C terhadap hiperpigmentasi pada kulit wajah. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sedikit konstribusi pengetahuan di bidang Fisioterapi tentang
pengaruh intervensi Iontophoresis Ser-C terhadap penurunan derajat hiperpigmentasi pada kulit wajah.
2. LANDASAN TEORI
Hiperpigmentasi merupakan salah satu jenis kelainan pembentukan pigmen yang mengakibatkan terjadi peningkatan pigmentasi, seperti produksi
melanin yang berlebihan, atau penumpukan beberapa jenis pigmen lainnya di dalam kulit, misalnya beta-karoten, bilirubin, obat-obatan, dan logam Graham
dan Burns, 2005. Dari berbagai macam faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
hiperpigmentasi, ada beberapa faktor yang mempengaruhi sampel penelitian ini, yaitu : 1. Paparan sinar matahari UV; Indonesia adalah negara tropis
yang hampir sepanjang hari disinari matahari. Efek buruk sinar UV dipengaruhi oleh faktor individu, frekuensi, dan lama pajanan serta intensitas
radiasi sinar UV, 2. Usia; Hiperpigmentasi terjadi pada usia 30 tahun ke atas, karena pada usia tersebut mulai terjadi proses menua dan sistem produksi
hormonal yang menurun, 3. Kosmetik zat kimia dan obat-obatan; daftar obat-obatan dan zat kimia yang menyebabkan hiperpigmentasi sangatlah
banyak dan tetap bertambah terus. Zidovudine yang telah dipakai pada pasien AIDS Acquired Immunodeficiency Syndrome adalah salah satu obat yang
masuk dalam daftar obat-obatan yang menyebabkan hiperpigmentasi belakangan ini, 4. Agent toxic atau obat-obatan seperti obat yang berhubungan
dengan sistem saraf pusat, obat-obat anti kanker, obat anti infeksi, obat anti hipertensi dan hormon, dianggap sekitar 10-20 merupakan penyebab dari
semua kasus hiperpigmentasi Lapeere, 2008. Tingkat kecerahan maupun tingkat keparahan hiperpigmentasi dapat
dibedakan sesuai dengan pemeriksaan yang digunakan. Pemeriksaan- pemeriksaan yang biasanya digunakan yaitu Melasma Area Severity Index
MASI. MASI adalah ukuran yang dapat di andalkan untuk skala keparahan hiperpigmentasi, menunjukkan kestabilan sementara dan konsisten internalnya.
Skor MASI dihitung pertama sekali dengan menilai area hiperpigmentasi di wajah. Empat area yang dievaluasi: dahi F, pipi kanan MR, pipi kiri ML,
dan dagu C, yang disesuaikan secara berurutan dengan 30, 30, 30, dan 10 dari seluruh wajah.
Dari hasil pengukuran, dapat dibedakan derajat hiperpigmentasi pada keempat area dengan diberi nilai numerik: 0 tidak dijumpai lesi
hiperpigmentasi; 1 10, 2 10-29, 3 30-49, 4 50-69, 5 70-89, dan 6 90-100. Kehitaman pigmen dibanding kulit normal D dinilai pada
masing-masing area dengan skala 0 tidak ada sampai 4 maksimal, homogenitas H juga diukur berdasarkan skala 0 minimal sampai 4
maksimal. Untuk mengukur skor MASI, jumlah tingkatan keparahan D dan H dikalikan dengan nilai numerik area yang terlibat A; skor maksimal adalah 48
dan minimal 0. Iontophoresis didefinisikan sebagai pendahuluan, dengan menggunakan
arus listrik langsung, dari ion pemecahan garam ke dalam jaringan tubuh untuk tujuan terapeutik Singh dan Maibach, 1994. Adapun manfaat dari
Iontophoresis antara lain : 1. Menghindari resiko dan ketidaknyamanan terapi parenteral, 2. Pengiriman molekul terionisasi, 3. Menawarkan kontrol yang
lebih baik atas kuantitas obat yang disampaikan karena jumlah obat yang disampaikan tergantung pada durasi yang diterapkan dan daerah kulit yang
terkena arus, 4. Mencegah variasi dalam penyerapan dan metabolisme, seperti yang terlihat dengan pemberian oral, 5. Mengurangi secara signifikan antar
dan intraindividual variabilitas karena tingkat pengiriman obat lebih tergantung pada arus diterapkan daripada karakteristik stratum korneum, 6. Mengurangi
total dosis dan frekuensi dosis, 7. Restorasi dari lapisan penghalang kulit tanpa menghasilkan iritasi kulit, dan 8. Meningkatkan pengiriman molekul polar
sebagai senyawa dengan berat molekul tinggi.
Mekanisme penetrasi untuk aplikasi iontophoresis pada kulit berperan dalam meningkatkan pengiriman obat transdermal. Pada saat pengiriman obat,
terjadi interaksi ion di medan listrik sehingga memberikan kekuatan yang mendorong ion melalui kulit. Arus listrik mengubah susunan komponen
molekul kulit sehingga menghasilkan beberapa perubahan dalam permeabilitas kulit. Teori ini didasarkan pada hipotesis bahwa permeabilitas kulit diubah
melalui induksi arus listrik, yakni terjadi pembentukan tegangan dalam stratum korneum. Sehingga pori-pori membuka sebagai akibat dari tolakan molekul air
dan ion yang akan mengalir dalam saluran pori-pori. Kulit bermuatan negatif pada nilai pH di atas 4, menyiratkan bahwa
kutub bermuatan positif seperti ion Na
+
akan lebih mudah ditembus karena ion berusaha untuk menetralkan muatan dalam kulit. Jadi transfer ion dalam
kondisi fisiologis adalah dari anoda ke katoda. Untuk hilangnya kation masing- masing ion natrium dari elektroda dalam proses ini, Cl
-
bergerak sebaliknya dari arah katoda ke anoda. Transportasi jumlah ion tergantung pada sifat-sifat
fisikokimia ion masing-masing. Na
+
lebih besar dari Cl
-
dan juga kulit memfasilitasi gerakan Na
+
lebih dari Cl
-
, maka ada kenaikan bersih dalam NaCl pada sisi cathodal dan penurunan bersih NaCl pada sisi anodal yang
mengakibatkan meningkatnya transportasi obat Shinde, et al, 2010. Serum vitamin C adalah produk perawatan kulit yang bertujuan
mencerahan kulit, menyamarkan keriput atau kerutan dan flek pada kulit wajah atau hiperpigmentasi. Ser-C mengandung dosis tinggi dari bahan aktif
Magnesium Ascorbyl Phosphate MAP. MAP adalah salah satu senyawa turunan vitamin C yang stabil sehingga tidak mudah teroksidasi dan mampu
menembus kulit lalu diubah menjadi vitamin C bebas enzim yang terdapat pada kulit manusia medicastore, 2002.
Vitamin C berfungsi untuk menghambat pembentukan melanin dan mengurangi melanin teroksidasi. Vitamin C tidak mudah menembus kulit,
namun vitamin C cepat teroksidasi dan terurai dalam larutan berair. Oleh karena itu, magnesium-L-ascorbyl-2-phosphate MAP disintesis untuk
menyelesaikan masalah ini. MAP adalah stabil dalam larutan berair, terutama dalam larutan netral atau alkali yang mengandung asam borat atau garamnya.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh intervensi iontophoresis Ser-C terhadap penurunan derajat hiperpigmentasi pada kulit
wajah.
3. METODOLOGI PENELITIAN