Penggunaan Ekstrak Kecambah Kacang Hijau, Ekstrak Kentang dan Ekkstrak Kayu Karet untuk Produksi Biomassa Miselium Pleurotus ostreatus (jacq. ex Fr.) Kummer Dengan Teknik Submerged Culture

E. Lilies Sugiharti. F02495005. PENGGUNAAN EKSTRAK KECAMBAH
KACANG HIJAU, EKSTRAK KENTANG DAN EKSTRAK KAYU KARET
UNTUK PRODUKSI BIOMASSA MISELIUM Ple~rrotrrsostreatus (Jacq. ex Fr.)
Kummer DENGAN TEKNIK SUBMERGED CULTURE. Di bawah bimbingan
F.G. Winamo dan Sutrisno Koswara.

RINGKASAN

Plerrrot~rs ostreotzrs (jarnur tiram pohon) merupakan jamur konsumsi yang
banyak dibudidayakan dan banyak diminati. Produksi miselium dengan teknik
szrmberged cultzrre merupakan altematif untuk meningkatkan produktivitas dan
efisiensi produksi miselium jamur. Pada penelitian ini digunakan ekstrak kecambah
kacang hijau (tauge), ekstrak kentang dan ekstrak kayu karet sebagai bahan baku
alami media cair karena mudah diperoleh, murah, tersedia sepanjang tahun dan
mengandung senyawa-senyawa nutrisi yang dapat menunjang pertumbuhan miselium
P. oslreotzu.
Tujuan penelitian ini adalah mencari media terbaik yang terbuat dari ekstrak
kecambah kacang hijau (tauge), ekstrak kentang dan ekstrak kayu karet untuk
menghasilkan pertumbuhan lniselium j a m ~ ~tiram
r pohon (P. ostreatus) yang optimal
dengan hasil biomassa yang tinggi dengan teknik szrbrnerged czrltzrre.

Penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap utama yaitu penentuan media utama
prod~~ksi,
penentuan kurva tumbuh dan penentuan produk biomassa maksirnum.
Selain itu diamati pula perubahan pH dan asam tertitrasi selama waktu inkubasi scrta
nilai nutrisi pelet miselium P. ostreattrs yang dihasilkan dalam penelitian ini.
Penentuen media utama produksi digunakan untuk menentukan media yang
akan menjadi media dasar dan media suplemen. Media yang digunakan adalah
ekstrak tauge dan ekstrak kentang. P. ostrea~zrsyang ditumbuhkan pada media cair
ekstrak tauge menghasilkan biomassa yang lebih banyak dibandingkan ekstrak
kentang dan ekstrak tauge ini dipilih sebagai mcdia utama produksi.
Kuwa tumbuh dibuat menggunakan media utama produksi yaitu ekstrak tauge
untuk menentukan waktu yang tepat untuk inokulasi dan lama ink~~basi
~nisclium
dalam media cair. Pada kuma tumbuh diperoleh nilai p sebesar 0.32 gl/hari dan
waktu penggandaan berada pada hari ke-3. Pelet yang berurn~rr3 hari inilah yang
digunakan sebagai inokulum . Biomassa tcrbesar pada kurva tumbuh diperoleh pada
hari ke-5 sehingga waktu inkubasi miselium dalam media cair adalah lima hari.
Penentuan produk biolnassa maksimurn dilakukan pada media tunggal,
kornbinasi dua ~iiediadan kornbinasi tiga media. Pada media tunggal, P. oslrecrrlrs
yang ditumbahkan pada ekstrak tauge dengan kadar karbon 1.1451%, kadar nitrogcn

0.0361% dan C/N rasio 32.1321% merniliki biomassa dan rendemen terbesar

dibandingkan ekstrak kentang dan ekstrak kayu karet yajtu 10.1 177 g/l dan
46.1995%.
Pada kombinasi dua media, ekstrak tauge dikombinasikan dengan salah satu
media ekstrak kentang atau ekstrak kayu karet dengan perbandingan tertentu. Hasil
terbaik media tunggal pada tahap percobaan sebelumnya yaitu ekstrak tauge
dibandingkan dengan kombinasi dua media dan letap memberikan hasil biomassa
tertinggi yaitu 9.9446 gll. Pada kombinasi tiga media, ekstrak tauge dikombinasikan
dengan ekstrak kentang dan ekstrak kayu karet serta dibandingkan dengan media
terbaik yang diperoleh pada tahap percobaan kombinasi dua media yakni ekstrak
taugc. Ekstrak tauge memiliki biomassa tertinggi yaitu 10.4640 gll dibandingkan
dengan kombinasi tiga media. Berdasarkan hasil biomassa yang dihasilkan pada
percobaan ini, ekstrak tauge adalah media terbaik yang menghasilkan produk
biomassa maksimum.
Perubahan pH pertumbuhaan Plez~rofrrsostrerrtzrs selama waktu inkubasi pada
media terbaik yaitu ekstrak tauge terlihat bervariasi dan cenderung mempengaruhi
total asam tertitrasinya dimana dengan penurunan pH, total asam tertitrasinya menjadi
lebih besar dan demikian pula sebaliknya.
Miseli~~m

P. ostreatzrs pada penelitian ini memiliki nilai nutrisi yang lebih
rendah dibandingkan tubuh buahnya berdasarkan literatur kecuali untuk kadar
lemaknya. Penelitian ini telah mengikuti kebutuhan suhu dan pH yang sesuai untuk
pertumbuhan miselium P. ostreatus namun belum memenuhi syarat sebagai kondisi
optimum yang dibutuhkan untuk pertumbuhan miseliumnya.

E. Lilies Sugiharti. F02495005. PENGGUNAAN EKSTRAK KECAMBAH
KACANG HIJAU, EKSTRAK KENTANG DAN EKSTRAK KAYU KARET
UNTUK PRODUKSI BIOMASSA MISELIUM Ple~rrotrrsostreatus (Jacq. ex Fr.)
Kummer DENGAN TEKNIK SUBMERGED CULTURE. Di bawah bimbingan
F.G. Winamo dan Sutrisno Koswara.

RINGKASAN

Plerrrot~rs ostreotzrs (jarnur tiram pohon) merupakan jamur konsumsi yang
banyak dibudidayakan dan banyak diminati. Produksi miselium dengan teknik
szrmberged cultzrre merupakan altematif untuk meningkatkan produktivitas dan
efisiensi produksi miselium jamur. Pada penelitian ini digunakan ekstrak kecambah
kacang hijau (tauge), ekstrak kentang dan ekstrak kayu karet sebagai bahan baku
alami media cair karena mudah diperoleh, murah, tersedia sepanjang tahun dan

mengandung senyawa-senyawa nutrisi yang dapat menunjang pertumbuhan miselium
P. oslreotzu.
Tujuan penelitian ini adalah mencari media terbaik yang terbuat dari ekstrak
kecambah kacang hijau (tauge), ekstrak kentang dan ekstrak kayu karet untuk
menghasilkan pertumbuhan lniselium j a m ~ ~tiram
r pohon (P. ostreatus) yang optimal
dengan hasil biomassa yang tinggi dengan teknik szrbrnerged czrltzrre.
Penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap utama yaitu penentuan media utama
prod~~ksi,
penentuan kurva tumbuh dan penentuan produk biomassa maksirnum.
Selain itu diamati pula perubahan pH dan asam tertitrasi selama waktu inkubasi scrta
nilai nutrisi pelet miselium P. ostreattrs yang dihasilkan dalam penelitian ini.
Penentuen media utama produksi digunakan untuk menentukan media yang
akan menjadi media dasar dan media suplemen. Media yang digunakan adalah
ekstrak tauge dan ekstrak kentang. P. ostrea~zrsyang ditumbuhkan pada media cair
ekstrak tauge menghasilkan biomassa yang lebih banyak dibandingkan ekstrak
kentang dan ekstrak tauge ini dipilih sebagai mcdia utama produksi.
Kuwa tumbuh dibuat menggunakan media utama produksi yaitu ekstrak tauge
untuk menentukan waktu yang tepat untuk inokulasi dan lama ink~~basi
~nisclium

dalam media cair. Pada kuma tumbuh diperoleh nilai p sebesar 0.32 gl/hari dan
waktu penggandaan berada pada hari ke-3. Pelet yang berurn~rr3 hari inilah yang
digunakan sebagai inokulum . Biomassa tcrbesar pada kurva tumbuh diperoleh pada
hari ke-5 sehingga waktu inkubasi miselium dalam media cair adalah lima hari.
Penentuan produk biolnassa maksimurn dilakukan pada media tunggal,
kornbinasi dua ~iiediadan kornbinasi tiga media. Pada media tunggal, P. oslrecrrlrs
yang ditumbahkan pada ekstrak tauge dengan kadar karbon 1.1451%, kadar nitrogcn
0.0361% dan C/N rasio 32.1321% merniliki biomassa dan rendemen terbesar

dibandingkan ekstrak kentang dan ekstrak kayu karet yajtu 10.1 177 g/l dan
46.1995%.
Pada kombinasi dua media, ekstrak tauge dikombinasikan dengan salah satu
media ekstrak kentang atau ekstrak kayu karet dengan perbandingan tertentu. Hasil
terbaik media tunggal pada tahap percobaan sebelumnya yaitu ekstrak tauge
dibandingkan dengan kombinasi dua media dan letap memberikan hasil biomassa
tertinggi yaitu 9.9446 gll. Pada kombinasi tiga media, ekstrak tauge dikombinasikan
dengan ekstrak kentang dan ekstrak kayu karet serta dibandingkan dengan media
terbaik yang diperoleh pada tahap percobaan kombinasi dua media yakni ekstrak
taugc. Ekstrak tauge memiliki biomassa tertinggi yaitu 10.4640 gll dibandingkan
dengan kombinasi tiga media. Berdasarkan hasil biomassa yang dihasilkan pada

percobaan ini, ekstrak tauge adalah media terbaik yang menghasilkan produk
biomassa maksimum.
Perubahan pH pertumbuhaan Plez~rofrrsostrerrtzrs selama waktu inkubasi pada
media terbaik yaitu ekstrak tauge terlihat bervariasi dan cenderung mempengaruhi
total asam tertitrasinya dimana dengan penurunan pH, total asam tertitrasinya menjadi
lebih besar dan demikian pula sebaliknya.
Miseli~~m
P. ostreatzrs pada penelitian ini memiliki nilai nutrisi yang lebih
rendah dibandingkan tubuh buahnya berdasarkan literatur kecuali untuk kadar
lemaknya. Penelitian ini telah mengikuti kebutuhan suhu dan pH yang sesuai untuk
pertumbuhan miselium P. ostreatus namun belum memenuhi syarat sebagai kondisi
optimum yang dibutuhkan untuk pertumbuhan miseliumnya.