januari - Mei 2008 ... 84

4.1.3 Kesederhanaan Organisasi dan Operasional IGOS Center Bandung dalam Menanggulangi Penggunaan Sistem Operasi Komputer Ilegal di Kota Bandung pada Bulan Januari - Mei 2008 ... 88

4.1.4 Kepegawaian IGOS Center Bandung dalam Menanggulangi Penggunaan Sistem Operasi Komputer Ilegal di Kota Bandung pada Bulan Januari - Mei 2008 ... 91

4.1.5 Tugas IGOS Center Bandung dalam Menanggulangi Penggunaan Sistem Operasi Komputer Ilegal di Kota Bandung pada Bulan Januari - Mei 2008 ... 94


(11)

xi

4.1.6 Perencanaan IGOS Center Bandung dalam Menanggulangi Penggunaan Sistem Operasi Komputer

Ilegal di Kota Bandung pada Bulan Januari - Mei 2008 ... 95

4.1.7 Pelatihan Manajerial Khusus IGOS Center Bandung dalam Menanggulangi Penggunaan Sistem Operasi Komputer Ilegal di Kota Bandung pada Bulan Januari - Mei 2008 ... 98 4.2 Kualitas IGOS Center Bandung dalam Menanggulangi

Penggunaan Sistem Operasi Komputer Ilegal di Kota Bandung pada Bulan Januari – Mei Tahun 2008 ... 99 4.3 Efisiensi IGOS Center Bandung dalam Menanggulangi

Penggunaan Sistem Operasi Komputer Ilegal di Kota Bandung pada Bulan Januari – Mei Tahun 2008 ... 102 4.4 Fleksibilitas IGOS Center Bandung dalam Menanggulangi

Penggunaan Sistem Operasi Komputer Ilegal di Kota Bandung pada Bulan Januari – Mei Tahun 2008 ... 105 4.4.1 Kemampuan IGOS Center Bandung untuk Menjawab

Perubahan Lingkungan Eksternal dalam Menanggulangi Penggunaan Sistem Operasi Komputer

Ilegal di Kota Bandung pada Bulan Januari - Mei 2008 ... 106

4.4.2 Kemampuan Individu dan Kelompok dalam IGOS Center Bandung untuk Menjawab Perubahan Individu dan Kelompok Lain dMenanggulangi Penggunaan Sistem Operasi Komputer Ilegal di Kota Bandung pada Bulan Januari - Mei 2008 ... 108 4.4.3 Kemampuan IGOS Center Bandung untuk

Mengadaptasikan Praktik Perencanaan, Pengorganisasian, Pengarahan, dan Pengendalian serta Kebijakan dalam Menanggulangi Penggunaan Sistem


(12)

xii

Operasi Komputer Ilegal di Kota Bandung pada Bulan

Januari - Mei 2008 ... 110

4.5 Kepuasan pegawai IGOS Center Bandung dalam Menanggulangi Penggunaan Sistem Operasi Komputer Ilegal di Kota Bandung pada Bulan Januari – Mei Tahun 2008 ... 112

4.6 Keunggulan IGOS Center Bandung dalam Menanggulangi Penggunaan Sistem Operasi Komputer Ilegal di Kota Bandung pada Bulan Januari – Mei Tahun 2008 ... 114

4.7 Pengembangan IGOS Center Bandung dalam Menanggulangi Penggunaan Sistem Operasi Komputer Ilegal di Kota Bandung pada Bulan Januari – Mei Tahun 2008 ... 118

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 122

5.1 Kesimpulan ... 122

5.2 Saran ... 124

DAFTAR PUSTAKA ... 126 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ... 37


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1.1 Model Kerangka Pemikiran Penelitian ... 30 Gambar 3.1 Logo Gerakan IGOS... 68


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Pedoman Wawancara Pegawai IGOS Center Bandung ... 131

Lampiran 2 Pedoman Wawancara Pihak Manajemen IGOS Center Bandung 133 Lampiran 3 Daftar Riwayat Hidup ... 136

Lampiran 4 Data Informan Pegawai IGOS Center Bandung... 137

Lampiran 5 Data Informan Masyarakat ... 138

Lampiran 6 Foto-Foto IGOS Center Bandung ... 140

Lampiran 7 SOP Kerjasama ... 141

Lampiran 8 SOP IGOS Center Bandung ... 142

Lampiran 9 Research... 143


(16)

38

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Pemahaman Efektivitas 2.1.1 Definisi Efektivitas

Penelitian kepustakaan yang ada mengenai teori efektivitas

memperlihatkan keanekaragaman dalam hal indikator penilaian tingkat efektivitas

suatu hal. Hal ini terkadang mempersulit penelaahan terhadap suatu penelitian

yang melibatkan teori efektivitas, namun secara umum, efektivitas suatu hal

diartikan sebagai keberhasilan dalam pencapaian target atau tujuan yang telah

ditetapkan.

Efektivitas memiliki beragam jenis, salah satunya adalah efektivitas

organisasi. Sama halnya dengan teori efektivitas secara umum, para ahli pun

memiliki beragam pandangan terkait dengan konsep efektivitas organisasi.

Ndraha misalnya menyatakan bahwa :

“Efektivitas organisasi adalah tingkat keberhasilan pencapaian tujuan organisasi (target) atau dengan rumus E = R/T. E:Efektivitas, R:Realisasi, T:Target. R adalah proses dalam hal ini proses produksi, dan setiap proses terdiri dari input, throughput dan output” (dalam Makmur, 2008:124).

Berdasarkan teori tersebut, efektivitas merupakan penilaian terhadap

hubungan target yang direncanakan dengan realisasi yang dicapai. Realisasi

merupakan sebuah proses yang terdiri dari input, throughput dan out put.

Umumnya teori efektivitas organisasi masih terkait dengan targetan dan tujuan

organisasi, walaupun indikator penilaian pencapaian target tersebut berbeda-beda.


(17)

39

Steers misalnya menyatakan :

“Makin rasional suatu organisasi, makin besar upayanya pada kegiatan yang mengarah ke tujuan. Makin besar kemajuan yang diperoleh ke arah tujuan, organisasi makin efektif pula. Efektivitas dipandang sebagai tujuan akhir organisasi” (Steers, 1977:2).

Pernyataan Steers menegaskan bahwa, efektivitas adalah tujuan akhir

dari suatu organisasi. Organisasi-organisasi yang rasional, akan mengarahkan

segala tindakannya untuk mencapai tujuan yang diinginkan dan ditetapkan oleh

organisasi.

Steers menambahkan, bahwa cara yang terbaik untuk meneliti efektivitas

ialah memperhatikan secara serempak tiga buah konsep yang saling berhubungan:

(1) faham mengenai optimasi tujuan, (2) perspektif sistematika, dan (3) tekanan

pada segi perilaku manusia dalam susunan organisasi (Steers, 1997: 4-6).

Steers melihat bahwa, penilaian efektivitas terkait pada tiga hal yaitu

pemahaman terhadap optimasi tujuan organisasi, mengetahui perspektif

sistematika, dan penekanan pada segi perilaku manusia dalam susunan organisasi.

Ketiga hal ini adalah satu kesatuan yang membangun efektivitas.

Agar dapat diukur, target harus dideduksi atau dijabarkan dari tujuan

yang paling abstrak atau universal ke tujuan yang paling konkret. Steers

berpendapat bahwa :

“Tujuan tidak diperlakukan sebagai keadaan akhir yang statis, tetapi sebagai sesuatu yang dapat berubah dalam perjalanan waktu. Lagipula, tercapainya tujuan-tujuan jangka pendek tertentu dapat mempersembahkan masukan-masukan (faktor-faktor produksi) baru demi penentuan tujuan berikutnya. Jadi, tujuan mengikuti suatu daur dalam organisasi bila kita memakai perspektif sistem” (Steers, 1997:6).


(18)

40

Pernyataan Steers di atas menunjukkan bahwa, organisasi harus memiliki

tujuan utama yang berjangka panjang. Inilah yang dijadikan visi oleh organisasi.

Tujuan ini tidak statis, artinya bisa dirubah seiring perkembangan jalannya

organisasi. Selain memiliki tujuan jangka panjang, organisasi perlu juga membuat

tujuan-tujuan jangka pendek yang disesuaikan dengan pancapaian tujuan jangka

panjang. Tujuan jangka pendek ini bisa jadi mempengaruhi tujuan jangka panjang.

2.1.2 Indikator Efektivitas

Gibson et al. mengemukakan beberapa kriteria untuk dapat menilai

efektivitas. Menurut Gibson et.al. efektivitas dalam konteks perilaku organisasi

merupakan hubungan optimal antara produktivitas, kualitas, efisiensi, fleksibilitas,

kepuasan, sifat keunggulan dan pengembangan (Gibson et al., 1996:28).

Penentuan beberapa kriteria di atas karena organisasi biasanya berada

dalam lingkungan yang bergejolak dengan sumber daya terbatas, sedangkan

ancaman terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya agak lazim terjadi.

Dalam lingkungan demikian, organisasi bukan saja harus memenuhi serangkaian

persyaratan organisasi (misalnya mendapatkan sumber daya, efisiensi, produksi/

keluaran, pembaruan organisasi, unsur kepuasan), tetapi juga harus memenuhi

persyaratan perilaku tertentu sehubungan dengan para anggotanya.

Ketujuh kriteria itu jika dikelompokkan dapat terbagi ke dalam empat

kategori, yaitu organisasi, lingkungan, pekerja, dan praktek manajemen. Hal ini

sejalan dengan pendapat Steers

“Pada hakekatnya, pandangan seperti ini mengemukakan bahwa faktor-faktor yang menyokong keberhasilan akhir suatu organisasi dapat


(19)

41

ditemukan dalam empat kelompok umum. Keempat kelompok umum ini adalah: (1) karakteristik organisasi, (2) karakteristik lingkungan, (3) Karakteristik pekerja, dan (4) kebijakan dan praktek manajemen” (Steers, 1977: 9).

Karakteristik organisasi, terdiri dari struktur dan teknologi organisasi.

Struktur adalah hubungan yang relatif tetap sifatnya seperti dijumpai dalam

organisasi. Karakteristik lingkungan mencakup dua aspek. Pertama adalah

lingkungan ekstern, yaitu semua kekuatan yang timbul di luar batas-batas

organisasi dan mempengaruhi keputusan serta tindakan di dalam organisasi

(contoh: kondisi ekonomi dan pasar, peraturan pemerintah). Kedua adalah

Lingkungan intern. Lingkungan ini pada umumnya dikenal sebagai iklim

organisasi, meliputi macam-macam atribut lingkungan kerja. Karakteristik

pekerja, perhatian harus diberikan kepada peranan perbedaan individual antara

para pekerja dalam hubungannya dengan efektivitas. Pekerja yang berlainan

mempunyai pandangan, tujuan, kebutuhan dan kemampuan yang berbeda.

Kebijakan dan praktek manajemen, di sini kita akan memperhatikan betapa variasi

gaya, kebijakan dan praktek kepemimpinan dapat memperhatikan atau merintangi

pencapaian tujuan.

Produktivitas hanya dapat diwujudkan apabila sumber daya yang ada

dalam organisasi diberdayakan. Whitemore mengemukakan bahwa “Productivity

is a measure of the use of the resources of an organization and is usually expressed as a ratio of the output obtained by the use resources to the amount of resources employed” (Whitemore, 1979: 2). Terjemahan : Produktivitas adalah


(20)

42

perbandingan antara hasil yang didapat dengan banyaknya sumber daya yang

digunakan.

Berdasarkan definisi produktivitas di atas, dapat disimpulkan bahwa

produktivitas merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai dengan

keseluruhan sumber daya yang digunakan. Whitemore manambahkan bahwa ada

tujuh kunci untuk produktivitas yang tinggi, yaitu:

1) Keahlian, 2) Kepemimpinan

3) Kesederhanaan organisasi dan operasional; 4) Kepegawaian

5) Tugas 6) Perencanaan

7) Pelatihan manajerial khusus. (Whitemore, 1979: 2).

Pandangan tersebut menunjukkan bahwa ketujuh faktor kunci

produktivitas tinggi itu bertalian erat dengan manajemen SDM yang menyangkut

perencanaan, pelaksanaan, kepemimpinan, dan tanggung jawab. Dengan

demikian, manajemen SDM memegang peranan penting dalam meningkatkan

produktivitas kerja. Produktivitas tidak saja ditentukan oleh kualitas manajemen

yang menyangkut tanggung jawab dan kepemimpinan, namun juga menyangkut

masalah moral organisasi yang menuntut keterbukaan dan kejujuran sehingga

dapat mencapai kualitas dan produktivitas.

Kualitas memegang peranan kunci dalam efektivitas, karena tujuan dan

organisasi tanpa adanya kualitas, menjadi tidak efektif. Tjiptono mengemukakan

sebagai berikut:

“Secara spesifik tidak ada definisi kualitas yang bisa diterima, namun secara universal dan definisi yang ada terdapat beberapa persamaan,


(21)

43

yaitu dalam elemen-elemen: (1) kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan; (2) kualitas terhadap produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan; (3) kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya, apa yang dianggap kurang berkualitas pada masa mendatang)” (Tjiptono, 1996: 51).

Berdasarkan argumentasi tersebut di atas dapat dikemukakan bahwa

kualitas menunjukkan suatu pencapaian yang melebihi harapan pelanggan atau

harapan masyarakat. Kualitas juga merupakan kondisi yang selalu berubah sesuai

dengan harapan-harapan konsumen yang mencakup produk, jasa, manusia, proses

produksi, dan kualitas lingkungan. Tjiptono selanjutnya mengemukakan sebagai

berikut:

“Konsep kualitas sering dianggap sebagai ukuran relatif kebaikan suatu produk barang atau jasa yang terdiri kualitas desain dan kualitas kesesuaian. Kualitas desain merupakan fungsi spesifikasi produk, sedangkan kualitas kesesuaian merupakan suatu ukuran seberapa jauh suatu produk mampu memenuhi persyaratan atau spesifikasi kualitas yang ditetapkan. Pada kenyataannya aspek ini bukanlah satu-satunya aspek kualitas” (Tjiptono, 1996: 51).

Konsep kualitas pada kenyataannya bersifat kondisional dan tidak ada

satu pun konsep kualitas yang berlaku seragam. Oleh karena itu, diperlukan suatu

konsep kualitas yang luas cakupannya. Dalam konteks ini Triguno mengartikan

sebagai berikut.

“Kualitas sebagai standar yang harus dicapai oleh seseorang/ kelompok/lembaga/organisasi mengenai kualitas sumber daya manusia, kualitas cara kerja, proses, dan hasil kerja atau produk yang berupa barang dan jasa. Berkualitas mempunyai arti memuaskan kepada yang dilayani, baik internal maupun eksternal, dalam arti optimal pemenuhan atas tuntutan/persyaratan pelanggan/masyarakat” (Triguno, 1997: 76).


(22)

44

Kualitas pada dasarnya terkait dengan pelayanan yang terbaik, yaitu

suatu sikap atau cara karyawan dalam melayani pelanggan atau masyarakat secara

memuaskan. Dalam konteks ini, menurut Garvin, ada lima macam perspektif

kualitas yang berkembang. Kelima macam perspektif inilah yang bisa

menjelaskan situasi yang berlainan, yang meliputi sebagai berikut.

“(1)Transedental approach, kualitas dipandang sebagai innate

excellence, di mana kualitas dapat dirasakan atau diketahui, tetapi sulit didefinisikan dan dioperasionalkan. (2) Product based approach, kualitas merupakan karakteristik atau atribut yang dapat dikuantitatifkan dan dapat diukur. (3) Used based approach, kualitas tergantung pada orang yang memandangnya sehingga produk yang paling memuaskan preferensi seseorang merupakan produk yang berkualitas paling tinggi.

(4) Manufacturing based approach, memerhatikan praktik-praktik

perekayasaan dan pemanufakturan serta mendefinisikan kualitas sebagai kesesuaian/sama dengan persyaratan. (5) Value based approach, memandang kualitas dari segi nilai dan harga. Dengan mempertimbangkan trade off antara kinerja dan harga, kualitas didefinisikan sebagai affordable excellence” (dalam Lovelock, 1994: 84-85).

Pemahaman akan adanya perbedaan pandangan terhadap kualitas

sebagaimana diuraikan di atas dapat bermanfaat dalam mengatasi konflik-konflik

yang kadang kala timbul di antara pimpinan dalam bagian yang berbeda. Cara

yang terbaik bagi setiap penyelenggaraan jasa layanan seperti aparat pemerintahan

desa adalah menggunakan perpaduan antara beberapa perspektif kualitas dan

secara aktif menyesuaikan setiap saat dengan kondisi yang dihadapi.

Tujuan setiap organisasi adalah efektif, bukan efisiensi karena tidak

semua yang efisien itu efektif. Apa gunanya membuat sebuah organisasi atau

sebuah sistem menjadi lebib efisien jika organisasi atau sistem itu sepenuhnya


(23)

45

“Warga negara yang demokratis tidak hanya menuntut pemerintahan yang lebih murah, tetapi mereka menuntut pemerintahan yang berjalan dengan baik. Mereka lebih menginginkan produktivitas, tetapi mereka juga lebih menginginkan nilai. Mereka lebih menginginkan tingkat kejahatan yang rendah daripada kepolisian yang murah, dan mereka juga lebih menginginkan pekerjaan yang lebih bagus daripada pelatihan yang lebih murah” (Osborn dan Plastrik, 1997: 14).

Argumentasi yang dikemukakan oleh Osborn dan Plastrik itu

menunjukkan tentang betapa pentingnya efektivitas dibandingkan efisiensi, tetapi

bukan berarti efisiensi tidak penting dalam organisasi. Gambaran tentang efisiensi

harus bertolak dari efektivitas sehingga setiap organisasi harus lebih

mengedepankan efektivitas daripada efisiensi Gibson et al. mengemukakan

sebagai berikut:

“Efisiensi diartikan sebagai rasio keluaran dibanding masukan. Kriteria jangka pendek ini memfokuskan pada siklus masukan- proses-keluaran, dan bukan menekankan pada elemen masukan dan proses. Ukuran efisiensi termasuk tingkat pendapatan (rate of return) dari kapital dan aset, unit biaya, bahan buangan dan pemborosan, waktu berhenti, tingkat hunian, dan biaya per pasien, per siswa dan per klien. Ukuran efisiensi tidak bisa harus dalam bentuk rasio manfaat biaya keluaran, atau waktu adalah bentuk umum ukuran ini” (Gibson et al., 1996: 51).

Dari beberapa pengertian efisiensi dapat dipahami bahwa efisiensi

banyak digunakan dalam kajian-kajian ekonomi. Istilah efisiensi banyak

digunakan dalam konteks produksi. Menurut Kuper dan Kuper:

“Efisiensi adalah pemakaian sedikit mungkin sumber atau unit untuk menghasilkan sebanyak mungkin output. Jadi, istilah ini merujuk pada biaya pengadaan kombinasi input tertentu (bukan satu jenis input, misalnya energi) untuk membuat output tertentu” (Kuper dan Kuper, 2000: 265).


(24)

46

Penjelasannya adalah bahwa kombinasi yang paling efisien tentunya

adalah yang dapat menghasilkan paling banyak output (jika harga salah satu

inputnya naik, harus ada input yang pemakaiannya dikurangi). Dalam keterkaitan

ini, Atmosoeprapto menyatakan sebagai berikut:

“Efektivitas adalah melakukan hal yang benar, sedangkan efisiensi adalah melakukan hal secara benar, atau efektivitas adalah sejauh mana kita mencapai sasaran dan efisiensi berarti bagaimana kita mencampur segala sumber daya secara cermat” (Atmosoeprapto, 2002: 139).

Berdasarkan konsepsi efektivitas yang dikemukakan itu, tampak bahwa

efisiensi, tetapi tidak efektif berarti memanfaatkan sumber daya (input), tetapi

tidak mencapai sasaran. Sebaliknya, efektif, tetapi tidak efisien berarti dalam

mencapai sasaran menggunakan sumber daya berlebihan atau lazim dikatakan

ekonomi biaya tinggi. Atmosoeprapto selanjutnya mengemukakan sebagai

berikut:

“Efisien harus selalu bersifat kuantitatif dan dapat diukur (measurable), sedangkan efektivitas mengandung pula pengertian kualitatif. Efektif lebih mengarah ke pencapaian sasaran. Efisien dalam menggunakan masukan (input) akan menghasilkan produktivitas yang tinggi, yang merupakan tujuan daripada setiap organisasi apa pun bidang kegiatannya” (Atmosoeprapto, 2002:139-140).

Konsepsi di atas memperjelas bahwa efisiensi selalu diartikan sebagai

penghematan karena bisa mengganggu operasi sehingga pada gilirannya akan

memengaruhi hasil akhir karena sasarannya tidak tercapai dan produktivitasnya

juga tidak setinggi yang diharapkan. Persepsi yang tidak tepat mengenai efisiensi


(25)

47

Fleksibilitas organisasi telah menjadi sangat penting sehubungan dengan

dinamisasi masyarakat dan lingkungan lainnya. Sebagaimana halnya kualitas dan

efisiensi fleksibilitas muncul sebagai respons terhadap efektivitas suatu

organisasi. Menurut Gibson et al.:

“Ada tiga aspek fleksibilitas yang memengaruhi efektivitas organisasi. Pertama, kemampuan dalam menjawab perubahan lingkungan eksternal. Kedua, individu dan kelompok dalam organisasi harus menjawab perubahan individu dan kelompok lain dalam organisasi yang sarna. Ketiga, organisasi harus dapat mengadaptasikan praktik perencanaan, pengorganisasian pengarahan, dan pengendalian serta kebijakan untuk menjawab perubahan yang ada” (Gibson et al., 1996: 52).

Dari pendapat Gibson et al. di atas tampak bahwa ada tiga aspek

fleksibilitas, yaitu kemampuan dalam menjawab perubahan lingkungan eksternal,

kemampuan individu, dan kelompok dalam organisasi menjawab perubahan

individu dan kelompok dalam organisasi yang sama, dan kemampuan organisasi

dalam mengadaptasikan praktik perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan

pengendalian, serta kebijakan dalam menjawab perubahan yang ada. Keterkaitan

fleksibilitas dan keluwesan organisasi menurut Madesto A. Maidique dan Robert

H. Hayes sebagai berikut:

“Untuk melakukan perubahan arah pilihan, diperlukan kegesitan dan keberanian. Kegesitan organisasi tampaknya berhubungan dengan keluwesan organisasi, penyusunan kembali personil dan tanggung jawabnya merupakan upaya mempertahankan keseimbangan dalam perubahan persaingan. Keluwesan organisasi dalam menjawab perubahan-perubahan yang ada secara internal organisasi dan eksternal organisasi sangat ditentukan juga oleh keberanian organisasi atau kegesitan organisasi. Walaupun akan berdampak kepada suatu risiko kerugian organisasi, hal ini dilakukan dalam rangka menjawab perubahan-perubahan yang terjadi untuk mencapai efektivitas atau tujuan organisasi, baik jangka pendek, menengah, dan jangka penjang” (dalam Timpe, 2001: 21).


(26)

48

Kegesitan dan keberanian diperlukan dalam pembuatan kebijakan sangat

diperlukan terkait dengan proses perjalanan organisasi. Kegesitan oganisasi terkait

dengan keluwesan dan penyusunan ulang personil organisasi. Kegesitan pun

merupakan upaya mempertahankan keseimbangan dalam perubahan persaingan.

Untuk mencapai efektivitas, keluwesan organisasi diperlukan dalam menjawab

perubahan, baik internal maupun eksternal organisasi, dan keluwesan ini

ditentukan oleh keberanian dan kegesitan organisasi dalam menyikapi perubahan.

Untuk jangka panjang, tentunya organisasi ingin terus bertahan, dan hal ini dapat

dicapai jika organisasi memiliki keunggulan, baik keunggulan organisasi sendiri

maupun keunggulan anggota organisasi itu sendiri. Menurut Gibson et. al.:

“Keunggulan organisasi merupakan kemampuan bersaing dari organisasi dan anggota organisasi terhadap perubahan-perubahan yang ada. Kemampuan bersaing menunjukkan kemampuan organisasi untuk tetap menjadi pemain yang dapat diperhitungkan di pasar yang telah ditetapkan” (Gibson et al., 1996: 54).

Argumentasi tersebut memperlihatkan kecenderungan dimensi

keunggulan organisasi untuk dapat bersaing secara maksimal dengan

menunjukkan produktivitas yang unggul dan selalu diperhitungkan di pasar yang

telah ditetapkan. Dalam kaitannya dengan daya saing, Rangkuti mengemukakan

sebagai berikut.

“Suatu produk jasa maupun barang memiliki daya saing agar dapat menarik pelanggan sebab bisnis tidak dapat berlangsung tanpa pelanggan. Suatu produk hanya memiliki daya saing bila keunggulan produk tersebut dibutuhkan oleh pelanggan. Keunggulan suatu produk jasa terletak pada keunikan serta kualitas pelayanan produk jasa tersebut kepada pelanggan. Agar dapat bersaing, suatu produk harus memiliki keunikan dibandingkan dengan produk lain yang sejenis” (Rangkuti, 2002: 33).


(27)

49

Dengan demikian, suatu produk mempunyai daya saing bila keunikan

serta kualitas pelayanannya disesuaikan dengan manfaat serta pelayanan yang

dibutuhkan oleh pelanggan. Manfaat suatu produk tergantung pada seberapa jauh

produk tersebut memenuhi nilai-nilai yang dibutuhkan oleh pelanggan. Rangkuti

selanjutnya mengemukakan sebagai berikut:

Keunggulan kompetitif hendaknya lebih dipandang sebagai suatu proses yang dinamis daripada hanya sekadar suatu hasil. Proses keunggulan kompetitif mencakup: sumber-sumber keunggulan, keunggulan posisional, dan performance outcome. (Rangkuti, 2002: 9)

Berdasarkan argumentasi di atas, keunggulan kompetitif terkadang

dianggap sebagai sebuah hasil yang dicapai oleh suatu organisasi, padahal

sebenarnya keunggulan kompetitif merupakan suatu proses dinamis yang terus

dikembangkan dalam suatu organisasi. Proses keunggulan kompetitif ini

mencakup sumber-sumber keunggulan, keunggulan posisional, dan hasil kerja.

Menurut Gibson et al., pengembangan menjamin efektivitas organisasi

melalui investasi sumber daya guna memenuhi permintaan lingkungan mendatang

(Gibson et al., 1996: 53). Meskipun secara umum menggunakan sumber daya,

cara ini mengurangi efektivitas jangka pendek. Usaha-usaha pengembangan yang

dikelola dengan baik acapkali menjadi kunci lingkungan hidup. Dalam konteks

pengembangan organisasi, Davis dan Newstroom mengemukakan sebagai berikut:

“Pengembangan adalah strategi intervensi yang memanfaatkan proses kelompok untuk berfokus pada budaya suatu organisasi secara menyeluruh dalam rangka melaksanakan perubahan-perubahan yang diinginkan. Strategi ini berusaha mengubah keyakinan sikap, nilai, struktur, dan praktik sehingga organisasi dapat menyesuaikan diri dengan teknologi dan mampu bertahan hidup dalam laju perubahan yang berlangsung cepat” (Davis dan Newstroom, 1996: 246).


(28)

50

Penjelasan yang dapat dikemukakan dari argumentasi tersebut adalah

pengembangan timbul untuk menanggapi kebutuhan metode pelatihan

konvensional sering kali kurang berhasil untuk mengembangkan perilaku

organisasi yang lebih baik sehingga diperlukan pendekatan baru. Menurut Davis

dan Newstroom:

“Ada dua alasan diperlukannya pengembangan dalam organisasi. Pertama, struktur imbalan dalam pekerjaan tidak cukup memperkuat pelatihan konvensional sehingga sering kali gagal mengalihkan hasil belajar ke dalam pekerjaan. Terlalu banyak program yang dirancang dengan baik mengalami kegagalan karena lingkungan kerja tidak menyediakan dukungan yang diperlukan secukupnya. Kedua, laju perubahan itu sendiri yang berlangsung dengan cepat yang mengharuskan organisasi benar-benar luwes dalam rangka melangsungkan hidupnya dan memperoleh keuntungan” (Davis dan Newstroom, 1996: 246).

Pengembangan organisasi harus dilakukan dan pasti terjadi disebabkan

oleh dua alasan. Pertama meskipun suatu program telah dirancang sedemikian

rupa, namun ketika tidak ada dukungan dari seluruh komponen lingkungan kerja,

maka progam tersebut akan gagal, tentunya organisasi tidak ingin terus menerus

gagal. Hal ini diakibatkan oleh ketidakmampuan dalam merealisasikan hasil dari

pelatihan ke dalam proses pekerjaan juga menjadi penyebab perlunya diadakan

perubahan. Alasan lain dari perlunya perubahan karena perubahan itu sendiri

selalu berlangsung. Proses perubahan selalu berlangsung cepat dan memaksa

organisasi untuk bersikap luwes dalam menerima perubahan agar tetap bisa hidup.

Dalam kondisi seperti ini langkah nalar berikutnya adalah berusaha

mengubah organisasi secara keseluruhan sehingga akan mendukung pelatihan.


(29)

51

“Kepuasan dan moral merupakan istilah yang serupa yang ditujukan pada seberapa besar organisasi memuaskan kebutuhan karyawan. Ukuran kepuasan termasuk sikap karyawan, keluar masuk karyawan, tingkat absensi, keterlambatan, dan keluh kesah” (Gibson et al., 1996: 52).

Berdasarkan konsepsi tersebut tampak bahwa kepuasan berkaitan dengan

sikap karyawan, tingkat absensi, dan keluh kesah. Dengan indikator-indikator

inilah pimpinan organisasi dapat mengukur tingkat kepuasan karyawan dalam

memajukan organisasi. Menurut Kotler a person feeling of pleasure or

disappointment resulting from comparing a product’s received performance (or outcome) in relations to the persons expectation” (Kotler, 1997: 40). Terjemahan

: Perasaan seseorang tentang kesenangan atau kekecewaan yang dihasilkan dari

membandingkan antara penampilan hasil produk pihak lain dengan harapan orang.

Definisi ini menunjukkan bahwa kepuasan pelanggan mencakup

perbedaan antara tingkat kepentingan dan kinerja atau hasil yang dirasakan.

Pengertian ini dapat diterapkan dalam penilaian kepuasan atau ketidakpuasan

terhadap suatu organisasi karena keduanya berkaitan erat dengan konsep kepuasan

pelanggan.

2.2Pengertian Gerakan

Setiap objek yang ada di bumi ini mengalami suatu gerakan. Gerakan erat

kaitannya dengan perubahan. Salah seorang tokoh di dalam ilmu bidang

manajemen menjadikan gerakan sebagai salah satu fungsi dari manajemen.

gerakan merupakan hasil dari penggerakan. penggerakan dilakukan oleh suatu


(30)

52

penggerakan yang dilakukan oleh lima kementrian di Indonesia. agar dapat

mengerti tentang gerakan maka perlu kiranya mengenal penggerakan.

2.2.1 Pergerakan Sebagai Salah Satu Fungsi Manajemen

Salah satu fungsi manajemen adalah penggerakan. Penggerakan dalam

suatu organisasi adalah usaha atau tindakan dari pimpinan dalam rangka

menimbulkan kemauan dan membuat bawahan tahu pekerjaannya sehingga

dengan sadar menjalankan tugasnya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan

sebelumnya.

George R Terry dalam buku Prinsip-Prinsip Manajemen, menyatakan

penggerakan merupakan usaha untuk menggerakan anggota kelompok sedemikian

rupa sehingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran

perusahaan yang bersangkutan dan anggota perusahaan tersebut oleh karena

anggota itu ingin mencapai sasaran tersebut (Terry, 2003:17). Penggerakan berarti

usaha mengubah pemikiran seseorang agar orang tersebut bersedia untuk bergerak

sesuai keinginan orang yang melakukan penggerakan. Orang yang digerakkan ini

akan ikut mengharapkan apa yang diharapkan oleh yang menggerakkan.

Masalah penggerakan ini sangat erat hubungannya dengan unsur manusia,

sehingga keberhasilannya juga ditentukan oleh kemampuan pemimpin dalam

berhubungan dengan manusia yang dipimpinnya, Dengan kata lain usaha

penggerakan ini berkaitan erat dengan usaha memberi motivasi kepada anggota

organisasi. Dalam rangka memberi motivasi ini maka diperlukan adanya


(31)

53

pembimbingan. Supaya dalam menjalankan tugas dapat berjalan dengan baik

maka harus selalu ada koordinasi dari pimpinan, mulai dari pimpinan tertinggi

maupun pimpinan unit kerja. Agar pelaksanaan fungsi ini berjalan dengan baik

maka dituntut adanya kemampuan berkomunikasi, memiliki daya kreasi serta

inisiatif yang tinggi dan mampu mendorong semangat stafnya.

Tindakan penggerakan oleh para ahli adakalanya diperinci lebih lanjut ke

dalam tiga tahap tindakan sebagai berikut:

1. Memberikan semangat, motivasi, inspirasi atau dorongan sehingga timbul kesadaran dan kemauan para petugas untuk bekerja dengan baik. Tindakan ini juga disebut motivating.

2. Pemberian bimbingan lewat contoh-contoh tindakan atau teladan. Tindakan ini disebut leading, yang meliputi beberapa tindakan seperti: pengambilan keputusan, mengadakan komunikasi agar ada bahasa yang sama antara pimpinan dan bawahan, memilih orang-orang yang menjadi anggota kelompok, dan memperbaiki sikap, pengetahuan, dan ketrampilan bawahan. 3. Pengarahan (directing atau commanding) yang dilakukan dengan

memberikan petunjuk-petunjuk yang benar, jelas, dan tegas. Segala saran-saran dan perintah atau instruksi kepada bawahan dalam pelaksanaan tugas harus diberikan dengan jelas dan tegas agar terlaksana dengan baik terarah kepada tujuan yang telah ditetapkan.

(Terry, 2003:17).

Penggerakan melibatkan tiga buah tindakan yang saling berurutan.

Pertama adalah memotivasi. Memotivasi berarti menyemangati yang akan

digerakkan agar menjadi sadar dan bersedia untuk melakukan apa yang diinginkan

oleh orangyang menggerakkan. Orang yang telah termotivasi kemudian diberikan

bimbingan atau contoh agar tahu apa yang harus dilakukan. Hal ini agar orang

yang digerakkan tidak hanya memiliki semangat dan kemauan saja, tetapi juga

mengetahui bagaimana cara yang benar untuk mencapai apa yang diinginkan.


(32)

54

arahan, tentunya motivasi dan contoh yang ada tidak akan memberikan sesuatu

yang optimal.

Menggerakan jelas membutuhkan adanya kematangan pribadi dan

pemahaman terhadap karakter manusia yang memiliki kecenderungan berbeda

dan dinamis, sehingga membutuhkan adanya sinkronisasi. Sehingga bisa

dikatakan fungsi penggerakan jauh lebih rumit.

2.3Perangkat Lunak Komputer

Setiap komputer akan membutuhkan perangkat lunak. Perangkat lunak

berguna untuk mengaktivkan kemampuan perangkat keras komputer. Jack Febrian

pada bukunya yang berjudul Kamus Komputer dan Teknologi Informasi

menyebutkan

Software disebut juga dengan perangkat lunak, merupakan kumpulan beberapa perintah yang dieksekusi oleh mesin komputer dalam menjalankan pekerjaannya. Perangkat lunak ini merupakan catatan bagi mesin komputer untuk menyimpan perintah, maupun dokumen serta arsip lainnya.(Febrian, 2004 : 150)

Perangkat lunak merupakan data elektronik yang disimpan sedemikian

rupa oleh komputer itu sendiri, data yang disimpan ini dapat berupa program atau

instruksi yang akan dijalankan oleh perintah, maupun catatan-catatan yang

diperlukan oleh komputer untuk menjalankan perintah yang dijalankannya.

Perangkat lunak dibangus dari perangcangan suatu susunan logika. Logika yang

disusun ini diolah melalui program beserta data-data yang diolahnya. Pengolahan

pada perangkat lunak ini melibatkan beberapa hal, diantaranya adalah sistem


(33)

55

sehingga logika yang ada dapat dimengerti oleh mesin komputer.

Stallings menyatakan setiap kode merupakan suatu instruksi dan bagian hardware menginterpetasikan setiap instruksi dan akan menghasilkan signal-signal kontrol. untuk membedakan metode pemrograman yg baru ini, sejumlah kode atau instruksi disebut software (Stallings, 1998:51).

Perangkat lunak merupakan kode atau instruksi untuk perangkat keras.

Program secara keseluruhan merupakan kumpulan langkah-langkah. Pada setiap

langkah, dibentuk beberapa operasi aritmatik atau logik bagi data dan diperlukan

sejumlah kontrol-kontrol signal.

Perangkat lunak berfungsi sebagai sarana interaksi antara pengguna dan

perangkat keras. Perangkat lunak dapat juga dikatakan sebagai penerjemah

perintah-perintah yang dijalankan pengguna komputer untuk diteruskan ke atau

diproses oleh perangkat keras. Perangkat lunak umumnya digunakan untuk

mengontrol perangkat keras, melakukan proses perhitungan, berinteraksi dengan

perangkat lunak yang lebih mendasar lainnya, dan lain-lain. Perangkat lunak

secara garis besar dapat dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu sistem operasi

komputer, program aplikasi, dan program utiliti.

2.4Perangkat lunak Open source

Perangkat lunak Open source berarti source code pembuatan suatu

perangkat lunak dapat diakses dan diubah oleh pengguna perangkat lunak. Bebas

pada kata perangkat lunak bebas tepatnya adalah bahwa para pengguna bebas

untuk menjalankan suatu program, mengubah suatu program, dan mendistribusi


(34)

56

tidak mengarah kepada masalah harga, harga yang murah tidak menjadikannya

menjadi lebih bebas, atau mendekati bebas. Situs HaKI menyebutkan perangkat

lunak open source ialah perangkat lunak yang mengizinkan siapa pun untuk

menggunakan, menyalin, dan mendistribusikan, baik dimodifikasi atau pun tidak,

secara gratis atau pun dengan biaya.

(http://bebas.vlsm.org/v06/Kuliah/SistemOperasi/BUKU/SistemOperasi-4.X-1/ch02.html [20 Juni 2008 pukul 03.15WIB]).

Pengertian ini menekankan bahwa source code pada perangat lunak open

harus bisa diakses oleh siapapun. Jika tidak ada source code, berarti bukan

merupakan perangkat lunak open source. Perangkat lunak open source mengacu

pada kebebasan para penggunanya untuk menjalankan, menggandakan,

menyebarluaskan, mempelajari, mengubah dan meningkatkan kinerja perangkat

lunak tersebut.

Menurut Open Source Initiative (OSI), definisi mengenai open source

dijabarkan dalam The Open Source Definition. Definisi harus memenuhi kriteria

sebagai berikut:

• Pendistribusian ulang secara bebas, misalnya distro-distro Linux yang

dapat diperoleh secara gratis.

Source code dari perangkat lunak harus disertakan atau disimpan di tempat yang dapat diakses setiap orang, misalnya melalui jaringan internet dimana setiap orang dapat mengunduh program tanpa dikenakan biaya.

• Hasil modifikasi source code atau turunan dari program yang

menggunakan lisensi open source, dapat didistribusikan menggunakan lisensi yang sama seperti program asalnya.

• Untuk menjaga integritas source code milik pembuat perangkat

lunak, lisensi yang digunakan pada program dapat melarang pendistribusian source code yang telah dimodifikasi, kecuali lisensi itu mengijinkan pendistribusian patch files (potongan file program) yang bertujuan memodifikasi program tersebut dengan disertakan


(35)

57

source code dari program asal. Lisensi itu secara eksplisit harus memperbolehkan pendistribusian perangkat lunak yang dibuat dari

source code yang telah dimodifikasi. Hal yang mungkin adalah dengan memberikan nama atau versi yang berbeda dari perangkat lunak asalnya.

• Lisensi pada open source tidak boleh menciptakan diskriminasi

terhadap pihak lain baik secara individu atau kelompok.

• Tidak boleh membatasi seseorang terhadap pemanfaatan open source

dalam suatu bidang tertentu. Sebagai contoh, tidak ada pembatasan program tersebut terhadap penggunaan dalam bidang bisnis, atau terhadap pemanfaatan dalam bidang riset genetik.

• Hak-hak yang dicantumkan pada program tersebut harus dapat

diterapkan pada semua yang menerima tanpa perlu dikeluarkannya lisensi tambahan oleh pihak-pihak tersebut.

• Lisensi tersebut tidak diperbolehkan bersifat spesifik terhadap suatu

produk. Hak-hak yang tercantum pada suatu program tidak boleh tergantung pada apakah program tersebut merupakan bagian dari satu distribusi perangkat lunak tertentu atau tidak. Sekalipun program diambil dari distribusi tersebut dan digunakan atau didistribusikan selaras dengan lisensi program itu, semua pihak yang menerima harus memiliki hak yang sama seperti pada pendistribusian perangkat lunak asal.

• Lisensi tersebut tidak diperbolehkan membatasi perangkat lunak lain.

Sebagai contoh, lisensi itu tidak boleh memaksakan bahwa program lain yang didistribusikan pada media yang sama harus bersifat open source atau sebuah program compiler yang bersifat open source tidak boleh melarang produk perangkat lunak yang dihasilkan dengan

compiler tersebut untuk didistribusikan kembali. (Indrayanto, 2007:1 – 3).

Kendati demikian, ada satu hal yang perlu digarisbawahi definisi free

pada free open source bukan berarti gratis, namun free berarti bebas berasal dari

kata freedom. Definisi bebas ini dijabarkan ke dalam lima aktivitas, yaitu:

1. Kebebasan menjalankan program untuk keperluan apapun.

2. Kebebasan untuk mengakses source code program, sehingga dapat

mengetahui cara kerja program.

3. Kebebasan untuk mengedarkan program.


(36)

58

5. Kebebasan untuk memperdagangkan (menjual) program baik secara langsung

maupun tidak langsung.

Di dalam free software, pemegang lisensi (users) diberi sekumpulan hak

(bukan kewajiban) yang tidak terpisahkan. Pemegang Hak Cipta (A) --->

pengguna (B) ---> pihak ketiga (C)

1. B diberi hak untuk menggunakan program, dan tentu B berhak pula untuk

tidak menggunakan programnya.

2. B diberi hak untuk mempelajari program, jadi B perlu source codenya.

Tentu B berhak pula untuk tidak mempelajari programnya.

3. B diberi hak untuk mendistribusikan ulang pada C. Tentu B berhak pula

untuk tidak mendistribusikan ulang pada siapapun

4. B diberi hak untuk memodifikasi dan mempublikasikan hasilnya, jadi B

perlu source codenya. Tentu pula B berhak untuk tidak memodifikasi

programnya

Akibatnya bagi A hanyalah:

1. A harus memberikan program beserta source codenya pada B (dan C kalau

C sudah diberi oleh B).

2. A tidak boleh melarang B untuk mendistribusikannya pada C. (A melepas

hak eksklusif yang dimilikinya).

2.5Sistem Operasi Komputer

Di dalam lingkup sistem operasi komputer dikenal dua mode yaitu mode


(37)

59

merupakan program sistem tetapi bukan merupakan sistem operasi komputer.

Program-program tersebut masuk ke dalam mode user, dimana pengguna bisa

melakukan perubahan atau membuatnya kembali sesuai dengan keinginan. Pada

mode kernel, pengguna tidak diijinkan secara bebas untuk mengubah apa-apa

yang ada padanya, pengguna hanya bisa menggunakan handler yang disediakan

sistem operasi komputer. Tujuannya adalah untuk melindungi perangkat keras

dari perubahan. Perangkat keras mempunyai spesifikasi sendiri. Sistem operasi

komputer dibuat agar sesuai dengan kebutuhan perangkat keras. Pengguna tidak

bisa secara sengaja mengubah hal-hal yang telah distandarisasi oleh sistem operasi

komputer.

Stallings menyatakan sistem operasi adalah program yang mengatur

sumber daya komputer, menyediakan layanan untuk pemrograman, dan

menjadwal eksekusi program lainnya. (Stallings, 1998:228).

Sistem operasi merupakan sebuah program yang mengontrol eksekusi

program-program aplikasi dan berfungsi sebagai interface antara pengguna

dengan komputer dan hardware komputer Setiap perangkat komputer

membutuhkan sistem operasi komputer agar dapat difungsikan sebagaimana

mestinya. Ada beragam sistem operasi komputer yang digunakan di masyarakat.

Pada esiklopedia online wikipedia, sistem operasi komputer didefinisikan sebagai

berikut:

“Sistem operasi adalah perangkat lunak sistem yang bertugas untuk melakukan kontrol dan manajemen perangkat keras serta operasi-operasi dasar sistem, termasuk menjalankan software aplikasi seperti program-program pengolah kata dan browser web” (http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_operasi [25 Juni 2008 pukul; 02.00 WIB] ).


(38)

60

Secara umum, sistem operasi komputer adalah perangkat lunak pada

lapisan pertama yang disimpan pada memori saat komputer dinyalakan.

Sedangkan perangkat lunak lainnya dijalankan setelah sistem operasi komputer

berjalan. Sistem operasi komputer akan melakukan layanan inti umum untuk

perangkat lunak itu. Layanan inti umum adalah proses seperti akses ke harddisk,

manajemen memori, scheduling task, dan interface user. Sehingga masing-masing

perangkat lunak tidak perlu lagi melakukan tugas-tugas inti umum tersebut.

Bagian kode yang melakukan tugas-tugas inti dan umum tersebut dinamakan

dengan "kernel" suatu sistem operasi komputer. Sistem operasi komputer yang

umumnya digunakan pada PC ada tiga kelompok besar, yaitu Microsoft®

Windows® yang closed source dan berlisensi proprietary, Linux yang open

source dan berlisensi General Publice Licence (GPL), Mac OS atau Macintosh

yang closed source dan berlisensi propiertary.

2.6Lisensi Perangkat Lunak

Lisensi komputer dikelompokkan dalam dua model besar lisensi; yaitu

open source/free software dan closed source/proprietary. Tidak semua program

komputer memiliki lisensi ataupun hak cipta. Sebuah program komputer dapat

saja dipublikasikan tanpa disertai lisensi (biasa disebut License-Free Software),

meskipun dalam hal ini tetap saja berhak cipta sehingga pengedarannya juga harus

mengikuti aturan yang berlaku. Sebuah program komputer dapat juga

dipublikasikan begitu saja kepada umum (public domain) yang dalam hal ini tidak


(39)

61

Program komputer digolongkan sebagai open source apabila telah mendapatkan persetujuan dari sebuah organisasi yang bernama Open source Initiative. Perangkat lunak open source adalah jenis perangkat lunak yang kode sumber-nya terbuka untuk dipelajari, diubah, ditingkatkan dan disebarluaskan (http://id.wikipedia.org/perangkat_lunak_terbuka [20 Juni 2008 pukul 01.20 WIB]).

Perangkat lunak closed source/proprietary adalah perangkat lunak

dengan pembatasan terhadap penggunaan, penyalinan, dan modifikasi yang

diterapkan oleh proprietor atau pemegang hak

(http://id.wikipedia.org/perangkat_lunak_tak_bebas [20 Juni 2008 02.30 WIB]).

Pembatasan untuk penggunaan, penggandaan ataupun pengubahan program

tersebut dapat dilakukan melalui mekanisme teknis dan hukum. Secara teknis

berarti pemilik program komputer hanya memberikan kode-kode biner (

machine-readable binary) kepada pengguna, tapi tidak memberikan kode program yang

bisa dibaca (human-readable). Sedangkan melalui mekanisme hukum dapat


(40)

122

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan dan dianalisa pada bab IV, maka peneliti berkesimpulan sebagai berikut:

1. IGOS Center Bandung dapat melayani berbagai macam kebutuhan

masyarakat yang terkait dengan penanggulangan penggunaan sistem operasi ilegal di Kota Bandung meskipun memiliki kekurangan di bidang finansial dan personil. Pelayanan tersebut berupa penjulan perangkat lunak

open source, pelatihan dan workshop terkait penggunaan perangkat lunak

open source, kursus penggunaan perangkat lunak open source, jasa

konsultasi terkait penggunaan perangkat lunak open source, migrasi ke

perangkat lunak open source, jasa instalasi perangkat lunak open source.

Hal ini menjadikan IGOS Center Bandung sebagai organisasi yang

produktif.

2. Pegawai IGOS Center Bandung melakukan pelayanan yang sesuai dengan

standar operasi yang telah tersedia, meskipun masih dalam tahap pengembangan. Pengembangan standar operasi didasarkan pada pelaksanaan pelayanan di lapangan dan masukan dari masyarakat. Hal ini

menjadikan IGOS Center Bandung sebagai organisasi yang berkualitas

3. IGOS Center Bandung meskipun memiliki sumber daya yang terbatas,

namun telah mampu melakukan beragam kegiatan seperti pengadaan jasa konsultasi pada berbagai pameran teknologi informasi yang diadakan di


(41)

123

Kota Bandung, melakukan migrasi perangkat lunak open source pada

SMA Negeri 12 Bandung, SMK Negeri 12 Bandung, Rumah Sakit Hasan Sadikin, Pemerintahan Kota Cimahi, melakukan instalasi perangkat lunak

open source pada masyarakat yang memintanya, dan menjual berbagai

macam perangkat lunak open source. Hal ini menjadikan IGOS Center

Bandung sebagai organisasi yang efisien.

4. Perubahan-perubahan yang terjadi pada IGOS Center Bandung dapat

dihadapi dengan baik oleh personil yang ada di IGOS Center Bandung.

Perubahan-perubahan berupa pengembangan standar operasi dan penambahan personil pada masa-masa tertentu tidak mengurangi

pelayanan yang diberikan oleh personil IGOS Center Bandung kepada

masyarakat. Hal ini menjadikan IGOS Center Bandung sebagai organisasi

yang fleksibel.

5. Para personil di IGOS Center Bandung merasakan kepuasan tersendiri

selama bekerja di IGOS Center Bandung meskipun tidak menerima

kompensasi berupa dana yang cukup. Hal ini karena umumnya kebutuhan

mereka bekerja di IGOS Center Bandung bukanlah untuk mencari dana,

tetapi kebutuhan sosial berupa interaksi dengan orang lain, membantu

orang lain, mempelajari perangkat open source, menyebarluaskan

perangkat lunak open source dan mengaktualisasikan diri.

6. Komunitas sebagai kalangan tambahan yang turut berperan aktif pada

IGOS Center Bandung adalah nilai tambah bagi IGOS Center Bandung.


(42)

124

terlalu terlihat. Posisi IGOS Center Bandung sebagai IGOS Center

percontohan menjadi bukti keunggulan IGOS Center Bandung.

7. IGOS Center Bandung telah berhasil melakukan intervensi kepada

personilnya. Intervensi di sini adalah penerapan aturan yang mengikat bagi setiap personilnya agar dapat mencapai tujuan organisasi.

5.2 Saran

Penelitian ini tidak ditujukan hanya untuk kepentingan peneliti saja, tetapi

juga untuk kepentingan IGOS Center Bandung, masyarakat, dan dunia

akademik, serta pemerintah. Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, ada

beberapa saran untuk peningkatan efektivitas IGOS Center Bandung, antara

lain:

1. Memberikan perhatian yang lebih kepada kelangsungan hidup dan

pengembangan IGOS Center Bandung. Perhatian ini terutama berupa

pemberian dana rutin untuk biaya operasional dan biaya kompensasi

untuk menambah jumlah personil di IGOS Center Bandung.

2. Serius dalam penggunaan perangkat lunak open source sebagaimana isi

deklarasi gerakan IGOS Center Bandung yang disepakati oleh beberapa

kementrian.

3. Kesediaan untuk menggunakan perangkat lunak open source dari pada

menggunakan perangkat lunak ilegal.

4. Menanamkan prinsip bisa karena biasa, hal ini untuk mengubah persepsi


(43)

125

5. Meningkatkan intensitas dan frekuensi sosialisasi gerakan IGOS Center

Bandung ke masyarakat agar masyarakat lebih peduli terhadap

penggunaan sistem operasi open source dari pada penggunaan sistem

operasi ilegal.

6. Membenahi pengelolaan manajerial di IGOS Center Bandung, seperti

penentuan roadmap dan grand target dari IGOS Center Bandung,

pembuatan strategi pencapaian roadmap dan grand target, dan melakukan


(1)

Secara umum, sistem operasi komputer adalah perangkat lunak pada lapisan pertama yang disimpan pada memori saat komputer dinyalakan. Sedangkan perangkat lunak lainnya dijalankan setelah sistem operasi komputer berjalan. Sistem operasi komputer akan melakukan layanan inti umum untuk perangkat lunak itu. Layanan inti umum adalah proses seperti akses ke harddisk, manajemen memori, scheduling task, dan interface user. Sehingga masing-masing perangkat lunak tidak perlu lagi melakukan tugas-tugas inti umum tersebut. Bagian kode yang melakukan tugas-tugas inti dan umum tersebut dinamakan dengan "kernel" suatu sistem operasi komputer. Sistem operasi komputer yang umumnya digunakan pada PC ada tiga kelompok besar, yaitu Microsoft® Windows® yang closed source dan berlisensi proprietary, Linux yang open source dan berlisensi General Publice Licence (GPL), Mac OS atau Macintosh yang closed source dan berlisensi propiertary.

2.6Lisensi Perangkat Lunak

Lisensi komputer dikelompokkan dalam dua model besar lisensi; yaitu open source/free software dan closed source/proprietary. Tidak semua program komputer memiliki lisensi ataupun hak cipta. Sebuah program komputer dapat saja dipublikasikan tanpa disertai lisensi (biasa disebut License-Free Software), meskipun dalam hal ini tetap saja berhak cipta sehingga pengedarannya juga harus mengikuti aturan yang berlaku. Sebuah program komputer dapat juga dipublikasikan begitu saja kepada umum (public domain) yang dalam hal ini tidak dihakciptakan dan tidak pula berlisensi.


(2)

Program komputer digolongkan sebagai open source apabila telah mendapatkan persetujuan dari sebuah organisasi yang bernama Open source Initiative. Perangkat lunak open source adalah jenis perangkat lunak yang kode sumber-nya terbuka untuk dipelajari, diubah,

ditingkatkan dan disebarluaskan

(http://id.wikipedia.org/perangkat_lunak_terbuka [20 Juni 2008 pukul 01.20 WIB]).

Perangkat lunak closed source/proprietary adalah perangkat lunak dengan pembatasan terhadap penggunaan, penyalinan, dan modifikasi yang

diterapkan oleh proprietor atau pemegang hak

(http://id.wikipedia.org/perangkat_lunak_tak_bebas [20 Juni 2008 02.30 WIB]). Pembatasan untuk penggunaan, penggandaan ataupun pengubahan program tersebut dapat dilakukan melalui mekanisme teknis dan hukum. Secara teknis berarti pemilik program komputer hanya memberikan kode-kode biner (machine-readable binary) kepada pengguna, tapi tidak memberikan kode program yang bisa dibaca (human-readable). Sedangkan melalui mekanisme hukum dapat dilakukan melalui lisensi program, hak cipta dan paten.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan dan dianalisa pada bab IV, maka peneliti berkesimpulan sebagai berikut:

1. IGOS Center Bandung dapat melayani berbagai macam kebutuhan masyarakat yang terkait dengan penanggulangan penggunaan sistem operasi ilegal di Kota Bandung meskipun memiliki kekurangan di bidang finansial dan personil. Pelayanan tersebut berupa penjulan perangkat lunak

open source, pelatihan dan workshop terkait penggunaan perangkat lunak

open source, kursus penggunaan perangkat lunak open source, jasa konsultasi terkait penggunaan perangkat lunak open source, migrasi ke perangkat lunak open source, jasa instalasi perangkat lunak open source. Hal ini menjadikan IGOS Center Bandung sebagai organisasi yang produktif.

2. Pegawai IGOS Center Bandung melakukan pelayanan yang sesuai dengan standar operasi yang telah tersedia, meskipun masih dalam tahap pengembangan. Pengembangan standar operasi didasarkan pada pelaksanaan pelayanan di lapangan dan masukan dari masyarakat. Hal ini menjadikan IGOS Center Bandung sebagai organisasi yang berkualitas 3. IGOS Center Bandung meskipun memiliki sumber daya yang terbatas,

namun telah mampu melakukan beragam kegiatan seperti pengadaan jasa konsultasi pada berbagai pameran teknologi informasi yang diadakan di


(4)

Kota Bandung, melakukan migrasi perangkat lunak open source pada SMA Negeri 12 Bandung, SMK Negeri 12 Bandung, Rumah Sakit Hasan Sadikin, Pemerintahan Kota Cimahi, melakukan instalasi perangkat lunak

open source pada masyarakat yang memintanya, dan menjual berbagai macam perangkat lunak open source. Hal ini menjadikan IGOS Center

Bandung sebagai organisasi yang efisien.

4. Perubahan-perubahan yang terjadi pada IGOS Center Bandung dapat dihadapi dengan baik oleh personil yang ada di IGOS Center Bandung. Perubahan-perubahan berupa pengembangan standar operasi dan penambahan personil pada masa-masa tertentu tidak mengurangi pelayanan yang diberikan oleh personil IGOS Center Bandung kepada masyarakat. Hal ini menjadikan IGOS Center Bandung sebagai organisasi yang fleksibel.

5. Para personil di IGOS Center Bandung merasakan kepuasan tersendiri selama bekerja di IGOS Center Bandung meskipun tidak menerima kompensasi berupa dana yang cukup. Hal ini karena umumnya kebutuhan mereka bekerja di IGOS Center Bandung bukanlah untuk mencari dana, tetapi kebutuhan sosial berupa interaksi dengan orang lain, membantu orang lain, mempelajari perangkat open source, menyebarluaskan perangkat lunak open source dan mengaktualisasikan diri.

6. Komunitas sebagai kalangan tambahan yang turut berperan aktif pada IGOS Center Bandung adalah nilai tambah bagi IGOS Center Bandung. Hal ini karena di IGOS Center Bandung lain peran aktif komunitas belum


(5)

terlalu terlihat. Posisi IGOS Center Bandung sebagai IGOS Center

percontohan menjadi bukti keunggulan IGOS Center Bandung.

7. IGOS Center Bandung telah berhasil melakukan intervensi kepada personilnya. Intervensi di sini adalah penerapan aturan yang mengikat bagi setiap personilnya agar dapat mencapai tujuan organisasi.

5.2 Saran

Penelitian ini tidak ditujukan hanya untuk kepentingan peneliti saja, tetapi juga untuk kepentingan IGOS Center Bandung, masyarakat, dan dunia akademik, serta pemerintah. Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, ada beberapa saran untuk peningkatan efektivitas IGOS Center Bandung, antara lain:

1. Memberikan perhatian yang lebih kepada kelangsungan hidup dan pengembangan IGOS Center Bandung. Perhatian ini terutama berupa pemberian dana rutin untuk biaya operasional dan biaya kompensasi untuk menambah jumlah personil di IGOS Center Bandung.

2. Serius dalam penggunaan perangkat lunak open source sebagaimana isi deklarasi gerakan IGOS Center Bandung yang disepakati oleh beberapa kementrian.

3. Kesediaan untuk menggunakan perangkat lunak open source dari pada menggunakan perangkat lunak ilegal.

4. Menanamkan prinsip bisa karena biasa, hal ini untuk mengubah persepsi bahwa menggunakan sistem operasi open source itu sulit.


(6)

5. Meningkatkan intensitas dan frekuensi sosialisasi gerakan IGOS Center

Bandung ke masyarakat agar masyarakat lebih peduli terhadap penggunaan sistem operasi open source dari pada penggunaan sistem operasi ilegal.

6. Membenahi pengelolaan manajerial di IGOS Center Bandung, seperti penentuan roadmap dan grand target dari IGOS Center Bandung, pembuatan strategi pencapaian roadmap dan grand target, dan melakukan pelatihan manajerial khusus untuk personil di IGOS Center Bandung.