BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Jeruk
Tanaman  jeruk  adalah  tanaman  buah  tahunan  yang  berasal  dari  Asia.  Cina dipercaya  sebagai  tempat  pertama  kali  jeruk  tumbuh.  Sejak  ratusan  tahun  yang
lalu,  jeruk  sudah  tumbuh  di  Indonesia  baik  secara  alami  atau  dibudidayakan. Tanaman  jeruk  yang  ada  di  Indonesia  adalah  peninggalan  Belanda  yang
mendatangkan jeruk manis dan keprok dari Amerika dan Itali AAK 1994. Jenis jeruk  lokal  yang  dibudidayakan  di  Indonesia  adalah  Jeruk  Keprok  Citrus
reticulatanobilis L., Jeruk Siem C. microcarpa L. dan C.sinensis. L yang terdiri atas Siem Pontianak, Siem Garut, Siem Lumajang, Jeruk Manis C. auranticum L.
dan  C.sinensis  L.,  Jeruk  SitrunLemon  C.  medica,  Jeruk  Besar  C.maxima Herr.,  Jeruk  Nipis  C.  aurantifolia,  Jeruk  Purut  C.  hystrix  dan  Jeruk  Sambal
C.  hystix  ABC.  Jeruk  varietas  introduksi  yang  banyak  ditanam  adalah  varitas Lemon  dan  Grapefruit.  Sedangkan  varitas  lokal  adalah  Jeruk  Siem,  Jeruk  Baby,
Keprok Medan, Bali, Nipis dan Purut. Sentra jeruk di Indonesia tersebar meliputi: Garut  -Jawa  Barat,  Tawangmangu-Jawa  Tengah,  Batu  -Jawa  Timur,  Tejakula-
Bali,  Selayar-Sulawesi  Selatan,  Pontianak-Kalimantan  Barat  dan  Medan  - Sumatera  Utara.  Kantor  Deputi  Menegristek  Bidang  Pendayagunaan  dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 2000.
Klasifikasi botani jeruk keprok adalah sebagai berikut Van Steenis 1975: Divisi
: Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa   : Geraniales Suku
: Rutaceae Marga
: Citrus Jenis
: Citrus nobilis Lour Semua  jenis  jeruk  tidak  suka  tempat  yang  terlindung  dari  sinar  matahari.
Jeruk  memerlukan  5-6,  6-7  atau  9  bulan  basah  musim  hujan.  Bulan  basah  ini diperlukan untuk perkembangan  bunga dan  buah agar tanahnya tetap lembab. Di
Indonesia tanaman ini sangat memerlukan air yang cukup terutama di bulan Juli- Agustus.  Temperatur  optimal  antara  20-30
C  namun  ada  yang  masih  dapat tumbuh  normal  pada  38
C. Jeruk Keprok  memerlukan temperatur optimal pada 20
C.    Kecepatan  angin  yang  lebih  dari  40-48  akan  merontokkan  bunga  dan buah  sehingga  dibutuhkan  tanaman  penahan  angin.  Kelembaban  optimum  untuk
pertumbuhan  tanaman  ini  sekitar  70-80  Kantor  Deputi  Menegristek  Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 2000.
Tumbuhan  Jeruk  Keprok  merupakan  jenis  pohon  dengan  tinggi  2-8  meter. Tangkai  daun  bersayap  sangat  sempit  sampai  boleh  dikatakan  tidak  bersayap,
panjang 0.5-1.5 cm. Helaian daun  berbentuk bulat telur  memanjang, elliptis atau berbentuk  lanset  dengan  ujung  tumpul,  melekuk  ke  dalam  sedikit,  tepinya
bergerigi beringgit sangat lemah dengan panjang 3.5-8 cm. Bunganya mempunyai diameter 1.5-2.5 cm, berkelamin dua daun mahkotanya putih. Buahnya berbentuk
bola  tertekan  dengan  panjang  5-8  cm,  tebal  kulitnya  0.2-0.3  cm,  dan  daging
8
buahnya  berwarna  jingga. Rantingnya tidak  berduri dan tangkai daunnya  selebar 1-1.5 mm Van Steenis 1975.
Tinggi  tempat  dimana  jeruk  dapat  dibudidayakan  bervariasi  dari  dataran rendah  sampai  tinggi  tergantung  pada  spesies:  Jenis  Keprok  Madura,  Keprok
Tejakula: 1 –900 m dpl. ; Jenis Keprok Batu 55, Keprok Garut: 700-1.200 m dpl. ;
Jenis Manis Punten, Waturejo, WNO, VLO: 300 –800 m dpl. ; Jenis Siem: 1–700
m  dpl.  ;  Jenis  Besar  Nambangan-Madiun,  Bali,  Gulung:  1 –700  m  dpl.  ;  Jenis
Jepun Kasturi, Kumkuat: 1-1.000 m dpl. ;Jenis Purut: 1 –400 m dpl.
Tabel 2.1 Kandungan vitamin dan zat mineral lainnya setiap 100 gram buah jeruk
Kandungan Kadar
Jenis Jeruk Keprok
Manis Nipis
Grape Fruit Vitamin A I.U.
400.0 200.0
- -
Vitamin B I.U. 60.0
60.0 60.0
60.0 Vitamin C I.U.
60.0 30.0
40.0 50.0
Protein gram 0.5
0.5 0.5
0.5 Lemak gram
0.1 0.1
- -
Hidrat arang gram 8.0
10.0 3.0
4.0 Besi mgr
- 0.3
0.1 0.1
Kapur mgr 40.0
40.0 10.0
20.0 Phosphor mgr
20.0 20.0
10.0 20.
Sumber :AAK 1994
Tabel 2.2 Volume impor buah-buahan pada tahun 2007-2011 di Indonesia
Komoditas Volume Impor ton
2007 2008
2009 2010
2011
Jeruk 119 740   143 770   216 785   203 916   231 542
Apel 146 655   141 239   155 277   199 484   214 245
Pir 94 558
86 755 90 390   111 276   133 592
Anggur 29 136
28 156 37 745
44 087 59 162
Durian 23 149
24 679 28 935
24 368 27 149
Pisang 25
56 328
2 779 1 631
Mangga 1 088
969 821
1 129 989
Semangka 921
390 761
1 036 832
Strawberi 639
833 567
452 564
Melon 111
100 632
364 348
Pepaya 57
163 300
580 299
Nanas 345
2 014 198
219 267
Nangka 5
- 18
35 66
Rambutan 87
- 33
23 27
Manggis 14
2 10
13 20
Langsat 9
284 146
5 Belimbing
1 1
4 4
1 Lainnya
86 585 72 944   107 576   102 791   161 339
Sumber: BPS 2012
9
Jika  ditinjau  dari  segi  hama  dan  penyakit  buah  jeruk  maka  ada  beberapa fenomena  yang  terjadi.  Diantaranya  adalah  tungau,  penggerek  buah,  kutu
domplotan,  lalat  buah,  kutu  sisik,  kudis,  busuk  buah,  gugur  buah  prematur  dan kanker. Tungau Tenuipalsus sp. , Eriophyes sheldoni Tetranychus sp menyerang
bagian  tangkai,  daun  dan  buah.  Sehingga  muncul  bercak  keperakperakan  atau coklat  pada  buah  dan  bercak  kuning  atau  coklat  pada  daun.  Penggerek  buah
Citripestis  sagittiferella.  dapat  menimbulkan  lubang  yang  mengeluarkan  getah. Kutu  dompolon  Planococcus  citri.  menyerang  bagian  tangkai  buah  sehingga
berkas  berwarna  kuning,  mengering  dan  buah  gugur.  Lalat  buah  Dacus  sp. menyerang  bagian  buah  yang hampir  masak. Terlihat gejala adanya  lubang kecil
di bagian tengah, buah gugur, belatung kecil di bagian dalam buah.
Kutu  sisik  Lepidosaphes  beckii  Unaspis  citri.  dapat  menyerang  bagian daun, buah dan tangkai. Daun  berwarna kuning, bercak khlorotis dan gugur daun.
Busuk  buah    disebabkan  oleh  Penicillium  spp.  Phytophtora  citriphora, Botryodiplodia theobromae. Indikasi yang terlihat adalah: terdapat tepung-tepung
padat  berwarna  hijau  kebiruan  pada  permukaan  kulit.  Kanker  disebabkan  oleh bakteri  Xanthomonas  campestris  Cv.  Citri.  Bagian  yang  diserang  adalah  daun,
tangkai,  dan buah. Kanker dicirikan dengan adanya  bercak kecil  berwarna  hijau- gelap  atau  kuning  di  sepanjang  tepi,  luka  membesar  dan  tampak  seperti  gabus
pecah dengan diameter 3-5 mm. Tabel 2.3 Volume ekspor buah-buahan pada tahun 2007-2011 di Indonesia
Komoditas Volume Ekspor ton
2007 2008
2009 2010
2011
Manggis 9 093
9 466 11 319
11 388 12 603
Pisang 2 378
1 970 701
14 1 735
Mangga 1 198
1 908 1 616
999 1 485
Jeruk 1 109
1 402 1 108
1 339 1 005
Anggur 520
103 97
148 555
Rambutan 396
725 666
533 496
Pepaya 37
143 111
468 Melon
52 39
148 229
256 Semangka
370 1 144
483 42
169 Apel
130 171
143 86
112 Strawberi
582 211
403 374
82 Nangka
2 2
16 28
4 Belimbing
Pir 19
1 1
- Durian
2 33
21 25
- Langsat
- 45
43 -
- Buah Lainnya
31 629 36 961
28 115 22 019
14 818 Sumber: BPS 2012
10
Dalam tiap - tiap 100 gram buah jeruk mengandung vitamin dan zat mineral seperti  Tabel  2.1.  Vitamin-vitamin  dan  zat-zat  mineral  di  atas  berguna  sebagai
pencegah  kekurangan  vitamin  C,  begitu  pula  dapat  menyembuhkan  penyakit influenza dan banyak khasiat lainnya Simarmata 2010.
Kondisi Indonesia dewasa ini sangat memprihatinkan dalam hal pemenuhan akan  buah  jeruk dalam  negeri. Hampir semua  buah  jeruk didominsi oleh produk
luar negeri. Indonesia termasuk negara pengimpor buah jeruk yang tinggi. Bahkan mengalami  peningkatan  yang  besar  hampir  20  per  tahun.  Sementara  ekspor
buah  jeruk  tidak  mengalami  peningkatan.  Hal  ini  dilaporkan  oleh  Badan  Pusat Statistik sejak tahun 2007 sampai 2011 seperti Tabel 2.2 dan 2.3.
Jeruk Keprok Garut
Jeruk  keprok  merupakan  komoditi  buah-buahan  yang  sejak  lama  tumbuh subur di Kabupaten Garut. Penampilan jeruk ini dapat dilihat seperti pada Gambar
2.1. Berbagai varietas jeruk juga dapat ditemui seperti Jeruk Keprok Garut, Siem, Licin, dan Konde. Tahun 1986 Jeruk Garut mengalami penurunan populasi akibat
adanya  letusan  Gunung  Galunggung  dan  serangan  CVPD.  Berbagai  upaya  telah dilakukan  sejak  tahun  1992  baik  berupa  rehabilitasi  tanaman  sakit,  maupun
pembibitan  bebas  CVPD,  sehingga  pertanaman  jeruk  sampai  tahun  2004 menghasilkan produksi sebesar 67 601 ton. Tahun 1996 Jeruk Garut telah diakui
merupakan  tanaman  khas  Garut,  hal  ini  tertuang  dalam  SK  Mentan, No.760KptsTP.240699 Tentang Pelepasan Jeruk Keprok Garut sebagai Varitas
Unggulan.  Saat  ini,  Kabupaten  Garut  telah  memiliki  Balai  Benih  Hortikultura Blok Penggandaan Mata Tempel. BBH ini pada dasarnya tetap mengedepankan
komoditi Jeruk sebagai komoditi andalan disamping buah-buahan spesifik lainnya dan  tanaman  hias.  Daerah  sentra  yang  dikenal  sebagai  produsen  Jeruk  Garut
diperlihatkan  pada  Tabel  2.4.  Dinas  Tanaman  Pangan  dan  Hortikultura Kabupaten Garut 2009
Tabel 2.4 Daerah sentra produsen Jeruk Keprok Garut di Kabupaten Garut
Kecamatan Jumlah Tanaman
pohon Jumlah tanaman
menghasilkan pohon Produksi ton
Samarang 55 047
48 997 2 454
Pasirwangi 60 927
30 000 1 559
Wanaraja 1 620
600 30
Karangpawitan 34 457
17 850 955
Bayongbong 11 917
- -
Cisurupan 46 890
14 650 713
Cilawu 12 800
6 050 291
Cibalong 15 040
3 724 175
Sumber:Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Garut 2009
11
Tabel 2.5 Banyaknya tanaman buah-buahan yang menghasilkan di Kabupaten Garut pada tahun 2007  pohon
Kecamatan Jeruk  SiamKeprok
Mangga Nangka
Nenas
Cilawu 4 500
12 300 2 053
13 100 Bayombong
17 057 6 448
4 694 -
Karangpawitan 43 652
6 590 160
- Wanaraja
4 320 1 157
210 -
Cibalong 15 147
35 120 257
717 Cisurupan
48 591 3 900
3 040 -
Wanaraja 4 320
1 157 210
- Pasirwangi
57 673 1 637
510 946
Sumber: Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Garut 2009
Tabel 2.6 Banyaknya populasi tanaman jeruk di Kabupaten Garut  pohon Tahun  Populasi Tan. Jeruk ph
Tahun  Populasi Tan. Jeruk ph
1990 103 273
1999 476 417
1991 86 430
2000 390 858
1992 68 786
2001 228 589
1993 140 584
2002 246 952
1994 159 314
2003 252 718
1995 242 903
2004 349 461
1996 383 865
2005 381 850
1997 454 485
2006 384 599
1998 531 184
Sumber: Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Garut 2009
Gambar 2.1 Jeruk Keprok Garut utuh dan bagian-bagian jeruk Tetra 2004 Tanaman  jeruk  di  Kabupaten  Garut  pada  umumnya  belum  diperkebunkan
dalam  skala  yang  luas,  berkisar  antara  100  sd  2000  pohonpetani,  dengan  rata- rata  pemilikan  300  sd  500  pohon.  Kondisinya  berpencar-pencar,  terutama  di
wilayah  kecamatan  sentra  produksi,  yaitu  Kecamatan  Pasirwangi,  Samarang, Bayongbong,  Cigedug,  Cisurupan,  Wanaraja,  Leles,  Karangpawitan,  Tarogong,
Banyuresmi, Cilawu. Jumlah populasi tanaman yang ada pada tahun 2004 tercatat 349  461  pohon.  Jumlah  populasi  terbesar  terdapat  di  Kecamatan  Samarang
49
. 597  ph,  Pasirwangi  69  679  ph,  Cisurupan  44  090  ph  dan  Sukaresmi
12
26 .
810 ph Produktivitas rata-rata baru mencapai 48.05 kgphthn, dengan jumlah tanaman  menghasilkan 140 808 pohon, dan tanaman  belum  menghasilkan umur
3  tahun  208  653  pohon.  Jumlah  produksi  tahun  2004  tercatat  67  601  kwintal Dinas  Tanaman  Pangan  dan  Hortikultura  Kabupaten  Garut  2009.    Berdasarkan
Badan  Pusat  Statistik  dan  Dinas  Tanaman  Pangan  dan  Hortikultura  Garut, perkembangan  populasi  tanaman  jeruk  pada  tahun  2007  terlihat  pada  Tabel  2.5
dan  2.6.  Selain  itu  pemerintah  Garut  sudah  menargetkan  satu  juta  pohon  pada tahun 2011 dan swasembada jeruk pada tahun 2016.
Fisiologi Pascapanen Buah Jeruk Keprok
Kehidupan  buah  meliputi  3  tahap  fisiologi  utama  yaitu  pertumbuhan  sel growth,  pendewasaan  maturation  dan  penuaan  senescence.  Setelah  proses
pembelahan  sel  pada  cikal  bakal  buah  kemudian  akan  dilanjutkan  dengan pembesaran ukuran dan pengembangan sel sampai  mencapai  volume dan ukuran
maksimal Wills et al. 1989. Tahap pertumbuhan dan pendewasaan adalah tahap perkembangan  sel.  Sementara  pematangan  merupakan  akhir  darui  pendewasaan
dan  awal  penuaan.  Pada  tahap  penuaan  terjadi  perubahan  sifat-sifat  fisik  dan kimia buah sampai akhirnya buah mengalami pembusukan atau kematian.  Tahap
akhir  kematangan  sampai  senescence  berlanjut  ketika  buah  lepas.  Namun  jeruk merupakan buah yang memiliki tipe pola respirasi nonklimakterik yaitu pada saat
mendekati  tahap  senescence  tidak  menunjukan  adanya  perubahan  laju  produksi CO
2
dan etilen yang besar. Etilen  adalah  hormon  yang  mengatur  penuaan  dan  pemasakan  yang  aktif
dalam  jumlah  kecil  0.1  ppm.  Tingkat  respirasi  buah  jeruk  rendah,  yaitu  pada kisaran 5
o
C  mempunyai kecepatan 5-10  mg CO
2
kg  jam dan kecepatan produksi etilen yang sangat rendah yaitu kurang dari 0.1µ l C
2
H
4
kg jam pada kisaran suhu 20
o
C  Margeyst  1999;  Kader  1992;  Ladaniya  2008.    Respirasi  buah  jeruk dipengaruhi  oleh  temperatur,  kelembaban,  pergerakan  udara,  gas  atmosfir  dan
praktek  penaganan  buah  Ladaniya  2008.  Pada  kelembaban  rendah,  kecepatan respirasi  jeruk  lebih  rendah  daripada  pada  kelemaban  tinggi.  Peningkatan
temperatur akan meningkatakan laju respirasi.
Proses  pematangan  buah  menyebabkan  adanya  perubahan  fisik  dan  kimia pada buah. Perubahan-perubahan tersebut dapat menentukan kualitas buah. Ketika
mendekati  proses  akhir  hidupnya,  buah  jeruk  akan  mengalami  penurunan  mutu. Hal  ini  dapat  dilihat  dari  penampilan  kulit  buah  yang  keriput  atau  munculnya
kebusukan Wills et al. 1989.
Perubahan fisiologi yang terjadi pada komoditi panenan meliputi perubahan kimia  yang  akhirnya  juga  mempengaruhi  terjadinya  perubahan  fisik.  Beberapa
peristiwa dan perubahan yang mungkin terjadi selama pemasakan buah berdaging adalah  pematangan  biji,  perubahan  warna,    perubahan  laju  respirasi,  perubahan
laju produksi etilen, perubahan permeabilitas jaringan, perubahan senyawa pektin pelunakan, perubahan komposisi karbohidrat, perubahan asam organik, produksi
senyawa  volatil.  Perubahan  kimia  yang  terjadi  meliputi  perubahan  kandungan karbohidrat,  etilen,  asam,  lipida,  protein  dan  zat  warna.  Sedangkan  perubahan
fisik meliputi perubahan warna, tekstur, dan perubahan citarasa Santoso 2005.
Perubahan warna kulit dapat dijadikan tanda untuk tingkat kematangan buah jeruk.  Perubahan  warna  jeruk  keprok  yang  terjadi  selama  kematangan  hanya
13
sedikit  warna  hijau.  Pengujian  rasa  untuk  mengetahui  kematangan  buah  tipe  ini paling  baik  dilakukan  Pantastico  et  al.  1993.  Pada  saat  pematangan,  pecahan
pektin dan polisakarida lainnya menyebabkan buah menjadi lunak sehingga lebih sensitif terhadap gangguan  mekanik. Pematangan akan  menyebakan peningkatan
kadar  gula  sederhan,  penurunan  kadar  asam  organik  dan  senyawa  fenolik,  serta peningkatan produksi zat-zat volatil untuk memberikan bau yang khas pada buah
Muchtadi dan Sugiyono 1992.
Mutu dan Standar Buah Jeruk Keprok
Jeruk keprok termasuk digolongkan dalam empat ukuran yaitu kelas A. B. C dan D. berdasarkan berat tiap buah. yang masing-masing digolongkan dalam  dua
jenis mutu. yaitu Mutu I dan Mutu II SNI 1992. Kelas A: diameter ≥ 7.1 cm atau
≥ 151 grambuah. Kelas B: diameter 6.1–7.0 cm atau 101–150 grambuah. Kelas C:  diameter  5.1
–6.0 cm atau 51–100 grambuah. Kelas D: diameter 4.0–5.0 cm atau  50  grambuah.  Adapun  syarat  mutu  buah  jeruk  keprok  berdasarkan
Kementrian Perdagangan adalah seperti pada Tabel 2.7. Tabel 2.7 Standar jeruk keprok Kementrian Perdagangan Tim PS 2003
Kriteria
Mutu 1 Mutu 2
 Keasamaan varietas:
Seragam Seragam
 Tingkat ketuaan
Tua. tidak terlalu matang Tua. tidak terlalu matang
 Kekerasan
Keras Cukup keras
 Ukuran
Seragam Kurang seragam
 Kerusakan
5 10
 Kotoran
Bebas Bebas
 Busuk
1 2
Keasamaan  sifat  varietas,  ketuaan,  kekerasan  dan  kotoran  dilakukan  dengan cara  uji  organoleptik.  Sementara  parameter  lain  dilakukan  pengukuran  sesuai
standar  uji  seperti  ukuran    cara  uji  SP-SMP-309-1981.  Kerusakan.    jmljml: cara uji SP-SMP-310-1981 dan   Busuk  jmljml:  cara uji SP-SMP-311-1981.
Berdasarkan  SNI  3165  tahun  2009,  buah  jeruk  keprok  memiliki    total  padatan terlarut  minimum  8    Brix.  Derajat  Brix  menggambarkan  nilai  rata-rata
kemanisan dari keseluruhan bagian daging buah. Warna buah harus menunjukkan ciri  varietas dan atau tipe komersial serta lokasi tanam. Perlakuan pengkuningan
kulit buah degreening tidak diperbolehkan.
Kelas  super  merupakan  jeruk  keprok  bermutu  paling  baik  super  yaitu mencerminkan  ciri  varietastipe  komersial,  bebas  dari  kerusakan  kecuali
kerusakan  sangat  kecil.  Kelas  A  merupakan  jeruk  keprok  bermutu  baik  yaitu mencerminkan  ciri  varietastipe  komersial,  dengan  kerusakan  kecil  yang
diperbolehkan  sebagai  berikut:  sedikit  penyimpangan  pada  bentuk,  sedikit penyimpangan pada warna kulit, sedikit penyimpangan pada kulit terkait dengan
pembentukan buah, sedikit bekas lukacacat pada kulit akibat mekanis. Total area yang mengalami penyimpangan dan cacat maksimum 10  total luas permukaan
buah  dan  penyimpangan  tersebut  tidak  boleh  mempengaruhi  mutu  daging  buah. Kelas  B  merupakan  jeruk  keprok  bermutu  baik  yaitu  mencerminkan  ciri
varietastipe  komersial,  dengan  kerusakan  kecil  yang  diperbolehkan  sebagai berikut:  sedikit  penyimpangan  pada  bentuk,  sedikit  penyimpangan  pada  warna
14
kulit, sedikit penyimpangan pada kulit terkait dengan pembentukan  buah, sedikit bekas  lukacacat  pada  kulit  akibat  mekanis.  Total  area  yang  mengalami
penyimpangan  dan  cacat  maksimum  15    dari  total  luas  permukaan  buah  dan penyimpangan tersebut tidak boleh mempengaruhi mutu daging buah.
Spektroskopi Listrik Bahan
Tinjauan  kualitas  buah  harus  ditinjau  dari  karakterisasi  dan  pengujian  sifat dasar  dari  bahan  penyusunnya.  Spektroskopi  listrik  merupakan  tinjauan  spektrum
frekuensi dari besaran – besaran listrik yang terkait dengan bahan. Hal ini terkait
dengan  frekuensi  sinyal  eksternal  yang  diberikan  pada  bahan  dan  kemampuan tanggapan dari bahan terhadap kondisi tersebut.
Dua garis besar sifat listrik yang utama adalah sifat konduktif yang biasanya direpresentasikan
dengan nilai
konduktivitas atau
impedansinya. Nilai
konduktivitas  berkorelasi  dengan  mobilitas  ion  atau  elektron  dalam  bahan  ketika diberikan  energi  dari  luar  bahan  seperti  perbedaan  potensial  listrik.  Sifat  utama
lainnya  adalah  sifat  kapasitif  atau  sifat  dielektrik  bahan.  Sifat  ini  menandakan suatu  tingkat  kemampuan  polaritas  dari  molekul  dalam  bahan  ketika  diberikan
beda  potensial  dari  luar.  Sifat  konduktivitas  maupun  kapasitif  bahan  bisa dipengaruhi  oleh  kondisi  eksternal  maupun  internal  dari  bahan.  Faktor
eksternalnya  antara  lain  beda  potensial,  arus  listrik,  frekuensinya  dan  suhu. Sementara  faktor  internal  antara  lain  polaritas  bahan,  jenis  kandungan  bahan,  dan
energi  ikatan  molekuler.  Karakteristik  listrik  pada  bahan  bisa  dianalisa  dengan pendekatan rangkaian elektronik antara resistor dan kapasitor secara parallel Choi
et al. 2001.
Kapasitansi Listrik dan Bahan Dielektrik
Kapasitansi  listrik  dari  bahan  dipengaruhi  oleh  permitivitas  atau  sifat dielktriknya.  Hal  tersebut  merupakan  konsekuensi  dari  kemampuan  polaritas
bahan.  Dalam  aplikasinya,  pengukuran  nilai  kapasitansi  bisa  dikorelasikan  dengan pengukuran kadar air bahan, kelembaban Figura dan Teixeira 2007. Permitivitas
atau  sifat  dielektrik    digambarkan  sebagai  permitivitas  relatif  kompleks  yang
merupakan  pembagi  antar  permitivitas  absolut  dengan  permitivitas  ruang  hampa. Karena  permitivitas  merupakan  suatu  bilangan  kompleks  maka  dinyatakan  dalam
dua  bagian  yaitu  real  dan  imaziner  Sitkei  1986.  Jika  sumber  tegangan merupakan  sinyal  bolak-balik  dengan  frekuensi  f  maka  permitivitas  dapat
diturunkan  dari  vektor  dielectric displacements D dan vektor medan listrik  E sebagai berikut:
E D
2.1a
 
j 
2.1b Dengan  j  merupakan  bilangan  imajiner,
merupakan  konstanta dielektrik relatif kompleks
dan
.
15
a b                            c
Gambar 2.2  Skema kapasitor keping sejajara, kondisi penyisipan sebagian bahanb, dan model rangkaian kapasitornyac
Kapasitansi  listrik  juga  merupakan    ukuran  dari  kapasitas  penyimpanan muatan  untuk  suatu  perbedaan  potensial  tertentu  Tipler  1991.  Kapasitor  sendiri
merupakan  suatu  komponen  elektronika  yang  terdiri  dari  dua  buah  keping penghantar  terisolasi  yang  disekat  satu  sama  lain  dengan  suatu  bahan  dielektrik.
Keberadaan  bahan  dielektrik  akan  menyebabkan  lemahnya  medan  listrik  diantara keping  kapasitor  sehingga  kapasitansinya  naik.  Lemahnya  medan  listrik  antar
keping  kapasitor  dikarenakan  hadirnya  medan  listrik  internal  dari  molekul- molekul  dalam  bahan  dielektrik  yang  akan  menghasilkan  medan  listrik  tambahan
yang  arahnya  berlawanan  dengan  medan  listrik  luar.  Banyaknya  muatan  Q  yang tersimpan pada kapasitor C sebanding dengan tegangan V yang diberikan oleh
sumber dan dinyatakan dengan persamaan  Q = CV.
Nilai  kapasitansi  bergantung  pada  faktor  geometri  dan  sifat  bahan dielektrik.  Faktor  geometri  yang  menentukan  adalah  luas  penampang  keping  dan
jarak  antar  keping.  Sedangkan  sifat  bahan  dielektrik  ditentukan  oleh  nilai konstanta  dielektriknya  dan  frekuensi  sinyal.  Suatu  kapasitor  keping  sejajar  yang
diberikan  tegangan  sebesar  Vs  diperlihatkan  pada  Gambar  2.2a.  Besarnya  nilai kapasitansi  kapasitor keping sejajar dinyatakan  pada persamaan:
d A
f f
C
 
2.2 Dimana   A  : luas penampang keping sejajar m
2 
: permitivitas ruang   hampa 8.85 x 10
-12
Fm d  : jarak pisah antar keping sejajar m
Pada ruang hampa kapasitansi dinyatakan sebagai berikut
d A
C
 
2.2a Sedangkan  jika  diantara  dua  keping  terdapat  bahan  dielektrik  persamaannya
adalah
d A
C
2.2b dengan ε adalah permitivitas bahan dielektrik Fm Tipler 1991.
Contoh  Ilustrasi  aplikasi  pengukuran  dan  pemodelan  kapasitansi  adalah pada bahan yang disisipkan pada kapasitor tersebut pada Gambar 2.2 bagian b dan
c  Figura  dan  Teixeira  2007.  Besarnya  pengisian  bahan  pada  plat  kapasitor  bisa
+ -
- d
Vs d
h a
a
C C
1
16
dianalisa  dengan  memanfaatkan  modelnya.  Maka  nilai  kapasitansi  totalnya sebagai berikut:
1
C C
C
total
 
d h
a a
d ah
C
total
 
 
 
 
h a
h d
a C
total
 
 
 
a h
h d
a C
total
 
 1
 
2.2c Atau bisa disederhanakan dalam bentuk suseptibilitas listrik
:
 
a h
d a
C
total
 
 
h d
a C
C
kosong total
 
 
2.2d Gambar 2.3 Kapasitor silinder kondisi dengan pengisian  sebagian bahan dielektrik
Persamaan tersebut bisa dipakai untuk menentukan ketinggian atau kedalam bahan  pada  plat  kapasitor.  Persamaan  tersebut  dapat  diartikan  bahwa  nilai
kapasitansinya  linier  terhadap  tinggi  bahan  dielektrik  pengisinya.  Selain  itu, kapasitor  juga  bisa  bebentuk  silinder.  Nilai  kapasitansinya  bergantung  pada
dimensi  jari –  jari plat bagian   dalam r
i
dan  luar  r
a
serta  panjang  dari  silinder tersebut l. Ilustrasinya  diperlihatkan  pada Gambar 2.3.
Nilai kapasitansi dari kapasitor silinder  kosongnya adalah :
 
 
 
i a
r r
l C
ln .
. 2
 
2.2e
Setelah sebagian terisi maka persamaan menjadi
1
C C
C
total
 
h r
r h
l r
r C
i a
i a
total
 
 
 
 
 
 
 
 ln
. .
2 ln
. 2
 
 
 
ln .
2 h
l h
r r
C
i a
total
 
 
 
 
 
 r
i
r
a
h l
17
 
l h
r r
C
i a
total
 
 
 
 
 
ln .
2
   
l r
r h
r r
C
i a
i a
total
 
 
 
 
 
 
 
ln .
2 ln
. 2
 
 
 
kosong i
a total
C h
r r
C 
 
 
 
 
ln .
2
2.2f
Persamaan  tersebut  analog  dengan  persamaan  kapasitor  plat  paralel,  yaitu  dapat diartikan  bahwa  nilai  kapasitansinya  linier  terhadap  tinggi  bahan  dielektrik
pengisinya.
Nilai  dielektrikum dan kelistrikan bahan ada yang bersifat nonlinier Zhou et  al.  2001  sehingga  perlu  pengukuran  dengan  alat  yang  bisa  meminimalkan
fenomena  tersebut.  Pada  pemakaian  sumber  arus  tetap,  kondisi  sumber  sinyal listrik tidak terganggu oleh kondisi bahan uji  Ron et al. 2001.
Pada  bahan  kapasitif  sering  muncul  fenomena  kehilangan  energi  yang direpresentasikan  dengan  besaran
.  Loss  faktor  atau    Loss  coefficient  ini merupakan  parameter  yang  menyatakan  kemampuan  suatu  bahan  untuk
menghamburkan  atau  melepaskan  energi  dan  mengkonversinya  menjadi  panas. Sudut  loss  coefficient  dibentuk  oleh  fasor  arus  total  bolak-balik  dengan  arus
pengisian  Ic  pada  kapasitor.  seperti  ditunjukkan  pada  Gambar  2.4  a  Harmen 2001. Pada kondisi tidak ada kehilangan energi atau kondisi idel maka arus pada
kapasitor  idealnya  mendahului  tegangan  sebesar  90°.  Apabila  terjadi  kehilangan energi, maka sudut fase akan berkurang dan sudut loss koefisient akan bertambah.
sehingga loss coefficient dapat dinyatakan sebagai: Loss Coefficient = 90° - sudut
fase θ. Pada  kasus  pemberian  sinyal  dengan  frekuensi  tertentu,  maka  bahan
dielektrik  dapat  dimodelkan  sebagai  rangkaian  resistor  dan  kapasitor  secara paralel sepeti Gambar 2.4 b. Pada gambar tersebut dapat ditinjau faktor daya PF
sebagai  nilai  cos .  Pada  kasus  kehilangan  dielektrik  rendah  low  loss  dielectric
yaitu   kecil,  maka  nilai  cos    bisa  menggantikan  tan  .  Loss  coefficient  dapat
dinyatakan  dalam persamaan konduktansi sebagai berikut
C G
C V
R V
I I
C R
 
 
 tan
2.3 dengan
ω adalah frekuensi angular. Pada  saat  bahan  dielektrik  diberikan  medan  listrik  luar,  maka  muatan-
muatan  listriknya  kan  terkutubkan  atau  terpolarisasi.  Bahan  dielektrik  merupakan bahan  nonk  konduktor  yang  tidak  memiliki  elektron  bebas.  Muatan  positif  dan
negatif  bahan  akan  membentuk  dwikutub  atau  dikenal  dengan  diplo  listrik.    Jika frekuensi  sumber  tegangan  eksternal  diubah-ubah  maka  bahan  dielektik  yang
disisipkan  antara  dua  plat  tersebut  akan  terganggu,  diantaranya  perubahan  arah momen  dipol
–  momen  dipol  listrik  sesuai  dengan  frekuensinya.  Jika  momen dipol  bahan    lebih  seragam  maka  kondisi  ini  akan  mengurangi  medan  listrik
eksternal dari sumber tegangan  tersebut.  Kondisi  penyeragaman momen dipol  ini tergantung  dari  sifat  bahan  tersebut.  Molekul-molekul  dari  beberapa  bahan
18
dielektrik, seperti air, mempunyai momen dipol listrik permanen. Di dalam bahan- bahan seperti itu bahan polar maka momen-momen dipol listrik cenderung untuk
mensejajarkan  dengan  suatu  medan  listrik  luar  Lumsden  1997.  Ilustrasi pensejajaran  dipol  listrik  dari  bahan  sebagai  akibat  medan  listrik  eksternal
diperlihatkan pada Gambar 2.5.
a                                                    b
Gambar 2.4 Rangkaian setara RC a dan diagram fasornya b
a b
Gambar 2.5  Tingkat pensejajaran momen dipol listrik pada bahan ketika tidak ada medan listrik a dan ketika ada medan listrik eksternal b
Konduktivitas dan Resistivitas Listrik
Konduktivitas  listrik  merupakan  ukuran  kemampuan  suatu  bahan  untuk menghantarkan  arus  listrik.  Konduktivitas  listrik  ditentukan  oleh  beberapa  faktor
yaitu  konsentrasi  atau  jumlah  ion.  mobilitas  ion.  serta  suhu.  Semakin  tinggi konsentrasi  atau  jumlah  ion  maka  konduktivitas  listrik  semakin  tinggi.  Hubungan
ini  terus  berlaku  hingga  larutan  menjadi  jenuh.  Suhu  yang  tinggi  mengakibatkan viskositas  air  menurun  dan  ion-ion  dalam  air  bergerak  cepat  yang  menyebabkan
kenaikan  konduktivitas  listrik  Hendayana  et  al.
1995.  Konduktivitas  listrik  σ didefinisikan  sebagai rasio dari rapat arus J terhadap kuat medan listrik E
E J
 2.4
Secara  umum  jika  ion  dengan  muatan  pembawanya  ada  dalam  bahan makanan  atau  pertanian  dan  diberikan  beda  potensial  tertentu  maka  akan  terjadi
aliran  arus yang melewati  bahan tersebut Gambar 2.6.
Gambar  2.6  Aliran  elektron  dalam  bahan  konduktor  ketika  ada  beda  potensial listrik eksternal
E eksternal
I
R
I Ic
θ
δ R              C
~
19
Pada  tinjauan  elektron  pada  bahan  dikenal  dengan  istilah  elektron  valensi yang merupakan elektron terlua yang masih terikat pada atom dan menempati pita
energi valensi. Pada kasus pemberian energi dari luar maka elektron tersebut akan lepas  menjadi  elektron  bebas  atau  elektron  konduksi.  Elektron  konduksi
merupakan  muatan  yang  bergerak  dalam  bahan  dan  sebagai  pembawa  arus. Pergerakan  elektron  dalam  bahan  mengindikasikan  adanya  aliran  arus  listrik  pada
bahan  tersebut.    Elektron  tersebut  bergerak  bebas  dengan  kecepatan  tertentu. Tanpa  adanya  medan  listrik  luar  pada  bahan  maka  arah  gerak  elektron  tersebut
akan sembarangan atau acak seperti pegerakan molekul gas di dalam suatu wadah. Elektron-elektron  tersebut  terus  bergerak  dan  bertumbukan  satu  sama  lain  atau
bahkan dengan inti ataom sehingga terjadi perubahan gerak secara acak.
Bila  ditinjau  pada  bahan  konduktor  yang  diberikan  beda  potensial  V  atau medan listrik E dari luar. Maka ektron-elektron tersebut mendapatkan gaya listrik
untuk  bergerak  pada  suatu  arah  tertentu  sehingga  mengalami  percepatan  yang arahnya tergantung dari polaritas beda potensial luarnya.
Bila  medan  listrik  diberikan  pada  sebuah  elektron  maka  akan  terjadi  gaya listrik  sebesar  eE  yang  akan  memberikan  percepatan  a  kepada  elektron  tersebut.
Maka berdasarkan hukum newton dua berlaku:
eE ma
F 
 m
eE a
2.5 Selama  tumbukan  elektron  tersebut  mengalami  perubahan  arah  dengan  laju
drift  tertentu  v
d
yang  dapat  didekati  dengan  persamaan  persepatan  a  dan  waktu rata-rata diantara tumbukan
: 
m eE
a v
d
 
2.5a Nilai  kecepatan  drift  ini  dapat  dinyatakan  dalam  rapat  arus  maupun  jumlah
elektran ne dan digabungkan  menjadi sebagai berikut; 
m eE
ne J
v
d
 
m eE
ne J 
 m
ne E
J
2
 2.5b
Dengan menggabungkan  ke dalam persamaan dasar konduktivitas listrik maka 
m ne
E J
2
 
2.6 Dengan  pendekatan  waktu  selang  antara  tumbukan  sebagai  pembagian
kecepatan  drift  v
d
dan  panjang  lintas  bebas  rata  rata ,  maka  konduktivitas
listrik  bisa dinyatakan sebagai Beiser 1987 berikut: 
d
v m
ne
2
2.6a Karakteristik  lain  yang  merepesentasikan  kebalikan  dari  konduktivitas
listrik  adalah  resistivitasnya .  Resistivitas  juga  merupakan  karakteristik  bahan
yang  khas.  Dua  besaran  ini  sangatlah  berhubungan  erat  sekali.  Secara
20
makroskopik  nilai  hambatan  bahan  dipengaruhi  juga  oleh  geometri  bahan    luas, A dan panjang, L dan sifat khas bahan. Ilustrasinya  adalah sebagai beikut:
A L
R
7 Secara  umum,  material  dapat  diklasifikasikan  berdasarkan  kemampuannya
untuk  membawa  atau  menghantarkan  muatan  listrik:  Konduktor  adalah  material yang  mudah  menghantarkan  muatan  listrik  seperti  tembaga,  emas  dan  perak.
adalah  contoh  insulator  yang  baik.  Semikonduktor  adalah  material  yang  memiliki sifat antara konduktor  dan insulator.  Silikon dan germanium  adalah material  yang
banyak digunakan dalam pabrikasi  perangkat elektronik.
Nilai  konduktivitas  maupun  resistivitas  bahan  konduktor  dipengaruhi  juga oleh  suhu  T  secara  linier.  Representasinya    diperlihatkan  pada  persamaan  di
bawah ini:
1 T
o
 
 
 atau
1 T
o
 
 
Impedansi Listrik
Impedansi  listrik  merupakan  parameter  penting  yang  digunakan  untuk menganalisa  rangkaian  elektronik  ,  komponen  listrik,  dan  bahan  bahan  lain.
Secara umum impedansi listrik Z didefiniskan sebagai total hambatan pada suatu rangkaian  elektronik  ketika  diberikan  arus  bolak-balik.  Nilai  impedansi  ini
dinyatakan  dalam  bentuk  bilangan  kompleks  dan  bisa  dibuat  grafik  fasor  dari resistor  R  pada  bagian  real,  reaktansiX  dari    kapasitor  C  dan  induktor  L
dalam  bagian  imazinernya  seperti  diilustrasikan  pada  Gambar  2.7  dari  Agilent technologies, 2000.
Gambar 2.7 Ilustrasi grafik fasor dari impedansi kompleks Keterkaitan  impedansi  dengan  kapasitasni  maupun  resistansi  diperlihatkan
pada persamaan 8a, b, dan c. Persamaan tersebut dipengaruhi nilai frekuensi dan sudut fasa
.
 
f jX
R Z
 
2.8a
i
e Z
Z 
2.8b
 
tan
1
R f
X
 2.8c
Reaktansi  terdiri  dari  dua  bentuk,  yaitu    induktif  X
L
dan  kapasitif  X
C
. Gambar  2.8  mewakili  dua  kemungkinan  bentuk  reaktansi  dan  representasi
korespondennya pada impedansi untuk frekuensi yang diberikan.
21
Gambar  2.8  Kemungkinan  bentuk  reaktansi  dan  representasi  korespondennya pada impedansi listrik Santos 2009
Jika ditinjau pembangkit sinyal  listrik sebagai fungsi waktu t
cos V
V
max
 untuk rangkaian LCR seri maka kaidah kirchoff memberikan
IR C
Q dt
dI L
t cos
V
max
 
 
2.9 Dengan menggunakan
dt dQ
I 
dan
 
 
 
t I
I cos
max
sehingga dengan mengatur kembali susunannya :
t cos
V C
Q dt
dQ R
dt Q
d L
max 2
2
 
Sudut fase diberikan oleh
R X
X
C l
 
 tan
Arus maksimum dituliskan
 
Z V
X X
R V
I
max 2
C L
2 max
max
 
 
2.10 Dengan begitu impedansi Z didefinisikan secara matematis sebagai
 
2 2
C L
X X
R Z
 
2.11 Besaran X
L
-X
C
disebut reaktansi total dan besaran Z disebut impedansi listrik Giancoli 2001.
Beberapa  metode  pengukuran  impedansi  telah  ada  dan  diperlihatkan  oleh Agilent  technologies,  2000.  metode  tersebut    mulai  dari  metode  tradisional
termasuk:  jembatan  wheatstone,  resonansi,  I-V,    RF  I-V,  network  analysis  dan auto balancing bridge.
Gambar 2.9 Metode pengukuran impedansi listrik dengan jembatan Wheatstone Santos 2009
Pada  Jembatan  Wheatsone  Gambar  2.9  dipakai  analisa  kondisi  ketika tidak ada arus yang melalui detektor, nilai impedansi Z
X
diketahui dapat diperoleh dengan hubungan elemen jembatan lainnya dengan:
3 2
1
Z Z
Z Zx
2.12
22
Berbagai  jenis  rangkaian  jembatan  seperti  penggunaan  kombinasi  L,  C, dan  komponen  R  sebagai  elemen  jembatan  telah  banyak  digunakan  dalam
aplikasinya.  Metode  ini  membutuhkan  biaya  rendah  dengan  cakupan  frekuensi yang  luas  DC  ke  300  MHz  walaupun  dengan  menggunakan  berbagai  jenis
jembatan.
Pada  pengukuran  impedansi  listrik  dengan  sistem  resonansi  digunakan skema pada Gambar 2.10.
Gambar 2.10  Metode pengukuran impedansi listrik dengan sistem resonansi Agilent technology
Ketika rangkaian disesuaikan pada kondisi resonansi yaitu dengan mengatur nilai kapasitornya, maka nilai impedansi Lx and Rx  diperoleh dengan pengujian
dan pengaturan frekuensinya, Kapasitansi dan nilai Q. Q merepresentasikan faktor kualitas  dari  induktansi.  Q  diukur  langsung  dengan  voltmeter  yang  ditempatkan
pada kapasitor. Karena koefisien loss  rangkaian pengukuran sangat rendah, maka nilai  Q  setinggi  1000  dapat  diukur.  Ini  menyajikan  akurasi  Q  yang  baik  sampai
dengan  Q  yang  tinggi,  tetapi  kebutuhan  untuk  tuning  untuk  resonansi  dan  pada impedansi rendah akurasi metode pengukuran ini memiliki kelemahan. Metode ini
memiliki rentang frekuensi yang berlaku dari 10 kHz sampai 70 MHz.
Metode  pengukuran  impedansi  listrik  dengan  sistem  I-V  dipelihatkan  pada Gambar  2.11.  nilai  impedansi  dari  bahan  yang  tidak  diketahui  dapat  dihitung
dengan rumus :
R V
V I
V Zx
2 1
1  
2.13 Nilai  arus  I  dihitung  menggunakan  pengukuran  tegangan  V
2
melintasi resistor  yang  rendah  dengan  keakuratan  yang  tinggi.  Dalam  prakteknya  sering
digunakan  transformator  low-los  yang  digunakan  sebagai  pengganti  R  untuk mencegah  dampak  yang  disebabkan  dengan  penempatan  resistor  yang  rendah
pada rangkaian . Rentang frekuensi yang berlaku antar 10 kHz sampai 100 MHz.. Metode  ini  memiliki  keuntungan  dapat  melakukan  pengukuran  perangkat
grounded dan cocok untuk kebutuhan tipe probe uji.
Gambar  2.11  Metode  pengukuran  impedansi  listrik  dengan  sistem  I-V  Agilent technology
23
Metode  pengukuran  impedansi  listrik  dengan  sistem  RF  I-V  diperlihatkan pada  Gambar  2.12  baik  untuk  impedansi  rendah  maupun  tinggi.  Metode  RF  I-V
didasarkan  pada  prinsip  yang  sama  sebagai  metode  pengukuran  I-V,  tetapi dikonfigurasi  dalam  cara  yang  berbeda  dengan  menggunakan  rangkaian
impedansi  pengukuran  yang  cocok  50 Ω  dan  tes  port  presisi  koaksial  untuk
operasi  pada  frekuensi  yang  lebih  tinggi.  Ada  dua  jenis  konfigurasi  pengukuran yang  cocok  untuk  impedansi  rendah  Gambar.  2.12  a,  dan  impedansi  tinggi
Gambar.  2.12.b.  Impedansi  Z
X
dihitung  dari  tegangan  terukur  V
1
dan  V
2
. Persamaan  2.14a  mengacu  pada  pengaturan  pengukuran  impedansi  rendah  dan
14b merujuk pada penyusunan pengukuran impedansi tinggi. Rentang frekuensi 1 MHz sampai 3 GHz yang dicapai pada metode ini dibatasi oleh transformator
ini
1 2
2 1
 
V V
R I
V Zx
2.14a
 
1 2
2 1
 
V V
R I
V Zx
2.14b
Gambar 2.12   Metode  pengukuran  impedansi  listrik  dengan  sistem  RF  I-V  a pada impedansi rendah dan b tinggi Agilent technology
Metode pengukuran impedansi listrik dengan network analysis diperlihatkan pada  Gambar  2.13.  Dalam  metode  ini  koefisien  refleksi  diperoleh  dengan
mengukur rasio antara sinyal datang dan sinyal pantul. Sebuah directional coupler atau  jembatan  yang  digunakan  untuk  mendeteksi  sinyal  pantul  dan  network
analyzer  digunakan  untuk  pasokan  dan  pengukuran  sinyal.  Selama    metode  ini digunakan  untuk  mengukur  impedansi  refleksi  di  Z
X
,  maka  metode  ini    dapat digunakan dalam rentang frekuensi yang lebih tinggi 300 kHz dan di atas.
Metode  ini  menyajikan  akurasi  yang  baik  ketika  impedansi  yang  tidak diketahui  dekat  dengan  impedansi  karakteristik  rangkaian,  tetapi  memiliki
kelemahan  yaitu  membutuhkan  suatu  prosedur  kalibrasi  ulang  ketika  terjadi perubahan  frekuensi.  Hal  ini  juga  menyebabkan  pengukuran  impedansi  yang
sempit.
Metode  pengukuran  impedansi  listrik  dengan  jembatan  auto  balance diperlihatkan pada Gambar 2.14. Arus yang mengalir melalui impedansi Z
X
, juga mengalir  melalui  resistor  R.  Potensial  pada  titik  L  dipertahankan  pada  nol
sehingga disebut virtual ground, karena arus melalui saldo R seimbang dengan arus  pada  Z
X
.  Hal    ini  dicapai dengan  pengoperasian  penguat  converter  I-V.
Impedansi  Z
X
dihitung  dengan  menggunakan  beda  tegangan  yang  diukur  pada titik H dan tegangan R.
24
Gambar  2.13  Metode  pengukuran  impedansi  listrik  dengan  network  analysis Agilent technology
Gambar 2.14 Metode pengukuran impedansi listrik dengan jembatan auto balance Agilent technology
Dalam  prakteknya,  konfigurasi  jembatan  auto  balance    otomatis keseimbangan berbeda untuk setiap jenis instrumen. Umumnya LCR meter, dalam
rentang  frekuensi  rendah  biasanya  di  bawah  100  kHz  menggunakan  penguat operasional yang sederhana untuk converter I-V nya. Jenis instrumen ini memiliki
kelemahan  akurasi  pada  frekuensi  tinggi,  karena  adanya  batasan  penguat  dalam hal kinerjanya.
Model Rangkaian Listrik Bahan
Model  rangkaian  listrik  pada  bahan  biologi  dari  mulai  sel  sampai  bahan pertanian lainnya sudah mulai dikaji oleh para peneliti. Namun prinsip dari model
tersebut adalah kesederhanaan dan kecocokan dengan data eksperimen.  Ellappan dan  Sundararajan  2005  telah  mencoba  memodelkan  sel  biologi  dengan  bentuk
rangkaian  listrik  yang  terdiri  dari  resistor  dan  kapasitor.  Masing-masing komponen tersebut mewakili dari bagian-bagian dari sel. Pemodelan berlandaskan
kelistrikan  ini  umunya  merupakan  pendekatan  arus  listrik  lemah  yaitu  sinyal listrik dengan nilai amplitudo yang kecil. Hal ini dilakukan agar pemberian listrik
tidak merusak bahan yang diuji.
Pemodelan  listrik  bisa  dipakai  dalam  bidang  pertanian,  diantaranya  pada model  impedansi  listrik  dari  pohon  jeruk.  Model  ini  dapat  menjelaskan  dan
menggambarkan  fenomena  persediaan  air  yang  terkait  dengan  mekanisme transportasi pada jaringan xilem Muramatsu dan Hiraoka 2007. Wu et al. 2008
melaporkan  bahwa  spektroskopi  impedansi  dengan  model  terdistribusi  yang didasarkan  pada  persamaan  model  impedansi  Cole-Cole  Gambar  2.15
memberikan  kecocokan  dengan  data  impedansi  hasil  pengukuran  pada  terung segar.
25
Pemodelan rangkaian listrik juga telah dilakukan oleh Wu et al. 2008 pada terung  dan  kentang.  Model  yang  dipakai  untuk  menjelaskan  fenomena
kelistrikanya  adalah  model  Hayden  Hayden  et  al.  1969  seperti  Gambar  2.16. Pemodelan rangkaian listrik lain telah dilakukan oleh  Bauchot et al. 2000 pada
buah  kiwi.  Dasar  pemodelannya  adalah  rangkaian  resistor  dan  kapasitor  yang didasarkan pada model yang telah diungkapkan oleh  Zhang  et al.  1990 seperti
pada Gambar 2.17.  Model  yang dibangun  merupakan pengembangan dari  model Hayden.Model  yang  dibangun  cukup  sederhan,  representatif.  Menurut  Ozier-
Lafontaine dan Bajazet pemodelan listrik yang dibangun untuk menjelaskan suatu fenomena  produk  harus  didasarkan  pada  kesederhanaan,  representasi  terbaik,
realistis  dan  konfigurasi  apakah  elemen  sirkuit  yang  terhubung  secara  seri  atau paralel Ozier-Lafontaine dan Bajazet 2005
Gambar  2.15  Model  rangkaian  listrik  untuk  mewakili  bahan  biologi  yang diusulkan Cole Liu 2006
Gambar 2.16 Model rangkaian listrik untuk  mewakili  bahan yang diusulkan oleh Hayden et al.1969
Gambar 2.17 Model rangkaian listrik untuk  mewakili  bahan yang diusulkan oleh Zhang et al. 1990
BAB 3 KARAKTERISTIK BUAH JERUK KEPROK GARUT MELALUI