Baja Paduan. MATERI PEMBELAJARAN

baja berkekuatan tinggi dengan tegangan tarik melebihi 12 X 10 2 Nmm 2 .  Kobalt Co dan Silikon Si. Unsur penting lain yang ditemukan pada baja paduan adalah Kobalt dan Silikon. Kobalt digunakan pada baja perkakas untuk meningkatkan “ketahan panas“yaitu kemampuan untuk tahan terhadap aus pada temperatur operasional yang tinggi. Silikon digunakan dalam pembuatan baja yang mempunyai kekuatan tinggi seperti untuk spring, tool dan baja stempel yang tahan terhadap hentakan pukulan.

4. 1. Baja Paduan Rendah.

Banyak barang yang dibuat dari baja paduan rendah, karena penggunaan baja paduan rendah secara khusus diperlukan pada saat dimungkinkan terjadi penurunan berat bila berat barang menjadi pertimbangan. Baja paduan rendah biasanya mengandung elemen paduan kurang dari 5 . Baja paduan rendah memiliki kekuatan 10 hingga 30 lebih besar dari baja karbon murni. Baja-baja ini sering kali disebut baja paduan rendah berkekuatan tinggi. Salah satu contohnya adalah bucket shovel bertenaga listrik. Secara kasar, bila berat bucket berkurang satu pound berarti bahwa bucket bisa mengangkat satu pound lebih banyak dengan tenaga yang sama. Suatu perusahaan mampu mengubah bucket shovel bertenaga listrik berkapasitas 5 ton menjadi kapasitas 6 ton dengan mengganti bucket yang terbuat dari besi tuang dengan bucket yang terbuat dari baja paduan rendah. Baja paduan ini sedikit lebih mahal dibandingkan baja karbon murni. Baja paduan lebih disukai karena ringan dan berkekuatan lebih tinggi. Cara pengelasan baja paduan karbon rendah adalah sama dengan cara yang diterapkan pada baja karbon murni.Semua proses las busur bisa digunakan untuk mengelas baja paduan rendah. Bila mengelas dengan Shielded Metal Arc Welding SMAW, komposisi paduan dari elektroda harus sesuai dengan logam dasar. Komposisi paduan ditunjukkan dengan kode huruf dan nomor di belakang tanda elektroda.

4. 2. Baja Tahan Karat Stainless steel.

Berbagai macam baja yang dikenal sebagai baja tahan karat tersedia dalam jumlah yang besar dan kesemuanya mengandung berbagai macam kombinasi khrom Cr dan nikel NI dan juga ditambah dengan unsur-unsur paduan lainnya seperti Mo, Mn, Si dan lain- lain. Kandungan khrom minimum untuk mencapai baja tahan karat adalah sekitar ± 12. Baja-baja jenis ini tahan terhadap korosi, tetap dalam wujud yang baik, bersih, dan memiliki kekayaan fisik yang baik. Kodefikasi dari baja tahan karat menurut A I S I berbeda dengan kodefikasi untuk baja paduan. Untuk itu kodefikasi baja tahan karat menggunakan tiga angka, angka pertama menunjukkan groupnya, sedangkan angka kedua dan ketiga tidak begitu banyak arti, hanya menunjukkan modifikasi paduannya lihat tabel dibawah. Beberapa kodefikasi ditambah dengan huruf L pada digit ke empat misalnya 316 L, dimana L berarti memiliki kandungan karbon rendah. Kodefikasi baja tahan karat. Series Groups 2 x x 3 x x 4 x x 4 x x 5 x x Chromium-Nickel-Manganese, non hardenable, austenite, non magnetic. Chromium-Nickel, non hardenable, austenite, non magnetic. Chromium, hardenable, martensite, magnetic. Chromium, non hardenable, ferritic, magnetic. Chromium, low-chromium, heat-resisting. Menurut struktur dari baja tahan karat, maka dapat dibagi dalam tiga klasifikasi yaitu :  Baja tahan karat Austenitik Austenitic stainless steel.  Baja tahan karat Martensitik Martensitic stainless steel.  Baja tahan karat Ferritik Ferritic stainless steel.  Baja Tahan Karat Austenitik Austenitic stainless steel. Austenitic stainless steel mempumyai kandungan Chrom Cr yang tinggi sekitar ± 16 – 26 dan mengandung paling sedikit 8 Nikel Ni. Bila baja dipanaskan hingga mencapai temperatur tinggi di atas 727 C, disebut austenite. Austenite adalah larutan padat dari iron carbide Fe 3 C pada besi. Baja tahan karat austenitik tetap austenitie pada temperatur ruangan. Khrom ditambahkan untuk membuat baja menjadi tahan karat dan nikel ditambahkan untuk membuat baja tetap austenite. Baja tahan karat austenitic diklafikasikan dalam baja chrom-nickel seri 3 x x dan baja chrom-nickel-mangan seri 3 x x. Jumlah kadar chrom dan nickel tidak kurang dari 23 , berstruktur austenik, non magnetik, non hardenable, mudah di hot-work, tetapi agak sulit di cold-work, karena dapat mengalami work hardening yang cukup baik. Jenis baja ini paling umum dipakai dalam dunia industri dan juga merupakan stainless steel yang paling mudah untuk di las, dengan menggunakan proses las yang biasa dipergunakan. Austenitic stainless steel pada umumnya memiliki fase tunggal. Untuk itu selama proses pengelasan dapat terbentuk kristal ferrite didalam logam las dan didalam HAZ heat affected zone. Pembentukan ferrite ini bisa berakibat positif yaitu dapat mencegah terjadinya hot cracking, yang menjadi masalah adalah pada baja austenitic penuh. Dan akibat negatif yang disebabkan oleh ferritic adalah menjadi mudah terserang korosi didalam beberapa media tertentu, terutama bilamana bajanya mengandung alloy Mo. Austenitic stainless steel ini tidak dapat mengeras, tetapi tetap dibutuhkan proses pengelasan dengan low heat input dan low joint temperatur pemberian panas yang rendah. Ferrite dapat diubah menjadi fase sigma pada temperatur tinggi, dengan tambahan bahwa temperatur tinggi dapat menimbulkan masalah percepatan pembentukan karbida carbide precipitation. Adanya fase sigma ini dapat mengurangi keuletan besi dan percepatan karbida dapat mendorong timbulnya korosi intergranular. Tabel 1, dibawah ini adalah merupakan daftar baja tahan karat. Baja tahan karat type 201 dan 202 adalah sama dengan tipe 301 dan 302 kecuali jika manganese ditambahkan untuk menggantikan Nikel. Baja tahan karat austenitik memiliki kekuatan yang sangat baik dan tahan korosi pada temperatur yang tinggi. Molybdenum ditambahkan untuk meningkatkan kekuatannya pada suhu yang tinggi. Baja tahan karat austenitik juga baik untuk penerapan pada temperatur yang rendah. Tabel 1. Komposisi baja tahan karat austenitik. A I S I Type C Cr Ni Other dalam 201 202 301 302 304 304 L 308 309 310 316 316 L 317 0,15 0,15 0,15 0,15 0,08 0,03 0,08 0,20 0,25 0,08 0,03 0,08 16 – 18 17 – 19 16 – 18 17 – 19 18 – 20 18 – 20 19 – 21 22 – 24 24 – 26 16 – 18 16 – 18 18 – 20 3,5 – 5,5 4,0 – 6,0 6,0 – 8,0 8,0 – 10,0 8,0 – 12,0 8,0 – 12,0 10,0 – 12,0 12,0 – 15,0 19,0 – 22,0 10,0 – 14,0 10,0 – 14,0 11,0 – 15,0 N. 0,25 ; Mn. 5,5 – 7,5 ; P. 0,06 N. 0,25 ; Mn. 7,5 – 10 ; P. 0,06 - - - - - - - Si. 1,50