Prosedur dan Tata Cara Pengajuan Restitusi Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur

(1)

PROSEDUR PENGAJUAN RESTITUSI PEMBAYARAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA

MEDAN TIMUR

O L E H

NAMA : RIZKA YUDISTIRA NIM : 102600011

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

Bismillahirrahmanirrahim… Assalamualaikum wr….wb…

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, hidayah, kesehatan, keselamatan, dan kemudahan sehingga penulis dengan penuh rasa syukur dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini. Penulisan Tugas Akhir ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madia (A.Md). Adapun judul Tugas Akhir ini adalah “Prosedur dan Tata Cara Pengajuan Restitusi Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur.”

Penulis masih menyadari bahwa Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan disebabakan keterbatasan pengalaman dan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Penyusunaan Tugas Akhir ini tidak akan terwujud tanpa adanya bimbingan dari berbagai pihak yang telah begitu banyak membantu, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang kepada :

1. Kepada yang tercinta dan tersayang kedua Orang Tua dan Keluarga penulis yang telah memberikan kasih sayang yang melimpah kepada penulis serta mendukung penulis baik secara moril maupun materil sejak masih kecil hingga sekarang.

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.


(3)

Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Arlina, SH, M. Hum selaku Sekretaris Jurusan Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Dra, Elita Dewi, MSP selaku Penasehat Akademik dari penulis yang selama 3 (tiga) tahun telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan perkuliahan di Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

6. Pegawai Diploma III Adminitrasi Perpajakan yang sudah mengurusi administrasi penulis selama 3 (tiga) tahun di Administrasi Perpajak FISIP USU.

7. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si selaku dosen pembimbing penulis dalam menyelesaikan laporan tugas akhir.

8. Kepada bapak Patar Novery M.P. Hutabarat selaku supervisor lapangan penulis yang telah membantu penulis dalam penelitian dan juga membantu dalam pemberian data di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur. 9. Kepada teman-teman terbaikku selama perkuliahan khususnya Elisa

Yunita, Candra Permana Putra dan seluruh kelas TAX A 2010.

10.Kepada teman-teman seperjuangan Abangda Reno Ananda, Rendy Ariandi dan Ari Afriadi.


(4)

kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan Laporan Tugas Akhir ini.

Akhir kata penulis berharap semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Juni 2015 Penulis


(5)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI………...……….…...... i

DAFTAR TABEL………...……….. iv

DAFTAR GAMBAR………...………. v

BAB I PENDAHULUAN………. 1

A.Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)……..……. 1

B.Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)……... 4

C.Uraian Teoritis……… 7

D.Ruang Lingkup Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)………….. 11

E.Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)………... 11

F. Metode Pengumpulan Data………... 12

G.Sistematika Penulisan Laporan Praktek Kerja Lapangan Mandiri…… 13

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)……….……. 16

A.Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur………... 16

B.Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur………... 18

C. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur… 20 D.Tugas dan Wewenang Masing-Masing Seksi……… 23


(6)

ii

E.Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Medan Timur………... 29

BAB III GAMBARAN DATA MENGENAI PROSEDUR DAN TATA CARA RESTITUSI KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)……… 30

A.Pengertian Pajak………... 30

B.Dasar Hukum Pajak Pertambahan Nilai……….………... 31

C.Karakteristik Pajak Pertambahan Nilai………..………... 31

D.Kelebihan dan Kekurangan Pajak Pertambahan Nilai..……… 33

E.Subjek Dan Objek Pajak Pertambahan Nilai………. 35

F. Dasar Pengenaan Pajak dan Tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN)….. 38

G.Restitusi………... 40

H.Restitusi Pajak Pertambahan Nilai………..……... 41

I. Dasar Hukum Restitusi Pajak Pertambahan Nilai………..……… 43

J. Sebab-Sebab Terjadinya Restitusi Pajak Pertambahan Nilai…..…….. 44

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI………... 46

A.Prosedur dan Tata Cara Pengajuan Restitusi Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ………... 46

B.Hambatan-hambatan Yang Dihadapi Dalam Pelaksanaan Restitusi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ………... 59

C.Jumlah Pengusaha Kena Pajak (PKP) Yang Terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur……….…… 59


(7)

iii

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……….. 61

A.Kesimpulan………... 61 B.Saran………... 62

DAFTAR PUSTAKA……….…..


(8)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel II.1 Jumlah Pegawai KPP Pratama Medan Timur………. 27

Tabel IV.1 Jumlah Pengusaha Kena Pajak (PKP) di Kantor Pelayanan


(9)

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama


(10)

1

A.Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Esensi dari pada keadilan di bidang perpajakan adalah keseimbangan antara hak Negara dan hak warga Negara pembayar pajak. Hak Negara adalah untuk memperoleh pembayaran pajak oleh warga Negara sesuai dengan ketentuan yang berlaku, tidak lebih dan tidak kurang. Hak wajib pajak adalah hak untuk dapat perlakuan yang adil dari Negara dalam melaksanakan kewajibannya kepada Negara tersebut dan hak untuk mendapat kepastian hukum apabila ia sudah memenuhi kewajibannya.

Sumber penerimaan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagian besar berasal dari pajak. Pajak merupakan salah satu sumber dana yang digunakan untuk memenuhi pembangunan nasional secara merata, yang dapat meningkatkan kehidupan sosial-ekonomi rakyat serta mendorong kemajuan modernisasi di semua bidang kehidupan. Mengingat isi dari UUD 1945 Pasal 23A yang berbunyi; “Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan Undang-Undang”. Tersedianya dana yang bersumber dari dalam negeri, akan memberikan jaminan lebih kepada rakyat, sebagai cerminan dari prinsip bantuan nasional dalam upaya melepas ketergantungan pada sumber dana luar negeri, sehingga bantuan asing dianggap sebagai pelengkap yang relatif kecil di masa depan.


(11)

Kesadaran sebagai Warga Negara Republik Indonesia yang melakukan usaha dan telah mendaftarkan diri sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP), dapat ditunjukkan melalui kepatuhan terhadap pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang telah dipungutnya dalam mewujudkan pembangunan nasional secara mandiri. Hal ini disebabkan karena penerimaan negara yang bersumber dari pajak dari tahun ke tahun, yang dimasukkan ke dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dinilai sebagai pendapatan negara yang potensial dibandingkan dengan penerimaan negara secara internal lainnya, seperti penerimaan negara bukan pajak, disamping penerimaan negara secara eksternal, yaitu pinjaman luar negeri.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-UndangNomor 36 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, dimana ciri dan corak dari sistem pemungutan pajak di Indonesia mengalami perubahan yang mendasar, dari sistem pemungutan pajak secara Official Assessment System berubah menjadi Self Assessment System. Official Assessment System mengandung arti bahwa petugas pajak yang menetukan sendiri berapa besarnya jumlah pajak yang harus dibayar oleh Wajib Pajak. Sementara itu, Self Assessment System mengandung pengertian yang sebaliknya, yaitu setiap wajib pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan, menyetor dan melaporkan sendiri besarnya jumlah pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Dalam sistem ini, pemerintah menuntut kesadaran, kejujuran dan peran serta masayarakat dalam mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.


(12)

Dari tahun ke tahun Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan salah satu sumber penerimaan negara dari sektor pajak. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000 dan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009, menjelaskan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) salah satu pajak yang dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) atas Penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak kepada konsumen akhir. Dengan memperhatikan hal tersebut, maka Penulis merasa tertarik untuk mempelajari, memahami, dan mendalami bagaimana sebenarnya mekanisme (tata cara) perpajakan khususnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang dikenakan bagi konsumen akhir.

Pajak merupakan topik pembicaraan yang sangat menarik untuk dibahas dan dipelajari oleh siapa saja di dalam meningkatkan penerimaan negara secara internal. Hal ini dikarenakan pemungutan pajak berkaitan erat dengan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari. Melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), mahasiswa dihadapkan pada pokok permasalahan secara langsung sesuai kenyataan di lapangan tempat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) berlangsung, yang akan dibahas oleh Penulis. Oleh sebab itu, laporan ini saya beri judul : “Prosedur Pengajuan Restitusi Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur.”


(13)

B.Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini memiliki beberapa tujuan dan manfaat baik untuk mahasiswa itu sendiri, pihak universitas, atau pihak instansi pemerintah yang dalam hal ini Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur dijadikan sebagai objek dalam pelaksanaan Kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Pada kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), yang dilaksanakan oleh mahasiswa Program Diploma III Administrasi Perpajakan diharapkan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), antara lain :

1.1. Untuk mengetahui prosedur dan tata cara restitusi kelebihan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

1.2. Untuk mendapatkan data-data, lampiran-lampiran, dan dokumentasi lainnya yang dibutuhkan di dalam penulisan Tugas Akhir.

1.3. Untuk mengetahui banyaknya jumlah Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.


(14)

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 2.1. Bagi Mahasiswa

Manfaat yang dapat diambil dari Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) untuk peserta adalah :

a. Sebagai sarana bagi mahasiswa dalam menerapkan ilmu secara langsung pada bidang yang ditekuni sehingga dapat membandingkan antara teori yang telah diperoleh di bangku perkuliahan dengan praktik di lapangan.

b. Menambah wawasan dan pengalaman serta mengembangkan

keterampilan dan kreativitas dalam menghadapi berbagai macam masalah di bidang perpajakan yang akan dijadikan modal penting untuk bekerja di perusahaan.

c. Melatih mahasiswa untuk berdisiplin dan bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang diberikan serta mengembangkan dan mengubah sikap, kemampuan, keterampilan dalam berkomunikasi di lingkungan instansi pemerintahan.

d. Meningkatkan motivasi belajar mahasiswa dalam bidang perpajakan seiring dengan adanya undang-undang perpajakan yang sewaktu-waktu dapat berubah dan memperoleh prestasi terbaik.

e. Menyiapkan mahasiswa untuk mendapatkan pekerjaan setelah menamatkan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan dan memperoleh karir melalui penilaian yang terbaik.


(15)

2.2. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

Manfaat yang dapat diambil bagi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur adalah :

a. Membina hubungan kerja sama yang baik antara pihak Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan dengan instansi pemerintah khususnya Kantor Pelayanan Pajak (KPP).

b. Dapat menjadi sumbang saran dan masukan bagi Kantor Pelayanan Pajak khususnya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur. c. Menyediakan mutu program kerja jangka pendek di Kantor Pelayanan

Pajak (KPP) Pratama Medan Timur.

d. Membangun citra instansi pemerintahan yang baik khususnya citra Direktorat Jenderal Pajak.

2.3. Bagi Program Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Manfaat yang dapat diambil bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan ini adalah :

a. Menjalin hubungan baik antara fakultas dengan instansi pemerintahan khususnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama MedanTimur.

b. Mempromosikan sumber-sumber potensi dari Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.


(16)

d. Sebagai bahan masukan guna melakukan evaluasi sejauh mana kualitas teori yang diberikan bila dibandingkan dengan perkembangan ilmu yang berada dalam praktik di lapangan.

e. Mendorong kemajuan alumni di masa yang akan datang.

C.Uraian Teoritis

1. Definisi Pajak

Beberapa definisi pajak menurut para ahli :

1.1. Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H

Pajak adalah iuran rakyat kepada Negara berdasarkan Undang-Undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. (Mardiasmo 2009 : 1)

1.2. Prof. Dr. P. J. A. Adriani

Pajak adalah iuran wajib masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (Undang-Undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjukan dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. (Waluyo 2003 : 4)


(17)

1.3. Prof. Dr. M. J. H. Smeets

Dalam bukunya De Economische Betekenis der Belastingen 1951, yang dikutip oleh Irwansyah Lubis, dalam bukunya yang berjudul Menggali potensi pajak perusahaan dan bisnis dengan pelaksanaan hukum mengatakan bahwa : “Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa ada kalanya kontraprestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang individual, maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah.” (Irwansyah Lubis 2010:7)

1.4. Dr. Soeparman Soemahamidjaja

Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum. (Erly Suandy 2002:9)

2. Pengertian Wajib Pajak

Wajib Pajak orang adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. (Pasal 1 angka 2 UU KUP)


(18)

3. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak atas penyerahan barang dan jasa di Daerah Pabean yang dikenakan secara bertingkat di setiap jalur produksi dan distribusi. Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sangat dipengaruhi oleh perkembangan transaksi bisnis serta pola konsumsi masyarakat yang merupakan objek dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Sesuai dengan namanya, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dikenakan atas nilai tambah (added value) yang timbul pada barang atau jasa tertentu yang dikonsumsi, sehingga kekhawatiran timbul efek pengenaan pajak berganda dapat dihindarkan.

4. Pengusaha Kena Pajak

Adalah pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang.

5. Dasar Pengenaan Pajak

Adalah jumlah Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau nilai lain yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang.

6. Barang

Adalah barang berwujud, yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud.


(19)

7. Barang Kena Pajak

Adalah barang yang dikenai pajak berdasarkan Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai.

8. Penyerahan Barang Kena Pajak

Adalah setiap kegiatan penyerahan Barang Kena Pajak.

9. Pembeli

Adalah orang pribadi atau badan yang menerima atau seharusnya menerima penyerahan Barang Kena Pajak dan yang membayar atau seharusnya membayar harga Barang Kena Pajak tersebut.

10. Faktur Pajak

Adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak.

11. Pajak Masukan

Adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang seharusnya sudah dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak karena perolehan Barang Kena Pajak dan/atau perolehan Jasa Kena Pajak dan/atau pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari Luar Daerah Pabean dan/atau impor Barang Kena Pajak.


(20)

12. Pajak Keluaran

Adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) terutang yang wajib dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak, penyerahan Jasa Kena Pajak, ekspor Barang Kena Pajak Berwujud, ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, dan/atau ekspor Jasa Kena Pajak.

D.Ruang Lingkup Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), Penulis ingin mengetahui beberapa masalah berikut :

a. Pengajuan restitusi pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur.

b. Hambatan-hambatan dalam tata cara dan prosedur pengajuan restitusi pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur.

c. Jumlah Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur.

E.Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data sesuai dengan metode yang digunakan adalah sebagai berikut :


(21)

1. Tahapan persiapan

Pada tahapan ini penulis melakukan berbagai persiapan mulai dari penentuan judul, penentuan tempat Praktik Kerja Lapangan Mandiri(PKLM), mencari bahan untuk pembuatan proposal dan juga konsultasi dengan dosen.

2. Studi Literatur

Dalam hal ini penulis mengumpulkan alat-alat dan bahan yang dibutuhkan seperti Undang-Undang dan buku-buku yang berhubungan dengan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

3. Observasi Lapangan

Melakukan peninjauan dan pengamatan yang sesuai dengan data-data yang ada pada instansi bersangkutan mengenai judul dari Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini.

4. Pengumpulan Data

Dalam hal ini penulis mencari dan mengumpulkan data mengenai tata cara dan prosedur pengajuan restitusi pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

5. Analisis dan Evaluasi Data

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam menganalisa dan mengevaluasi data-data yang dikumpulkan.


(22)

F. Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data mengenai Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), penulis mengumpulkan data dan informasi dengan mengunakan metode sebagai berikut :

1. Studi Pustaka (Library Research)

Pengumpulan data mengenai Prosedur dan Tata Cara Restitusi Kelebihan Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) melalui bahan-bahan bacaan seperti buku-buku, majalah, surat kabar, dan Undang-undang.

2. Field Research

Mengumpulkan data dengan cara observasi yaitu meninjau langsung ke lapangan dan melakukan interview atau wawancara dengan key person untuk memperoleh data yang diperlukan mengenai Prosedur dan Tata Cara Pengajuan Restitusi Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

G.Sistematika Penulisan Laporan Praktek Kerja Lapangan Mandiri

Untuk mempermudah pemahaman dalam pembahasan laporan PKLM ini, maka penulis membaginya dalam lima bab pembahasan yang terdiri dari :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini diberikan gambaran mengenai keseluruhan isi laporan ini. Bab ini terdiri dari latar belakang PKLM, tujuan


(23)

dan manfaat PKLM, uraian teoritis, ruang lingkup PKLM, metode PKLM, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan laporan PKLM.

BAB II : GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP)PRATAMA MEDAN TIMUR

Pada bab ini penulis akan menjelaskan sejarah singkat lokasi dimana Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) dilakukan. Dalam hal ini sejarah singkat lokasi yang akan diuraikan penulis adalah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur, Struktur Organisasi, tugas dan fungsi pegawai di instansi tersebut serta gambaran lain jika dibutuhkan.

BAB III : PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA ATAS PROSEDUR DAN TATA CARA RESTITUSI KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA (KPP) MEDAN TIMUR

Pada bab ini penulis akan membahas tentang bagaimana prosedur dan tata cara restitusi kelebihan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur.


(24)

BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI

Dalam bab ini Penulis akan menganalisa data yang diperoleh, kemudian mengadakan evaluasi serta memberikan interpretasi untuk menjawab perumusan masalah yang diajukan.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan kesimpulan dari uraian-uraian dalam bab-bab sebelumnya serta saran-saran dari penulis yang merupakan sumbangan pemikiran yang diharapkan dapat memberikan manfaat pada pihak-pihak yang memerlukan.

DAFTAR PUSTAKA


(25)

16

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

A.Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

Kantor Pelayanan Pajak dimulai pada masa penjajahan Belanda, Kantor Pelayanan Pajak pada masa itu bernama Belasting, yang kemudian setelah kemerdekaan Republik Indonesia berubah nama menjadi Kantor Inspeksi Keuangan. Kemudian berubah lagi menjadi Kantor Inspeksi Pajak (KIP) dengan induk organisasinya adalah Direktorat Jenderal Pajak. Di Sumatera Utara pada tahun 1976 berdiri tiga kantor inspeksi pajak, yaitu :

1. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan 2. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara 3. Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar

Pada tahun 1978 Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dipecah menjadi dua, yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran.

Untuk memudahkan dan meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat, dan dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat, maka didirikanlah Kantor Inspeksi Pajak Medan Timur.

Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan pajak kepada masyarakat, maka dibuatlah perubahan secara menyeluruh pada Direktorat Jenderal Pajak yang


(26)

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 267/KMK.01/1989. Hal itu mencakup reorganisasi Kantor Inspeksi Pajak yang diganti nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP), sekaligus mendirikan Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan.

Berdasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 758/KMK.01/1993 tertanggal 3 Agustus 1993, maka pada tanggal 1 April 1994 didirikanlah Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur merupakan pecahan dari tiga Kantor Pelayanan Pajak, yaitu :

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara

Terhitung mulai tanggal 1 April 1994, Kantor Pelayanan Pajak di kota Medan berubah menjadi empat wilayah kerja, yaitu :

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara 4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 443/KMK.01/2001 tentang “Organisasidan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak”, maka Kantor Pelayanan Pajak di kota Medan menjadi enam wilayah kerja, yaitu :


(27)

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota 4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia 5. Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan 6. Kantor Pelayanan Pajak Medan Petisah

Setelah adanya modernisasi perpajakan tahun 2008, struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak sebelumnya, yaitu berdasarkan jenis pajak berubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang struktur organisasinya berdasarkan fungsi jabatan. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur mulai beroperasi pada tanggal 27 Mei 2008, berdasarkan Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor 95/PJ.01/2008 tanggal 19 Mei 2008.

B.Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur beralamat di Jalan Pangeran Diponegoro Nomor 30A Gedung Keuangan Negara Lantai II Medan dan sekarang berpindah alamat di Jalan Suka Mulya Nomor 17A Medan. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur didirikan pada tanggal 1 April 1994 berdasarkan keputusan Menteri Keuangan Repuplik Indonesia Nomor 758/KMK.01/1993 tanggal 3 Agustus 1993. Adapun wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur, yaitu :


(28)

1. Kecamatan Medan Tembung

Kecamatan Medan Tembung adalah daerah pintu gerbang kota Medan di sebelah Timur yang merupakan pintu masuk dari Kabupaten Deli Serdang atau daerah lainnya melalui transportasi darat. Di Kecamatan Medan Tembung ini banyak terdapat jenis usaha industri kecil seperti kerajinan rotan. Disamping itu banyak pula yang bergerak di bidang usaha industri rumah tangga seperti pembuatan sepatu.

2. Kecamatan Medan Timur

Di Kecamatan Medan Timur ini terdapat Stasiun Kereta Api Medan yang dikenal dengan “Stasiun Besar” sebagai salah satu sarana transportasi darat antar kota dan antar daerah dari dan ke Kota Medan. Walaupun bukan sebagai daerah pusat industri, di Kecamatan Medan Timur ini juga banyak terdapat usaha industri kecil seperti bengkel kenderaan bermotor, bengkel bubut, showroom serta usaha perdagangan dan jasa.

3. Kecamatan Medan Perjuangan

Kecamatan Medan Perjuangan adalah salah satu daerah padat pemukiman di kota Medan. Kecamatan Medan Perjuangan pada umumnya bergerak di sektor perdagangan baik itu perdagangan besar, menengah maupun kecil. Di Kecamatan Medan Perjuangan terdapat industri-industri kecil seperti perabot rumah tangga, pengolahan kopi, sulaman border, roti/ bika ambon, dan lain sebagainya.


(29)

C.Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

Struktur organisasi adalah bagan yang menggambarkan sistematis mengenai penetapan tugas-tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung jawab masing-masing dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuan struktur tersebut juga untuk membina keharmonisan kerja agar dapat dilaksanakan dengan teratur dan baik untuk mencapai tujuan secara maksimal.

Adapun struktur organisasi yang digunakan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur adalah struktur organisasi linier dan staf yang berada di bawah seorang koordinasi Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak Sumatera Utara I, dimana seluruh pegawainya adalah Pegawai Negri Sipil di bawah naungan Kementeri Keuangan Republik Indonesia.

Kantor Pelayanan Pajak dapat digolongkan menjadi dua tipe, yaitu tipe A dan tipe B. Kantor Pelayanan Pajak tipe A merupakan Kantor Pelayanan Pajak yang tergolong dalam skala besar dan biasanyaa berada di ibukota provinsi sedangkan Kantor Pelayanan Pajak tipe B merupakan Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya tidak melebihi dari wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak tipe A dan biasanya berada di kotamadya dan kabupaten. Sehingga, berdasarkan penggolongan tersebut maka KPP Pratama Medan Timur dapat digolongkan sebagai KPP tipe A karena wilayahnya berkedudukan diwilayah di Ibukota Provinsi Sumatera Utara.

Namun, berdasarkan SK Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 162/KMK.01/1997 tanggal 10 April 1997 tentang peningkatan KPP tipe B menjadi


(30)

tipe A. Sehingga, adanya surat keputusan tersebut maka KPP tipe B tidak ada di Kantor Wilayah Direktorat Jendral Sumatera Utara I.

Berdasarkan SK Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994 tentang susunan organisasi Departemen Keuangan, maka tipe A terdiri dari Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur membawahi satu sub bagian, delapan seksi, satu kantor penyuluhan ditambah kelompok tenaga fungsional (yang berada diluar struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak) yakni terdiri dari :

1. Sub Bagian Tata Usaha (TU);

2. Seksi Tata Usaha dan Perpajakan (TUP); 3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI); 4. Seksi Pajak Penghasilan Orang Pribadi; 5. Seksi Pajak Penghasilan Badan;

6. Seksi Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan;

7. Seksi Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Tidak Langsung Lainnya; 8. Seksi Penagihan;

9. Seksi Penerimaan dan Keberatan;

10.Seksi Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan;

Namun, setelah adanya modernisasi perpajakan pada tahun 2006, KPP Pratama yang berdasarkan Peraturan Menteri Keungan Republik Indonesia No. 132/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Cara Kerja Instansi Vertikal


(31)

Direktorat Jendral Pajak, maka KPP Pratama terbagi menjadi beberapa seksi, antara lain :

1. Sub Bagian Umum

2. Seksi pengolahan Data dan Informasi 3. Seksi Pelayanan

4. Seksi Penagihan

5. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal 6. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan

7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I s.d IV 8. Seksi Jabatan Fungsioanal

Wilayah kerjamasing-masing seksi pengawasan dan konsultasi (WASKON) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur adalah sebagai berikut :

a. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, Kecamatan Medan Timur yang terdiri dari Kelurahan Pulo Brayan Darat I dan II, Kelurahan Sidodadi, dan Kelurahan Perintis.

b. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II, Kecamatan Medan Perjuangan yang terdiri dari Kelurahan Sei Kera Hilir I dan II, Kelurahan Sidorame Barat I dan II, Sidorame Timur, Kelurahan Pahlawan, Kelurahan Sei Kera Hulu, Kelurahan Pandau Hilir dan Kelurahan Tegal Rejo.

c. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III, Kecamatan Medan Tembung yang terdiri dari Kelurahan Bandar Selamat, Kelurahan Bantan, Kelurahan


(32)

Bantan Timur, Kelurahan Indrakasih, Kelurahan Sudirejo, Kelurahan Sudirejo Hilir, Kelurahan Tembung.

d. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV, Kecamatan Medan Timur yang terdiri dari Kelurahan Durian, Kelurahan Gaharu, Kelurahan Glugur Darat I dan II, Kelurahan Gang Buntu, Kelurahan Pulo Brayan Bengkel, dan Kelurahan Pulo Brayan Bengkel Baru.

D.Tugas dan Wewenang Masing-Masing Seksi

Pembagian tugas dan wewenang masing-masing seksi dalam struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur adalah :

1. Sub Bagian Tata Usaha/Umum, mempunyai tugas : 1.1.Penatausahaan surat masuk dan surat keluar;

1.2. Menyusun tanggapan / tindak lanjut terhadap Surat Hasil Pemeriksaan / Laporan Hasil Pemeriksaan dari Ditjen Kemenkeu / BPK / BPKP / Unit Fungsional Pemeriksaan lainnya;

1.3. Menyusun tanggapan terhadap surat pengaduan anggota masyarakat melalui pos maupun secara langsung;

1.4. Menyusun laporan berkala KPP, meliputi Laporan Ketertiban Pegawai, Laporan Penggunaan Anggaran, Laporan Pemakaian Barang-barang Milik Negara dan lain sebagainya;

1.5. Meneliti pelanggaran disiplin pegawai yang terjadi sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010;


(33)

1.6. Pengadministrasian hak-hak pegawai antara lain hak cuti, asuransi kesehatan, pengangkatan pegawai, pengajuan pegawai pensiun dan sebagainya;

1.7. Pengadministrasian gaji pegawai;

1.8. Pemeliharaan aset-aset negara serta pengadaan barang-barang kebutuhan kantor;

1.9. Pengelolaan dan penggunaan anggaran, serta mengelola Sistem Akuntansi Instansi.

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi, mempunyai tugas :

2.1.Menyusun rencana penerimaan pajak berdasarkan ekonomi dan keuangan;

2.2.Menatausahaan penerimaan pajak;

2.3.Membuat laporan monitoring Penerimaan Pajak dan Extra Effort; 2.4.Perbaikan komputer dan aplikasi komputer;

2.5.Penatausahaan alat keterangan;

2.6.Penatausahaan surat-surat masuk pada seksi pengolahan data dan informasi;

2.7.Pengaturan jaringan komputer ke seluruh pegawai serta pengawasan terhadap penggunaan jaringan komputer.

2.8. Perekaman dokumen perpajakan.


(34)

3. Seksi Pengawasan dan Konsultasi, mempunyai tugas :

3.1.Melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak. 3.2.Membimbing/menghimbau kepada wajib pajak dan konsultasi teknis

perpajakan.

3.3.Melakukan penyusunan profil wajib pajak. 3.4.Menganalisis kinerja wajib pajak.

3.5.Memberikan konsultasi kepada wajib pajak tentang ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

3.6.Melakukan rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi.

3.7.Melakukan evaluasi banding.

4. Seksi Penagihan Pajak, mempunyai tugas :

4.1. Melakukan urusan penatausahaan piutang pajak. 4.2. Penundaan dan angsuran tunggakan pajak. 4.3. Penagihan aktif.

4.4. Memberikan usulan penghapusan piutang pajak. 4.5. Penyimpanan dokumen-dokumen penagihan. 5. Seksi Ekstensifikasi, mempunyai tugas :

5.1. Melakukan pengamatan potensi perpajakan. 5.2. Pendataan objek dan subjek pajak.

5.3. Pembentukan dan pemuktahiran basis data nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi.


(35)

6. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal, mempunyai tugas : 6.1. Melakukan penyusunan rencana pemerikasaan.

6.2. Pengawasan pelaksanaan aturan pemerikasaan.

6.3.Penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

7. Seksi Pelayanan, mempunyai tugas :

7.1. Melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan. 7.2.Menerima dan meneliti, serta merekam surat permohonan Wajib Pajak

dan surat-surat lainnya.

7.3.Melakukan penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan Wajib Pajak lainnya.

7.4.Melakukan penatausahaan pendaftaran, pemindahan data, dan pencabutan identitas Wajib Pajak.


(36)

Saat ini terdapat 86 pegawai di KPP Pratama Medan Timur dengan rincian sebagai berikut.

Tabel II.1

Jumlah Pegawai KPP Pratama Medan Timur

No. Unit

Jumlah Pegawai (orang)

1 Kepala Kantor 1

2 Sub Bagian Umum 6

3 Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) 9

4 Seksi Pelayanan 16

5 Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal 4

6 Seksi Penagihan 4

7 Seksi Ekstensifikasi 4

8 Seksi Pengawasan dan Konsultasi I 8

9 Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 8

10 Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 8

11 Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV 8

12 Kelompok Fungsional Pemeriksa Pajak 10

Jumlah 86 orang


(37)

Gambar II.1

STRUKTUR ORGANISASI

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR

Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur 2015

KEPALA KANTOR

SUBBAG UMUM

SEKSI PENAGIHAN

SEKSIPEMERIKSAAN DAN KEPATUHAN INTERNAL SEKSI

PELAYANAN SEKSI PDI

SEKSI EKSTENSIFIKASI

PERPAJAKAN

SEKSI PENGAWASAN DAN KONSULTASI

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL


(38)

E. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

Keberhasilan program modernisasi di lingkungan DJP, tidak hanya dapat membawa perubahan paradigma dan perubahan perilaku pegawai DJP. Tetapi lebih jauh juga dapat memberikan dampak positif terhadap percepatan penerapan

praktik-praktik “good governance” pada institusi pemerintah secara keseluruhan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Direktorat Jenderal Pajak telah mencanangkan visi dan misi sebagai pedoman dalam melakukan setiap kegiatan. Adapun visi dan misi tersebut adalah sebagai berikut :

1. Visi : Menjadi Kantor Pelayanan Pajak Terbaik Tingkat Nasional dalam menunjang penerimaan negara melalui pelayanan prima.

2. Misi : Mencapai kinerja yang optimal melalui pelayanan, penyuluhan dan pengawasan berdasarkan ketentuan perpajakan.


(39)

30

BAB III

GAMBARAN DATA MENGENAI PROSEDUR DAN TATA CARA RESTITUSI KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

PERTAMBAHAN NILAI (PPN)

A.Pengertian Pajak 1. Definisi Pajak

Pajak menurut UU No. 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara lansung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

2. Pengertian Wajib Pajak

Wajib Pajak menurut UU No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.


(40)

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 berbeda dengan Pajak Penjualan (PPn) yang digantikannya.

Pajak Pertambahan Nilai merupakan pajak yang dikenakan terhadap pertambahan nilai (value added) yang timbul akibat dipakainya faktor-faktor produksi disetiap jalur perusahaan dalam menyiapkan, menghasilkan, menyalurkan, dan memperdagangkan barang atau pemberian pelayanan jasa kepada para konsumen.

Sedangkan Pajak Penjualan dikenakan terhadap nilai jual setiap perpindahan/pertukaran barang dan jasa, sehingga menimbulkan adanya pajak berganda. Untuk Barang yang Tergolong Mewah, pajak berganda ini masih diberlakukan dengan adanya Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).

Baik PPN maupun PPnBM akhirnya dibebankan pada konsumen. Pengusaha Kenak Pajak (PKP) hanya Memungut dan kemudian menyetor ke Kantor Kas Negara.

B.Dasar Hukum Pajak Pertambahan Nilai

Undang-Undang yang mengatur pengenaan pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali di ubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009.


(41)

C.Karakteristik Pajak Pertambahan Nilai

1. Pajak Pertambahan Nilai merupakan Pajak Tidak Lansung

Pemikul beban pajak dengan penanggung jawab atas pembayaran pajak pada Kas Negara berada pada pihak yang berbeda. Pemikul beban pajak adalah pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak. Sedangkan penanggung jawab atas pembayaran pajak pada Kas Negara adalah Pengusaha Kena Pajak yang bertindak selaku penjual Barang Kena Pajak atau pengusaha Jasa Kena Pajak.

2. Pajak Objektif

Yang dimaksud dengan Pajak Objektif adalah suatu jenis pajak yang saat timbulnya kewajiban pajak ditentukan oleh faktor objektif, yaitu adanya keadaan, peristiwa, atau perbuatan hukum yang dapat dikenakan pajak yang juga disebut dengan nama objek pajak.

3. Multi Stage Tax

Multi Stage Tax adalah karakteristik Pajak Pertambahan Nilai yang dikenakan pada setiap mata rantai jalur produksi maupun jalur distribusi. Setiap penyerahan barang yang menjadi objek Pajak Pertambahan Nilai mulai dari tingkat pabrikan (manufactured) kemudian ditingkat pedagang besar (wholesaler) dalam berbagai bentuk atau nama sampai dengan tingkat pedagang pengecer (retailer) dikenakan Pajak Pertambahan Nilai.


(42)

Sebagai konsekuensi penggunaan metode kredit untuk menghitung Pajak Pertambahan Nilai yang terutang maka pada setiap penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak, Pengusaha Kena Pajak yang bersangkutan diwajibkan untuk membuat Faktur Pajak sebagai bukti pemungutan pajak. 5. Pajak Pertambahan Nilai adalah Pajak atas Konsumsi Umum Dalam Negeri

Pajak Pertambahan Nilai hanya dikenakan atas konsumsi Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang dilakukan dalam Negeri.

6. Pajak Pertambahan Nilai Bersifat Netral

Netralitas Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dibentuk oleh 2 (dua) fakor, yaitu :

a. PPN dikenakan baik atas konsumsi barang atau jasa.

b. Dalam pemungutannya, PPN menganut prinsip tempat tujuan(destination principle).

Dalam mekanisme pemungutannya, PPN mengenal 2 (dua) prinsip pemungutan, yaitu :

a. Prinsip tempat asal (origin principle).

b. Prinsip tempat tujuan (destination principle). 7. Tidak Menimbulkan Dampak Pengenaan Pajak Berganda


(43)

D.Kelebihan dan Kekurangan Pajak Pertambahan Nilai

Dari beberapa karakteristik Pajak Pertambahan Nilai tersebut diatas, dapat dikemukakan bahwa Pajak Pertambahan Nilai memiliki beberapa kelebihan yang tidak dimiliki oleh Pajak Penjualan. Meskipun demikian, sebagai suatu sistem ternyata Pajak Pertambahan Nilai juga tidak bebas sama sekali dari beberapa kekurangan.

1. Beberapa kelebihan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah sebagai berikut : 1.1.Mencegah terjadinya pajak berganda.

1.2.Netral dalam perdagangan dalam dan luar Negeri.

1.3.Pajak Pertambahan Nilai atas perolehan barang model dapat diperoleh kembali pada bulan perolehan sesuai dengan tipe konsumsi dan metode pengurangan tidak lansung. Dengan demikian dapat membantu likuiditas perusahaan.

1.4.Ditinjau dari sumber pendapatan negara, Pajak Pertambahan Nilai

mendapat predikat sebagai “Money Changer” karena konsumen selaku pemikul beban pajak tidak merasa dibebani oleh pajak tersebut sehingga memudahkan fiskus untuk memungutnya.

2. Beberapa kelemahan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah sebagai berikut : 2.1.Biaya administrasi relatif tinggi bila dibandingkan dengan Pajak Tidak

Lansung lainnya, baik dipihak administrasi pajak maupun dipihak Wajib Pajak.


(44)

2.2.Menimbulkan dampak regresif, yaitu semakin tinggi tingkat kemampuan konsumen, semakin ringan beban pajak yang dipikul, dan sebaliknya semakin rendah tingkat kemampuan konsumen, semakin berat beban pajak yang dipikul.

2.3.PPN sangat rawan dalam upaya penyelundupan pajak.

2.4.PPN menuntut tingkat pengawasan yang lebih cermat oleh administrasi pajak terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.

E.Subjek Dan Objek Pajak Pertambahan Nilai 1. Subjek Pajak Pertambahan Nilai

Dalam buku “perpajakan indonesia” secara garis besar Subjek Pajak adalah pihak-pihak (orang atau badan) yang menerima penghasilan dari suatu atau lebih pemberi kerja. (Waluyo 2003:57-68)

Yang menjadi subjek pajak pertambahan nilai adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa termasuk mengekspor jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean.


(45)

Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas :

3.1.Penyerahan barang kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha kena pajak.

Penyerahan barang yang dikenai pajak harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

a. Barang berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena Pajak.

b. Barang tidak berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud.

c. Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean.

d. Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya.

3.2.Impor Barang Kena Pajak

a. Pemungutan dilakukan melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

b. Tanpa memperhatikan apakah dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya atau tidak, tetap dikenai pajak.

3.3.Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak

Dengan syarat-syarat sebagai berikut :


(46)

b. Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean.

c. Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya.

3.4.Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean, untuk dapat memberikan perlakuan yang sama dengan impor Barang Kena Pajak.

3.5.Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean jasa yang berasal dari luar Daerah Pabean yang dimanfaatkan oleh siapa pun di dalam Daerah Pabean dikenai Pajak Pertambahan Nilai. 3.6.Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak. 3.7.Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak.

Pengusaha yang melakukan ekspor Barang Kena Pajak Berwujud/Barang Kena Pajak Tidak Berwujud hanya Pengusaha yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak.

3.8.Eskpor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.

Termasuk dalam pengertian ekspor Jasa Kena Pajak adalah penyerahan Jasa Kena Pajak dari dalam Daerah Pabean ke luar Daerah Pabean oleh Pengusaha Kena Pajak yang menghasilkan dan melakukan ekspor Barang Kena Pajak Berwujud atas dasar pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan di luar Daerah Pabean.


(47)

3.9.Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain.

3.10. Penyerahan Barang Kena Pajak berupah aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjual belikan oleh Pengusaha Kena Pajak.

F. Dasar Pengenaan Pajak dan Tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 1. Dasar Pengenaan Pajak (DPP)

Untuk menghitung besarnya pajak yang terutang, diperlukan adanya Dasar Pengenaan Pajak (DPP). Pajak yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan DPP.

Berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai tahun 2000

merumuskan bahwa : “Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor atau Nilai Lain yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang.”

Selanjutnya yang dimaksud dengan harga jual, penggantian, nilai ekspor, dan nilai impor adalah sebagai berikut :

1.1.Harga Jual

Harga Jual ialah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan BKP,


(48)

tidak termasuk PPN yang dipungut menurut UU PPN dan PPnBM dan potongan harga yang dicantumkan dalam faktur pajak.

Apabila PKP, selain menerbitkan faktur pajak juga menerbitkan faktur penjualan, maka potongan harga yang tercantum dalam faktur pajak tersebut juga tercantum dalam faktur penjualan. Tidak termasuk dalam pengertian potongan harga adalah bonus, premi, komisi, atau balas jasa lainnya, yang diberikan dalam rangka menjualkan BKP.

1.2.Penggantian

Penggantian ialah nilai berupa uang termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena menyerahkan JKP, tidak termasuk pajak yang dipungut menurut Undang-Undang ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam faktur pajak.

1.3.Nilai Ekspor

Nilai Ekspor ialah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir. Nilai ekspor dapat diketahui dari dokumen ekspor, misalnya harga yang tercantum dalam Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB).

1.4.Nilai Impor

Nilai Impor ialah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk ditambah pungutan lainnya yang dikenakan berdasarkan


(49)

ketentuan dalam peraturan perundang-undangan pabean untuk impor BKP, tidak termasuk PPN yang dipungut menurut UU PPN dan PPnBM.

2. Tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) diatur dalam pasal 7 Undang-Undang PPN Nomor 18 Tahun 2000, yaitu sebagai berikut :

2.1. Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10% (Sepuluh persen).

2.2. Tarif Pajak Pertambahan Nilai atas ekspor Barang Kena Pajak adalah 0% (Nol persen).

2.3. Dengan Peraturan Pemerintah, tarif pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diubah menjadi serendah-rendahnya 5% (lima persen) dan setinggi-tingginya 15% (lima belas persen).

G.Restitusi

Direktorat Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan atas permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak selain permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dari Wajib Pajak dengan kriteria tertentu harus menerbitkan surat keterangan paling lambat 12 (dua belas) bulan sejak surat permohonan diterima, kecuali untuk kegiatan tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Dirjen Pajak (Pasal 17B UU KUP). Apabila setelah lewat jangka waktu 12 bulan Dirjen Pajak tidak memberi suatu keputusan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dianggap dikabulkan dan SKPLB harus diterbitkan


(50)

dalam jangka waktu 1 bulan setelah 12 bulan tersebut (jangka waktu berahkir ) (Pasal 17B ayat 2).

Pengajuan restitusi dapat dilakukan dengan cara mengisi SPT Lebih Bayar dan memilih kolom atau kotak restitusi (Pasal 17B) atau mengajukan restitusi secara tertulis (setelah menerima SKPLB), KPP akan menerbitkan SPMKP (Surat Perintah Membayar Kelebihan Pembayaran Pajak) dan SKPKPP (Surat Keputusan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak ) dalam jangka waktu 1 bulan sejak diterimanya permohonan Wajib Pajak atau sejak diterbitkannya SKPLB berdasarkan Pasal 17B (Bila Wajib Pajak mempunyai utang pajak maka akan dilakukan kompensasi terlebih dahulu).

Tatacara Penghitungan dan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak diatur dalam Nomor 72/PMK.03/2010 Tanggal 31 Maret 2010, Nomor Per-63/Pj/2010 Tanggal 22 Desember 2010, Nomor 76/PMK.03/2010 Tanggal 31 Maret, yang mengatur tentang kelebihan pembayaran pajak.

H.Restitusi Pajak Pertambahan Nilai.

Menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-122/PJ/2006 Restitusi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah kelebihan pajak masukan terhadap pajak keluran dalam suatu masa pajak tertentu yang atas kelebihan tersebut diminta kembali (restitusi) sebagimana dimaksud Pasal 9 ayat (4) Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Restitusi atau pengembalian kelebihan kelebihan pajak adalah hak bagi


(51)

Wajib Pajak manakala berdasarkan hasil pemeriksaan pajak terbukti ada kelebihan pembayaran pajak. Keputusan yang menetapkan adanya kelebihan pembayaran pajak adalah Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) yang diterbitkan setelah melalui proses pemeriksaan. Pemeriksaan terhadap Surat Pemberitahuan Masa adalah wajib dilaksanakan dengan tujuan untuk memberikan kepastian hukum atas status pembayaran pajak dari Pengusaha Kena Pajak.

Dalam rangka pengembalian kelebihan pajak Direktorat Jenderal Pajak telah memberikan fasilitas pembayaran pendahuluan kelebihan pajak bagi Pengusaha Kena Pajak yang memenuhi kriteria tertentu yang dilaksanakan tanpa melalui proses pemeriksaan. Sehingga dalam rangka pengembalian kelebihan pajak, Pengusaha Kena Pajak dapat dibedakan menjadi :

1. Pengusaha Kena Pajak berisiko rendah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (4c) Undang-Undang PPN.

2. Pengusaha Kena Pajak kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17C Undang-Undang KUP.

3. Pengusaha Kena Pajak yang memenuhi persyaratan tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17D Undang-Undang KUP.

Terhadap Pengusaha Kena Pajak pada nomor 1, 2 dan 3 pemerintah memberikan fasiltas pengembalian pendahuluan kelebihan pajak tanpa melalui proses pemeriksaan, cukup melalui proses penelitian. Setelah proses penelitian selesai Direktorat Jenderal Pajak akan mengeluarkan Surat Keputusan Pengembalian


(52)

Pendahuluan Kelebihan Pajak yaitu surat keputusan yang menentukan jumlah pengembalian pendahuluan kelebihan Pajak untuk Wajib Pajak Tertentu. Berdasarkan Pasal 7 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 72/PMK.03/2010, proses pengembalian kelebihan pajak harus selesai dalam jangka waktu 1 bulan sejak permohonan diterima lengkap.

Kepada Pengusaha Kena Pajak selain termasuk dalam tiga kriteria pertama, pengembalian kelebihan pajak diberikan setelah melalui proses pemeriksaan. Setelah proses pemeriksaan selesai Direktorat Jenderal Pajak akan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar. Proses pemeriksaan harus sudah selesai dalam jangka waktu paling lambat 12 bulan sejak permohonan diterima.

I. Dasar Hukum Restitusi Pajak Pertambahan Nilai

Menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada pasal 9 ayat (4), ayat (4a), ayat (4b), ayat (4c), ayat (4d), dan ayat (4f), pajak masukan dalam suatu masa pajak dikreditkan dengan pajak keluaran dalam masa pajak yang sama. Pajak masukan yang dikreditkan harus menggunakan faktur pajak yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) dan ayat (9) Undang-Undang.

Berdasarkan hal tersebut, apabila dalam suatu masa pajak, pajak keluaran lebih besar daripada pajak masukan, selisihnya merupakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang harus disetor oleh pengusaha kena pajak. Apabila dalam suatu masa


(53)

pajak, pajak masukan yang dapat dikreditkan lebih besar daripada pajak keluaran, selisihnya merupakan kelebihan pajak yang dikompensasikan ke masa pajak berikutnya, hal ini yang mendasari restitusi.

Pengembalian kelebihan pembayaran pajak (restitusi) terjadi apabila jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang atau telah dilakukan pembayaran pajak yang tidak seharusnya terutang, dengan catatan wajib pajak tidak punya hutang pajak lain. Ketentuan restitusi diatur lebih lanjut di dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 72/PMK.03/2010 tentang Tata Cara Pengembalian Kelebihan PPN.

J. Sebab-Sebab Terjadinya Restitusi Pajak Pertambahan Nilai

Adapun yang menjadi sebab-sebab terjadinya restitusi PPN adalah sebagia berikut :

1. Jumlah Pajak Masukan yang dibayar lebih besar daripada Pajak Keluaran dalam suatu Masa Pajak yang disebabkan oleh :

1.1.Pembelian barang modal dan bahan baku atau bahan pembantu yang dilakukan sebelum usaha dimulai atau pada awal usaha dimulai atau dalam Tahun berjalan.

1.2.Pengusaha Kena Pajak melakukan kegiatan ekspor Barang Kena Pajak yang Pajak Keluaran dikenakan tarif PPN sebesar 0% (nol persen).


(54)

1.3.Pengusaha Kena Pajak menyerahkan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak kepada Pemungut Pajak Pertambahan Nilai.

1.4.Pengusaha Kena Pajak menyerahkan Jasa Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak sehubungan dengan proyek milik pemerintah yang dananya berasal dari hibah atau bantuan luar negri.

2. Disamping itu kemungkinan terjadi kelebihan pembayaran pajak bukan disebabkan adanya selisih lebih pajak masukan dibandingkan dengan pajak keluaran, melainkan semata-mata disebabkan oleh kekeliruan pemungutan pajak yang dilakukan oleh PKP. Peristiwa ini dinamakan kelebihan pembayaran pajak yang disebabkan oleh pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang.


(55)

46

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI

A.Prosedur dan Tata Cara Pengajuan Restitusi Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Setelah proses pemeriksaan selesai dilakukan terhadap Wajib Pajak yang mengajukan restitusi lebih bayar PPN, dan ternyata pernyataan Wajib Pajak tersebut benar maka Account Representative akan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) melalui Seksi Pelayanan dan kemudian dikirimkan kepada Wajib Pajak. Setelah menerima SKPLB maka Wajib Pajak telah dapat mengajukan Permohonan Pengembalian lebih bayar dengan mengajukan permohonan tersebut ke KPP tempat Wajib Pajak terdaftar.

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-22/PJ/2011 tanggal 21 Maret 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal Pajak PER-7/PJ/2011 tentang Tata Cara Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak, adalah sebagai berikut :

1. Wajib pajak menyampaikan permohonan pengembalian pembayaran pajak ke Kantor Pelayanan Pajak melalui Tempat Pelayanan Terpadu.

2. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu menerima surat permohonan kemudian meneliti kelengkapan persyaratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam hal surat permohonan belum lengkap, diberitahukan kepada Wajib Pajak


(56)

3. melengkapinya. Dalam hal surat permohonan dan persyaratannya sudah lengkap, Petugas Tempat Pelayanan Terpadu akan mencetak BPS dan LPAD. BPS akan diserahkan kepada Wajib Pajak sedangkan LPAD akan digabungkan dengan surat permohonan beserta kelengkapannya. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu kemudian merekam surat permohonan dan dilanjutka dengan

meneruskan surat permohonan beserta kelengkapannya ke Account

Representative.

4. Account Representative memproses pengembalian kelebihan pembayaran pajak berdasarkan :

4.1.SKPLB; 4.2.SKPPKP;

4.3.SKKP PPN; atau

4.4.Surat keputusan yang myebabkan terjadinya kelebihan pembayaran pajak, yaitu Surat Keputusan Keberatan, Keputusan Banding, Keputusan Peninjauan Kembali dari Mahkamah Agung, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi atau Surat Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi, Surat Keputusan Pengurangan Surat Ketetapan Pajak, atau Surat Keputusan Pembatalan SKP, Surat Keputusan Pengurangan STP, atau Surat Keputusan Pembatalan STP.

5. Account Representative meminta informasi utang pajak dengan membuat Nota Konfirmasi utang pajak dan menyampaikan kepada Kepala Seksi Waskon dan


(57)

dilanjutkan ke proses angka 8. Dalam hal Wajib Pajak terdaftar di KPP lainAccount Representative membuat konsep surat pengantar dan Nota Konfirmasi Utang Pajak dan menyampaikannya kepada Kepala Seksi Waskon. 6. Kepala Seksi Waskon meneliti dan memaraf konsep surat pengantar dan

menandatangani Nota Konfirmasi Utang Pajak kemudian meneruskan kepada Kepala KPP untuk ditandatangani.

7. Kepala KPP menelitidan menandatangi konsep surat pengantar. Surat pengantar dan Nota Konfirmasi Utang Pajak kemudian dikembalikan kepada Account Representativeuntuk dikirim ke KPP lain.

8. Account Representativemengirimkan surat pengantar dan Nota Konfirmasi Utang Pajak melalui faksimili dan memastikan melalui telepon bahwa faksimili telah diterima oleh Seksi Penagihan KPP lain, mengarsipkan struk bukti pengiriman faksimili dan kemudian mengirimkan surat pengantar dan Nota Konfirmasi Utang Pajak tersebut sesuai SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP.

9. Seksi Penagihan dan/atau KPP lain menindaklanjuti konfirmasi utang pajak dan menyampaikan jawaban Nota Konfirmasi utang pajak berdasarkan SOP Tata Cara Menjawab Konfirmasi Data Tunggakan Wajib Pajak paling lama 2 (dua) hari kerja sejak diterimanya Nota Konfirmasi oleh Seksi Penagihan atau sejak diterima faksimili konfirmasi utang pajak oleh KPP lain. Dalam hal terdapat keraguan atas data utang pajak PBB yang akan dicantumkan dalam nota


(58)

konfirmasi, terlebih dahulu dilakukan konfirmasi kepada Wajib Pajak yang bersangkutan. Jawaban konfirmasi utang pajak oleh KPP lain dikirimkan melalui faksimili dan pos disertai dengan surat pengantar yang ditandatangani Kepala KPP.

10. Account Representative kemudian meneliti jawaban konfirmasi Utang Pajak dari Seksi Penagihan dan/atau dari KPP lain, kemudian memperhitungkan kelebihan pembayaran pajak dengan mendahulukan utang pajak dengan urutan prioritas sebagai berikut :

10.1. utang pajak yang mendekati tanggal daluwarsa penagihan; 10.2. utang pajak yang bernilai paling besar;

10.3. utang pajak yang dikompensasikan melalui potongan SPMKP.

Perhitungan kelebihan pembayaran pajak ke utang pajak dituangkan dalam Nota Penghitungan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak, yang selanjutnya disebut Nothit.

11. Account Representative melengkapi Nothit, konsep SKPKPP, dan konsep Konsep SPMKP.

11.1. Dalam hal kelebihan pembayaran pajak akan diperhitungkan dengan utang PBB, AR merekam Utang PBB tersebut ke dalam sistem informasi perpajakan (SIDJP/SIPMOD).

11.2. Dalam hal KPP menggunakan aplikasi SIPMOD dan akan


(59)

PPN dan/atau PPnBM yang terdaftar di KPP lain, AR merekam Utang PPh, PPN dan/atau PPnBM tersebut kedalam aplikasi SIPMOD.

11.3. Dalam hal KPP penerbit SPMKP menggunakan aplikasi SIDJP dan akan memperhitungkan kelebihan pembayaran pajaknya dengan Utang PPh, PPN dan/atau PPnBM yang terdaftar di KPP lain yang menggunakan aplikasi SIPMOD, AR merekam Utang PPh, PPN dan/atau PPnBM tersebut kedalam aplikasi SIDJP.

12. Kepala Seksi Waskon meneliti, menyetujui dan memaraf Nothit kemudian disampaikan kepada Kepala KPP untuk mendapatkan persetujuan.

13. Kepala KPP meneliti, menyetujui dan menandatangani Nothit.

14. Account Representative membuat konsep surat pemberitahuan ke KPP lain yang telah mengirimkan jawaban konfirmasi utang pajak, bahwa Utang Pajak yang dikonfirmasi dapat/tidak dapat diperhitungkan dengan kelebihan pembayaran pajak.

15. Apabila terdapat kompensasi utang pajak selanjutnya mengikuti prosedur kerja nomor 15 dan/atau nomor 16, dan bila tidak terdapat kompensasi utang pajak, Account Representative menyampaikan Nothit, konsep SKPKPP, konsep Konsep SPMKP, dan surat pemberitahuan ke KPP lain kepada Kepala Seksi Pelayanan. Selanjutnya mengikuti prosedur kerja nomor 17.

16. Untuk kompensasi utang melalui Potongan SMPKP :


(60)

mencantumkan nomor surat ketetapan pajak, kemudian disampaikan kepada Kepala Seksi Waskon beserta dengan Nothit, selanjutnya mengikuti prosedur kerja nomor 17.

16.2. Sedangkan untuk kompensasi utang pajak melalui Transfer Pembayaran mengikuti prosedur kerja nomor 16.

17. Untuk kompensasi melalui Transfer Pembayaran :

17.1. dalam hal surat setoran dibuat oleh KPP yang menerbitkan SPMKP yaitu untuk transfer pembayaran ke utang pajak PPh, PPN, atau PPnBM, atau untuk transfer pembayaran ke utang pajak PBB yang diadministrasikan oleh KPP yang menerbitkan SPMKP, Account Representative membuat SSP atas nama Wajib Pajak untuk utang pajak PPh, PPN, PPnBM dan/atau membuat SSP PBB atas nama Wajib Pajak untuk utang pajak PBB, dan konsep surat pemberitahuan ke Bank/Pos Persepsi tentang adanya kompensasi utang pajak melalui transfer pembayaran kemudian menyampaikan kepada Kepala Seksi Waskon untuk diteliti dan diparaf. Selanjutnya mengikuti prosedur nomor 17.

17.2. Dalam hal surat setoran dibuat oleh KPP lain yang

mengadministrasikan utang pajak yaitu untuk transfer pembayaran ke utang pajak PBB yang diadministrasikan oleh KPP lain lanjut ke prosedur nomor 17.


(61)

18. Kepala Seksi Waskon meneliti dan memaraf SSP dan/atau SSP PBB, konsep surat pemberitahuan ke KPP lain, dan konsep surat pemberitahuan ke Bank/Pos Persepsi, kemudian meneruskan kepada Kepala Seksi Pelayanan beserta Nothit, konsep SKPKPP, dan konsep Konsep SPMKP. SSP untuk kompensasi melalui potongan SPMKP tidak perlu diparaf.

19. Kepala Seksi Pelayanan menerima berkas pengembalian kelebihan pembayaran dan menugaskan Pelaksana Seksi Pelayanan untuk mencetak konsep SKPKPP dan Konsep SMPKP.

20. Pelaksana Seksi Pelayanan mencetak konsep SKPKPP dan Konsep SPMKP dari aplikasi sistem informasi perpajakan. Berdasarkan Konsep SPMKP, Pelaksana Seksi Pelayanan merekam dan mencetak pada aplikasi SPM berupa konsep SPMKP (empat rangkap). Selanjutnya menyampaikan kepada Kepala Seksi Pelayanan untuk diteliti.

21. Kepala Seksi Pelayanan meneliti, menyetujui dan memaraf konsep SKPKPP, konsep Konsep SPMKP (satu rangkap), dan konsep SPMKP (empat rangkap) kemudian menyampaikan seluruh berkas pengembalian kelebihan pembayaran (nothit, konsep SKPKPP, konsep Konsep SPMKP, konsep SPMKP, SSP dan/atau SSP PBB untuk kompensasi melalui Transfer Pembayaran, konsep surat pemberitahuan ke KPP lain, dan konsep surat pemberitahuan ke Bank/Pos Persepsi) kepada Kepala KPP.


(62)

SSP dan/atau SSP PBB untuk kompensasi melalui Transfer Pembayaran, surat pemberitahuan ke KPP lain, dan surat pemberitahuan ke Bank/Pos Persepsi, kemudian mengembalikan kepada Seksi Pelayanan untuk diselesaikan. SSP untuk kompensasi melalui Potongan SPMKP tidak perlu ditandatangani.

23. Kepala Seksi Pelayanan menugaskan ke Pelaksana Seksi Pelayanan untuk penatausahaan dan penyampaian dokumen.

24. Pelaksana Seksi Pelayanan berkoordinasi dengan Account Representative mengenai penyampaian dokumen ke pihak-pihak terkait.

25. Apabila ada kompensasi utang pajak pada KPP lain, terlebih dahulu mengikuti prosedur kerja nomor 25, dan bila tidak ada atau prosedur nomor 25 telah dilaksanakan langsung dilanjutkan ke prosedur kerja nomor 26.

26. Pelaksana Seksi Pelayanan mengirimkan via faksimili SKPKPP, SPMKP, dan surat pemberitahuan ke KPP lain yang mengadministrasikan utang pajak, memastikan faksimili telah diterima KPP lain dimaksud, dan mengarsipkan struk bukti pengiriman faksimili. Selanjutnya KPP yang mengadministrasikan utang pajak memproses berdasarkan SOP Tata Cara Tindak Lanjut Surat Pemberitahuan Kompensasi Utang Pajak.

27. Pelaksana Seksi Pelayanan menyampaikan :

27.1. kopi SKPKPP ke Seksi PDI jika ada kompensasi ke utang PBB di KPP sendiri :


(63)

untuk merekam data SKPKPP;

c. Pelaksana Seksi PDI merekam nomor SKPKPP dan utang PBB yang diperhitungkan dalam SKPKPP tersebut di Aplikasi SISMIOP dan mengarsipkan kopi SKPKPP.

27.2. kopi surat pemberitahuan dan kopi SKPKPP ke Seksi Penagihan, jika ada kompensasi utang pajak PPh, PPN dan/atau PPnBM di KPP sendiri :

a. Kepala Seksi Penagihan menugaskan kepada Pelaksana Seksi Penagihan untuk merekam nomor SKPKPP dan utang pajak yang dikompensasikan pada system informasi perpajakan;

b. Pelaksana Seksi Penagihan merekam nomor SKPKPP dan utang pajak yang dikompensasikan pada sistem informasi perpajakan. 28. Pelaksana Seksi Pelayanan :

28.1. mengarsipkan berkas melalui SOP Tata Cara Penatausahaan Dokumen Wajib Pajak.

28.2. menyampaikan dokumen ke pihak terkait melalui SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP :

a. SKPKPP lembar ke-2, SPMKP lembar ke-1 dan ke-2, dan SSP dalam hal ada kompensasi utang pajak melalui Potongan SPMKP ke KPPN;


(64)

Persepsi dalam hal ada kompensasi melalui Transfer Pembayaran;

c. SKPKPP lembar ke-1 dan SPMKP lembar ke-3 kepada Wajib Pajak;

d. Kopi SKPKPP dan SPMKP beserta surat pemberitahuan ke KPP lain yang terdapat utang pajak yang dikompensasikan;

e. Surat pemberitahuan ke KPP lain yang tidak terdapat utang pajak yang dikompensasikan.

29. Dalam hal terdapat kompensasi utang pajak melalui transfer pembayaran untuk utang PPh, PPN, atau PPnBM, dan/atau transfer pembayaran untuk utang PBB yang diadministrasikan pada KPP sendiri, Pelaksana Seksi Pelayanan mengambil SSP dan/atau SSP PBB yang telah ditera Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN) dan Nomor Transaksi Bank (NTB) beserta Bukti Penerimaan Negara (BPN) pada Bank/Pos Persepsi dan menyampaikan SSP/SSP PBB dan BPN lembar kesatu kepada Account Representative. SSP/SSP PBB dan BPN lembar ketiga ditatausahakan di Seksi Pelayanan. 30. Dalam hal Seksi Pelayanan menerima dokumen berupa :

30.1. SSP PBB yang dibuat KPP lain, Petugas TPT menerima SSP PBB dan BPN lembar kesatu dari KPP lain dan meneruskan kepada Account Representative;


(65)

dari KPPN, Petugas TPT menyampaikan SSP dan BPN lembar kesatu kepada Account Representative. Lembar ketiga disampaikan ke Seksi Pelayanan untuk ditatausahakan. Dalam hal SSP untuk utang pajak di KPP lain, Seksi Pelayanan mengirimkan SSP lembar ketiga ke KPP lain.

31. Account Representative membuat konsep surat pengantar penyampaian SSP/SSP PBB dan BPN lembar ke-1 kepada Wajib Pajak, baik untuk SSP/SSP PBB yang dibuat KPP sendiri maupun yang dibuat KPP lain. Surat pengantar diparaf oleh Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi, dan ditandatangani oleh Kepala Kantor.

32. Surat pengantar disampaikan beserta SSP/SSP PBB dan BPN lembar ke-1 kepada Wajib Pajak berdasarkan SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP.

33. Proses selesai.

Berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-22/PJ/2011 tanggal 21 Maret 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal Pajak PER-7/PJ/2011 tentang Tata Cara Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak, maka penulis melakukan penelitian dan konfirmasi dengan menggunakan metode wawancara terhadap salah seorang pegawai KPP Pratama Medan Timur guna mengetahui apakah SOP mengenai Tata Cara Pengembalian Kelebihan Pembayaran


(66)

Pajak telah dilaksanakan di KPP Pratama Medan Timur. Berikut adalah penjabaran penulis atas hasil wawancara mengenai proses pengajuan permohonan hingga kelebihanpembayaran pajak tersebut diterima kembali Wajib Pajak pada KPP Pratama Medan Timur :

1. Wajib Pajak setelah menerima SKPLB mengajukan surat permohonan pengembalian lebih bayar disertai dengan mencantumkan Nomor Rekening Wajib Pajak ke Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) di KPP Pratama Medan Timur.

2. Setelah Petugas TPT menerima permohonan Wajib Pajak dan memeriksa kelengkapan berkas Wajib Pajak maka Petugas TPT akan mencetak Bukti Penerimaan Surat(BPS) dan Lembar Pengawasan Arus Dokumen(LPAD). Petugas TPT menyerahkan BPS kepada Wajib Pajak lalu merekam permohonan Wajib Pajak dan kemudian meneruskan LPAD beserta permohonan yang telah lengkap kepada Account Representativedi seksi Pengawasan dan Konsultasi (WASKON) terkait.

3. Account Representative memproses permohonan pengembalian pembayaran pajak yang diajukan oleh Wajib Pajak.

4. Account Representative kemudian meminta konfirmasi utang pajak dengan membuat Nota Konfirmasi utang pajak baik untuk utang pajak yang ada di KPP bersangkutan maupun yang ada di KPP lain tempat kegiatan usaha Wajib Pajak terdaftar.


(67)

5. Setelah mendapat jawaban atas Nota Konfirmasi utang pajak kemudianAccount Representative memperhitungkan kelebihan pembayaran pajak dengan mengurangkan lebih bayar dengan utang pajak yang masih dimiliki oleh Wajib Pajak (LB - utang pajak). Perhitungan kelebihan pembayaran pajak ke utang pajak dituangkan dalam Nota Penghitungan (Nothit).

6. Account Representative mengeluarkan Nothit, konsep SKPKPP, dan Risalah/uraian penelitian tentang permohonan restitusi Wajib Pajak yang kemudian diserahkan ke Kepala Seksi Waskon untuk diteliti dan ditandatangani dan kemudian diteruskan ke Kepala KPP untuk mendapatkan persetujuan. 7. Setelah Kepala KPP meneliti dan menyatakan berkas-berkas telah lengkap dan

benar lalu Kepala KPP menyetujui dan menandatangani berkas untuk kemudian diserahkan kepada Seksi Pelayanan.

8. Setelah menerima berkas, Seksi Pelayanan menerbitkan SPMKP yang akan dikirimkan ke KPPN, Wajib Pajak, dan untuk arsip di KPP.

9. Setelah KPPN menerima SPMKP dari KPP bersangkutan KPPN langsung memproses guna pencairan kelebihan pembayaran pajak yang ditransfer ke nomor rekening Wajib Pajak.


(68)

B. Hambatan-hambatan Yang Dihadapi Dalam Pelaksanaan Restitusi Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Dalam pelaksanaan tata usaha restitusi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Petugas sering mengalami hambatan-hambatan. Hambatan-hambtan yang timbul dalam pelaksanaan restitusi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) tersebut adalah sebagai berikut :

1. Balasan konfirmasi utang pajak yang dimiliki oleh Wajib Pajak dari KPP lain sedikit terlalu lama sehingga memakan waktu lama juga bagi Account Representative dalam membuat Nota Perhitungan.

2. Sistem Informasi dalam hal ini Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) mengalami gangguan sehingga Account Representativetidak dapat melakukan proses lebih lanjut.

3. Terkadang Seksi Pelayanan sedang mempunyai banyak pekerjaan sehingga penerbitan dan pengiriman SPMKP ke Wajib Pajak dan ke KPPN menjadi tertunda.

C.Jumlah Pengusaha Kena Pajak (PKP) Yang Terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur

Jumlah Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang melakukan kegiatan usaha dan mengharuskan PKP tersebut untuk memungut pajak sebagai perpanjangan tangan dari pemerintah dalam hal pemungutan pajak tersebut guna untuk kepentingan


(69)

pembangunan bangsa. Berikut ini adalah data jumalah PKP yang terdaftar di KPP Pratama Medan Timur :

Tabel IV.1

Jumlah Pengusaha Kena Pajak (PKP)

di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

No. Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015

Bulan PKP Terdaftar Bulan PKP Terdaftar Bulan PKP Terdaftar 1 Januari 1.352 Januari 1.714 Januari 1.937 2 Februari 1.373 Februari 1.729 Februari 1.953

3 Maret 1.401 Maret 1.756 Maret 1.983

4 April 1.443 April 1.785 April 1.994

5 Mei 1.489 Mei 1.803

6 Juni 1.539 Juni 1.821

7 Juli 1.567 Juli 1.837

8 Agustus 1.582 Agustus 1.847 9 September 1.614 September 1.861 10 Oktober 1.640 Oktober 1.881 11 November 1.667 November 1.901 12 Desember 1.697 Desember 1.921 Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.


(70)

61

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang tertulis pada bab-bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Prosedur dan tatacara pengajuan restitusi pada Kator Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur sudah sangat jelas, hal tersebut dapat diketahui oleh Wajib Pajak melalui penjelasan yang diterima melalui seksi Waskon (Pengawasan dan Konsultasi) yang dimiliki oleh masing-masing Wajib Pajak.

2. Jumlah Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur mengalami peningkatan setiap bulannya selama tiga tahun terakhir sampai dengan masa pajak April tahun 2015.

3. Pajak Pertambahan Nilai merupakan pajak Tidak Langsung di mana pemikul beban pajak dengan penanggung jawab atas pembayaran pajak pada kas Negara berada pada pihak yang berbeda.

4. Apabila terjadi lebih bayar yang disebabkan oleh Pajak Masukan lebih besar dari pada Pajak Keluaran maka Wajib Pajak dapat melakukan konpensasi atas kelebihan pembayaran pajak tersebut untuk masa pajak berikutnya dan apabila pada akhir tahun masih terdapat kelebihan atas pembayran pajak tersebut Wajib


(71)

Pajak dapat mengajukan Restitusi atas kelebihan pembayaran pajak tersebut. 5. Restitusi merupakan salah satu jalan agar kelebihan pembayaran pajak yang

dibayarkan oleh Wajib Pajak dapat kembali kepada Wajib Pajak melalui proses yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya.

B.Saran

Pada dasarnya pelaksanaan administrasi perpajakan yang dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur sudah berjalan dengan baik, namun penulis memberikan saran yang mungkin nantinya dapat menjadi masukan bagi fiskus tidak hanya di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur saja namun juga di Kantor Pelayanan Pajak Pratama lainnya. Adapun saran penulis adalah sebagai berikut :

1. Agar gangguan pada SIDJP dapat diminimalisir sehingga tidak ada kendala dalam proses restitusi.

2. Agar jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) di seksi pelayanan ditambah sehingga pelayanan terhadap Wajib Pajak menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya.


(72)

Mardiasmo, (2009), Perpajakan Edisi Revisi 2009, Yogyakarta: CV Andi Offset.

Lubis, Irwansyah, (2010), Menggali potensi pajak perusahaan dan bisnis dengan

pelaksanaan hukum, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Suandy, Erly, (2002), Hukum Pajak, Jakarta: Salemba Empat. Waluyo, (2003), Perpajakan Indonesia, Jakarta: Salemba Empat.

Peraturan Perundang-undangan :

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah di ubah dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah di ubah dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000 dan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009.


(1)

62

Pajak dapat mengajukan Restitusi atas kelebihan pembayaran pajak tersebut.

5.

Restitusi merupakan salah satu jalan agar kelebihan pembayaran pajak yang

dibayarkan oleh Wajib Pajak dapat kembali kepada Wajib Pajak melalui proses

yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya.

B.

Saran

Pada dasarnya pelaksanaan administrasi perpajakan yang dilakukan di Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur sudah berjalan dengan baik, namun penulis

memberikan saran yang mungkin nantinya dapat menjadi masukan bagi fiskus tidak

hanya di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur saja namun juga di Kantor

Pelayanan Pajak Pratama lainnya. Adapun saran penulis adalah sebagai berikut :

1.

Agar gangguan pada SIDJP dapat diminimalisir sehingga tidak ada kendala

dalam proses restitusi.

2.

Agar jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) di seksi pelayanan ditambah

sehingga pelayanan terhadap Wajib Pajak menjadi lebih baik lagi dari

sebelumnya.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

.

Mardiasmo, (2009),

Perpajakan Edisi Revisi 2009,

Yogyakarta: CV Andi Offset.

Lubis, Irwansyah, (2010),

Menggali potensi pajak perusahaan dan bisnis dengan

pelaksanaan hukum,

Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Suandy, Erly, (2002),

Hukum Pajak

, Jakarta: Salemba Empat.

Waluyo, (2003),

Perpajakan Indonesia,

Jakarta: Salemba Empat.

Peraturan Perundang-undangan :

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum

dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah di ubah dengan Undang-Undang

Nomor 36 Tahun 2009.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak

Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah di

ubah dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000 dan Undang-Undang

Nomor 42 Tahun 2009.


(3)

KOP SURAT

Nota Konfirmasi Utang Pajak Nomor : KONF- .../WPJ.../KP.../20... Tanggal :... Kepada : Kepala Seksi Penagihan

KPP... Hal : Konfirmasi Utang Pajak

Kepada : ...

Dari : ...

Hal : Jawaban Konfirmasi Utang Pajak

Sehubungan dengan kelebihan pembayaran pajak:... masa/tahun pajak: ... nomor ketetapan/keputusan/putusan: ... atas nama:

Wajib Pajak : ... NPWP : ... Alamat : ... NOP : ... Alamat Objek Pajak PBB : ...

Bersama ini disampaikan permintaan daftar Utang Pajak Wajib Pajak, untuk diberikan konfirmasi Utang Pajak dengan mengirimkan kembali nota ini dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) hari kerja sejak diterima. Atas kerjasama Saudara diucapkan terima kasih.

Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi ....

... NIP

Bersama ini disampaikan daftar Utang Pajak Wajib Pajak yang bersangkutan berdasarkan aplikasi SIDJP/SIPMOD dan aplikasi SISMIOP/data utang PBB.

No. Nomor Surat

Ketetapan NOP/NPWP

Masa/Tahun Pajak

Nama & Nomor Rekening Bank

Kode Akun Pajak KJS

Utang Pajak (Rp) 1 2 3 4 dst

Total Utang Pajak

Bila tidak mencukupi dapat menggunakan lampiran tersendiri

...,...

Nomor : KONF- .../WPJ.../KP.../20...

Kepala Seksi Penagihan

KPP...

... NIP


(4)

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KANTOR PELAYANAN PAJAK ...

KONSEP

SURAT PERINTAH MEMBAYAR KELEBIHAN PAJAK

Nomor: ... Tanggal:... Berdasarkan SKPKPP Nomor : ...

KEPADA : Kuasa Bendahara Umum Negara, KPPN...

Agar membayar/memindahbukukan Kelebihan Pembayaran ...

pada Akun ...

BA, Eselon, Kode Satker : ...

Fungsi, Subfungsi, Program : 00.00.00 Kode Kegiatan dan Subkegiatan : 0000.00000

Kelompok Akun : ... Jenis Kewenangan : KD

Cara Bayar : Giro Bank Tahun Anggaran : ...

Sebesar : Rp...

(...)

atas nama :

Wajib Pajak : ...

Alamat : ...

NPWP :

NOP : ... Kabupaten/Kota :...

dengan memperhitungkan kompensasi utang pajak melalui potongan SPMKP

sejumlah : Rp ... (...)

dengan rincian sebagaimana terlampir

sehingga dibayarkan sebesar : Rp ... (...)

untuk:

1) kompensasi utang pajak melalui transfer pembayaran sejumlah Rp. ...

(...) dengan rincian sebagaimana terlampir

2) dikembalikan/dibayarkan kepada Wajib Pajak

sejumlah Rp. ... (...) melalui rekening Wajib Pajak dimaksud pada :

Bank : ...

nama rekening : ...

nomor rekening : ...

atas beban Rekening Kas Negara A/Bendahara Umum pada Bank Operasional ... KPPN ...

..., tgl. ... Kepala Kantor ...

... NIP


(5)

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KANTOR PELAYANAN PAJAK ...

LAMPIRAN KONSEP SURAT PERINTAH MEMBAYAR KELEBIHAN PAJAK (SPMKP) Nomor : ... Tanggal ...

RINCIAN KOMPENSASI UTANG PAJAK MELALUI POTONGAN SPMKP Nama Wajib Pajak : ...

NPWP : ...

No. Nomor Surat Ketetapan

NPWP Masa/Tahun Pajak

Kode Akun Pajak

Kode Jenis Setoran

Kode Kab/Kota

Jumlah (Rp) 1.

2. 3. dst.

TOTAL = (...) Rp

... tgl. ... Kepala Kantor ...

... NIP


(6)

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KANTOR PELAYANAN PAJAK ...

LAMPIRAN KONSEP SURAT PERINTAH MEMBAYAR KELEBIHAN PAJAK (SPMKP) Nomor : ... Tanggal ...

RINCIAN KOMPENSASI UTANG PAJAK MELALUI TRANSFER PEMBAYARAN Nama Wajib Pajak : ...

NPWP : ...

No. Nama Bank dan Nomor Rekening

Nomor Surat Ketetapan

NOP/ NPWP

Masa/Tahun Pajak

Kode Akun Pajak

Kode Jenis Setoran

Jumlah (Rp) 1.

2. 3. dst.

TOTAL = (...) Rp

... tgl. ... Kepala Kantor ...

... NIP