Klasifikasi Sifat Kultur Staphylococus aureus
6. Patogenitas Staphylococcus aureus patogen menghasilkan koagulase dan
pigmen kuning bersifat hemolitik dan meragikan manitol.
Gambaran infeksi lokal Staphylococcus aureus adalah suatu infeksi folikel rambut, atau suatu abses biasanya suatu infeksi peradangan
yang hebat, terlokalisir, sakit, yang mengalami pernanahan sentral dan yang sembuh dengan cepat bila nanah kemudian dikeluarkan
Jawetz et al., 2008. Pengobatan terhadap infeksi Staphylococcus aureus dapat
menggunakan antibiotik seperti Eritromisin yang sering diberikan untuk luka pada kulit. Eritromisin merupakan antibiotik golongan
makrolid yang dapat menghambat sintesis protein bakteri gram positif seperti Staphylococcus aureus Yati et al., 2008. Infeksi
berat pada bakteri Gram positif yang disebabkan Staphylococcus aureus memerlukan pengobatan antibiotik penisilin secara oral atau
intravena, seperti penisilin, metisillin, sefalosporin, eritromisin, linkomisin, vankomisin, dan rifampisin. Sebagian besar galur
Stafilokokus sudah resisten terhadap berbagai antibiotik tersebut, sehingga perlu diberikan antibiotik berspektrum lebih luas seperti
kloramfenikol, amoksilin,
dan tetrasiklin.
Untuk MRSA
direkomendasikan vankomisin intravena Sumarno, 2010.
7. Epidemiologi Staphylococcus aureus merupakan parasit manusia yang dapat
ditemukan dimana-mana. Sumber utama infeksi adalah lesi terbuka, barang-barang yang terkontaminasi lesi tersebut, saluran
napas dan kulit manusia. Staphylococcus aureus meningkat tajam pada lingkungan rumah sakit terutama pada kamar perawatan bayi
yang baru lahir, unit perawatan intensif, kamar bedah, dan bagian kemoterapi kanker. Staphylococcus aureus patogen “epidemik”
masuk secara luas ke daerah-daerah ini dan mengakibatkan banyak penyakit klinis yang berbahaya. Staphylococcus aureus dapat
menyebabkan beberapa macam penyakit misalnya furunkel, karbunkel, impetigo,
SSSS Staphylococcal Scalded Skin
Syndrome, pneumonia, osteomielitis, bakteremia, endokarditis, infeksi metastatik, keracunan makanan, dan shock toxic syndrome
Jawetz et al., 2008.