Bagian 5 STRATIGRAFI DAN PALEONTOLOGI PRINSIP-PRINSIP DASAR STRATIGRAFI

(1)

STRATIGRAFI DAN

PALEONTOLOGI

PENDAHULUAN

Stratigrafi merupakan salah satu cabang dari ilmu geologi, yang berasal dari bahasa Latin, Strata (perlapisan, hamparan) dan Grafia (memerikan, menggambarkan). Jadi pengertian stratigrafi yaitu suatu ilmu yang mempelajari tentang lapisan-lapisan batuan serta hubungan lapisan batuan itu dengan lapisan batuan yang lainnya yang bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan tentang sejarah bumi.

PRINSIP-PRINSIP DASAR STRATIGRAFI

Prinsip-prinsip yang digunakan dalam penentuan urut-urutan kejadian geologi adalah sebagai berikut:

1. Prinsip Superposisi

Prinsip ini sangat sederhana, yaitu pada kerak bumi tempat diendapkannya sedimen, lapisan yang paling tua akan diendapkan paling bawah, kecuali pada lapisan-lapisan yang telah mengalami pembalikan.


(2)

2. Hukum Datar Asal (Original Horizontality)

Prinsip ini menyatakan bahwa material sedimen yang dipengaruhi oleh gravitasi akan membentuk lapisan yang mendatar (horizontal). Implikasi dari pernyataan ini adalah lapisan-lapisan yang miring atau terlipatkan, terjadi setelah proses pengendapan.

Pengecualian :

Pada keadaan tertentu (lingkungan delta, pantai, batugamping, terumbu, dll) dapat terjadi pengendapan miring yang disebut Kemiringan Asli(Original Dip) dan disebutClinoform.

3. Azas Pemotongan (Cross Cutting)

Prinsip ini menyatakan bahwa sesar atau tubuh intrusi haruslah berusia lebih muda dari batuan yang diterobosnya.

4. Prinsip Kesinambungan Lateral (Continuity)

Lapisan sedimen diendapkan secara menerus dan berkesinambungan sampai batas cekungan sedimentasinya. Penerusan bidang perlapisan adalah penerusan bidang kesamaan waktu atau merupakan dasar dari prinsip korelasi


(3)

stratigrafi. Dalam keadaan normal suatu lapisan sedimen tidak mungkin terpotong secara lateral dengan tiba-tiba, kecuali oleh beberapa sebab yang menyebabkan terhentinya kesinambungan lateral, yaitu :

- Pembajian

Menipisnya suatu lapisan batuan pada tepi cekungan sedimentasinya.

Menghubungkan Batuan yang Sama


(4)

- Perubahan Fasies

Perbedaan sifat litologi dalam suatu garis waktu pengendapan yang sama, atau perbedaan lapisan batuan pada umur yang sama (menjemari).

- Pemancungan atau Pemotongan karena Ketidakselarasan Dijumpai pada jenis ketidakselarasan Angular Unconformity dimana urutan batuan di bawah bidang ketidakselarasan membentuk sudut dengan batuan diatasnya. Pemancungan atau pemotongan terjadi pada lapisan batuan di bawah bidang ketidakselarasan.

Penghilangan Lapisan Secara Lateral


(5)

- Dislokasi karena sesar

Pergeseran lapisan batuan karena gaya tektonik yang menyebabkan terjadinya sesar atau patahan.

5. Azas Suksesi Fauna (Faunal Succesions)

Penggunaan fosil dalam penentuan umur geologi berdasarkan dua asumsi dalam evolusi organik.

Asumsi pertama adalah organisme senantiasa berubah sepanjang waktu dan perubahan yang telah terjadi pada organise tersebut tidak akan terulang lagi. Sehingga dapat dikatakan bahwa suatu kejadian pada sejarah geologi adalah jumlah dari seluruh kejadian yang telah terjadi sebelumnya. Asumsi kedua adalah kenampakan-kenampakan anatomis dapat ditelusuri melalui catatan fosil pada lapisan tertua yang mewakili kondisi primitif organisme tersebut.

6. Teori Katastrofisme (Catastrophism)

Teori ini dicetuskan olehCuvier, seorang kebangsaan Perancis pada tahun 1830. Ia berpendapat bahwa flora dan fauna dari


(6)

setiap zaman itu berjalan tidak berubah, dan sewaktu terjadinya revolusi maka hewan-hewan ini musnah. Sesudah malapetaka itu terjadi, maka akan muncul hewan dan tumbuhan baru, sehingga teori ini lebih umum disebut dengan teoriMalapetaka. 7. Teori Uniformitarianisme (Uniformitarianism)

Teori ini dicetuskan oleh James Hutton, teori ini berbunyi “The Present is The Key to The Past “, yang berarti kejadian yang berlangsung sekarang adalah cerminan atau hasil dari kejadian pada zaman dahulu, sehingga segala kejadian alam yang ada sekarang ini, terjadi dengan jalan yang lambat dan proses yang berkesinambungan seragam dengan proses-proses yang kini sedang berlaku. Hal ini menjelaskan bahwa rangkaian pegunungan-pegunungan besar, lembah serta tebing curam tidak terjadi oleh suatu malapetaka yang tiba-tiba, akan tetapi melalui proses alam yang berjalan dengan sangat lambat. Catatan buat adik-adik :

Kesimpulan dari teori Uniformitarianisme adalah :

a. Proses-proses alam berlangsung secara berkesinambungan. b. Proses-proses alam yang terjadi sekarang ini, terjadi pula

pada masa lampau namun dengan intensitas yang berbeda. 8. Siklus Geologi

Siklus ini terdiri dari prosesOrogenesa (Pembentukan Deretan Pegunungan), proses Gliptogenesa (Proses-proses Eksogen/ Denudasi) dan proses Litogenesa (Pembentukan Lapisan Sedimen). Bumi tercatat telah mengalami sembilan kali siklus


(7)

geologi, dan yang termuda adalah pembentukan deretan pegunungan Alpen.

UNSUR – UNSUR STRATIGRAFI

Stratigrafi terdiri dari beberapa elemen penyusun, yaitu :

1.Elemen Batuan, pada stratigrafi batuan yang lebih diperdalam untuk dipelajari adalah batuan sedimen, karena batuan ini memiliki perlapisan, terkadang batuan beku dan metamorf juga dipelajari dalam kapasitas yang sedikit.

2.Unsur Perlapisan (Waktu), merupakan salah satu sifat batuan sedimen yang disebabkan oleh proses pengendapan sehingga menghasilkan bidang batas antara lapisan satu dengan yang


(8)

lainnya yang merepresentasikan perbedaan waktu/periode pengendapan.

Bidang perlapisan merupakan hasil dari suatu proses sedimentasi yang berupa:

 Berhentinya suatu pengendapan sedimen dan kemudian dilanjutkan oleh pengendapan sedimen yang lain.

 Perubahan warna material batuan yang diendapkan.

 Perubahan tekstur batuan (misalnya perubahan ukuran dan bentuk butir).

 Perubahan struktur sedimen dari satu lapisan ke lapisan lainnya.

 Perubahan kandungan material dalam tiap lapisan (komposisi mineral, kandungan fosil, dll).

Satu Unit Perlapisan

Satu Unit Perlapisan

Satu Unit Perlapisan

Gambar Perlapisan

A

B

D

Satu Unit Perlapisan


(9)

Pada suatu bidang perlapisan, terdapat bidang batas antara satu lapisan dengan lapisan yang lain. Bidang batas itu disebut sebagai kontak antar lapisan.

Terdapat dua macam kontak antar lapisan, yaitu :

Kontak Tajam, yaitu kontak antara lapisan satu dengan lainnya yang menunjukkan perbedaan sifat fisik yang sangat mencolok sehingga dapat dengan mudah diamati perbedaannya anatra satu lapisan dengan lapisan lain. Perbedaan mencolok tersebut salah satu contohnya berupa perubahan litologi.

Kontak Berangsur, merupakan kontak lapisan yang perubahannya bergradasi sehingga batas kedua lapisan tidak jelas dan untuk menentukannya mempergunakan cara–cara tertentu. Terdapat dua jenis kontak berangsur, yaitu :

a. Kontak Progradasi b. Kontak Interkalasi

Kontak erosional, merupakan kontak antar lapisan dengan kenampakan bidang perlapisan yang tergerus/tererosi baik oleh arus maupun oleh material yang terbawa oleh arus. Untuk skala yang lebih luas, kontak antar formasi ataupun antar satuan batuan yang memiliki karakteristik yang sama, dikenal dengan istilah hubungan stratigrafi. Kontak / hubungan stratigrafi ini terdiri dari dua jenis, yaitu kontak selaras dan kontak tidak selaras.


(10)

Kontak Selaras atau disebut Conformity yaitu kontak yang terjadi antara dua lapisan yang sejajar dengan volume interupsi pengendapan yang kecil atau tidak ada sama sekali. Jenis kontak ini terbagi dua, yaitu kontak tajam dan kontak berangsur.

Kontak Lapisan Tidak Selaras atau disebut Unconformity yaitu merupakan suatu bidang ketidakselarasan antar lapisan. Terdapat empat macam bidang ketidakselarasan, yaitu:

Angular Unconformity, disebut juga ketidakselarasan sudut, merupakan ketidakselarasan yang kenampakannya menunjukan suatu lapisan yang telah terlipatkan dan tererosi, kemudian di atas lapisan tersebut diendapkan lapisan lain.

Disconformity,kenampakannya berupa suatu lapisan yang telah tererosi dan di atas bidang erosi tersebut diendapkan lapisan lain.


(11)

Paraconformity, disebut juga keselarasan semu, yang menunjukan suatu lapisan di atas dan di bawahnya yang sejajar, dibidang ketidakselarasannya tidak terdapat tanda-tanda fisik untuk membedakan bidang sentuh dua lapisan berbeda. Untuk menentukan perbedaannya harus dilakukan analisis Paleontologi (dengan memakai kisaran umur fosil).

Nonconformity, merupakan ketidakselarasan yang yang terjadi dimana terdapat kontak jelas antara batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf.

GambarDisconformity


(12)

Untuk hubungan stratigrafi ini, sangat sulit untuk diobservasi dalam skala singkapan. Hubungan stratigrafi ini dapat diketahui dari rekonstruksi peta pola jurus.

3. Elemen Struktur Sedimen, struktur sedimen ini merupakan suatu kenampakan yang terdapat pada batuan sedimen dimana kenampakannya itu disebabkan oleh proses sedimentasi pada batuan tersebut, seperti aliran air, deformasi, aktifitas biogenik (oleh hewan dan tumbuhan), serta aliran gravitasi sedimen. Struktur sedimen ini harus dianalisa langsung di lapangan, dengan tujuan untuk menentukan lingkungan pengendapan batuan serta untuk menentukan posisi atas dan bawah dari suatu lapisan.

UMUR GEOLOGI

Mengenai waktu geologi ini kita dapat meninjaunya dari 2 segi: 1. Waktu Kualitatif dan

2. Waktu Kuantitatif.


(13)

Yang pertama menyatakan apakah suatu kejadian berlangsung sebelum atau sesudah kejadian lainnya dengan tidak memperhitungkan jumlah tahun, sedangkan yang kedua menyatakan berapa tahun yang lalu suatu gejala geologi telah berlangsung.

Waktu Kualitatif

Waktu relatif ditentukan berdasarkan kedudukan relatif daripada batuan sedimen. Tiap lapisan sedimen mewakili waktu pengendapannya, jadi bila kita dapat menyusun urut-urutan daripada batuan sedimen itu dengan benar, maka kita mempunyai pula urut-urutan waktu yang sesungguhnya. Untuk menyusunnya, kita harus mengetahui mana yang lebih dulu dan bagian mana yang diendapkan kemudian. Hal ini dapat dibantu dengan menggunakan “Hukum Superposisi”. Cara lain penyusunan lapisan-lapisan batuan yang terpencar adalah dengan melakukan apa yang dinamakan dengan “Korelasi”

Ada dua macam korelasi yang dapat ditempuh:

1. Berdasarkan sifat fisik dari batuan sedimen tersebut. 2. Berdasarkan fosil.

Waktu Kuantitatif

Untuk mengetahui berapa tahun Dunia umurnya? Sangatlah susah ditentukan, karena tidak ada orang yang menghitungnya. Salah satu cara untuk mengatasi hal ini adalah dengan mempelajari disintegrasi dari mineral-mineral radioaktif


(14)

Prinsipnya adalah:

Inti dari beberapa unsur secara spontan akan pecah dengan menghasilkan unsur baru (proses Radio-Aktipitet). Sebagai contoh unsur Uranium 92U238 akan menghasilkan He dan 82Pb206 dalam

disintegrasinya. Kita juga mengetahui lamanya suatu unsur untuk berdisintegrasi hal ini bersifat konstan artinya tidak berdasarkan kondisi kimia dan fisika. Lamanya unsur untuk berdisintegrasi menjadi setengahnya dinamakan “Waktu Paruh” atau “Half-Life”.

PALEONTOLOGI

Di bumi ini banyak terdapat makhluk hidup yang telah mati kemudian terkubur dalam tanah. Bagian yang terkubur tersebut ada yang membusuk dan tidak meninggalkan sisa serta ada yang bentuknya masih utuh seperti ketika makhluk tersebut hidup. Berbagai sisa dari makhluk hidup tersebut membuktikan bahwa sebelumnya telah terjadi suatu kehidupan yang berlangsung di waktu lampau. Ada suatu ilmu yang mempelajari tentang jasad hidup di masa lampau, yang disebut Paleontologi. Kata ini berasal dari bahasa latin yaitu Paleos (tua), Onto (kehidupan), Logos (ilmu). Jadi Paleontologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan masa lampau.


(15)

(16)

FOSIL

Seperti yang telah dituliskan tadi bahwa makhluk hidup yang mati itu ada yang tidak meninggalkan sisa ataupun busuk seluruhnya di dalam tanah namun juga ada yang tersisa oleh proses alam. Sisa-sisa bagian tubuh dari makhluk hidup yang terkubur dalam tanah dan telah terubah menjadi batu ini dinamakan Fosil, dimana fosil ini merupakan salah satu cara untuk mempelajari kehidupan masa lampau. Fosil berasal dari Bahasa Latin, yaitu “Fodere“ yang


(17)

artinya menggali. Fosil dapat dikatakan sebagai suatu bukti bahwa pada masa lampau terdapat suatu kehidupan. Fosil itu tidak hanya berupa sisa bagian tubuh makhluk saja (misalnya tulang Dinosaurus), tetapi dapat juga berupa tanda (yang berupa jejak kaki, jejak cangkang kerang). Fosil yang banyak ditemukan dalam keadaan utuh biasanya yang berukuran kecil, sedangkan yang ukurannya besar keterdapatannya dapat terpencar sehingga hanya bagian-bagian tertentu saja yang dapat ditemukan kembali. Tidak setiap makhluk hidup dapat terubah menjadi fosil. Ada hal-hal tertentu yang menyebabkan suatu makhluk hidup dapat terubah menjadi fosil. Untuk menjadi suatu fosil, organisme yang telah mati harus terhindar dari proses pembusukan.

Oleh karena itu terdapat beberapa “syarat“ organisme untuk terubah menjadi fosil, diantaranya adalah:

1. Organisme yang telah mati harussegeratertutup oleh material sedimen. Sehingga dapat mencegah oksigen yang dapat merusak organisme tersebut.

2. Harus terhindar dari bakteri pembusuk.

3. Organisme tersebut harus mempunyai rangka yang kuat. 4. Organisme yang telah mati terhindar dari hewan pemakan

daging atau pemangsa.

5. Terhindar dari air dalam volume yang banyak, karena air dapat melarutkan dan menghancurkan organisme tersebut sehingga tidak dapat menjadi fosil.


(18)

6. Terhindar dari proses Geologi (erosi, metamorfosa dan lain-lain) yang dapat merusak fosil.

Keadaan tersebut dapat terjadi di lingkungan laut. Oleh karena itu keberadaan fosil di laut jauh lebih banyak daripada di darat.

Selain keadaan-keadaan tersebut, terdapat juga bahan alam dan proses tertentu yang dapat berperan dalam terbentuknya fosil, yaitu:

1. Silika (SiO2), yang berasal dari ledakan Gunungapi, dapat

berupa abu, dan jika bercampur dengan air (sungai) kemudian memasuki pori-pori suatu organisme. Setelah itu terjadi penggantian molekul-molekul organisme oleh komponen silika, dan kemudian mengalami proses pembatuan.


(19)

2. Collophane, yaitu zat yang terdiri dari Kalsium, Karbonat, Sulfat dan Air. Proses pemfosilan oleh Collophane sama seperti yang terjadi pada proses pemfosilan oleh Silika.

3. Kalsiumkarbonat (CaCO3), zat ini berasal dari kapur yang

terlapukan, kemudian terlarutkan dalam air yang selanjutnya bercampur dengan tulang-tulang dan merubahnya menjadi fosil.

4. Oksida Besi (FeO atau Fe2O3), zat ini berupa Limonit, Vivianit

atau Hematit. Pemfosilan dengan bahan ini dapat menyebabkan fosil berwarna hitam atau coklat.

5. Destilasi, merupakan suatu proses pemfosilan, dimana organisme yang telah mati dan tertimbun dalam tanah akan menguapkan dan meninggalkan zat organik dari dalam tubuhnya karena pengaruh panas bumi. Hasilnya adalah berupa tapak dari bagian fosil tersebut.

6. Kompresi, proses pemfosilan yang dipengaruhi oleh tekanan lapisan tanah, dimana organisme yang terkubur dalam tanah akan ditekan oleh lapisan-lapisan tanah di atasnya dan menyebabkan keluarnya zat organik dari dalam tubuhnya. Contohnya adalah Batubara (merupakan tumbuhan yang terendapkan dan terkubur dalam tanah akibat pengaruh tekanan).

7. Pembekuan, organisme yang telah mati di lingkungan es dapat terlindung dan terkungkung bagian tubuhnya oleh es. Sehingga dapat terhindar dari bakteri pembusuk. Organisme


(20)

yang terfosilkan seperti ini dapat terawetkan bersama dagingnya.

JENIS-JENIS FOSIL

Berdasarkan ukurannya, fosil terbagi menjadi :

1.

Macrofosil

(fosil

besar),

tanpa

menggunakan

mikroskop.

2.

Microfosil

(fosil kecil), mengunakan mikroskop.

3.

Nanofosil, fosil yang sangat halus dan dipelajari

dengan menggunakan mikroskop dengan pembesaran

yang sangat teliti.

Gambar ‘Cetakan’ yang dibentuk oleh daun setelah hilangnya zat organik yang terdapat dalam daun


(21)

KETERDAPATAN FOSIL

Fosil bisa terdapat di lingkungan darat dan laut. Keberadaan fosil di darat biasanya terdapat di:

1. Dalam lapisan es, contohnya fosil Mammuthus (sejenis gajah purba) yang ditemukan utuh di Siberia.

2. Dalam lapisan Loss (gurun). Angin membawa material pasir gurun sehingga menutupi organisme yang telah mati dan menghindarkannya dari pembusukan.

3. Dalam getah (damar), contohnya fosil serangga yang terbungkus getahnya.

Gambar fosilMammuthus(sejenis gajah purba) yang mengalami pemfosilan di dalam es sehingga selain tulangnya, dagingnya


(22)

4. Sekitar lingkungan gunungapi, dimana abu gunungapi dapat menutupi organisme.

Fosil di lingkungan air lebih banyak ditemukan, seperti di lingkungan air tawar, air payau dan air laut.

 Lingkungan air tawar bisa mengandung banyak fosil, namun tidak sebanyak yang ditemukan di lingkungan air laut. Fosil bisa terdapat di lingkungan danau (fosil ikan) atau di lingkungan rawa yang banyak terdapat fosil batubara. Hal ini dikarenakan kondisi lingkungan rawa yang sama sekali tidak mengandung zat asam, yang menyebabkan tidak terdapatnya hewan tetapi didominasi oleh tumbuhan.

 Lingkungan air payau, lingkungan ini kurang baik untuk proses pemfosilan karena sedimen yang terdapat di daerah ini berbutir kasar sehingga tidak dapat menutup organisme seutuhnya yang menyebabkan organisme tersebut mudah untuk terbusukkan.

 Lingkungan air laut, di lingkungan ini sedimen organik merupakan batuan yang mengandung banyak fosil, seperti pada batugamping.

KLASIFIKASI FOSIL

Klasifikasi fosil dikenal dengan nama taksonomi. Adapun

urut-urutan dari taksonomi adalah sebagai berikut :


(23)

KEGUNAAN FOSIL

Fosil dapat dipergunakan untuk hal-hal sebagai berikut:

1. Menentukan perkiraan umur relatif batuan; lapisan yang memiliki kesamaan kandungan fosil diperkirakan diendapkan pada waktu yang bersamaan.

2. Mengetahui kisaran lingkungan pengendapan; penemuan fosil pada suatu tempat dapat menjadi petunjuk untuk menentukan lingkungan pengendapan, misalnya dengan ditemukannya fosil ikan pada suatu lapisan menunjukan bahwa wilayah sekitar lapisan tersebut kemungkinan adalah suatu lingkungan air. 3. Menentukan korelasi batuan; lapisan batuan pada suatu

daerah dapat dikatakan sama dengan lapisan batuan di daerah lain jika keduanya mengandung jenis fosil yang sama.

KINGDOM

PHYLUM

KLAS

ORDO

FAMILI

GENUS


(1)

6. Terhindar dari proses Geologi (erosi, metamorfosa dan lain-lain) yang dapat merusak fosil.

Keadaan tersebut dapat terjadi di lingkungan laut. Oleh karena itu keberadaan fosil di laut jauh lebih banyak daripada di darat.

Selain keadaan-keadaan tersebut, terdapat juga bahan alam dan proses tertentu yang dapat berperan dalam terbentuknya fosil, yaitu:

1. Silika (SiO2), yang berasal dari ledakan Gunungapi, dapat

berupa abu, dan jika bercampur dengan air (sungai) kemudian memasuki pori-pori suatu organisme. Setelah itu terjadi penggantian molekul-molekul organisme oleh komponen silika, dan kemudian mengalami proses pembatuan.


(2)

2. Collophane, yaitu zat yang terdiri dari Kalsium, Karbonat, Sulfat dan Air. Proses pemfosilan oleh Collophane sama seperti yang terjadi pada proses pemfosilan oleh Silika.

3. Kalsiumkarbonat (CaCO3), zat ini berasal dari kapur yang

terlapukan, kemudian terlarutkan dalam air yang selanjutnya bercampur dengan tulang-tulang dan merubahnya menjadi fosil.

4. Oksida Besi (FeO atau Fe2O3), zat ini berupa Limonit, Vivianit

atau Hematit. Pemfosilan dengan bahan ini dapat menyebabkan fosil berwarna hitam atau coklat.

5. Destilasi, merupakan suatu proses pemfosilan, dimana organisme yang telah mati dan tertimbun dalam tanah akan menguapkan dan meninggalkan zat organik dari dalam tubuhnya karena pengaruh panas bumi. Hasilnya adalah berupa tapak dari bagian fosil tersebut.

6. Kompresi, proses pemfosilan yang dipengaruhi oleh tekanan lapisan tanah, dimana organisme yang terkubur dalam tanah akan ditekan oleh lapisan-lapisan tanah di atasnya dan menyebabkan keluarnya zat organik dari dalam tubuhnya. Contohnya adalah Batubara (merupakan tumbuhan yang terendapkan dan terkubur dalam tanah akibat pengaruh tekanan).

7. Pembekuan, organisme yang telah mati di lingkungan es dapat terlindung dan terkungkung bagian tubuhnya oleh es.


(3)

yang terfosilkan seperti ini dapat terawetkan bersama dagingnya.

JENIS-JENIS FOSIL

Berdasarkan ukurannya, fosil terbagi menjadi :

1.

Macrofosil

(fosil

besar),

tanpa

menggunakan

mikroskop.

2.

Microfosil

(fosil kecil), mengunakan mikroskop.

3.

Nanofosil

, fosil yang sangat halus dan dipelajari

dengan menggunakan mikroskop dengan pembesaran

yang sangat teliti.

Gambar ‘Cetakan’ yang dibentuk oleh daun setelah hilangnya zat organik yang terdapat dalam daun


(4)

KETERDAPATAN FOSIL

Fosil bisa terdapat di lingkungan darat dan laut. Keberadaan fosil di darat biasanya terdapat di:

1. Dalam lapisan es, contohnya fosil Mammuthus (sejenis gajah purba) yang ditemukan utuh di Siberia.

2. Dalam lapisan Loss (gurun). Angin membawa material pasir gurun sehingga menutupi organisme yang telah mati dan menghindarkannya dari pembusukan.

3. Dalam getah (damar), contohnya fosil serangga yang terbungkus getahnya.

Gambar fosilMammuthus(sejenis gajah purba) yang mengalami pemfosilan di dalam es sehingga selain tulangnya, dagingnya


(5)

4. Sekitar lingkungan gunungapi, dimana abu gunungapi dapat menutupi organisme.

Fosil di lingkungan air lebih banyak ditemukan, seperti di lingkungan air tawar, air payau dan air laut.

 Lingkungan air tawar bisa mengandung banyak fosil, namun tidak sebanyak yang ditemukan di lingkungan air laut. Fosil bisa terdapat di lingkungan danau (fosil ikan) atau di lingkungan rawa yang banyak terdapat fosil batubara. Hal ini dikarenakan kondisi lingkungan rawa yang sama sekali tidak mengandung zat asam, yang menyebabkan tidak terdapatnya hewan tetapi didominasi oleh tumbuhan.

 Lingkungan air payau, lingkungan ini kurang baik untuk proses pemfosilan karena sedimen yang terdapat di daerah ini berbutir kasar sehingga tidak dapat menutup organisme seutuhnya yang menyebabkan organisme tersebut mudah untuk terbusukkan.

 Lingkungan air laut, di lingkungan ini sedimen organik merupakan batuan yang mengandung banyak fosil, seperti pada batugamping.

KLASIFIKASI FOSIL

Klasifikasi fosil dikenal dengan nama taksonomi. Adapun

urut-urutan dari taksonomi adalah sebagai berikut :


(6)

KEGUNAAN FOSIL

Fosil dapat dipergunakan untuk hal-hal sebagai berikut:

1. Menentukan perkiraan umur relatif batuan; lapisan yang memiliki kesamaan kandungan fosil diperkirakan diendapkan pada waktu yang bersamaan.

2. Mengetahui kisaran lingkungan pengendapan; penemuan fosil pada suatu tempat dapat menjadi petunjuk untuk menentukan lingkungan pengendapan, misalnya dengan ditemukannya fosil ikan pada suatu lapisan menunjukan bahwa wilayah sekitar lapisan tersebut kemungkinan adalah suatu lingkungan air. 3. Menentukan korelasi batuan; lapisan batuan pada suatu

daerah dapat dikatakan sama dengan lapisan batuan di daerah lain jika keduanya mengandung jenis fosil yang sama.

KINGDOM PHYLUM

KLAS ORDO FAMILI GENUS SPESIES