Peranan Relawan Demokrasi Terhadap Partisipasi Pemilih Pada Pemilu Legislatif 2014 Di Kabupaten Deli Serdang

Peranan Relawan Demokrasi Terhadap Partisipasi Pemilih Pada Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Deli Serdang
Oleh: ARIMBI SINULINGGA
100906098 DosenPembimbing : Drs. Tonny P Situmorang, M.Si
DEPARTEMEN ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014
Universitas Sumatera Utara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK
ARIMBI SINULINGGA (100906098)
PERANAN RELAWAN DEMOKRASI TERHADAP PARTISIPASI PEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF 2014 DI KABUPATEN DELI SERDANG Rincian isi skripsi, 86 halaman, 3 tabel, 2 gambar, 18 buku, 3 situs internet, 1 Jurnal(Kisaran buku dari tahun 1987 - 2013)
ABSTRAK
Penelitian ini menguraikan program relawan demokrasi yang dibentuk oleh KPU dalam meningkatkan partisipasi pemilih pada pemilu legislatif 2014. Hal ini dilatarbelakangi oleh penurunan kualitas memilih, sebagian pemilih tidak semua datang ke TPS atas idealisme tertentu tetapi ada yang didasarkan pada kalkulasi untung rugi yang sifatnya material, seperti mendapatkan uang dan barang-barang kebutuhan hidup sehari-hari. Fenomena yang terjadi pada pemilih ini sebagian dikarenakan oleh tingkat pemahaman politik yang relatif rendah, melemahnya kesukarelaan masyarakat (voluntarisme) dalam agenda pencerdasan demokrasi.
Teori yang digunakan dalam menjelaskan penelitian ini adalah Teori Kebijakan Publik untuk melihat bagaimana dasar hukum dan bagaimana implementasi dalam pembentukan relawan demokrasi, teori partisipasi politik untuk melihat bagaimana relawan demokrasi sebagai warga sipil ikut berperan dalam meningkatkan partisipasi politik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan jenis penilitian kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah penelitian lapangan dengan metode wawancara dan observasi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa Pembentukan relawan demokrasi belum mencapai hasil maksimal, hal ini dikarenakan kendala yang mereka hadapi dilapangan tidak seperti yang dibayangkan. Melakukan pendidikan politik kepada masyarakat tidak semudah yang dipikirkan, apalagi masyarakat yang cenderung membiasakan dirinya untuk tidak terlibat dalam pemilu ternyata sulit menyadarkannya. Hal ini juga diperparah dengan kondisi deli serdang yang mempunyai cakupan wilayah yang sangat luas, tentu saja 25 orang dirasa tidak akan cukup dalam melaksanakan sosialisasi yang merata.
Universitas Sumatera Utara

HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan panitia penguji skripsi Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, oleh:

Nama Nim Judul


: Arimbi Sinulingga
: 100906098
:PERANAN RELAWAN DEMOKRASI TERHADAP PARTISIPASI PEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF 2014 DI KABUPATEN DELI SERDANG

Dilaksanakan pada:

Hari :

Tanggal

:

Pukul

:

Tempat

:


Tim Penguji:

Ketua

:

Drs. Tonny P. Situmorang, M.Si

NIP. 196210131987031004

Penguji Utama

:

Penguji Tamu

:

( ( (


) ) )

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Universitas Sumatera Utara

Halaman Persetujuan

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh

Nama Nim Judul

:Arimbi Sinulingga
:100906098
:PERANAN RELAWAN DEMOKRASI TERHADAP PARTISIPASI PEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF 2014 DI KABUPATEN DELI SERDANG

Ketua Departemen Ilmu Politik

Menyetujui:


Dosen Pembimbing

Dra. T. Irmayani, M.Si (NIP. 19680630199403200)

Drs. Tonny P.Situmorang, M.Si (NIP. 196210131987031004)

Mengetahui, Dekan FISIP USU

(Prof. Dr. Badaruddin, M.Si) NIP. 196805251992031002

Universitas Sumatera Utara

Karya ini dipersembahkan untuk Ayahanda Tercinta dan Ibunda Tercinta
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERANAN RELAWAN DEMOKRASI TERHADAP PARTISIPASI PEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF 2014 DI KABUPATEN DELI SERDANG”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Politik dari Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.
Selesainya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada, Ibu Dra. T. Irmayani, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Politik dan Kepada Bapak Drs. P. Anthonius Sitepu, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu Poitik. Penulis juga mengucapkan terimakasih yang tulus kepada Bapak Drs. Tonny Situmorang, MSi sebagai dosen pengajar dan dosen pembimbing penulis yang selama ini telah meluangkan waktu memberikan bimbingan, masukan dan kritik yang membangun kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Dekan Prof. Dr. Badaruddin, M.Si serta seluruh dosen dan staf pengajar Departemen Ilmu Politik yang telah meluangkan waktu untuk mendidik penulis selama menjalani masa perkuliahan. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada Kak Ema, Pak Burhan dan Kak Siti yang membantu penulis dalam urusan administratif kampus.
Secara khusus penulis mengucapkan kepada kedua orang tua, Bapak alm. Asrin Sinulingga dan Ibu Agustina Sebayang atas cinta, kasih sayang, doa dan kesabaran dalam membesarkan dan mendidik penulis kearah yang lebih baik.

Tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada teman – teman seperjuangan icons yang telah memberikan semangat, dukungan, dan masukan dalam penyelesaian
Universitas Sumatera Utara

skripsi ini. Juga penulis ucapkan terimakasih kepada teman-teman Ilmu Politik stambuk 2010 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Terakhir penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh narasumber yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, baik dari pihak Komisi Pemilihan Umum Kab. Deli Serdang dan Anggota Relawan Demokrasi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan dan kelemahan. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih atas semua bantuan dari semua pihak dalam penyelesaian skripsi ini dan berharap skripsi ini memberikan manfaat bagi kita.
Medan, Juli 2014 Arimbai Sinulingg
100906098
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

Halaman Halaman Judul Abstrak........................................................................................................................... i Abstract ........................................................................................................................ iii Halaman Pengesahan.................................................................................................... v Halaman Persetujuan .................................................................................................. vi Lembar Persembahan................................................................................................. vii Kata Pengantar .......................................................................................................... viii Daftar Isi ....................................................................................................................... x Daftar Tabel ............................................................................................................... xiii Daftar Gambar .......................................................................................................... xiv

BAB I

Pendahuluan 1.1.Latar Belakang Masalah..................................................................... 1 1.2.Perumusan Masalah ........................................................................... 5 1.3.Pembatasan Masalah .......................................................................... 6 1.4.Tujuan Penelitian ............................................................................... 6 1.5.Manfaat Penelitian ............................................................................. 7 1.6.Kerangka Teori .................................................................................. 7
1.6.1. Teori Kebijakan Publik............................................................ 8 1.6.2. Partisipasi Politik................................................................... 22 1.6.3. Sosialisasi Politik .................................................................. 30 1.7. Metode Penelitian ........................................................................... 33 1.7.1. Data Yang Diperlukan ........................................................... 33 1.7.2. Teknik Pengumpulan Data..................................................... 34 1.7.3. Sistematika Penulisan............................................................. 35

BAB II


Deskripsi Obyek Penelitian dan Relawan Demokrasi 2.1.Profil Kabupaten Deli Serdang........................................................... 7 2.2.Demografi Kabupaten Deli Serdang ................................................. 40 2.3.Visi dan Misi Kabupaten Deli Serdang............................................. 43

Universitas Sumatera Utara

2.4.Relawan Demokrasi ......................................................................... 44

BAB III

Peranan Relawan Demokrasi dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih 3.1.Proses Pembentukan Relawan Demokrasi ........................................ 58 3.2.Peranan Relawan Demokrasi............................................................ 65 3.3.Evaluasi Pembentukan Relawan Demokrasi ..................................... 74

BAB IV

Penutup A. Kesimpulan.................................................................................... 83 B. Saran.............................................................................................. 84

Daftar Pustaka ............................................................................................................ 86

Daftar Lampiran: Lampiran 1. Pedoman Wawancara dengan Pihak KPUD Kabupaten Deli Serdang Lampiran 2. Pedoman Wawancara dengan Anggota Relawan Demokrasi Lampiran 3. Pedoman Wawancara dengan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Tabel 2.1 Tabel 3.1

Halaman
Tahap Analisis Kebijakan Publik............................................................ 10 Daftar Nama-nama Relawan Demokrasi................................................. 49 Data Perbandingan Pemilih ................................................................... 75

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Gambar Contoh Stiker dalam sosialisasi Relasi ...................................... 28

Universitas Sumatera Utara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK
ARIMBI SINULINGGA (100906098)

PERANAN RELAWAN DEMOKRASI TERHADAP PARTISIPASI PEMILIH PADA PEMILU LEGISLATIF 2014 DI KABUPATEN DELI SERDANG Rincian isi skripsi, 86 halaman, 3 tabel, 2 gambar, 18 buku, 3 situs internet, 1 Jurnal(Kisaran buku dari tahun 1987 - 2013)
ABSTRAK
Penelitian ini menguraikan program relawan demokrasi yang dibentuk oleh KPU dalam meningkatkan partisipasi pemilih pada pemilu legislatif 2014. Hal ini dilatarbelakangi oleh penurunan kualitas memilih, sebagian pemilih tidak semua datang ke TPS atas idealisme tertentu tetapi ada yang didasarkan pada kalkulasi untung rugi yang sifatnya material, seperti mendapatkan uang dan barang-barang kebutuhan hidup sehari-hari. Fenomena yang terjadi pada pemilih ini sebagian dikarenakan oleh tingkat pemahaman politik yang relatif rendah, melemahnya kesukarelaan masyarakat (voluntarisme) dalam agenda pencerdasan demokrasi.
Teori yang digunakan dalam menjelaskan penelitian ini adalah Teori Kebijakan Publik untuk melihat bagaimana dasar hukum dan bagaimana implementasi dalam pembentukan relawan demokrasi, teori partisipasi politik untuk melihat bagaimana relawan demokrasi sebagai warga sipil ikut berperan dalam meningkatkan partisipasi politik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan jenis penilitian kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah penelitian lapangan dengan metode wawancara dan observasi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa Pembentukan relawan demokrasi belum mencapai hasil maksimal, hal ini dikarenakan kendala yang mereka hadapi dilapangan tidak seperti yang dibayangkan. Melakukan pendidikan politik kepada masyarakat tidak semudah yang dipikirkan, apalagi masyarakat yang cenderung membiasakan dirinya untuk tidak terlibat dalam pemilu ternyata sulit menyadarkannya. Hal ini juga diperparah dengan kondisi deli serdang yang mempunyai cakupan wilayah yang sangat luas, tentu saja 25 orang dirasa tidak akan cukup dalam melaksanakan sosialisasi yang merata.
Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Partisipasi politik merupakan aspek penting dalam sebuah tatanan negara demokratis, sekaligus merupakan ciri khas adanya modrenisasi politik.1 Secara umum partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain dengan jalan memilih pemimpin negara dan secara langsung atau tidak langsung, mempengaruhi kebijakan pemerintah (public policy). Kegiatan ini mencakup tindakan seperti memberikan suara dalam pemilihan umum dan lain sebagainya.2
Pemilihan umum merupakan suatu kegiatan yang sering diidentikkan sebagai suatu ajang pesta demokrasi, yang merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden, anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Gubernur dan Wakil Gubernur, Walikota dan Wakil Walikota ataupun memilih Bupati dan Wakil Bupati berdasarkan per Undang-Undangan yang berlaku. Melalui pemilihan umum, maka hak asasi rakyat dapat disalurkan, demikian juga halnya dengan hak untuk sama didepan hukum dan pemerintahan.3
Indonesia telah menyelenggarakan sepuluh kali pemilihan umum (Pemilu), yaitu Tahun 1955, 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997, 1999, 2004 dan 2009 untuk pemilihan calon legislatif (Pileg) dan pemilihan calon presiden dan wakil presiden
1 Drs.sudijono sastroatmodjo, perilaku politik, hal. 67 2 Miriam budiardjo, dasar – dasar ilmu politik, hal.367 3 Mahfud M, Hukum dan PilarPilar Demokrasi, Gama Media, Jogyakarta, 1999, hal 221-222
Universitas Sumatera Utara

(Pilpres). Namun jika dilihat dari aspek partisipasi politik dalam sejarah pesta demokrasi di Indonesia, pemilu tahun 1999 merupakan awal dari penurunan tingkat partisipasi politik pemilih, atau mulai meningkatnya golongan putih (golput), dibandingkan dengan Pemilu sebelumnya dengan tingkat partisipasi politik pemilih tertinggi 96,6% pada Pemilu tahun 1971.
Ada hal yang menarik dalam beberapa pelaksanaan PEMILU di Indonesia, selain berbicara sebagai sebuah bentuk partisipasi langsung masyarakat, hal yang menjadi fenomena lain adalah lahirnya sikap apatis masyarakat dengan meningkatnya pilihan untuk tidak berpartisipasi ataupun tidak menggunakan hak pillihnya, yang menjadi pertanyaan adalah jika begitu pentingnya suatu pemilu, mengapa begitu banyak masyarakat yang tidak berpartisipasi setiap berlangsungnya pemilu?
Secara prediktif jika kondisi politik dan ekonomi kurang kondusif, maka penyelenggaraan Pileg dan Pilpres 2014 nampaknya juga akan menghadapi realitas kondisional, yaitu di satu sisi penurunan partisipasi politik pemilih, dan di sisi lain meningkatnya jumlah Golput, sehingga akan timbul apatisme politik, seperti dikemukakan oleh McClosky bahwa:4 “Ada yang tidak ikut pemilihan karena sikap acuh tak acuh dan tidak tertarik oleh, atau kurang paham mengenai, masalah politik. Ada juga karena tidak yakin bahwa usaha untuk mempengaruhi kebijakan Pemerintah akan berhasil dan ada juga yang sengaja tidak memanfaatkan kesempatan memilih karena kebetulan berada dalam lingkungan dimana
4 H. Soebagio, implikasi golput dalam perspektif pembangunan demokrasi di indonesia. Hal 84
Universitas Sumatera Utara


ketidaksertaan merupakan hal yang terpuji”. Padahal tinggi rendahnya tingkat partisipasi politik masyarakat dapat dijadikan sebagai parameter keberhasilan suatu negara ataupun daerah dalam proses penerapan demokrasi.
Oleh sebab itu, Pemilu 2014 menjadi kekhawatiran tersendiri bagi penyelenggara Pemilu. Kekhawatiran itu cukup beralasan karena munculnya sikap apatis di tengah - tengah masyarakat terhadap pelaksananaan pemilu. Sikap masyarakat ini muncul berdasarkan pengalaman yang lalu melihat hasil pemilupemilu sebelumya yang cukup mengecewakan.
Sikap apatis masyarakat terjadi disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya, pemilu ternyata menghasilkan wakil-wakil rakyat dan pemimpin yang jauh dari harapan atau ekpektasi rakyat, banyak pemimpin dan politisi seringkali melupakan kewajibannya untuk memimpin negara dengan baik dan memakmurkan rakyatnya, mereka lebih mementingkan dirinya sendiri akan kekuasaan dan keserakahan yang akhirnya membuat mereka menjadi seorang koruptor akibatnya banyak nasib rakyat yang harus di korbankan dari rakyat miskin menjadi semakin miskin dan pejabat yang kaya semakin berlimpah ruah hartanya. Mereka dianggap lebih mementingkan kepentingan pribadi atau golongan ketimbang kepentingan rakyat banyak, ini juga terbukti dengan banyaknya kasus korupsi yang menjerat para anggota dewan. Belum lagi pemilu yang diselenggarakan dengan biaya yang mahal ini ternyata dirasakan tidak mengubah secara signifikan keadaan bangsa dan negara menjadi lebih baik, bahkan di beberapa bidang kehidupan terjadi kemerosotan.
Universitas Sumatera Utara

Di tengah-tengah menurunnya partisipasi masyarakat terhadap Pemilu tersebut untuk mengembalikan sikap kepedulian masyarakat dalam Pemilu 2014 berbagai cara dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) tingkat pusat maupun daerah, salah satunya adalah dengan membentuk Relawan Demokrasi di Kabupaten/Kota. Program relawan demokrasi adalah gerakan sosial yang dimaksudkan untuk meningkatkan partisipasi dan kualitas pemilih dalam menggunakan hak pilih. Selain itu dibentuk dengan tujuan membantu peran ormas (organisasi massa) dan partai politik yang dinilai sudah tidak aktif lagi mensosialisasikan pemilu.5
Relawan Demokrasi merupakan bentuk sosialisasi KPU dalam mengajak masyarakat untuk menggunakan hak pilih dengan cerdas dan juga menekan angka GOLPUT. Hal ini dilatarbelakangi oleh penurunan kualitas memilih, sebagian pemilih tidak semua datang ke TPS atas idealisme tertentu tetapi ada yang didasarkan pada kalkulasi untung rugi yang sifatnya material, seperti mendapatkan uang dan barang-barang kebutuhan hidup sehari-hari. Fenomena yang terjadi pada pemilih ini sebagian dikarenakan oleh tingkat pemahaman politik yang relatif rendah, melemahnya kesukarelaan masyarakat (voluntarisme) dalam agenda pencerdasan demokrasi.
Program Relawan Demokrasi yang dibentuk KPU melibatkan kelompok masyarakat yang berasal dari 5 (lima) segmen pemilih yaitu pemilih pemula, kelompok agama, kelompok perempuan, penyandang disabilitas dan kelompok
5 http://www.kpu.go.id/dmdocuments/Juklak%20Relawan%20Demokrasi.pdf
Universitas Sumatera Utara

marjinal. Pelopor-pelopor demokrasi ini dibentuk ke dalam setiap segmen yang kemudian menjadi penyuluh pada setiap segmennya. Pengelompokan itu dilakukan dengan kesadaran bahwa tidak semua komunitas mampu dijangkau oleh Relawan demokrasi. Program ini mempunyai landasan hukum ataupun undang – undang Pemilihan Umum, berdasarkan Surat Keputusan dari KPU NO.14/Kpts/Seskab655895/I/2014 Tentang Pembentukan Relawan Demokrasi.
Masalah – masalah di atas merupakan tantangan yang berat bagi Relawan Demokrasi untuk membangun kembali kesadaran masyarakat di tingkat bawah untuk dapat menggunakan hak politik dan mendongkrak partisipasi politik rakyat dalam pelaksanaan Pemilu kali ini. Maka dari itu, orang-orang yang tergabung dalam Relawan Demokrasi adalah orang yang benar-benar netral dan paham terhadap proses-proses demokratisasi di masyarakat, tidak ada mengaitkan dirinya untuk kepentingan pribadi dan mampu mengawal perilaku masyarakat di dalam komunitasnya untuk dapat menggunakan hak pilihnya dengan baik.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan diatas dan berangkat dari latar belakang masalah, peneliti mencoba merumuskan permasalahan yaitu “bagaimana peranan relawan demokrasi dalam meningkatkan partisipasi pemilih pada pemilihan legislatif tahun 2014 di Kabupaten Deli Serdang”
Universitas Sumatera Utara

1.3. Pembatasan Masalah Agar data yang akan dianalisis dalam penelitian ini sesuai dengan perumusan
masalah dan tujuan penelitian, maka dalam penelitian ini terdapat pembatasan masalah yang ditujukan untuk membatasi ruang lingkup penelitian dan akurasi data dari hasil penelitian. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah dalam penelitian ini memfokuskan dan membatasi penelitian di wilayah kabupaten Deli Serdang. Adapun Deli Serdang yang menjadi batasan masalah dalam penelitian karena penulis melihat luas wilayah deli serdang yang sangat besar serta persebaran penduduk yang tidak merata sehingga di asumsikan informasi mengenai PEMILU lebih sulit tersampaikan dibandingkan dengan wilayah kota,hal ini yang menjadi landasan penulis untuk mengkaji atau meneliti efektivitas relawan demokrasi di kabupaten Deli Serdang terkait dengan usaha untuk meningkatkan partisipasi politik masyarakat kabupaten Deli Serdang.

1.4. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana tingkat partisipasi pemilih masyarakat deli serdang pada pemilu legislatif 9 April 2014 dengan adanya relawan demokrasi yang dibentuk oleh KPU
Universitas Sumatera Utara

2. Untuk mengetahui bagaimana efektifitas kinerja relawan demokrasi dalam melakukan sosialisasi terhadap masyarakat yang dituju dan bagaimana respon masyarakat dengan adanya relawan demokrasi.
1.5. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian yang dilakukan penulis adalah :
1. Secara teoritis maupun metodologis studi ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap perkembangan dan pendalaman studi partisipasi politik khususnya di Medan dan umumnya di Indonesia.
2. Bagi penulis sendiri, untuk mengembangkan kemampuan berfikir penulis melalui karya ilmiah melalui penelitian ini.
3. Secara akademis, dapat menjadi bahan acuan ataupun referensi bagi para mahasiswa ilmu politik di Indonesia.
4. Menambah pengetahuan bagi masyarakat, yang dalam hal ini lebih diprioritaskan kepada partisipasi politik masyarakat secara umum.
1.6. Kerangka Teori Dalam teori ini penulis akan memaparkan teori – teori yang merupakan
landasan berpikir masalah – masalah penelitian yang sedang disoroti.
Universitas Sumatera Utara

1.6.1. Teori Kebijakan Publik
Studi kebijakan publik sudah ada sejak abad ke-18 sebelum masehi. Dimana pada masa itu sudah terbit sebuah peraturan pemerintah Babilonia yang disebut dengan kode Hammurabi yang ditulis oleh penguasa Babilonia pada abad 18 sebelum masehi. Dalam kode Hammurabi tersebut adalah produk kebijakan publik pada masa itu yang mencantumkan sebuah persyaratan-persyaratan ekonomi dan sosial untuk sebuah permukiman urban yang stabil. Dan tanda-tanda keberadaan kebijakan publik ditemukan pada arkeologi masyarakat abad pertengahan. Pada masa itu, struktur masyarakat sudah menjadi demikian beragam.6
Istilah kebijakan atau policy dipergunakan untuk menunjuk perilaku seorang aktor (misalnya seorang pejabat, suatu kelompok, maupun suatu lembaga pemerintah) atau sejumlah aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu, keterlibatan aktor-aktor dalam perumusan kebijakan kemudian inilah menjadi ciri khusus dari kebijakan publik dalam suatu sistem politik. Namun demikian, satu hal yang harus diingat dalam mendefenisikan kebijakan adalah bahwa pendefenisian kebijakan tetap harus mempunyai pengertian mengenai apa yang sebenarnya dilakukan daripada apa yang diusulkan dalam tindakan mengenai suatu persoalan tertentu, dan mencakup pula arah atau apa yang dilakukan dan tidak semata-mata menyangkut usulan tindakan, hal ini dilakukan karena kebijakan merupakan suatu proses yang mencakup pula tahap implementasi dan evaluasi.7
6 Fadillah putra, Paradigma kritis dalam studi kebijakan publik 7 Budi,winarno, Teori dan Proses Kebijakan Publik hal 16
Universitas Sumatera Utara


Kebijakan di pergunakan dalam pengertian yang berbeda – beda. E. Hugh Heclo mengatakan bahwa kebijakan adalah cara bertindak yang sengaja untuk menyelesaikan beberapa permasalahan untuk mencapai tujuan tertentu. Menurutnya kebijakan lebih dapat digolongkan sebagai suatu alat analysis daripada sebagai suatu rumusan kata-kata.8
Kebijakan merupakan keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan tindakan yang secara langsung mengacu pengelolaan, pendistribusian sumber daya alam, finansial dan manusia demi kepentingan publik, yaitu rakyat banyak, penduduk, masyarakat atau warga negara. Kebijakan merupakan hasil dari adanya sinergi, kompromi atau bahkan kompetisi antara berbagai gagasan, teori, ideologi dan kepentingan yang mewakili sistem politik suatu negara.9
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kebijakan (policy) adalah sebuah keputusan yang diambil oleh seorang pelaku politik, dalam usaha memilih tujuan dan cara untuk mencapai tujuan itu. Pada dasarnya para pelaku politik tersebut mempunyai kewenangan atau kekuasaan dalam membuat suatu kebijakan tersebut.
Istilah publik dalam rangkaian kata kebijakan publik mengandung tiga makna yaitu pemerintah, masyarakat, dan umum. Kebijakan publik tersebut dibuat oleh badan pemerintah bukan organisasi swasta. Dalam lingkup subjek, kebijakan publik adalah kebijakan dari pemerintah. Jadi salah satu ciri kebijakan adalah kebijakan dari pemerintahlah yang dapat dianggap kebijakan yang resmi dan dengan demikian
8 Said Abidin Zainal, Kebijakan Publik, hal.21 9 Edi suharto, kebijakan sosial sebagai kebijakan publik. Hal 3
Universitas Sumatera Utara

mempunyai kewenangan yang dapat memaksa masyarakat untuk mematuhi nya. Dalam lingkup objek adalah lingkungan yang dikenai kebijakan, pengertian publik disini adalah masyarakat. Pengertian umum dari istilah publik dalam kebijakan terdapat dalam strata kebijakan. Suatu kebijakan publik biasanya tidak bersifat spesifik dan sempit tetapi lebih luas dan berada pada strata strategis. Sebab itu kebijakan publik berfungsi sebagai pedoman umum untuk kebijakan dan keputusankeputusan khusus dibawahnya.10
Kebijakan publik tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai dan praktik sosial yang ada dalam masyarakat. Ketika kebijakan publik berisi nilai-nilai yang bertentangan dengan nilai-nilai kehidupan dalam masyarakat maka kebiakan tersebut akan mendapat resistensi ketika diimplementasikan. Sebaliknya kebijakan publik harus mampu mengakomodasi nilai-nilai dan praktik- praktik yang hidup dan berkembang dalam mayarakat. Lingkup kebijakan publik sangat luas karena mencakup berbagai sektor atau bidang pembangunan, seperti kebijakan publik dibidang pendidikan, pertanian, kesehatan, transportasi, pertahanan, dan sebagainya.
Secara tradisional pakar ilmu politik mengkategorikan kebijakan publik
11
kedalam kategori: a. Kebijakan substantif Kebijakan substantif adalah kebijakan yang menyangkut apa yang akan dilakukan oleh pemerintah, seperti kebijakan subsidi Bahan Bakar Minyak(BBM), Kebijakan Raskin (Beras Untuk Orang Miskin).
10 Ibid hal 22 11 Said Abidi Zainal,ibid
Universitas Sumatera Utara

Sedangkan bagaimana kebijakan substantif dijalankan disebut kebijakan prosedural. Misalnya kebijakan yang berisi kriteria orang yang disebut miskin dan bagaimana prosedur untuk memperoleh raskin. b. Kebijakan Distributif Kebijakan distributif menyangkut distribusi pelayanan atau kemanfaatan pada masyarakat atau segmen masyarakat tertentu atau individu. Sebagai contoh : kebijakan subsidi BBM dan Obat Generik c. Kebijakan Material dan Kebijakan Simbolis Kebijakan ini merupakan kebijakan yang memberikan keuntungan sumberdaya konkrit pada kelompok sasaran. Sedangkan kebijakan simbolis adalah kebijakan yang memberikan manfaat simbolis pada kelompok sasaran, misalnya kebijakan libur hari natal dan idul fitri. d. Kebijakan yang berhubungan dengan barang umum dan privat Kebijakan barang umum (public goods) adalah kebijakan yang bertujuan mengatur pemberian barang atau pelayanan publik, misalnya kebijakan membangun jalan raya, kebijakan pertahanan dan keamanan. Sedangkan kebijakan yang berhubungan dengan barang privat (privat goods) adalah kebijakan yang mengatur penyediaan barang atau pelayanan untuk pasar bebas, misalnya pelayanan pos, parkir umum, dan perumahan.
Universitas Sumatera Utara

1.6.1.1. Proses Kebijakan Publik Proses pembuatan kebijakan publik merupakan proses yang kompleks karena
melibatkan banyak proses maupun variabel yang harus dikaji. Oleh karena itu, beberapa ahli kebijakan publik membagi proses-proses kebijakan publik ke dalam beberapa tahap. Tujuan ini adalah untuk memudahkan kita dalam mengkaji kebijakan publik.12 Adapun tahap-tahap atau proses dalam kebijakan publik adalah sebagai berikut :13
a. Tahap Penyusunan Agenda Para pejabat yang diangkat menempatkan masalah pada agenda
publik. Sebelumnya masalah-masalah ini berkompetisi terlebih dahulu untuk dapat masuk ke dalam agenda kebijakan. Dan pada akhirnya, beberapa maslah masuk ke dalam agenda kebijakan para perumus kebijakan. Pada tahap ini suatu maslah mungkin tidak disentuh sama sekali dan beberapa yang lain pembahasan untuk masalah tersebut ditunda untuk waktu yang lama. b. Tahap Formulasi Kebijakan
Masalah yang masuk dalam agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tersebut didefenisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif yang ada. Sama halnya dengan perjuangan
12 ibid 13 Charles Lindblom, Proses penetapan kebijakan publik ditererjemah Ardian Syamsudin hal
Universitas Sumatera Utara

suatu masalah untuk masuk kedalam agenda kebijakan, dalam tahap perumusan kebijakan masing-masing alternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah. Pada tahap ini, masing-masing aktor akan bermain mengusulkan pemecahan masalah terbaik.
c. Tahap Adopsi Kebijakan Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para
perumus kebijakan, pada akhirnya salah satu dari alternatif kebijakan tersebut diadopsi dengan dukungan dari mayoritas legislatif, consensus antar direktur lembaga atau keputusan peradilan. d. Tahap Implementasi Kebijakan
Suatu program kebijakn hanya akan menjadi catatan-catatan elit, jika program tersebut tidak diimplementasikan. Oleh karena itu, program kebijakan yang telah diambil sebagai alternative pemecahan masalah harus diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan-badan birokrasi maupun agen-agen pemerintah di tingkat bawah. Kebijakan yang telah diambil dilaksanakan oleh unit-unit administrasi yang memobilisasikan sumberdaya financial dan manusia. Pada tahap implementasi ini berbagai kepentingan akan bersaing.
Universitas Sumatera Utara

e. Tahap Penilaian Kebijakan Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau
dievaluasi untuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat mampu memecahkan masalah. Kebijakan publik pada dasarnya dibuat untuk meraih dampak yang diinginkan. Dalam hal ini memperbaiki masalah yang dihadapi masyarakat. Oleh karena itu, ditentukanlah ukuran atau kriteria yang menjadi dasar untuk menilai apakah kebijakan publik telah meraih dampak yang diinginkan. Proses kebijakan publik adalah proses penetapan kebijakan oleh para pengambil kebijakan yang menyangkut tentang kepentingan rakyat banyak. Dalam penetapan kebijakan tersebut biasanya melibatkan banyak unsur diluar para pengambil kebijakan, hal ini dikarenakan banyak isu agenda yang dibahas berasal dari masyarakat yang disampaikan melalui konsep gerakan sosial. Sehingga dalam perspektif pluralisme proses kebijakan publik adalah sebuah arena dimana rakyat secara bebas dapat mengajukan kepentingannya karena semakin banyaknya jenis kebutuhan rakyat yang harus diselesaikan oleh pemerintah. Hal ini misalnya terdapat dalam proses penetapan kebijakan KPU itu sendiri yang menetapkan kebijakan pembentukan relawan demokrasi yang pada kebijakan ini pihak yang terkait bukan saja dari lembaga pemerintahan itu sendiri namun masyarakat juga terlibat.
Universitas Sumatera Utara

1.6.1.2. Aktor – Aktor dalam Penetapan Kebijakan
Aktor-aktor atau pemeran serta dalam penetapan kebijakan dapat dibagi kedalam dua kelompok, yakni Aktor resmi dan aktor tidak resmi : 14
a. Aktor / Pemeran Serta Resmi i) Badan-badan administrasi ( agen-agen pemerintah ) Badan-badan administrasi dalam hal ini dapat membuat dan melanggar undang-undang, dan sering membuat keputusan-keputusan yang mempunyai konsekuensi-konsekuensi politik dankebijakan yang luas. ii) Lembaga Legislatif Dalam hal ini yaitu dalam penetapan kebijakan, maka lembaga legislatif adalah yang lebih mempunayi kapasitas karena sesuai dengan tugas dan fungsinya. Legislatif dapat membahas dan megeluarkan sebuah kebijakan yang menyangkut tentang kepentingan masyarakat dalam bentuk Undang-undang.
b. Aktor / Pemeran Tidak Resmi i) Kelompok Kepentingan Kelompok ini merupakan pemeran serta tidak resmi yang memainkan peran serta tidak resmi dalam pembuatan kebijakan di hampir semua Negara. Pengaruh kelompok kepentingan terhadap keputusan kebijakan tergantung pada banyak faktor yang menyangkut ukuran-ukuran
14 Budi winarno Teori dan Proses Kebijakan Publik hal 90
Universitas Sumatera Utara

keanggotaan kelompok, keuangan dan sumber lain. Seperti misalnya Serikat Buruh, Organisasi guru. Kamar dagang dan lain sebagainya. ii) Partai Politik Dalam konteks masyarakat modern, partai politik seringkali melakukan agregasi kepentingan dan berusaha untuk mengubah tuntutan-tuntutan dari masyarakat menjadi alternatif kebijakan. Karena dalam perspektif negara demokrasi, kebijakan yang dijalankan oleh birokrasi adalah merupakan agenda kebijakan dari Partai Politik. Eksistensi partai politik ditunjukkan melalui kompetensi mereka dalam hal kebijakan publik, yaitu sejauh manakah parati politik yang ada respon terhadap tuntutantuntutan masyarakat.
1.6.1.3. Kerangka Kerja Kebijakan Publik
Kerangka kerja kebijakan publik akan ditentukan beberapa variabel sebagai berikut :15
a. Tujuan yang akan dicapai. Ini mencakup kompleksitas tujuan yang akan dicapai. Apabila tujuan kebijakan semakin kompleks, maka semakin sulit mencapai kinerja kebijakan. Sebaliknya, apabila tujuan kebijakan semakin sederhana, maka semakin mudah untuk mencapainya.
b. Preferensi nilai seperti yang perlu dipertimbangkan dalam pembuatan kebijakan publik. Suatu kebijakan yang mengandung berbagai variasi nilai akan jauh lebih sulit untuk dicapai dibanding dengan suatu kebijakan yang hanya mengejar satu nilai.
15 Subarsono,Analisis Kebijakan Publik. hal 7
Universitas Sumatera Utara

c. Sumber daya yang mendukung suatu kebijakan. Kinerja suatu kebijakan akan ditentukan oleh sumberdaya finansial, material dan infrastruktur lainnya.
d. Kemampuan aktor yang terlibat dalam pembuatan kebijakan. Kualitas dari suatu kebijakan akan dipengaruhi oleh kualitas para aktor yang terlibat dalam proses penetapan kebijakan. Kualitas tersebut akan ditentukan dari tingkat pendidikan, kompetensi dibidangnya, pengalaman kerja dan integritas moralnya.
e. Lingkungan yang mencakup lingkungan sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya. Kinerja dari suatu kebijakan akan dipengaruhi oleh konteks sosial, ekonomi, politik tempat kebijakan tersebut diimplementasikan
f. Strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan. Strategi yang digunakan untuk mengimplementasikan suatu kebijakan akan mempengaruhi kinerja dari suatu kebijakan. Strategi yang digunakan bisa bersifat top-down approach atau buttom-up approach, otoriter atau demokratis.
1.6.1.4. Implementasi Kebijakan Publik Implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian yang luas,
merupakan alat administrasi hukum dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur, dan teknik yang bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan.16
Kebijakan pemerintah selalu mengandung paling tidak tiga komponen dasar yaitu: tujuan yang luas, sasaran yang spesifik dan cara mencapai sasaran tersebut (implementasi kebijakan).
16 Dikutip oleh Budi Winarno dari James P.Lester dan Joseph Stewart. Public Policy:an Evolutionary Approach, (second edition,Australia:Wadsworth,2000), hal.104.
Universitas Sumatera Utara

Tindakan-tindakan ini mencakup usaha-usaha untuk mengubah keputusankeputusan menjadi tindakan-tindakan operasional dalam kurun waktu tertentu maupun dalam rangka melanjutkan usaha-usaha untuk mencapai perubahanperubahan besar dan kecil yang ditetapkan oleh keputusan-keputusan kebijakan. Dengan demikian, tahap implementasi terjadi hanya setelah aturan hukum ditetapkan dan dana disediakan untuk membiayai implementasi kebijakan tersebut.17 Jika suatu kebijakan tidak tepat atau tidak dapat mengurangi masalah yang merupakan sasaran dari kebijakan, maka kebijakan itu mungkin akan mengalami kegagalan sekalipun kebijakan itu diimplementasikan dengan sangat baik. Sementara itu,suatu kebijakan yang baik mungkin juga akan mengalami kegagalan jika kebijakan tersebut kurang diimplementasikan dengan baik oleh para pelaksana kebijakan.
Menurut Grindle, implementasi kebijakan ditentukan oleh isi kebijakan dan konteks implementasinya. Isi kebijakan meliputi: kepentingan yang dipengaruhi tipe manfaat, derajat perubahan yang diharapkan, letak pengambilan keputusan, pelaksana program dan sumber daya yang dilibatkan. Sedangkan konteks implementasi terdiri dari: (1) kekuasaan, kepentingan, dan strategi aktor yang terlibat; (2) karakteristik lembaga dan penguasa; (3) kepatuhan dan daya tanggap. Menurut Sabatier dan Mazmanian; implementasi kebijakan merupakan fungsi dari tiga variabel yaitu; (1) karakteristik masalah; (2) struktur manajemen program yang tercermin dalam berbagai macam peraturan yang mengoperasikan kebijakan, dan (3) faktor-faktor di luar peraturan.
17 Budi winarno,opcit hal 102
Universitas Sumatera Utara

Hood dalam buku Limits to Administration (1976) menerangkan dalam tataran hasil, kondisi dan syarat yang harus dijalankan untuk mendapatkan implementasi kebijakan yang sempurna, harus memiliki lima karakteristik kondisi dan syarat seperti; pertama, bahwa implementasi ideal itu adalah produk dari organisasi yang padu seperti militer, dengan garis otoritas yang tegas; kedua, bahwa norma-norma akan ditegakkan dan tujuan ditentukan; ketiga, bahwa orang akan melaksanakan apa yang diminta dan diperintahkan; keempat, bahwa harus ada komunikasi yang sempurna di dalam dan di antara organisasi; kelima, bahwa tidak ada tekanan waktu.18
1.6.1.5. Analisis Kebijakan Publik Analisis kebijakan publik merupakan sebuah disiplin ilmu sosial terapan
yang menggunakan berbagai metode kebijakan publik dan argumen untuk menghasilkan dan memindahkan informasi yang relevan dengan kebijakan sehingga dimanfaatkan di tingkat politik dalam rangka memecahkan masalah-masalah kebijakan.
Menurut William Dunn, proses analisis kebijakan publik adalah serangkaian aktivitas dalam proses kegiatan yang bersifat politis. Aktivitas politis tersebut diartikan sebagai proses pembuatan kebijakan dan divisualisasikan sebagai serangkaian tahap yang saling bergantung yaitu:19
a. Penyusunan agenda b. Formulasi kebijakan
18 Wayne Parsons, Public Policy Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan hal 467 19 William Dunn. 1998. Pengantar analisis kebijakan publik. Hal 24
Universitas Sumatera Utara

c. Adopsi kebijakan d. Implementasi kebijakan e. Penilaian kebijakan

Proses analisis kebijakan publik adalah serangkaian aktivitas intelektual yang

dilakukan dalam proses kegiatan yang bersifat politis. Aktivitas politis tersebut

nampak dalam serangkaian kegiatan yang mencakup penyusunan agenda, formulasi

kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan, dan penilaian kebijakan.

Tabel 1. Tahap Analisis Kebijakan

Tahap

Karakterisitik

Perumusan Masalah Memberikan informasi mengenai kondisi –

kondisi yang menimbulkan masalah

Forecasting

Memberikan informasi mengenai konsekuensi di

(Peramalan)

masa mendatang dari diterapkannya alternatif

kebijakan, termasuk apabila tidak membuat

kebijakan

Rekomendasi

Memberikan informasi mengenai manfaat bersih

Kebijakan

dari setiap alternatif, dan merekomendasikan

alternatifkebijakan yang memberikan manfaat

paling tinggi.

Monitoring Kebijakan Memberikan informasi mengenai konsekuensi

sekarang dan masa lalu dari diterapkannya

alternatif kebijaikan termasuk kendala –

kendalanya.

Evaluasi Kebijakan

Memberikan informasi mengenai kinerja atau

hasil dari suatu kebijakan.

Sumber AG. Subarsono 2009:10

Thomas Dye menyarankan beberapa kriteria yang dapat digunakan sebagai

landasan peneliti dalam menganalisis kebijakan publik. Pertama, model harus dapat

mengkalasifikasikan variabel-variabel yang ada sehingga lebih sederhana untuk

diteliti. Kedua, model harus dapat mengidentifikasikan aspek-aspek yang penting

Universitas Sumatera Utara

dalam kebijakan publik. Ketiga, model harus kongruen dengan realitas yang diteliti. Keempat, model harus dapat mengkomunikasikan sesuatu yang bermakna menurut cara yang kita mengerti. Kelima, model harus mampu mengarahkan menyelidikan dan penelitian kebijakan publik. Keenam¸ model harus dapat menyarankan penjelasan bagi kebijakan publik.
Berdasarkan bagan/kerangka pemikiran dihubungkan dengan permasalahan yang diteliti adalah:
1. Public Policy Merupakan rangkaian pilihan yang harus saling berhubungan (termasuk keputusan-keputusan untuk tidak bertindak) yang dibuat oleh badan atau pejabat pemerintahan, diformulasikan dalam bidang-bidang isu seperti pertahanan,energi, kesehatan dan pendidikan. 2. Policy Stakeholder Para individu atau kelompok individu yang mempunyai andil dalam kebijakan karena mereka mempengaruhi dan dipengaruhi oleh keputusan pemerintah. Pelaku kebijakan misalnya kelompok warga negara, perserikatan birokrasi, partai politik, agen-agen pemerintah, pimpinan terpilih dan para analis kebijakan. 3. Policy Enviroment Konteks khusus dimana kejadian-kejadian disekeliling isu kebijakan terjadi mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pembuat kebijakan dan kebijakan publik oleh karena itu sistem kebijakan berisi proses yang bersifat dialektis yang berarti bahwa
Universitas Sumatera Utara

dimensi objektif dan subjektif dari pembuat kebijakan tidak dapat terpisahkan di dalam prakteknya. Sistem kebijakan adalah produk manusia yang subjektif yang diciptakan melalui pilihan-pilihan yang sadar oleh para pelaku kebijakan. Sistem kebijakan adalah realitas objektif yang dimanifestasikan dalam tindakan-tindakan yang teramati berikut konsekuensinya.20
1.6.2. Parsitipasi Politik Partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk
ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, dengan jalan memilih pemimpin negara secara langsung atau tidak langsung ataupun mempengaruhi kebijakan pemerintah (public policy). Kegiatan ini mencakup tindakan seperti memberikan suara dalam pemilihan umum, menghadiri rapat umum, menjadi anggota suatu partai atau kelompok kepentingan, mengadakan pendekatan atau hubungan (contacting) dengan pejabat pemerintah atau anggota parlemen dan sebagainya.21
Menurut Herbert McClosky, Dalam International Encylopaedia of the Social Sciences, memberikan batasan partisipasi politik sebagai “kegiatan – kegiatan sukarela dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa, dan secara langsung atau tidak langsung, dalam proses pembentukan kebijakan umum”.22
Miriam Budiarjo mendefinisikan bahwa partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut secara aktif dalam kehidupan politik
20 Thomas R Dye. 1981. Understanding Public Policy 21 Miriam budiardjo,op.cit 184 22 Dr. Damsar, Pengantar Sosiaologi Politik, Jakarta: Kencana Prenanda media Group,2010 hal 180.
Universitas Sumatera Utara

yaitu dengan cara jalan memilih pimpinan negara secara langsung atau tidak langsung, mempengaruhi kebijakan pemerintah. Kegiatan ini mencakup tindakan seperti memberikan suara dalam pemilihan umum, menghadiri rapat umum, menjadi anggota suatu partai atau kelompok kepentingan, mengadakan hubungan dengan pejabat pemerintah atau anggota parlemen. Ramlan Surbakti mendefenisikan partisipasi politik itu sebagai kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan kebijaksanaan umum dan dalam ikut menentukan pemimpin pemerintahan.23
Partisipasi politik meurut Keith Fauls sebagaimana dikutip oleh Damsar adalah keterlibatan secara aktif (the active engagement) dari individu atau kelompok ke dalam proses pemerintahan. Keterlibatan ini mencakup keterlibatan dalam proses pengambilan keputusan maupun berlaku oposisi terhadap pemerintah.24
Menurut Samuel P. Huntington dan Joan Nelson25 yang dimaksud partisipasi politik antara lain,
1. Patisipasi Politik mencakup kegiatan-kegiatan akan tetapi tidak sikapsikap. Dimana kegiatan politik adalah yang objektif dan sikap-sikap politik yang subjektif.
2. Yang diperhatikan dari partisipasi politik adalah kegiatan politik warga negara preman, atau lebih tepat lagi perorangan-perorangan dalam peranan mereka sebagai warga negara preman. Dengan demikian ada
23 Miriam Budhiardjo, Partisipasi dan Partai Politik hal 12 24 Damsar, Pengantar Sosiologi Politik hal 180 25 Samuel P. Hungtington; Joan M. Nelson, Partisipasi Politik diNegara Berkembang
Universitas Sumatera Utara

hubungan antara partisipasi-partisipasi politik dan orang – orang profesional di bidang politik. 3. Yang menjadi pokok perhatian dalam partisipasi politik adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk mempengaruhi pengembilan keputusan pemerintah. Usaha– usaha untuk mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah dapat melibatkan usaha membujuk atau menekan pejabat-pejabat untuk bertindak (atau tidak bertindak) dengan cara-cara tertentu. 4. Menurutnya bahwa partisipasi politik mencakup semua kegiatan yang dimaksudkan untuk mempengaruhi pemerintah,tak peduli apakah kegiatan itu benar – benar mempunyai efek. Seorang partisipan politik dapat berhasil atau tidak akan dapat berkuasa atau tidak. Dalam pengertian ini, maka kebanyakan partisipan politik mempunyai kekuasaan yang kecil saja, dan hanya beberapa partisipan saja yang mencapai sukses yang cukup besar dalam politik.
Bagi pemerintah partisipasi politik dapat dikemukakan dalam berbagai fungsi. Pertama, partisipasi politik masyarakat untuk mendukung program-program pemerintah. Hal ini berarti bahwa peran serta masyarakat diwujudkan untuk mendukung program politik dan program pembangunan. Kedua, partisipasi masyarakat berfungsi sebagai organisasi yang menyuarakan kepentingan masyarakat untuk masukan bagi pemerintah dalam mengarahkan dan meningkatkan pembangunan. Ketiga, sebagai sarana memberikan masukan, saran, dan kritik
Universitas Sumatera Utara

terhadap pemerintah dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Oranisasiorganisasi social kemasyarakatan (ormas) dan organisasi social politik (orsospol) merupakan contoh dari fungsi politik lain.26
1.6.2.1. Partisipasi Politik Masyarakat Partisipasi merupakan salah satu aspek penting demokrasi. Partisipasi
merupakan taraf partisipasi politik warga masyarakat dalam kegiatan-kegiatan politik baik yang bersifat aktif maupun pasif dan bersifat langsung maupun yang bersifat tidak langsung guna mempengaruhi kebijakan pemerintah.
Wahyudi Kumorotomo mengatakan Partisipasi adalah berbagai corak tindakan massa maupun individual yang memperlihatkan adanya hubungan timbal balik antara pemerintah dan warganya.27Partisipasi masyarakat dalam kegiatan – kegiatan lain dari pada pemilihan umum di atur sedemikian rupa sehingga mendukung usaha perubahan masyarakat ke arah terciptanya masyarakat. Partisipasi politik tidak hanya dibina melalui partai politik, Tetapi juga melalui organisasi – organisasi yang mencakup golongan muda, golongan buru serta organisasi– organisasi kebudayaan.28
Partisipasi masyarakat dalam kegiatan – kegiatan lain dari pada pemilihan umum di atur sedemikian rupa sehingga mendukung usaha perubahan masyarakat ke arah terciptanya masyarakat. Partisipasi politik tidak hanya dibina melalui partai
26 Sudijono, Sastroatmodjo, Perilaku Politik, hal 86 27 Wahyudi Kumorotomo, Etika Administrasi Negara,hal 112 28 Miriam budiajro, opcit hal 13
Universitas Sumatera Utara

politik, Tetapi juga melalui organisasi – organisasi yang mencakup golongan muda, golongan buru serta organisasi–organisasi kebudayaan.29
Anggota yang berpartisipasi dalam proses politik, misalnya melalui pemberian suara atau kegiatan lain, terdorong oleh keyakinan bahwa melalui kegiatan bersama itu kepentingan mereka akan tersalur atau sekurang – kurangnya diperhatikan, dan bahwa mereka sedikit banyak dapat mempengaruhi tindakan dari mereka yang berwenang untuk membuat keputusan yang mengikat. Dengan kata lain, mereka percaya bahwa kegiatan mereka mempunyai efek politik. Dari penjelasan tersebut, orang kemudian menuntut diberikan hak bersuara dalam penyelenggara pemerintah. Perasaan kesadaran seperti ini dimulai dari orang yang berpendidikan, yang kehidupannya lebih baik, dan orang – orang terkemuka.
Berikut ini dikemukakan sejumlah “rambu-rambu” partisipasi politik menurut Ramlan Surbakti : 30
a. Partisipasi politik berupa kegiatan atau perilaku luar individu warga negara biasa yang dapat diamati, bukan perilaku dalam yang berupa sikap dan orientasi. Karena sikap dan orientasi tidak selalu termanifestasikan dalam perilakunya,
b. Kegiatan tersebut diarahkan untuk mempengaruhi perilaku selaku pembuat dan pelaksana