FASIES DAN UMUR STRATIGRAFI BATUGAMPING
FASIES DAN UMUR STRATIGRAFI
BATUGAMPING FORMASI RAJAMANDALA
Sari : Formasi Rajamandala tersebar pada daerah Padalarang yang meliputi
daerah Cikamuning – Sangisngkoro sebelah barat Bandung, yang dibagi menjadi
dua satuan batuan yaitu anggota Batugamping dan anggota Lempung-Napal.
Fomasi ini terbentuk pada Oligosen akhir sampai Miosen awal.
Dari hasil analisis petrografi Thin section formasi Rajamandala yang telah
dilakukan dilaboratorium, dapat diketahui bahwa formasi ini tersusun oleh litologi
berupa Bufflestone, Wackstone dan Rudstone dimana penamaan batuan ini
berdasarkan hasil deskripsi sayatan tipis masing-masing batuan tersebut dari
kandungan fosil yang ada pada batuan tersebut
Facies Bufflestone dan Rudstone terbentuk pada Inti terumbu (reef core
facies) dengan ukuran butir yang cenderung agak kasar yang tersusun oleh corals
dan foraminifera, selain itu juga facies Wackstone yang terbentuk pada facies
belakang terumbu (back reef facies) dengan komposisi mud lebih dominan
cenderung berukuran halus.
Dari hasil pengamatan sayatan Rajamandala ini dapat dijaelaskan facies
terbentuknya Batugamping di Rajamandala selain itu, juga kandungan fosil pada
batuan yang dapat menjelaskan bagaimana genesa terbentuknya dan umur dari
batuan tersebut yang tersingkap pada Formasi Rajamandala.
Kata kunci : Bafflestone, Wackstone, Rudstone, back reef, reef core, fore reef,
large foram, corals, algae, Lepidocyclina ephipioides, Rhabdophyllia sp,
Heterostegina borneensis, Miogypsinoides bantamensis.
PENDAHULUAN
Formasi Rajamandala
Nama
Rajamandala
Martin
(1911).
Harting
(1929)
digunakan
demikian pula Leopold dan van der
pertama kali untuk batugamping di
Vlerk (1931) menamakannya sebagai
daerah
Batugamping Tagogapu. Baumann
Bukit
Rajamandala
oleh
1
(1974) adalah orang pertama yang
umumnya coklat, fragmen terdiri dari
menamakan
sebagai
butir halus algae dan sering terdapat
Rajamandala.
foram besar. Beberapa zona yang
di
Lembah
kaya akan foram besar didapatkan di
Cimandiri seperti Musper (1939),
Ps. Pabeasan (Tjahyo Hadi, 1972).
Patty
menempatkan
Batugamping Formasi Rajamandala,
singkapan gamping di daerah ini
di G. Karang, maupun di selatan desa
kedalam
Batuasih
satuan
formasi,
Formasi
Beberapa
pemeta
(1963)
ini
Formasi
sedangkan
Citarum,
Effendi
menamakannya
sebagai
(Ps.
Bintang)
bagian
(1974)
bawahnya selalu dimulai dengan
Satuan
batugamping fragmental, pasiran (±2
Batugamping Terumbu dan dianggap
m)
seumur dan sambungan dari gamping
batugamping berlapis, berwarna abu-
di Rajamandala. Seluruh jajaran
abu, kecoklatan, kaya akan algae
singkapan gamping tersebut diatas
dengan
sebaiknya
Diatasnya didapatkan batugamping
ditetapkan
sebagai
kemudian
diikuti
ketebalan
oleh
sekitar
berlapis
Formasi
umumnya
foraminifera kecil dan besar, dengan
terbatas pada jalur Padalarang –
matriks halus. Fragmen lain adalah
Sukabumi (G. Walat).
algae, pelecypoda dan foraminifera
Ciri Litologi
kecil
Formasi Rajamandala dicirikan oleh
bercangkang
batugamping. Macam batugamping
Batugamping ini dapat dinamakan
pembentuk
ternyata
sebagai batugamping “wackestone”
berubah.
Dunham (1962). Ketebalan di G.
umumnya,
Karang sekitar 23 m. Diatasnya
banyak mengandung algae, berwarna
didapatkan batugamping kaya akan
putih sampai kuning muda, berkristal
algae dan foraminifera besar. Koral
halus, kadang-kadang mengandung
sangat
foraminifera
besar.
ditemukan
fragmental,
umumnya
secara
formasi
lateral
Batugamping
ini,
banyak
masif
Batugamping
jenis
sedikit,
kaya
m.
Formasi Rajamandala. Penyebaran
Rajamandala
tebal-tebal,
9
akan
milliolid
yang
kalsit
tebal.
kadang-kadang
sebagai
fragmen.
berlapis,
Fragmen kontak satu terhadap yang
berwarna abuabu, kalau melapuk
lain. Batugamping ini berlapis tebal
2
antara 0,5 sampai 1 m. Ketebalan
Formasi
interval ini adalah 38 m. Bagian
terbawah adalah Oligosen Akhir.
teratas dari Formasi Rajamandala di
Bagian
G. Karang, terdiri dari algae dan
Lepidocyclina ephipioides, disertai
koral, dengan beberapa fragmen
oleh Heterostegina borneensis dan
foraminifera
teratas
bagian
ditandai
oleh
duri
echinoid.
Miogypsinoides bantamensis yang
umumnya
masif,
dapat menunjukkan umur Miosen
berwarna putih abu-abu. Di beberapa
Awal. Dari uraian tersebut diatas kita
tempat, koral kelihatannya dominan,
dapat
sedangkan umumnya algae lebih
Formasi
dominan. Beberapa proses diagenesa
Oligosen Akhir sampai Miosen Awal.
yang lanjut telah merubah koral
Singkapan
menjadi
Rajamandala di daerah Padalarang
Batuannya
“micritic
dan
Rajamandala
mikrit,
dimana
envelope”
menunjukkan
hanya
saja
struktur
yang
koral.
simpulkan
bahwa
Rajamandala
umur
adalah
batugamping
formasi
Lingkungan pengendapan
Penelitian
di
daerah
Sukabumi
Ketebalan interval ini minimum 25
Selatan menunjukkan ciri yang agak
m.
berlainan
Kandungan fosil dan umur
Rajamandala. Di daerah Tinggian
Formasi Rajamandala, sebagaimana
Sukabumi,
ciri dasarnya adalah gamping, maka
merupakan satu sistem terumbu yang
umumnya umurnya juga ditentukan
bersifat regresif, dibuktikan dengan
berdasar
Di
penampang di Gunung Karang. Dari
Sukabumi,
penyebaran dan perubahan fasies,
daerah
foraminifera
Tinggian
penyelidikan
besar.
foraminifera
dengan
di
umumnya
hanya
secara
diperkirakan
mendalam dilakukan oleh Baumann
Rajamandala
(1972).
selatan dari Cekungan Bogor. Batas
Bagian
terbawah
dari
bahwa
daerah
merupakan
ditandai
di
batas
Formasi Rajamandala di G. Karang,
utaranya
selatan Cibadak, didapatkan fosil
perkembangan
foram
Heterostegina
Formasi Baturaja. Batas barat dari
borneensis, disamping fosil lainnya.
Cekungan Bogor yakni di Tinggian
Dengan demikian, maka umur dari
Bayah, adalah tumbuhnya gamping
besar
juga
formasi
gamping,
oleh
yakni
3
dan Formasi Citarate. Dari uraian
pada
diatas, kita dapat simpulkan bahwa
komposisi
pada waktu pertumbuhan gamping
Carbonate Mud dengan presentase
Formasi
Cekungan
20%, Mud carbonate disini adalah
Bogor sudah berkembang sebagai
berupa micrite, yaitu berupa lumpur
suatu cekungan yang utuh, yakni
karbonat yang disusun oleh calcite
jelas
sudah
dengan bentuk kristal anhedral, yang
terdapat berbagai macam lingkungan
berukuran halus, micrite ini relatif
pengendapan.
terbentuk pada kondisi lingkungan
PEMBAHASAN
dengan arus tenang, yang mana
Rajamandala,
batas-batasnya
serta
batuan
ini
juga
berupa
memiliki
Matriks
dari
Dari 3 sample sayatan batuan
kemudian terjadi proses presipitasi
dari peraga GP-6, BC-2 dan YOP 5,
kimia, yang mengisi rongga antar
menghasilkan 3 jenis batuan tersebut
pori pada batuan karbonat, sehingga
yaitu Bafflestone dan Mudstone,
terbentuk micrite, yang berfungsi
untuk penentuan klasifikasi batuan
sebagai matriks dari batuan ini, dan
ini didasari oleh pengamatan Tekstur,
sedangkan semen nya berupa kalsit.
komposisi dari Grain dan Matriks
dari batuan tersebut.
pada batuan ini semen nya
sudah mengalami kristalisasi tingkat
Dari komposisi Bafflestone
lanjut, yang mana menyebabkan
pada preparat GP-6, dan BC-2, dapat
kristal
dikatakan Bafflestone ketika pada
mengkristal kembali menjadi kristal-
sayatan petrografi kita mendapatkan
kristal
kenampakan bahwa, sebagai contoh
ukurannya, ini disebabkan salah satu
pada sayatan GP-6 (Gambar......)
dari proses diagenesa yang dialami
,memiliki komposisi Grain berupa
oleh batuan ini, yaitu rekristalisasi
Corals sebanyak 65 % , dan juga
kembali mineral yang telah ada, akan
terdapat kandungan molluska sebagai
tetapi rekristalisasi di sini, hanya
grain minoritas dengan presentase
sebatas semen nya saja sebanyak
sebesar 5%, komposisi grain diatas
10%.
merupakan
Skeletal
Grain
yang
berasal dari suatu tubuh organisme,
semen
kalsit
Batuan
yang
yang
ini
lebih
halus,
kasar
dinamakan
Bafflestone karena Grain berupa
4
coral yang mendominasi pada batuan
reef), akan dijelaskan pada sub bab
ini merupakan grain yang memang
berikutnya.
langsung diendapkan pada daerah
Kemudian pada sayatan BC-2
tersebut, sehingga dapat dikatakan
(Gambar......) ,memiliki komposisi
Autochtonous
karena
Grain berupa Corals sebanyak 40 % ,
grainnya bukan merupakan Grain
Large Foram sebesar 10%, dan
klastika, Coral disini hidup dan
terakhir adalah Blue Green Algae
kemudian
sebesar 30%, komposisi grain diatas
Limestone,
mati
dan
langsung
terendapkan pada Fasies inti terumbu
merupakan
(Gambar
batuan
berasal dari suatu tubuh organisme,
karbonat pada fasies ini dicirikan
dan juga pada batuan ini juga
dengan batuan karbonat yang massif
terdapat kandungan Non skeletal
dan
grain
........),
tidak
spesifiknya
lingkungan
ciri-ciri
berlapis,
batuan
dan
ini
lebih
memiliki
pengendapan
pada
Skeletal
berupa
Grain
Ooids
yang
dengan
presentase sebesar 5%.
Pada batuan ini juga memiliki
Subfasies terumbu depan ( Reef
komposisi
Front), dan
Subfasies Terumbu
Carbonate Mud dengan presentase
belakang (Back reef) (Gambar......),
5%, Mud carbonate disini adalah
karena penyusun utama grainnya
berupa micrite, yaitu berupa lumpur
berupa Coral yang mana tumbuh
karbonat yang disusun oleh calcite
maksimal
terumbu,
dengan bentuk kristal anhedral, yang
dikarenakan pengaruh sinar matahari
berukuran halus, micrite ini relatif
yang cukup, dan arus yang tenang,
terbentuk pada kondisi lingkungan
sehingga air tersebut jernih, yang
dengan arus tenang, yang mana
mana
kemudian terjadi proses presipitasi
pada
mendukung
inti
pertumbuhan
maksimal dari coral.
berupa
Matriks
dari
kimia, yang mengisi rongga antar
Untuk pengaruh bagaimana ia
pori pada batuan karbonat, sehingga
bisa terendapakan pada Subfasies
terbentuk micrite, yang berfungsi
terumbu depan ( Reef Front), dan
sebagai matriks dari batuan ini, dan
Subfasies Terumbu belakang (Back
sedangkan semen nya berupa kalsit.
5
pada batuan ini semen nya
yang massif dan tidak berlapis, dan
sudah mengalami kristalisasi tingkat
lebih spesifiknya batuan ini memiliki
lanjut, yang mana menyebabkan
lingkungan
kristal
Subfasies terumbu depan ( Reef
semen
yang
halus,
pengendapan
mengkristal kembali menjadi kristal-
Front),
kristal
kasar
grainnya berupa Coral dan alga yang
ukurannya, ini disebabkan salah satu
mana tumbuh maksimal pada inti
dari proses diagenesa yang dialami
terumbu, dikarenakan pengaruh sinar
oleh batuan ini, yaitu rekristalisasi
matahari yang cukup, dan arus yang
kembali mineral yang telah ada, akan
tenang, sehingga air tersebut jernih,
tetapi rekristalisasi di sini, hanya
yang mana mendukung pertumbuhan
sebatas semen nya saja sebanyak
maksimal
10%.
dikarenakan adanya komposisi Ooids
kalsit
Batuan
yang
ini
lebih
dinamakan
pada
karena
pada
penyusun
dari
batuan
coral,
ini,
utama
dan
karena
juga
ooids
Bafflestone karena Grain berupa
terbentuk pada daerah slope dan
coral yang masih mendominasi pada
tersusun dari material karbonat yang
batuan ini kemudian juga ada Blue
terlingkupi dan dapat membentuk
Green Algae, dan foram besar yang
mineral
juga merupakan grain yang memang
terlingkupi dan tertransport secara
langsung diendapkan pada daerah
rolling pada daerah slope sehingga
tersebut, sehingga dapat dikatakan
membentuk komposisi berupa ooids.
Autochtonous
Limestone,
berupa
kalsit
yang
karena
Untuk pengaruh bagaimana ia
grainnya bukan merupakan Grain
bisa terendapakan pada Subfasies
klastika, Coral dan alga disini hidup
terumbu depan ( Reef Front), akan
dan kemudian mati dan langsung
dijelaskan pada sub bab berikutnya.
terendapkan, pada batuan ini juga
Kemudian
pada
(Gambar......)
sayatan
terdapat foram besar yang juga hidup
YOP-5
pada daerah ini, yaitu pada Fasies
komposisi
inti terumbu (Gambar ........), ciri-ciri
sebanyak 4% , Large Foram sebesar
batuan karbonat pada fasies ini
2%, dan terakhir adalah Blue Green
dicirikan dengan batuan karbonat
Algae sebesar 3%, komposisi grain
Grain
,memiliki
berupa
Corals
6
diatas merupakan Skeletal Grain
mengalami diagenesa tingkat lanjut
yang
berupa proses dolomitisasi, dapat
berasal
dari
suatu
tubuh
organisme.
dilihat dari adanya mineral dolomit
Pada batuan ini juga memiliki
komposisi
berupa
Matriks
dengan keterdapatan sebesar 45%.
dari
Batuan
ini
dinamakan
Carbonate Mud dengan presentase
Mudstone karena komposisi Grain
5%, Mud carbonate disini adalah
berupa coral, Blue Green Algae dan
berupa micrite, yaitu berupa lumpur
foram besar dengan presentase kecil,
karbonat yang disusun oleh calcite
sehingga batuan ini dapat dikatakan
dengan bentuk kristal anhedral, yang
sebagai
berukuran halus, micrite ini relatif
karena grainnya merupakan Grain
terbentuk pada kondisi lingkungan
klastika hasil proses transportasi,
dengan arus tenang, yang mana
Coral, alga, dan foram tersebut mati
kemudian terjadi proses presipitasi
dan tertransport hingga akhirnya
kimia, yang mengisi rongga antar
terendapakan pada Fasies belakang
pori pada batuan karbonat, sehingga
terumbu (Gambar ........), untuk fasies
terbentuk micrite, yang berfungsi
ini sering disebut fasies lagoon
sebagai matriks dari batuan ini, dan
meliputi zona dengan sirkulasi air
sedangkan semen nya berupa kalsit.
laut terbatas, karenanya arus nya
pada batuan ini semen nya
Allochtonous
Limestone,
sangat lemah.
sudah mengalami kristalisasi tingkat
Untuk pengaruh bagaimana ia
lanjut, yang mana menyebabkan
bisa terendapakan pada Subfasies
kristal
terumbu depan ( Reef Front), akan
semen
yang
halus,
mengkristal kembali menjadi kristal-
dijelaskan pada sub bab berikutnya.
kristal
LINGKUNGAN PENGENDAPAN
kalsit
ukurannya,
yang
sebesar
lebih
10%,
kasar
ini
DAN UMUR BATUAN
disebabkan oleh salah satu dari
Lingkungan
pengendapan
proses diagenesa yang dialami oleh
batuan karbonat dapat terjadi pada
batuan
zona
ini,
yaitu
rekristalisasi
supratidal
sampai
dengan
kembali mineral yang telah ada,
cekungan yang lebih dalam, paparan
Akan tetapi pada batuan ini telah
cekungan dangkal, yang meliputi
7
Middle shelf dan Outer shelf yang
selain itu ketiga litologi penysun
disebut
formasi
juga
dengan
Subtidal
carbonate factory
Rajamandala
didominasi
oleh
ini
juga
komposisi
fosil
Indikasi proses karbonasisasi
Foraminifera besar, Algae, corals
terjadi pada saat endapan-andapan
dimana walaupun terdapat komposisi
material sedimen akan terakumulasi
fosil yang sama tapi masing-masing
pada daerah lngkungan karbonat
batuan memiliki proses diagenesis
yang biasanya yaitu pada daerah
dan lingkungan pengendapan yang
yang mendapat pengaruh laut dan
berbeda pula dimana Buffle stone dan
juga ada juga yang dipengaruhi oleh
Rudstone merupakan batuan yang
daratan Tidal flat dimana endapan
sama-sama terbentuk pada Facies Inti
karbonat lebih dominan dipengaruhi
terumbu tetapi pada subfacies yang
oleh air laut.
berbeda ini mengindikasikan proses
Endapan-endapan karbbonat
pengendapan yang berbeda pula
akan terakumulasi pada shelf, dan
sedangkan Wackstone terbentuk pada
sebagian mengalami transport ke
daerah Back reef
daratan Tidal flat oleh gelombang
Dari komposisi fosil dan jenis
pasang surut, dan sebagian lagi akan
batuan yang terdapat pada Formasi
tertransport ke arah laut/ cekungan
Rajamandala, dapat mengindikasikan
yang lebih dalam.
bagaimana lingkungan pengendapan
Dari fosil-fosil yang terdapat
formasi Rajamandala secara umum
pada sayatan formasi Rajamandala,
dimana dari komposisi dan fosil yang
dimana Bufflestone merupakan salah
terdapat
satu
litologi
Rajamandala
pada
beberapa
sayatan
pada
formasi
batuan yang berasal dari Formasi
dimana
litologi
Rajamandala
merupakan
batuan
didominasi oleh fosil koral dengan
karbonat yang terbentuk pada facies
jenis Rhabdophyllia sp merupakan
Back reef
jenis koral yang paling banyak
facies inti terumbu (Reef core) yang
ditemukan
terbentuk
baik
pada
komposisi
sayatan ini dan yang lain yang
sampai dengan bagian
pada
Reef
flat
dan
bufflestone
meliputi Wackstone dan Rudstone
8
Faktor penentu utama untuk
menentukan
umur
pengendapan
Formasi Rajamandala adalah dilihat
dari kelimpahan suatu fosil tertentu
pada suatu litologi tersebut dimana
dari berbagai litologi yang terdapat
pada formasi ini dominan disusun
oleh
Dan secara umum dilihat dari
keseluruhan litologi dan kandungan
fosil yang terdapat pada Formasi
lingkungan
pengendapannya
Large
dengan
Facies of reef
Rajamandala
fosil
meliputi
Facies
Back reef sampai menuju daerah laut
borneensis,
Heterostegina
merupakan
Formasi
Rajamandala bagian terbawah yang
diindikasikan
berumur
Akhir
itu
selain
Oligosen
bagian
teratas
ditandai litologi dengan kandungan
fosil
fosil
basin Toe of slope
jenis
Foraminifera
Lepidocyclina ephipioides,
koral
Rhabdophyllia
dengan
sp
disertai
jenis
oleh
Heterostegina borneensis dan Algae
dengan
jenis
bantamensis
Miogypsinoides
yang
dapat
menunjukkan umur Miosen Awal.
Selain
lingkungan
pengendapan
Formasi Rajamandala juga dapat
diketahui
umur
pengendapannya
didasarkan oleh kandungan fosil dari
batuan
yang
menyusun
Formasi
Rajamandala.
9
Umur Stratigrafi Formasi Rajamandala
Dari uraian tersebut diatas
kita dapat simpulkan bahwa umur
Formasi
Rajamandala
adalah
Oligosen Akhir sampai Miosen Awal.
KESIMPULAN
10
BATUGAMPING FORMASI RAJAMANDALA
Sari : Formasi Rajamandala tersebar pada daerah Padalarang yang meliputi
daerah Cikamuning – Sangisngkoro sebelah barat Bandung, yang dibagi menjadi
dua satuan batuan yaitu anggota Batugamping dan anggota Lempung-Napal.
Fomasi ini terbentuk pada Oligosen akhir sampai Miosen awal.
Dari hasil analisis petrografi Thin section formasi Rajamandala yang telah
dilakukan dilaboratorium, dapat diketahui bahwa formasi ini tersusun oleh litologi
berupa Bufflestone, Wackstone dan Rudstone dimana penamaan batuan ini
berdasarkan hasil deskripsi sayatan tipis masing-masing batuan tersebut dari
kandungan fosil yang ada pada batuan tersebut
Facies Bufflestone dan Rudstone terbentuk pada Inti terumbu (reef core
facies) dengan ukuran butir yang cenderung agak kasar yang tersusun oleh corals
dan foraminifera, selain itu juga facies Wackstone yang terbentuk pada facies
belakang terumbu (back reef facies) dengan komposisi mud lebih dominan
cenderung berukuran halus.
Dari hasil pengamatan sayatan Rajamandala ini dapat dijaelaskan facies
terbentuknya Batugamping di Rajamandala selain itu, juga kandungan fosil pada
batuan yang dapat menjelaskan bagaimana genesa terbentuknya dan umur dari
batuan tersebut yang tersingkap pada Formasi Rajamandala.
Kata kunci : Bafflestone, Wackstone, Rudstone, back reef, reef core, fore reef,
large foram, corals, algae, Lepidocyclina ephipioides, Rhabdophyllia sp,
Heterostegina borneensis, Miogypsinoides bantamensis.
PENDAHULUAN
Formasi Rajamandala
Nama
Rajamandala
Martin
(1911).
Harting
(1929)
digunakan
demikian pula Leopold dan van der
pertama kali untuk batugamping di
Vlerk (1931) menamakannya sebagai
daerah
Batugamping Tagogapu. Baumann
Bukit
Rajamandala
oleh
1
(1974) adalah orang pertama yang
umumnya coklat, fragmen terdiri dari
menamakan
sebagai
butir halus algae dan sering terdapat
Rajamandala.
foram besar. Beberapa zona yang
di
Lembah
kaya akan foram besar didapatkan di
Cimandiri seperti Musper (1939),
Ps. Pabeasan (Tjahyo Hadi, 1972).
Patty
menempatkan
Batugamping Formasi Rajamandala,
singkapan gamping di daerah ini
di G. Karang, maupun di selatan desa
kedalam
Batuasih
satuan
formasi,
Formasi
Beberapa
pemeta
(1963)
ini
Formasi
sedangkan
Citarum,
Effendi
menamakannya
sebagai
(Ps.
Bintang)
bagian
(1974)
bawahnya selalu dimulai dengan
Satuan
batugamping fragmental, pasiran (±2
Batugamping Terumbu dan dianggap
m)
seumur dan sambungan dari gamping
batugamping berlapis, berwarna abu-
di Rajamandala. Seluruh jajaran
abu, kecoklatan, kaya akan algae
singkapan gamping tersebut diatas
dengan
sebaiknya
Diatasnya didapatkan batugamping
ditetapkan
sebagai
kemudian
diikuti
ketebalan
oleh
sekitar
berlapis
Formasi
umumnya
foraminifera kecil dan besar, dengan
terbatas pada jalur Padalarang –
matriks halus. Fragmen lain adalah
Sukabumi (G. Walat).
algae, pelecypoda dan foraminifera
Ciri Litologi
kecil
Formasi Rajamandala dicirikan oleh
bercangkang
batugamping. Macam batugamping
Batugamping ini dapat dinamakan
pembentuk
ternyata
sebagai batugamping “wackestone”
berubah.
Dunham (1962). Ketebalan di G.
umumnya,
Karang sekitar 23 m. Diatasnya
banyak mengandung algae, berwarna
didapatkan batugamping kaya akan
putih sampai kuning muda, berkristal
algae dan foraminifera besar. Koral
halus, kadang-kadang mengandung
sangat
foraminifera
besar.
ditemukan
fragmental,
umumnya
secara
formasi
lateral
Batugamping
ini,
banyak
masif
Batugamping
jenis
sedikit,
kaya
m.
Formasi Rajamandala. Penyebaran
Rajamandala
tebal-tebal,
9
akan
milliolid
yang
kalsit
tebal.
kadang-kadang
sebagai
fragmen.
berlapis,
Fragmen kontak satu terhadap yang
berwarna abuabu, kalau melapuk
lain. Batugamping ini berlapis tebal
2
antara 0,5 sampai 1 m. Ketebalan
Formasi
interval ini adalah 38 m. Bagian
terbawah adalah Oligosen Akhir.
teratas dari Formasi Rajamandala di
Bagian
G. Karang, terdiri dari algae dan
Lepidocyclina ephipioides, disertai
koral, dengan beberapa fragmen
oleh Heterostegina borneensis dan
foraminifera
teratas
bagian
ditandai
oleh
duri
echinoid.
Miogypsinoides bantamensis yang
umumnya
masif,
dapat menunjukkan umur Miosen
berwarna putih abu-abu. Di beberapa
Awal. Dari uraian tersebut diatas kita
tempat, koral kelihatannya dominan,
dapat
sedangkan umumnya algae lebih
Formasi
dominan. Beberapa proses diagenesa
Oligosen Akhir sampai Miosen Awal.
yang lanjut telah merubah koral
Singkapan
menjadi
Rajamandala di daerah Padalarang
Batuannya
“micritic
dan
Rajamandala
mikrit,
dimana
envelope”
menunjukkan
hanya
saja
struktur
yang
koral.
simpulkan
bahwa
Rajamandala
umur
adalah
batugamping
formasi
Lingkungan pengendapan
Penelitian
di
daerah
Sukabumi
Ketebalan interval ini minimum 25
Selatan menunjukkan ciri yang agak
m.
berlainan
Kandungan fosil dan umur
Rajamandala. Di daerah Tinggian
Formasi Rajamandala, sebagaimana
Sukabumi,
ciri dasarnya adalah gamping, maka
merupakan satu sistem terumbu yang
umumnya umurnya juga ditentukan
bersifat regresif, dibuktikan dengan
berdasar
Di
penampang di Gunung Karang. Dari
Sukabumi,
penyebaran dan perubahan fasies,
daerah
foraminifera
Tinggian
penyelidikan
besar.
foraminifera
dengan
di
umumnya
hanya
secara
diperkirakan
mendalam dilakukan oleh Baumann
Rajamandala
(1972).
selatan dari Cekungan Bogor. Batas
Bagian
terbawah
dari
bahwa
daerah
merupakan
ditandai
di
batas
Formasi Rajamandala di G. Karang,
utaranya
selatan Cibadak, didapatkan fosil
perkembangan
foram
Heterostegina
Formasi Baturaja. Batas barat dari
borneensis, disamping fosil lainnya.
Cekungan Bogor yakni di Tinggian
Dengan demikian, maka umur dari
Bayah, adalah tumbuhnya gamping
besar
juga
formasi
gamping,
oleh
yakni
3
dan Formasi Citarate. Dari uraian
pada
diatas, kita dapat simpulkan bahwa
komposisi
pada waktu pertumbuhan gamping
Carbonate Mud dengan presentase
Formasi
Cekungan
20%, Mud carbonate disini adalah
Bogor sudah berkembang sebagai
berupa micrite, yaitu berupa lumpur
suatu cekungan yang utuh, yakni
karbonat yang disusun oleh calcite
jelas
sudah
dengan bentuk kristal anhedral, yang
terdapat berbagai macam lingkungan
berukuran halus, micrite ini relatif
pengendapan.
terbentuk pada kondisi lingkungan
PEMBAHASAN
dengan arus tenang, yang mana
Rajamandala,
batas-batasnya
serta
batuan
ini
juga
berupa
memiliki
Matriks
dari
Dari 3 sample sayatan batuan
kemudian terjadi proses presipitasi
dari peraga GP-6, BC-2 dan YOP 5,
kimia, yang mengisi rongga antar
menghasilkan 3 jenis batuan tersebut
pori pada batuan karbonat, sehingga
yaitu Bafflestone dan Mudstone,
terbentuk micrite, yang berfungsi
untuk penentuan klasifikasi batuan
sebagai matriks dari batuan ini, dan
ini didasari oleh pengamatan Tekstur,
sedangkan semen nya berupa kalsit.
komposisi dari Grain dan Matriks
dari batuan tersebut.
pada batuan ini semen nya
sudah mengalami kristalisasi tingkat
Dari komposisi Bafflestone
lanjut, yang mana menyebabkan
pada preparat GP-6, dan BC-2, dapat
kristal
dikatakan Bafflestone ketika pada
mengkristal kembali menjadi kristal-
sayatan petrografi kita mendapatkan
kristal
kenampakan bahwa, sebagai contoh
ukurannya, ini disebabkan salah satu
pada sayatan GP-6 (Gambar......)
dari proses diagenesa yang dialami
,memiliki komposisi Grain berupa
oleh batuan ini, yaitu rekristalisasi
Corals sebanyak 65 % , dan juga
kembali mineral yang telah ada, akan
terdapat kandungan molluska sebagai
tetapi rekristalisasi di sini, hanya
grain minoritas dengan presentase
sebatas semen nya saja sebanyak
sebesar 5%, komposisi grain diatas
10%.
merupakan
Skeletal
Grain
yang
berasal dari suatu tubuh organisme,
semen
kalsit
Batuan
yang
yang
ini
lebih
halus,
kasar
dinamakan
Bafflestone karena Grain berupa
4
coral yang mendominasi pada batuan
reef), akan dijelaskan pada sub bab
ini merupakan grain yang memang
berikutnya.
langsung diendapkan pada daerah
Kemudian pada sayatan BC-2
tersebut, sehingga dapat dikatakan
(Gambar......) ,memiliki komposisi
Autochtonous
karena
Grain berupa Corals sebanyak 40 % ,
grainnya bukan merupakan Grain
Large Foram sebesar 10%, dan
klastika, Coral disini hidup dan
terakhir adalah Blue Green Algae
kemudian
sebesar 30%, komposisi grain diatas
Limestone,
mati
dan
langsung
terendapkan pada Fasies inti terumbu
merupakan
(Gambar
batuan
berasal dari suatu tubuh organisme,
karbonat pada fasies ini dicirikan
dan juga pada batuan ini juga
dengan batuan karbonat yang massif
terdapat kandungan Non skeletal
dan
grain
........),
tidak
spesifiknya
lingkungan
ciri-ciri
berlapis,
batuan
dan
ini
lebih
memiliki
pengendapan
pada
Skeletal
berupa
Grain
Ooids
yang
dengan
presentase sebesar 5%.
Pada batuan ini juga memiliki
Subfasies terumbu depan ( Reef
komposisi
Front), dan
Subfasies Terumbu
Carbonate Mud dengan presentase
belakang (Back reef) (Gambar......),
5%, Mud carbonate disini adalah
karena penyusun utama grainnya
berupa micrite, yaitu berupa lumpur
berupa Coral yang mana tumbuh
karbonat yang disusun oleh calcite
maksimal
terumbu,
dengan bentuk kristal anhedral, yang
dikarenakan pengaruh sinar matahari
berukuran halus, micrite ini relatif
yang cukup, dan arus yang tenang,
terbentuk pada kondisi lingkungan
sehingga air tersebut jernih, yang
dengan arus tenang, yang mana
mana
kemudian terjadi proses presipitasi
pada
mendukung
inti
pertumbuhan
maksimal dari coral.
berupa
Matriks
dari
kimia, yang mengisi rongga antar
Untuk pengaruh bagaimana ia
pori pada batuan karbonat, sehingga
bisa terendapakan pada Subfasies
terbentuk micrite, yang berfungsi
terumbu depan ( Reef Front), dan
sebagai matriks dari batuan ini, dan
Subfasies Terumbu belakang (Back
sedangkan semen nya berupa kalsit.
5
pada batuan ini semen nya
yang massif dan tidak berlapis, dan
sudah mengalami kristalisasi tingkat
lebih spesifiknya batuan ini memiliki
lanjut, yang mana menyebabkan
lingkungan
kristal
Subfasies terumbu depan ( Reef
semen
yang
halus,
pengendapan
mengkristal kembali menjadi kristal-
Front),
kristal
kasar
grainnya berupa Coral dan alga yang
ukurannya, ini disebabkan salah satu
mana tumbuh maksimal pada inti
dari proses diagenesa yang dialami
terumbu, dikarenakan pengaruh sinar
oleh batuan ini, yaitu rekristalisasi
matahari yang cukup, dan arus yang
kembali mineral yang telah ada, akan
tenang, sehingga air tersebut jernih,
tetapi rekristalisasi di sini, hanya
yang mana mendukung pertumbuhan
sebatas semen nya saja sebanyak
maksimal
10%.
dikarenakan adanya komposisi Ooids
kalsit
Batuan
yang
ini
lebih
dinamakan
pada
karena
pada
penyusun
dari
batuan
coral,
ini,
utama
dan
karena
juga
ooids
Bafflestone karena Grain berupa
terbentuk pada daerah slope dan
coral yang masih mendominasi pada
tersusun dari material karbonat yang
batuan ini kemudian juga ada Blue
terlingkupi dan dapat membentuk
Green Algae, dan foram besar yang
mineral
juga merupakan grain yang memang
terlingkupi dan tertransport secara
langsung diendapkan pada daerah
rolling pada daerah slope sehingga
tersebut, sehingga dapat dikatakan
membentuk komposisi berupa ooids.
Autochtonous
Limestone,
berupa
kalsit
yang
karena
Untuk pengaruh bagaimana ia
grainnya bukan merupakan Grain
bisa terendapakan pada Subfasies
klastika, Coral dan alga disini hidup
terumbu depan ( Reef Front), akan
dan kemudian mati dan langsung
dijelaskan pada sub bab berikutnya.
terendapkan, pada batuan ini juga
Kemudian
pada
(Gambar......)
sayatan
terdapat foram besar yang juga hidup
YOP-5
pada daerah ini, yaitu pada Fasies
komposisi
inti terumbu (Gambar ........), ciri-ciri
sebanyak 4% , Large Foram sebesar
batuan karbonat pada fasies ini
2%, dan terakhir adalah Blue Green
dicirikan dengan batuan karbonat
Algae sebesar 3%, komposisi grain
Grain
,memiliki
berupa
Corals
6
diatas merupakan Skeletal Grain
mengalami diagenesa tingkat lanjut
yang
berupa proses dolomitisasi, dapat
berasal
dari
suatu
tubuh
organisme.
dilihat dari adanya mineral dolomit
Pada batuan ini juga memiliki
komposisi
berupa
Matriks
dengan keterdapatan sebesar 45%.
dari
Batuan
ini
dinamakan
Carbonate Mud dengan presentase
Mudstone karena komposisi Grain
5%, Mud carbonate disini adalah
berupa coral, Blue Green Algae dan
berupa micrite, yaitu berupa lumpur
foram besar dengan presentase kecil,
karbonat yang disusun oleh calcite
sehingga batuan ini dapat dikatakan
dengan bentuk kristal anhedral, yang
sebagai
berukuran halus, micrite ini relatif
karena grainnya merupakan Grain
terbentuk pada kondisi lingkungan
klastika hasil proses transportasi,
dengan arus tenang, yang mana
Coral, alga, dan foram tersebut mati
kemudian terjadi proses presipitasi
dan tertransport hingga akhirnya
kimia, yang mengisi rongga antar
terendapakan pada Fasies belakang
pori pada batuan karbonat, sehingga
terumbu (Gambar ........), untuk fasies
terbentuk micrite, yang berfungsi
ini sering disebut fasies lagoon
sebagai matriks dari batuan ini, dan
meliputi zona dengan sirkulasi air
sedangkan semen nya berupa kalsit.
laut terbatas, karenanya arus nya
pada batuan ini semen nya
Allochtonous
Limestone,
sangat lemah.
sudah mengalami kristalisasi tingkat
Untuk pengaruh bagaimana ia
lanjut, yang mana menyebabkan
bisa terendapakan pada Subfasies
kristal
terumbu depan ( Reef Front), akan
semen
yang
halus,
mengkristal kembali menjadi kristal-
dijelaskan pada sub bab berikutnya.
kristal
LINGKUNGAN PENGENDAPAN
kalsit
ukurannya,
yang
sebesar
lebih
10%,
kasar
ini
DAN UMUR BATUAN
disebabkan oleh salah satu dari
Lingkungan
pengendapan
proses diagenesa yang dialami oleh
batuan karbonat dapat terjadi pada
batuan
zona
ini,
yaitu
rekristalisasi
supratidal
sampai
dengan
kembali mineral yang telah ada,
cekungan yang lebih dalam, paparan
Akan tetapi pada batuan ini telah
cekungan dangkal, yang meliputi
7
Middle shelf dan Outer shelf yang
selain itu ketiga litologi penysun
disebut
formasi
juga
dengan
Subtidal
carbonate factory
Rajamandala
didominasi
oleh
ini
juga
komposisi
fosil
Indikasi proses karbonasisasi
Foraminifera besar, Algae, corals
terjadi pada saat endapan-andapan
dimana walaupun terdapat komposisi
material sedimen akan terakumulasi
fosil yang sama tapi masing-masing
pada daerah lngkungan karbonat
batuan memiliki proses diagenesis
yang biasanya yaitu pada daerah
dan lingkungan pengendapan yang
yang mendapat pengaruh laut dan
berbeda pula dimana Buffle stone dan
juga ada juga yang dipengaruhi oleh
Rudstone merupakan batuan yang
daratan Tidal flat dimana endapan
sama-sama terbentuk pada Facies Inti
karbonat lebih dominan dipengaruhi
terumbu tetapi pada subfacies yang
oleh air laut.
berbeda ini mengindikasikan proses
Endapan-endapan karbbonat
pengendapan yang berbeda pula
akan terakumulasi pada shelf, dan
sedangkan Wackstone terbentuk pada
sebagian mengalami transport ke
daerah Back reef
daratan Tidal flat oleh gelombang
Dari komposisi fosil dan jenis
pasang surut, dan sebagian lagi akan
batuan yang terdapat pada Formasi
tertransport ke arah laut/ cekungan
Rajamandala, dapat mengindikasikan
yang lebih dalam.
bagaimana lingkungan pengendapan
Dari fosil-fosil yang terdapat
formasi Rajamandala secara umum
pada sayatan formasi Rajamandala,
dimana dari komposisi dan fosil yang
dimana Bufflestone merupakan salah
terdapat
satu
litologi
Rajamandala
pada
beberapa
sayatan
pada
formasi
batuan yang berasal dari Formasi
dimana
litologi
Rajamandala
merupakan
batuan
didominasi oleh fosil koral dengan
karbonat yang terbentuk pada facies
jenis Rhabdophyllia sp merupakan
Back reef
jenis koral yang paling banyak
facies inti terumbu (Reef core) yang
ditemukan
terbentuk
baik
pada
komposisi
sayatan ini dan yang lain yang
sampai dengan bagian
pada
Reef
flat
dan
bufflestone
meliputi Wackstone dan Rudstone
8
Faktor penentu utama untuk
menentukan
umur
pengendapan
Formasi Rajamandala adalah dilihat
dari kelimpahan suatu fosil tertentu
pada suatu litologi tersebut dimana
dari berbagai litologi yang terdapat
pada formasi ini dominan disusun
oleh
Dan secara umum dilihat dari
keseluruhan litologi dan kandungan
fosil yang terdapat pada Formasi
lingkungan
pengendapannya
Large
dengan
Facies of reef
Rajamandala
fosil
meliputi
Facies
Back reef sampai menuju daerah laut
borneensis,
Heterostegina
merupakan
Formasi
Rajamandala bagian terbawah yang
diindikasikan
berumur
Akhir
itu
selain
Oligosen
bagian
teratas
ditandai litologi dengan kandungan
fosil
fosil
basin Toe of slope
jenis
Foraminifera
Lepidocyclina ephipioides,
koral
Rhabdophyllia
dengan
sp
disertai
jenis
oleh
Heterostegina borneensis dan Algae
dengan
jenis
bantamensis
Miogypsinoides
yang
dapat
menunjukkan umur Miosen Awal.
Selain
lingkungan
pengendapan
Formasi Rajamandala juga dapat
diketahui
umur
pengendapannya
didasarkan oleh kandungan fosil dari
batuan
yang
menyusun
Formasi
Rajamandala.
9
Umur Stratigrafi Formasi Rajamandala
Dari uraian tersebut diatas
kita dapat simpulkan bahwa umur
Formasi
Rajamandala
adalah
Oligosen Akhir sampai Miosen Awal.
KESIMPULAN
10