39
campuran yang terlalu cepat. Benda uji yang dibuat berbentuk silinder dengan tinggi standar 6,35 cm dan diameter 10,16 cm.
4 Kemudian melakukan pemadatan standar dengan alat Marshall
Automatic Compactor dengan jumlah tumbukan 75 kali dibagian sisi atas kemudian 75 kali tumbukan pada sisi bawah mold.
5 proses pemadatan selesai benda uji didiamkan agar suhunya turun,
setelah dingin benda uji dikeluarkan dengan ejektor dan diberi kode dengan menggunakan tipe-ex.
6 Benda uji dibersihkan dari kotoran yang menempel dan diukur
tinggi benda uji dengan ketelitian 0,1 mm di keempat sisi benda uji dengan menggunakan jangka sorong dan ditimbang beratnya untuk
mendapatkan berat benda uji kering. 7
Benda uji direndam dalam air selama 16 – 24 jam supaya jenuh. 8
Setelah jenuh benda uji ditimbang dalam air untuk mendapatkan berat benda uji dalam air.
9 Kemudian benda uji dikeluarkan dari bak perendam dan
dikeringkan dengan kain lap sehingga kering permukaan dan didapatkan berat benda uji kering permukaan jenuh saturated
surface dry, SSD kemudian ditimbang. b. Pengujian dengan alat Marshall
Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan ketahanan stabilitas terhadap kelelehan flow dari campuran aspal sesuai dengan prosedur
SNI 06-2489-1991. Berikut langkah-langkah pengujian dengan alat Marshall :
40
1 Benda uji direndam dalam bak perendaman pada suhu 60ºC ± 1ºC selama 30 menit
2 Bagian dalam permukaan kepala penekan dibersihkan dan dilumasi agar benda uji mudah dilepaskan setelah pengujian.
3 Benda uji dikeluarkan dari bak perendam, letakkan benda uji tepat di tengah pada bagian bawah kepala penekan kemudian letakkan
bagian atas kepala penekan dengan memasukkan lewat batang penuntun, kemudian letakkan pemasangan yang sudah lengkap
tersebut tepat di tengah alat pembebanan, arloji kelelehan flow meter dipasang pada dudukan diatas salah satu batang penuntun.
4 Kepala penekan dinaikkan hingga menyentuh alas cincin penguji, kemudian diatur kedudukan jarum arloji penekan dan arloji
kelelehan pada angka nol. 5 Pembebanan dilakukan dengan kecepatan tetap 51 mm 2 inch. per
menit, dibaca pada saat arloji pembebanan berhenti dan mulai kembali berputar menurun, pada saat itu pula dibaca arloji
kelelehan. Titik pembacaan pada saat arloji pembebanan berhenti dan mulai kembali menurun, itu merupakan nilai stabilitas
Marshall. 6 Setelah pengujian selesai, kepala penekan diambil, bagian atas
dibuka dan benda uji dikeluarkan. 6. Menghitung Parameter Marshall
Setelah pengujian Marshall selesai serta nilai stabilitas dan flow didapat,
41
selanjutnya menghitung parameter Marshall yaitu VIM, VMA, dan paremeter lainnya sesuai parameter yang ada pada spesifikasi campuran.
7. Pengolahan dan Pembahasan Hasil Dari data hasil penelitian di Laboratorium akan membandingkan nilai
stabilitas dan karakteristik campuran rongga dalam campuran, rongga antar agregat dan rongga terisi aspal akibat pengaruh variasi suhu
pemadatan menggunakan dari ke empat jenis benda uji yang berbeda gradasi suhu pemadatan 100
C, 115 C, 130
C, 145 C dan 160
C serta hasil pengolahan akan diuraikan dalam bentuk grafik hubungan antara
kadar aspal dan parameter Marshall, yaitu gambar grafik hubungan antara: a. Kadar aspal terhadap Kepadatan
b. Kadar aspal terhadap VIM c. Kadar aspal terhadap VMA
d. Kadar aspal terhadap VFA e. Kadar aspal terhadap stabilitas
f. Kadar aspal terhadap flow
g. Kadar aspal terhadap Marshall Quotient MQ
42
Gambar 2. Diagram penelitian
E. Diagram Alir Penelitian
Pengujian Karakteristik Mutu: 1. Pengujian aspal penetrasi, titik lembek, daktilitas, berat jenis,
kehilangan berat didapat dari data primer. 2. Pengujian agregat analisa saringan, berat jenis dan penyerapan
agregat kasar, berat jenis dan penyerapan agregat halus, Los Angeles Test didapat dari data primerer.
Uji Marshall VMA, VIM, VFA, MQ, stabilitas, flow
Hasil dan Analisa
Kesimpulan dan Saran
Selesai
Persiapan
Pengujian bahan Agregat
Aspal Shell pen 6070
Ya Tidak
Suhu Pencampuran 155
o
C Memenuhi Spesifikasi
Uji Marshall VMA, VIM, VFA, MQ, stabilitas, flow Penentuan KAO
Pembuatan benda uji gradasi batas atas
sebanyak 15 sampel Pembuatan benda uji
gradasi batas tengah sebanyak 15 sampel
Pembuatan benda uji gradasi batas atas dengan
variasi suhu 100
o
C, 115
o
C, 130
o
C, 145
o
C,160
o
C sebanyak 15 sampel
Pembuatan benda uji gradasi batas tengah
dengan variasi suhu 100
o
C, 115
o
C, 130
o
C, 145
o
C,160
o
C sebanyak 15 sampel
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil uji material baik aspal, agregat kasar, agregat halus dan bahan pengisi filler sudah memenuhi spesifikasi Bina Marga 2010.
2. Untuk campuran aspal beton Laston lapis aus Asphal Concrete – Wearing Course gradasi kasar pada batas atas dan batas Tengah
a. Temperatur pemadatan yang memenuhi syarat spesifikasi bina marga 2010 pada batas atas adalah:
• Suhu 145
o
C dengan nilai stabilitas rata-ratanya sebesar 1325,534 kg, nilai VMA rata-rata sebesar 18,894, nilai VIM rata-rata
sebesar 3,759, nilai VFA rata-rata sebesar 80,113, nilai flow rata-rata sebesar 4,33 mm dan nilai MQ rata-rata sebesar 306,132
kgmm. •
Suhu 160
o
C dengan nilai stabilitas rata-ratanya sebesar 1373,794 kg, nilai VMA rata-rata sebesar 18,550, nilai VIM rata-rata
sebesar 3,351 , nilai VFA rata-rata sebesar 81,934, nilai flow rata-rata sebesar 5,37 mm dan nilai MQ rata-rata sebesar 256,210
kgmm.
90 b. Temperatur pencampuran yang memenuhi syarat spesifikasi bina
marga 2010 pada batas tengah adalah: •
Suhu 145
o
C dengan nilai stabilitas rata-ratanya sebesar 1189,902 kg, nilai VMA rata-rata sebesar 18,791, nilai VIM rata-rata
sebesar 4,499, nilai VFA rata-rata sebesar 76,061, nilai flow rata-rata sebesar 3,93 mm dan nilai MQ rata-rata sebesar 304,085
kgmm. •
Suhu 160
o
C dengan nilai stabilitas rata-ratanya sebesar 1255,966 kg, nilai VMA rata-rata sebesar 18,528, nilai VIM rata-rata
sebesar 4,189 , nilai VFA rata-rata sebesar 77,394, nilai flow rata-rata sebesar 4,73 mm dan nilai MQ rata-rata sebesar 265,191
kgmm. c. Temperatur yang tidak memenuhi spesifikasi bina marga 2010 pada
batas atas dan batas tengah yaitu pada suhu 100
o
C, 115
o
C dan 130
o
C. Hal ini dikarenakan nilai MQ mengikuti kondisi dari nilai stabilitas
dan flow dan nilai VIM, semakin meningkatnya suhu pemadatan nilai VIM semakin turun karena pada saat pencetakan benda uji, aspal yang
panas lebih mudah menyelimuti agregat sedangkan bila suhu pemadatan rendah aspal sulit menyelimuti agregat sehingga aspal dan
agregat tidak menyampur secara homogen. Pengaruhnya adalah: •
Pengaruhnya terhadap perkerasan yaitu perkerasan cenderung menjadi plastis dan lentur sehingga mudah mengalami perubahan
bentuk pada saat menerima beban lalu lintas yang tinggi.
91
B. Saran
Saran yang dapat di berikan setelah dilakukan penelitian ini adalah: 1. Perlunya dilakukan penelitian lanjutan berupa pengujian terhadap
kekentalan aspal Uji Viskositas agar diperoleh suhu pencampuran dan pemadatan optimum
2. Dapat dilakukan penelitian lain jumlah tumbukan marshall, dan pengujian terhadap lamanya proses perendaman. Hal ini diharapkan dapat
meningkatkan nilai stabilitas serta menurunkan nilai kelelehan sehingga menaikkan nilai kekakuan MQ.
3 Perbaikan alat pemadat, agar pada saat penumbukan benda uji hasilnya
lebih optimal. Jika alat tidak bisa diperbaiki, maka perlu pengadaan alat yang baru.
DAFTAR PUSTAKA
Akem. 2012. Pengaruh suhu pemadatan pada lapis perkerasan lataston HRS – WC yang menggunakan bahan pengikat 55
.
jurnal ilmiah teknik sipil Universitas Tanjungpura.
Apandi, Nu’man. 2006. Pengaruh Temperatur Pemadatan Pada Aspal Modifikasi Aspal Polymer Terhadap Nilai Struktural Berdasar Uji Marshall.
Universitas Lampung. Bandar Lampung. Arifin, Muhamad Zainul. Wicaksono, Ahmad dan Pewastri, Ken. 2008. Pengaruh
Penurunan Suhu Dengan Dan Tanpa Pemanasan Ulang Terhadap Parameter Marshall Campuran Aspal Beton. jurnal ilmiah teknik sipil
Universitas Brawijaya Malang.
Sugiarto, RE. 2003. Pengaruh Variasi Tingkat Kepadatan terhadap Sifat Marshall Dan Indek Kekuatan Sisa Berdasarkan Spesifikasi Baru Beton
Aspal Pada LastonAC-WC Menggunakan Jenis Aspal Pertamina Dan Aspal Esso Penetrasi 6070. Tesis Program Pasca Sarjana Universitas
Diponogoro Semarang.
Sukirman, Silvia. 1999. Perkerasan Lentur Jalan Raya. Bandung. Nova. Sukirman, Silvia. 2003. Beton Aspal Campuran Panas. Jakarta. Granit.
Susilo, Joko. 2011. Pengaruh variasi suhu pencampuran dan pemadatan campuran beraspal panas menggunakan aspal retona blend 55.
jurnal ilmiah teknik sipil Universitas Riau.
Sutaryo. 2004. Pengaruh Variasi Temperatur Pemadatan Terhadap Sifat Marshall Dan Indek Stabilitas Sisa Berdasarkan Spesifikasi Baru Beton
Aspal Pada Laston AC-BC Menggunakan jenis aspal pertamina dan aspal Esso penetrasi 6070. Tesis Program Pasca Sarjana Universitas
Diponogoro Semarang.
Syarwan. 2012. Kajian suhu variasi pemadatan pada beton aspal menggunakan aspal retona blend 55. jurnal ilmiah teknik sipil Politeknik Negeri
Lhokseumawe.
. 1990. Metode Pengujian Berat Jenis Dan Penyerapan Agregat Halus, SNI 03- 1970-1990. Departemen Pekerjaan Umum, Standar Nasional
Indonesia.
. 1990. Metode Pengujian Berat Jenis Dan Penyerapan Agregat Kasar, SNI 03-1969-1990. Departemen Pekerjaan Umum, Standar Nasional
Indonesia.
. 1991. Metode Pengujian Berat Jenis Aspal Padat, SNI 06-2441-1991. Kementerian Pekerjaan Umum, Badan Penelitian dan Pengembangan
PU.
.1991. Metode Pengujian Campuran Aspal dengan Alat Marshall, SNI 06-2489-1991. Kementerian Pekerjaan Umum, Badan Penelitian dan
Pengembangan PU.
_______. 1991. Metode Pengujian Kehilangan Berat Minyak Dan Aspal, SNI 06- 2440-1991. Kementerian Pekerjaan Umum, Badan Penelitian dan
Pengembangan PU. _______. 1991. Metode Pengujian Daktalitas Bahan-Bahan Aspal, SNI 06-2432-
1991. Kementerian Pekerjaan Umum, Badan Penelitian dan
Pengembangan PU. _______. 1991. Metode Pengujian Titik Lembek Aspal Dan Ter, SNI 06-2434-
1991. Kementerian Pekerjaan Umum, Badan Penelitian dan
Pengembangan PU. .1991. Metode Pengujian Penetrasi Bahan-Bahan Bitumen, SNI 06-
2456-1991. Kementerian Pekerjaan Umum, Badan Penelitian dan Pengembangan PU.
. 2010. Dokumen Pelelangan Nasional Pekerjaan Jasa Pelaksanaan Konstrfuksi, Spesifikasi Umum2010 Devisi 6 Perkerasan Aspal
.
Jakarta. . 2010. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung.
Universitas Lampung. Bandar Lampung. ______. 2012. Panduan Praktikum Pelaksanaan Perkerasan Jalan PPJ.
Laboratorium Inti Jalan Raya Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Lampung. Bandar Lampung. 59 hlm.
Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal