Profil Keluarga Dampingan Laporan Individu Pendampingan Keluarga KKN PPM UNUD Periode XIII Tahun 2016 Desa Selan bawak - Kecamatan Marga - Kabupaten Telan bawak.

oleh istrinya pada tahun 2014 lalu dan saat ini kebutuhan keluarga bapak Ketut Runtig dan anak beserta cucunya dibiayai dari pendapatan menantu yang berprofesi sebagai petani dan cucunya sebagai pelayan disalah satu restoran di Tabanan. Menantu Bapak Ketut Rutig memiliki beban yang luamayan berat, karena tiga dari empat anaknya masih harus dibiayai sekolahnya. Terlebih beliau yang hanya berprofesi sebagai petani memiliki penghasilan yang tidak menentu tiap bulannya, mengingat beliau hanya buruh yang menggarap lahan pertaian milik orang lain. Beliau hanya dibayar ketika musim panen tiba dengan sistem bagi hasil. Demi memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya, terpaksa salah seorang cucunya yang hanya mengenyam pendidikan terakhir SMK terpaksa tidak melanjutkan kuliahnya dan lebih memilih untuk bekerja menjadi pelayan restoran demi meringankan beban finansial ayahnya yang masih harus membiayai ketiga adiknya yang masih duduk dibangku SMK dan SMP. Bapak Ketut Rutig bermukim di Banjar Manik Gunung, Desa Selanbawak, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan.

1.2 Ekonomi Keluarga Dampingan

Ekonomi keluarga dampingan merupakan salah satu parameter dari standar tingkat kesejahteraan keluarga yang bersangkutan. Pengukuran tingkat kesejahteraan bertujuan untuk melihat dan mengidentifikasi sumber penghasilan keluarga dampingan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga. Pada aspek ekonomi keluarga dampingan akan dibahas beberapa indikator utama cash flow dana dari keluarga dampingan yakni pendapatan keluarga sebagai sumber pemasukan serta pengeluaran sebagai hasil atas penggunaan dana yang didapatkan oleh keluarga dampingan yang bersangkutan yang dalam hal ini adalah keluarga Bapak Ketut Rutig.

1.2.1 Pendapatan Keluarga

Keluarga Bapak Ketut Rutig merupakan salah satu dari keluarga penerima Raskin di Banjar Manik Gunung, Desa Selanbawak yang masuk dalam kategori pra-sejahtera pra-KS. Beliau yang sudah tua renta terpaksa tidak bisa membantu perekonomian keluarganya sehingga harus dibiayai oleh mantu dan cucunya yang bekerja dengan penghasilan pas-pasan. Penghasilan menantu Bapak Ketut Runtig dan Anaknya jika digabungkan tiap bulannya tidaklah lebih dari Rp 3.000.000,-bulan, dengan kondisi Bapak Ketut Runtig yang menderita sakit TBC harus memaksa menantu dan cucunya berputar otak agar dapat lebih berhemat demi memenuhi biaya berobat sang Kakek karena bantuan yang didapat tidak membiayai seluruh biaya pengobatan Bapak Ketut Runtig.

1.2.2 Pengeluaran Keluarga

Berikut merupakan rincian biaya yang dikeluarkan oleh keluarga Bapak Ketut Rutig yang terbatas hanya pada pemenuhan kebutuhan pokok seperti untuk konsumsi, listrikair, pendidikan, kesehatan, sosial dan lain-lain. a. Kebutuhan Sehari-hari Konsumsi Perincian untuk kebutuhan sehari-hari keluarga Bapak Ketut Rutig dalam hitungan rata-rata sebulan adalah sebagai berikut: Belanja per-hari : Rp 50.000 x 30 hari = Rp 1.500.000 b. Listrik dan Air Selain pengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari, penghasilan yang didapatkan oleh keluarga Bapak Ketut Rutig juga digunakan untuk membayar tagihan listrik dan air tiap bulannya. Tiap bulannya, keluarga Bapak Nyoman membayar listrik kurang lebih sebesar Rp 200.000,- tergantung dari pemakaian. Sedangkan untuk biaya air keluarga Bapak Ketut Rutig yang memakai sumber air melalui PAM Desa Selanbawak harus membayar kurang lebih Rp 50.000,- tergantung pemakaian. c. Pendidikan Bidang pendidikan, keluarga Bapak Ketut Rutig memiliki beban yang lumayan berat mengingat tiga dari empat cucunya masih duduk dibangku SMK dan SMP. Beban biaya pendidikan ini ditanggung oleh cucunya yang sudah bekerja. Pada umunya pengetahuan keluarga Bapak Ketut Rutig terkait pentingnya pendidikan sudah bagus. Tetapi kekurangan finansialah yang membuat cucunya harus berhenti melanjutkan bangku kuliah. Dan hal ini pula yang menjadikan alasan seluruh cucunya bersekolah di SMK agar setelah lulus dan langsung bekerja karena beliau beranggapan bahwa lulusan SMK sudah memiliki kemampuan lebih dibanding SMA. d. Kesehatan