52
4.2.2 Fetch
Fetch efektif digunakan dalam grafik peramalan gelombang untuk mengetahui
tinggi, durasi dan periode gelombang. Fetch rerata efektif dihitung dengan persamaan berikut :
F
eff
=
∑ ∑
α α
cos cos
Xi
4.12
dalam Triatmodjo, 1999
Dengan : F
eff
= fetch rerata efektif Xi = panjang segmen fetch yang diukur dari titik observasi gelombang ke ujung akhir
fetch α = deviasi pada kedua sisi dari arah angin, dengan menggunakan pertambahan
6
o
sampai sudut sebesar 42
o
pada kedua sisi dari arah angin
Tabel 4.3 Perhitungan fetch rerata efektif
α ...º Cos
α Xi km
X Cos α
42 0,743 241,92 179,78 36 0,809 214,38 173,44
30 0,866 205,74 178,18 24 0,914 512,46 468,16
18 0,951 255,42 242,92 12 0,978 256,50 250,89
6 0,995 51,84 51,56 0 1,000 52,38
52,38 6 0,995 51,30 51,02
12 0,978 190,08 185,93 18 0,951 196,02 186,43
24 0,914 174,42 159,34 30 0,866 191,70 166,02
36 0,809 220,86 178,68 42 0,743 221,40 164,53
Total 13,511
2689,241
F
eff
=
∑ ∑
α α
cos cos
Xi
= 511
, 13
241 ,
2689 = 199 km
Jadi fetch efektif sebesar: 199 km
53
Gambar 4.10 Panjang fetch 4.2.3 Mawar Gelombang waverose
Data yang diperlukan adalah data tinggi gelombang dimana data tersebut didapatkan dari Stasiun Meteorologi Klas II Maritim Semarang tahun 1997 – 2006. Dari data tersebut
dibuat dalam bentuk tabel dan gambar waverose seperti pada gambar berikut ini :
Tabel 4.4 Persentase kejadian arah angin yang menimbulkan gelombang tahun 1997 – 2006
Tinggi gelombang Arah Gelombang
Keterangan m
U TL
BL Jumlah
0,1 10,414 1,500
7,553 19,467
0,1-0,25 8,775 1,277 9,275
19,328 0,25-0,5
0,639 0,361 2,610 3,610
0,5-0,75 0,666 0,278 1,611
2,555 0,75-1,0
0,305 0,083 0,555 0,944
1,0 0,944 0,111
0,500 1,555
Jumlah 21,744
3,610 22,105
47,459
Sumber: Stasiun Meteorologi Maritim Semarang
54
Gambar 4.11. Waverose tahun 1997 – 2006
Dengan melihat waverose yang diperoleh serta mempertimbangkan lokasi perairan
yang terletak disebelah Utara menuju Laut Jawa, maka dapat disimpulkan arah angin yang paling dominan adalah berasal dari arah Barat Laut, Utara, dan Timur Laut.
4.2.4 Pasang Surut
Definisi pasang surut adalah suatu gerakan naik – turunnya permukaan air laut, dimana amplitudo dan fasenya berhubungan langsung terhadap gaya geofisika yang periodik,
yakni gaya yang ditimbulkan oleh gerak reguler benda-benda angkasa, terutama bulan – bumi – matahari.
Dari hasil perkiraan elevasi pasang surut inilah datum-datum ini dapat dicari. Beberapa datum yang biasa digunakan adalah :
55 HHWL : Highest high water level, yaitu elevasi tertinggi muka air selama periode
tertentu. MHWL : Mean high water level, yaitu rata-rata elevasi pasang tinggi muka air
selama periode tertentu. MSL : Mean sea level, yaitu elevasi tinggi muka air rata-rata.
MLWL : Mean low water level, yaitu rata-rata elevasi surut rendah muka air pada periode tertentu.
LLWL : Lowest low water level, yaitu elevasi muka air terendah selama periode tertentu.
Data pasang surut yang diperoleh dari Stasiun Meteorologi Klas II Maritim Semarang dari tahun 2004 – 2006 diolah sehingga didapat data pasang surut maksimum dan minimum per
hari. Elevasi pasang surut Kali Silandak tahun 2004 – 2006 adalah sebagai berikut : MSL
= 2
minimum nilai
nilai maksimum
nilai nilai
nx
∑ ∑
− +
−
= 2
1095 438
5 ,
1204 x
+ =
0,75 m
MHWL = n
∑
− maksimum
nilai nilai
= 1095
5 ,
1204 =
1,10 m
MLWL =
n
∑
− minimum
nilai nilai
= 1095
438 = 0,40 m
HHWL = nilai tertinggi dalam suatu periode waktu tertentu = 1,52 m
LLWL =
nilai terendah dalam suatu periode waktu tertentu = 0,12 m Perbedaan ketinggian Bench Mark antara daerah Pelabuhan dengan daerah Kali Silandak
adalah 15 cm atau 0,15 m maka kondisi elevasi pasang surutnya sebagai berikut : HHWL = 1,52 – 0,15 = 1,37 m 1,37 – 0,60 = 0,77 m
MHWL = 1,10 – 0,15 = 0,95 m 0,95 – 0,60 = 0,35 m MSL
= 0,75 – 0,15 = 0,60 m 0,60 – 0,60 = 0,00 m MLWL = 0,40 – 0,15 = 0,25 m 0,25 – 0,60 = -0,35 m
LLWL = 0,12 – 0,15 = -0,03 m -0,03 – 0,60 = -0,63 m
56
Gambar 4.12. Tingkatan elevasi muka air laut tahun 2004 - 2006
4.2.5 Peramalan Gelombang Di Laut Dalam