Fourier Transform Infrared FTIR

N; ν = 1033,8 cm -1 yang menunjukan vibrasi ulur C-O; dan ν = 871,8 cm -1 yang menunjukan vibrasi tekuk ke luar bidang N-H Syahmani and Sholahuddin, 2009. III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Maret 2013 sampai dengan bulan Agustus 2013, dengan tahapan kegiatan, yaitu: pengambilan sampel limbah kulit udang di Tambak udang Bratasena, Lampung Timur, pembuatan serta karakterisasi kitin dan glukosamin dilakukan di Laboratorium Biomasa Terpadu, Universitas Lampung.

B. Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peralatan gelas, shaker, Heating Magnetic Strirer, pH meter, mikropipet, Laminar air flow, Inkubator Memmer-GermanyINCO2, centrifuge Hitachi CF 16 RX II, digital waterbath Wiggen Houser, autoclave, Freze dry Scanvac Coolsafe, Frezeer, neraca digital Wiggen Houser, thermometer, mortar, oven, FTIR Foureer Transform Infrared Varian 2000 Scimiter series, Shaker Incubator, dan Penangas air. Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah standar Glukosamin WAKO Jepang, standar kitin produk WAKO Jepang, yeast extrac, malt exstrac, dekstrosa, agar, cycloheximide, nalidixic acid, air laut, NH 4 2 SO 4 , NaCI, K 2 HPO 4 , NH 4 SO 4 , KH 2 PO 4, CaCI 2 , NaOH, HCI, kertas saring, indikator universal, Actinomycetes ANL-4, asetonitril, akuades, dan cangkang kulit udang.

C. Prosedur Penelitian

1. Persiapan Sampel Cangkang kulit udang dibersihkan, direbus dan dikeringkan, kemudian dihaluskan menggunakan blender kering hingga ukuran 10-40 mesh yang selanjutnya disebut sampel.

2. Isolasi Kitin

Proses Isolasi kitin terdiri atas tiga tahap, yaitu: deproteinasi yang merupakan proses pemisahan protein dari sampel, demineralisasi yang merupakan proses pemisahan mineral, dan depigmentasi yang merupakan tahap pemutihan kitin. Depigmentasi ini bertujuan untuk menghilangkan zat warna pigmen yang terdapat pada sampel dari kitin. Karena kitin yang dihasilkan tidak untuk dikomersialkan maka tidak dilakukan tahap depigmentasi. a. Deproteinasi Sebanyak 100 gram sampel ditempatkan dalam bejana tahan asam dan basa yang dilengkapi pengaduk dan thermometer, kemudian ditambahkan 1 L NaOH 20. Setelah itu sampel diletakkan dalam penangas air dan didiamkan selama 1 jam pada suhu 90 o C Pareira, 2004. Setelah itu dilakukan penyaringan sehingga diperoleh residu dan filtrat. Filtrat diuji dengan CuSO 4 , protein dengan CuSO 4 akan membentuk senyawa kompleks berwarna ungu untuk membuktikan bahwa protein berhasil dipisahkan dari kitin melalui defroteinasi. Residunya dicuci dengan akuades hingga pH netral yang diukur dengan indikator universal. Kemudian residu dikeringkan dalam oven dengan suhu 60 o C selama 24 jam.

b. Demineralisasi

Kitin kasar hasil deproteinasi dimasukkan dalam bejana tahan asam dan tahan basa yang dilengkapi dengan pengaduk, termometer dan diletakkan dalam penangas air. Kemudian sempel ditambahkan HCI 1,25 N dengan perbandingan 1:10 wv selama 1 jam pada suhu 90 o C Pareira, 2004. Setelah itu, dilakukan penyaringan sehingga diperoleh residu dan filtrat. Terjadinya pemisahan mineral ditunjukkan dengan terbentuknya gas CO 2 yang berupa gelembung-gelembung udara pada saat larutan HCI ditambah kedalam sampel. Filtrat diuji dengan NH 4 2 C 2 O 4 untuk membuktikan bahwa mineral kalsium berhasil dipisahkan dari kitin melalui demineralisasi. Ion oksalat akan membentuk endapan putih dengan kalsium. Residunya dicuci dengan akuades sampai pH netral yang diukur dengan indikator universal. Kemudian residu dikeringkan dalam oven pada suhu 60 o C selama 24 jam, sehingga diperoleh kitin kering.

D. Karakterisasi kitin dengan FTIR

Kitin yang diperoleh dibaca dengan Spektrofometer IR. Kitin dibuat pellet dengan KBr kemudian dilakukan scanning pada daerah frekuensi antara 4000 cm -1 sampai dengan 400 cm -1 . Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan hasil kitin standar produksi WAKO Jepang.

Dokumen yang terkait

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI GLUKOSAMIN DENGAN BANTUAN ENZIM KITINASE DARI ISOLAT ACTINOMYCETES ANL-4 SELAMA PROSES FERMENTASI BATCH KITOSAN

1 19 38

UJI EFEKTIVITAS FERMENTASI KITIN SECARA BERTAHAP DENGAN ISOLAT Actinomycetes ANL-4 DAN Mucor miehei UNTUK PEMBUATAN GLUKOSAMIN

3 26 52

UJI EFEKTIVITAS FERMENTASI KITIN BERTAHAP MENGGUNAKAN MUCOR MIEHEI DAN ACTINOMYCETES ANL-4 UNTUK PEMBUATAN GLUKOSAMIN

3 21 52

UJI AKTIVITAS ENZIM KITINASE DARI ISOLAT ACTINOMYCETES SELAMA PROSES SOLID STATE FERMENTATION KITIN DENGAN METODE SOMOGYI-NELSON

1 47 50

UJI AKTIVITAS ENZIM KITINASE DARI ISOLAT ACTINOMYCETES SELAMA PROSES SOLID STATE FERMENTATION KITIN DENGAN METODE SOMOGYI-NELSON

0 5 6

OPTIMASI BIO-PRETREATMENT JERAMI PADI SECARA FERMENTASI FASE PADAT OLEH ISOLAT ACTINOMYCETES AcP-1 DAN AcP-7 (BIO-PRETREATMENT OPTIMIZATION IN RICE STRAW SOLID STATE FERMENTATION BY ACTINOMYCETES AcP-1 AND AcP-7 ISOLATE)

3 15 46

BIO-DEGRADASI SELULOSA HASIL BIO-PRETREATMENT JERAMI PADI SECARA FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN ISOLAT ACTINOMYCETES AcP-1 DAN AcP-7 (BIODEGRADATION OF CELLULOSE IN SOLID STATE FERMENTATION PRE-TREATED RICE STRAW BY ACTINOMYCETES AcP-1 AND AcP-7 ISOLATE

6 30 47

PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRASI INOKULUM DAN MEDIA TERHADAP EFEKTIVITAS FERMENTASI KITIN DENGAN ACTINOMYCETES ANL-4 UNTUK PEMBUATAN GLUKOSAMIN (EFFECT OF INOCULUM CONCENTRATION AND MEDIA ON FERMENTATION OF CHITIN USING ACTINOMYCETES ANL-4 FOR GLUCOSAMINE

3 37 53

PENGARUH KONSENTRASI DAN KECEPATAN PENGADUKAN TERHADAP KARAKTERISTIK MEMBRAN KOMPOSIT CHITOSAN (INFLUENCE OF CONCENTRATION AND STIRRER SPEED ON CARACTERISTIC OF CHITOSAN COMPOSITE MEMBRANE)

0 0 10

USING ACTINOMYCETES AND VAM FUNGI ON SOYBEAN IN THE DRY LAND BASED ON MICROORGANISM DIVERSITY OF RHIZOSPHERE ZONE

0 2 7