Laporan Individu Pendampingan Keluarga KKN PPM UNUD Periode XIII Tahun 2016 Desa Selan bawak - Kecamatan Marga - Kabupaten Telan bawak.

(1)

PENDAMPINGAN

KELUARGA

KKN

-PPM UNUD

PERIODE

TAHUN

2016

DESA/KELTJRAHAN

KECAMATAN

KABUPATENIKOTA

: DESA SELANBAWAK : MARGA

: TABANAN

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASAYARAKA T (LPPM)

UNTVERSITAS UDAYANA


(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Dengan telah selesainya kegiatan KKN PPM yang saya kerjakan, maka saya :

Nama

Mahasiswa

: Ni Made Binantari No.

Mahasiswa

: 1301305040 Tanda Tangan

Telah menyelesaikan laporan kegiatan

KKN

PPM Selanbawak, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan

saya selama

di

lokasi Desa

Selanbawak, 26 Agustus 20 16

MengetahuilNtlenyetuj ui MengetahuiAvlenyetuj ui

l0o

/w'

,/\

DPL Desa Selanbawak

aFO

:ry

(I Made Orni)

KK Dampingan

{d,

q..'L

*lp

p\

-/+

(f,

ELI

*


(3)

KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Pertama-tama saya ucapkan puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya laporan Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) Program Pendampingan Keluarga (PPK) dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Banyak hal yang masih menjadi hambatan dalam pelaksanaan program ini terutama memotivasi dan memberikan saran yang tepat dan sesuai dengan kemarnpuan keluarga, akan tetapi semua hambatan tersebut dapat teratasi berkat bantuan dari semua pihak terutama teman-teman KKN-PPM yang bersama mendapat tempat

di

Desa Selanbawak. Tanpa bantuan teman-teman KKN-PPM di wilayah Desa Selanbawak mungkin laporan KK dampingan ini tidak akan terselesaikan pada wakturya, penulis mengucapkan terima kasih.

Dalam pembuatan laporan ini tentunya banyak terdapat kekurangan maka dari

itu mohon dirnaafkan karena tidak pernah ada yang sempurna seperti kata-kata yang sering diucapkan yakni Tan Hana Wong Swasta Anulus (Tiada Manusia Biasa Yang Sempurna)

Om Santhi, Santhi, Santhi, Om

Selanbawak, 26 Agustus 2016


(4)

DAF'TAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ....,... ...

iii

DAFTAR

iSI ...

... iv

BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA

DAMPINGAN...,

,... 1

1.1

Profil Keluarga

pampingan

...,... 1

1.2

Ekonomi Keluarga

Dampingan

... 5

1.2.1 Pendapatan

Keluarga

... 5

1.2.2 Pengeluaran

Keluarga....

... 6

BAB II IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS

MASALAH

.,,...,9

2.1

Pemasalahan

Keluarga....

... 9

2.2

Masalah

Prioritas

...12

BAB III USULAN PENSOLUSIAN

MASALAH

...,...14

3.1 Program...

14

3.2

Jadwal

Kegiatan....

...,... 18

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL DAN KENDALA PENDAMPINGAN KELUARGA 8

4.1

Pelaksanaan Pendampingan

Keluarga...

...21

4.2

Hasil Pendampingan

Ke1uar9a...

...24

4.3

Kendala Pendampingan

Keluarga....

...24

BAB V

PENUTUP

..,...25

5.1 Simpulan

...25

5.2 Rekomendasi...

... 25


(5)

BAB 1

GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN

1.1 Profil Keluarga Dampingan

Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN PPM) merupakan salah satu wujud pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu mengenai pengabdian kepada masyarakat yang kegiatannya dilaksanakan secara bersama-sama atau terpadu antara perguruan tinggi, pemerintah juga masyarakat desa untuk kemajuan desa tersebut.Segala kegiatan yang berlangsung di dalamnya dimaksudkan guna meningkatkan sensitivitas mahasiswa terhadap realita yang ada di lapangan serta menumbuhkan jiwa sosial masing-masing peserta.

Program pendampingan keluarga (PPK) adalah program pelaksanaan program KKN-PPM di Universitas Udayana. PPK termasuk dalam program pokok non-tema yang wajib dilaksanakan oleh setiap mahasiswa peserta KKN yang bersifat individu. Jumlah jam kerja efektif mahasiswa untuk kegiatan PPK adalah 90 jam.

Maksud serta tujuan dari Program Pendampingan Keluarga (PPK) adalah untuk membantu pemberdayaan keluarga melalui penerapan dari disiplin ilmu dan teknologi dalam bidang wirausaha, pendidikan dan keterampilan, KB, dan kesehatan serta pembinaan lingkungan untuk membangun keluarga yang bahagia dan sejahtera. Selain itu, dengan pelaksanaan PPK diharapkan mampu meningkatkan kepedulian dan kemampuan mahasiswa menemukan, mempelajari dan mengatasi permasalahan keluarga melalui bantuan penyusunan rencana dan pendampingan pada pelaksanaan program yang inovatif dan kreatif melalui penerapan ilmu dan teknologi bersama masyarakat dan lembaga-lembaga yang ada di desa.

Sasaran PPK ini adalah Rumah Tangga Miskin (RTM) atau keluarga yang tergolong ke dalam keluarga pra-sejahtera (pra-KS) atau keluarga yang mengalami ketertinggalan.Selama kurun waktu 1 bulan, mahasiswa diharapkan dapat


(6)

mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh KK dampingan tersebut serta mencarikan solusi atas masalah yang dihadapi oleh KK dampingan tersebut.

Di desaSelanbawak, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan yang terdiri dari 5Banjar dapat dikatakan masih banyak terdapat keluarga yang tergolong ke dalam keluarga pra-sejahtera (pra-KS) atau keluarga yang mengalami ketertinggalan yang dapat menjadi sasaran program ini. Terdapat 38 keluarga yang tergolong ke dalam keluarga pra-sejahtera (pra-KS).Pada KKN PPM X kali ini pembagian KK dampingan di Desa Selanbawak dibagiatas 5 Banjar yang ada, yakni Br. Pekilen, Br. Kekeran, Br. Manik Gunung, Br. Selanbawak Kelod, dan Br. Selanbawak Kaja. Salah satu keluarga kurang mampu yang penulis dapat ikuti dan dampingi kegiatannya selama 1 bulan adalah keluarga BapakI Made Orni.

Bapak I Made Orni merupakan seorang kepala rumah tangga dari sebuah keluarga pra-sejahtera.Keluarga ini tinggal di daerah Banjar Selanbawak Kelod, Desa Selanbawak, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan.Keluarga Bapak I Made Orni sudah menempati rumah sendiri. Dimana luas lahan yang dimiliki oleh keluarga ini cukup luas yang terdiri dari bangunan utama bale dajeyang terdiri dari 4 bilik kamar, balai adat,dapur, kamar mandi, dan memiliki pekarangan.Rumah beliau sudah beratapkan genteng, lantai keramik putih (diperoleh dari sumbangan tetangga), dan dicat putih.Namun, kondisi rumah beliau (balai daje) sudah mulai bocor, temboknya sudah mulai kusam, dan keramiknya banyak retak. Rumah beliau juga masih tergolong sempit untuk menampung 8 orang penghuninya, sehingga beliau dan istrinya, Ni Made Lotri tidur di balai adat yang kondisi kayunya sudah mulai rapuh.

Beliau memiliki 3 orang anak dan seorang istri.Anak pertama beliau sudah menikah dan memiliki 2 orang anak, sedangkan anak kedua dan ketiga belum kawin.Bapak I Made Orni dan istrinya pernah mengenyam pendidikan hanya sampai kelas 3 SD, karena keadaan ekeonomi beliau yang tidak cukup untuk memenuhi biaya sekolah dan lebih memfokuskan diri untuk membantu orang tua bekerja pada saat itu.Anak pertama beliau yaitu I Wayan Suastika hanya lulusan SMP, dan sudah menikah dengan Ni Wayan Resmiani.Mereka dikaruniai 2 orang putra, yaitu I Wayan Agus Sucita


(7)

Sukayani juga tamat SMP saja.Ni Made Sukayani anak yang pintar namun mengalami gangguan jiwa sejak 2009.Namun, kondisi beliau sudah mulai membaik sejak mendapat perawatan di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Bangli kemudian mulai dirawat dirumah oleh keluarga kembali.Anak ketiga beliau Ni Nyoman Sutariani masih mengenyam pendidikan di bangku kelas 3 jurusan tata boga di SMKN 2 Tabanan itupun dibiayai oleh anak pertama beliau yang sehari-harinya bekerja sebagai tukang ukir dan sablon.Karena keadaan keterbatasan ekonomi lah membuat Bapak I Made Orni tidak mampu menyekolahkan anak pertama dan kedua beliau ke jenjang yang lebih tinggi lagi.Keadaan ekonomi yang masih terbatas membuat beliau hanya cukup untuk membiayai kehidupan sehari-hari untuk keluarga saja.

Beliau merupakan salah satu keluarga yang kurang mampu di daerahnya karena penghasilan yang diperoleh beliau tidak sebanding dengan pengeluaran beliau dan keluarga sehari-harinya. Sebenarnya beliau memiliki pekerjaan utama yaitu sebagai petani di sawah yang luasnya 7,5 are yang ditanami padi, singkong dan sayur-sayuran. Selain sebagai petani, Bapak I Made Orni juga bekerja sebagai peternak sapi dibantu oleh istrinya yang menggunakan sistem ngadas (hasil penjualan seekor sapi harus dibagi 2 antara pemilik dan peternak).Hasil penjualannya hanya bisa dinikmati satu tahun sekali saat sapinya sudah besar, kemudian hasilnya harus dibagi dua sehingga tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.Oleh sebab itu, putra sulung dan menantu beliau yang membiayai kebutuhan sehari-hari keluarga sekaligus membiayai pendidikan adiknya.Untuk lebih jelasnya, identitas keluarga dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Data keluarga bapak I Made Orni

NO NAMA STATUS UMUR (Tahun)

Pendidikan Pekerjaa n

Ket.

1 I Made Orni Kepala keluarga

62 tahun Sampai kelas 3 SD

Petani, peternak

Kawin


(8)

kelas 3 SD

3 I Wayan Suastika Anak 39 tahun SMP Tukang ukir, tukang sablon

Kawin

4 Ni Made Sukayani Anak 36 tahun SMP Belum bekerja

Belum kawin

5 Ni Nyoman Sutariani Anak 17 tahun Kelas 3 SMK

Pelajar Belum kawin

6 Ni Wayan Resmiani Menantu 36 tahun SMP Ibu rumah tangga, tukang jahit

Kawin

7 I Wayan Agus Sucita Saguna

Cucu 18 tahun Mahasiswa semester 1

Mahasis wa

Belum kawin

8 I Kadek Adi Sukertha Yasa

Cucu 7 tahun Siswa kelas 1 SD

Siswa Belum kawin


(9)

1.2 Ekonomi Keluarga Dampingan 1.2.1Pendapatan Keluarga

- Sumber Penghasilan

Keadaan perkonomian pada keluarga dampingan yang saya dampingi selama pelaksanaan KKN PPM Universitas Udayana Periode XIII tahun 2016 ini tergolong keluarga dengan ekonomi yang kurang cukup, dimana pendapatan yang diperoleh berasal dari penghasilannya sebagai petani, dan peternak 2 ekor sapikadasan. Keluarga Bapak I Made Orni mendapat bagian sawah 7,5 are yang ditanami padi, sayur bayam dan singkong. Sawah tersebut biasanya hanya mampu menghasilkan 150 kg beras.Hasil panen sayur dan padi tidak pernah dijual, melainkan dikonsumsi untuk kebutuhan sehari-hari.Hasil pertanian yang dijual hanya singkong.Hasilnya pun tidak seberapa.Penghasilan yang beliau peroleh sebagai peternak sapi biasanya tidak menentu tergantung harga pasar.Seekor sapi yang umurnya 1 tahun kalau dijual di Pasar Bringkit biasanya hanya Rp. 4.000.000.Hasil tersebut harus dibagi 2, jadi hasil yang beliau dapatkan hanya Rp. 2.000.000.Hasil penjualan sapi biasanya digunakan untuk kebutuhan mendesak.

Karena penghasilan Bapak I Made Orni tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, maka yang bertanggung jawab memenuhi kebutuhan sehari-hari beliau adalah putra sulungnya yaitu I Wayan Suastika yang sehari-harinya bekerja sebagai tukang ukir kayu dan tukang sablon baju, plastik, karung beras, dan lain-lain. Penghasilan beliau sebagai tukang ukir tidak menentu tergantung dari pesanan. Penghasilannya sekitar Rp. 450.000,- per bulan. Usaha sampingannya yaitu sebagai tukang sablon.Usaha sablon ini dirintis oleh beliau karena kebulatan tekad untuk mempunyai usaha sendiri dirumah agar bisa tetap ngayah (gotong royong) di Banjar.Usaha ini dimulai dari tahun 2012 dan dibantu oleh seluruh anggota keluarga dalam menjalankannya.Usaha sablon beliau sangat sederhana, dan tradisional tetapi kreatif yang diciptakan dengan penuh kerja keras tanpa mengenal lelah untuk bertanya dan belajar dari pedagang usaha tinta sablon dari China dan internet (google).Hasil sablon baju tersebut biasanya dikirim ke pasar oleh-oleh


(10)

Sukawati, sedangkan plastik, karung beras, dan kertas dikirim ke konsumennya masing-masing. Pendapatan yang diperoleh beliau dari hasil sablon per bulan sekitar Rp.1.400.000. Penghasilan tambahan yang diperoleh untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari Bapak I Made Orni yaitu dari menantu beliau Ni Wayan Resmiani yang bekerja sebagai tukang potong dan jahit kain yang berlokasi di Banjar Manik Gunung. Hasil yang diperoleh tergantung banyaknya kain yang dapat dipotong dan dijahit. Harga untuk kain per roll yaitu Rp. 6.000,-. Ibu Wayan setiap harinya hanya mampu menyelesaikan 3 sampai 4 roll. Jadi, penghasilan beliau hanya Rp. 18.000 sampai Rp. 24.000.Tetapi, kalau tidak ada kain untuk dijahit beliau tidak dapat pemasukan dan ikut membantu usaha sablon suaminya.

1.1.2 Pengeluaran Keluarga

Keluarga BapakI Made Orni tergolong ke dalam keluarga prasejahtera karena penghasilan dan pekerjaaan yang dilakukan oleh keluarga ini hampir sebanding, sehingga keluarga ini cukup mampu dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya saja. Biaya – biaya yang dikeluarkan oleh Bapak I Made Orni terbilang banyak apabila dibandingkan dengan pendapatannya yang tidak menentu, seperti dibawah ini:

a. Kebutuhan Sehari-Hari

Untuk pengeluaran kebutuhan sehari-hari, Keluarga Bapak I I Made Orni menghabiskan dana rata-rata sebesar Rp. 70.000,-. Umumnya pengeluaran yang terjadi lebih banyak dari pemasukan yang diterima. Pengeluaran dana tersebut dihabiskan untuk keperluan makan sebanyak 8 orang. Pengeluaran untuk biaya konsumsi kadang-kadang bertambahkarena anak kedua beliau, Ni Made Sukayani yang menderita gangguan jiwa mempunyai nafsu makan yang sangat tinggi yaitu bisa makan lebih dari 5 kali sehari dengan porsi yang besar. Jadi, keluarga Bapak I Made Orni biasanya menghabiskan dana kurang lebih sebesar Rp. 1.800.000 setiap bulannya. Untuk pembayaran listrik beliau


(11)

mengeluarkan biaya sebesar Rp. 50.000,-dan air beliau mengeluarkan biaya sebesar Rp. 45.000 per bulannya.

b. Kebutuhan Kesehatan

Keluarga BapakI Made Orni dan istri sering mengalami masalah kesehatan karena faktor usia. Mereka sering mengalami sakit kepala, nyeri, sakit tulang, dan pegal linu.Mereka mempunyai kartu JKBM (Jaminan Kesehatan Bali Mandara) yang bisa digunakan untuk berobat kerumah sakit.JKBM tersebut digunakan jika mereka menderita sakit parah dan harus masuk rumah sakit.Namun, untuk sakit yang ringan beliau tidak pernah menggunakan JKBM.Jika mereka menderita sakit yang ringan biasanya cukup dengan pergi berobat ke puskesmas pembantu di Banjar Selanbawak Kelod dan beristirahat yang cukup di rumah.Pemulihan kesehatan anak kedua beliau dari gangguan jiwa juga menjadi prioritas.Beliau membutuhkan perhatian lebih dan harus mendapat asupan makanan yang bergizi.

c. Kerohanian

Dari segi kerohanian, pengeluaran keluarga I Made Orni menghabiskan biaya kurang lebih sebesar Rp. 70.000,00 per bulan untuk sarana persembahyangan sehari-haridirumah karena beliau membuat sendiri dengan mengambil daun pisang dan janur yang sudah tersedia di sawah.Rainan (upacara keagamaan) di rumah beliauyang diadakan setiap enam bulan menghabiskan biaya sekitar Rp. 2.000.000, sedangkan pengeluaran untuk hari-hari raya besar keagamaan seperti Galungan dan Kuningan biasanya menghabiskan Rp. 600.000.

d. Sosial

Untuk pengeluaran piodalan di pura-pura, keluarga BapakI Made Orni bisa menghabiskan dana sekitar Rp. 300.000,00. Beliau juga membayar iuran wajib di 6 pura setiap enam bulan yaitu Rp. 150.000 di Pura Dalem, Rp. 150.000 di Pura Pidengan, Rp.


(12)

150.000 di Pura Ibu, Rp. 250.000 di Pura Ratu Ngurah, Pura Biji Rp. 50.000, dan Pura Melanting Rp. 80.000. Iuran wajib di Banjar tiap bulan yang harus dibayarkan juga ada yaitu sebesar Rp. 5.000,-. Beliau juga mengeluarkan biaya untuk kegiatan suka duka di Banjar seperti pada saat upacara ngaben (upacara pembakaran mayat), potong gigi, telubulanan (tiga bulanan), dan upacara keagamaan lainnya.Pengeluaran untuk upacara ngaben yang disebut patis (kelapa, beras, dupa, dan uang) biasanya mencapai Rp. 50.000.Sedangkan pengeluaran untuk kegiatan kundangan pada upacara lainnya di Banjar bisa mencapai Rp. 100.000, karena barang yang dibawa lebih bervariasi seperti gula, beras, kado, dupa, dan lain-lain.

e. Pengeluaran Tambahan

Pengeluaran tambahan dari keluarga Bapak I Made Orni, seperti melakukan pembayaran pinjaman hutang setiap bulan Rp. 500.000 di Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Desa Adat Kekeran.Uang dari hasil pinjaman tersebut digunakan sebagai modal usaha sablon kecil-kecilan mereka.


(13)

BAB II

IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH 2.1 Permasalahan Keluarga

Permasalahan keluarga Bapak I Made Orni yang dapat teridentifikasi ada dua segi permasalahan yaitu permasalahan dari segi ekonomi, pendidikan, dan kesehatan. Untuk mendapatkan informasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi Bapak I Made Orni, penulis menggunakan metode wawancara dengan cara melakukan kunjungan beberapa kali ke rumah Bapak I Made Orni dan melakukan percakapan-percakapan dengan narasumber dan keluarganya terutama dengan anak sulung beliau yaitu Bapak I Wayan Suastika yang sekarang bertanggung jawab sebagai tulang punggung utama keluarga. Selain itu, ada hal-hal yang dilakukan untuk memperoleh informasi antara lain berkenalan dengan keluarga I Made Orni, berdiskusi, sosialisasi mengenai program KKN-PPM Universitas Udayana yang diadakan di desa Selanbawak, Beberapa masalah yang dialami oleh keluarga BapakI Made Orni sesuai dengan hasil pengamatan penulis yaitu :

a. Masalah Ekonomi

Ekonomi dalam rumah tangga merupakan hal yang penting yang langsung menyangkut kesejahteraan keluarga.Dari penghasilan yang didapatkan Bapak I Made Orni dan anaknya Bapak I Wayan Suastika dari segi ekonomi rumah tangga bisa dikatakan kurang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan keluarga.Hal tersebut disebabkan karena pengeluaran keluarga tidak sebandingnya dengan penghasilan yang didapatkannya.Hal ini bisa dilihat dari pekerjaan Bapak I Made Orni dan istri Ni Made Lotri yang bekerja sebagai petani dan peternak sapi tidak bisa mendapat hasil pasti setiap harinya.Penghasilan yang diperoleh oleh anak sulung beliau yaitu I Wayan Suastika sebagai tukang sablon dan ukir juga tidak menentu dan minim tergantung dari sedikit atau banyaknya orderan.Penghasilan yang diperoleh oleh istri beliau sebagai tukang jahit dan potong kain juga minim. Beliau mendapat panggilan bekerja sewaktu-waktu jika ada kain yang harus dipotong dan dijahit, sehingga kalau tidak ada panggilan beliau tidak akan


(14)

mendapatkan penghasilan Mereka berdua harus menanggung kebutuhan semua orang anggota keluarga. Perhatian lebih juga harus diberikan kepada adik keduanya, Ni Made Sukayani yang menderita gangguan jiwa walaupun kondisinya sudah mulai membaik.Sehingga mereka tidak bisa mencari pekerjaan jauh di luar rumah.Pasangan suami istri tersebut juga harus menanggung biaya sekolah adik bungsunya yaitu Ni Nyoman Sutariani yang duduk di bangku kelas 3 jurusan tata boga di SMKN 2 Tabanan.Mereka juga harus menanggung biaya sekolah dari kedua putra yaitu I Wayan Agus Sucita Saguna yang duduk di semester 1 jurusan teknik mesin (mendapatkan beasiswa bidikmisi) dan I Kadek Adi Sukertha Yasa yang duduk di bangku kelas 1 di SD N0 1 Selanbawak.Kemudian dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga Bapak I Made Orni mengeluarkan biaya cukup besar setiap harinya yang tidak sesuai dengan penghasilan yang diperoleh sehingga diperlukan suatu solusi untuk masalah perekonomian tersebut.

b. Masalah Pendidikan

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan setiap orang, karena pendidikan dapat meningkatkan kualitas hidup setiap individu tidak hanya dalam meningkatkan kualitas kecerdasan intelektual tapi dasar adanya latar belakang pendidikan juga bisa menjadi hal yang penting dalam dunia pekerjaan.

Dalam hal ini keluarga bapak I Made Orni memiliki permasalahan dalam segi pendidikan. Bapak I Made Orni dan istrinya bernama Ni Made Lotrihanya menikmati bangku sekolah hanya sampai kelas 3 SD.Pendidikan dari anak Bapak I Made Orni, yaitu I Wayan Suastika hanyalah tamat SMP/ sederajat, karena seperti yang telah dipaparkan oleh Bapak I Made Orni dalam hasil wawancaranya bahwa beliau tidak mampu menyekolahkan anaknya ke jenjang pendidikan SMA atau SMK sederajat.Hal ini disebabkan karena penghasilan yang lebih kecil dari biaya pendidikan yang terus meningkat.Begitu pula dengan menantu beliau yaitu Ni Wayan Resmiani hanya tamatan SMP saja.Sebenarnya Ni Wayan Resmiani sempat mengenyam pendidikan di bangku kelas 2 jurusan perkantoran, tetapi beliau berhenti karena harus menikah dengan


(15)

Made Orni yang ketiga, yaitu Ni Nyoman Sutariani yang masih duduk di bangku kelas 3 jurusan tata boga di SMKN 2 Tabanan adalah anak pintar yang selalu mendapat juara umum 1 di sekolahnya. Menurut pengakuannya, dia nanti juga ingin melanjutkan ke jenjang lebih tinggi setelah lulus SMK seperti keponakannya yang bisa melanjutkan ke perguruan tinggi berkat beasiswa bidikmisi. Namun, Bapak I Made Orni masih bingung bagaimana cara agar mewujudkan cita-cita anaknya tersebut. Beliau berharap agar anaknya mendapatkan beasiswa, karena kalau hanya mengandalkan penghasilan beliau dan keluarga sepertinya tidak mencukupi untuk menyekolahkan anaknya ke perguruan tinggi.

c. Masalah Kesehatan

Kesehatan adalah sesuatu yang sangat mahal untuk dijaga. Kalau seseorang mengalami suatu penyakit atau gangguan kesehatan, maka ia akan sulit untuk menjalani aktivitasnya dan itu akan mempengaruhi tingkat produktivitas yang mencakup penghasilan dan tingkat kesejahteraan. Kesehatan seseorang bisa dipengaruhi banyak faktor misalnya gaya hidup, olahraga, cuaca, genetik, tingkat stress, dan lain-lain. Dari segi kesehatan, I Made Orni dan keluarga juga mengalami masalah.Bapak I Made Orni yang sudah berumur 62 tahun sering menderita sakit kepala, pertigo, batuk, pilek, pegal linu, dan sakit tulang.Istri beliau, Ni Made Lotri juga sering menderita sakit serupa.Namun, istri beliau yang beberapa tahun sempat mengalami gangguan jiwa masih sering inguh-inguhan (bingung terhadap sesuatu dan pusing dalam menjalankannya). Tetapi, hal itu tidak sering terjadi, hanya pada saat sang istri merasa depresi atau tertekan terhadap suatu hal. Dalam kesehariannya, beliau biasanya sudah mampu menjalani aktivitas normal yaitu membantu ngarit (menyabit rumput untuk sapi).

Anak kedua beliau Ni Made Sukayani mengalami gangguan jiwa sejak 2009.Menurut pengakuan dari keluarga, beliau adalah seorang anak yang pintar sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Pertama (SMP). Namun, di awal 2009 beliau mulai menunjukkan tanda-tanda gangguan jiwa seperti sering marah, kadang makan dengan porsi banyak setiap harinya, kadang tidak makan sama sekali, tidak mau mandi, dan tidak mau keluar kamar. Beliau sudah sempat dirujuk


(16)

ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Bangli selama 5 kali, dan sudah menunjukkan perubahan.Sehingga, keluarga memutuskan untuk merawatnya dirumah.Setelah dirawat dirumah, beliau sudah mulai menunjukkan perubahan seperti sudah mau mandi sekali setiap hari tapi harus di tlabah (sungai kecil di sawah), dan mengambil makan sendiri.Tetapi, beliau masih jarang keluar kamar dan makan dengan porsi yang banyak.Untuk masalah kesehatan anggota keluarga Bapak I Made Orni yang lainnya masih tergolong normal karena menderita sakit ringan seperti flu, batuk, pilek, dan sakit kepala.

Dari segi kesehatan lingkungan, di teba (pekarangan di belakang rumah) Bapak I Made Orni yang menyatu dengan sawah terdapat aliran sungai kecil dan disana terdapat masih banyak sampah yang berserakan.Padahal, sampah adalah salah satu penyebab terjadinya penyakit mematikan yaitu demam berdarah.Sanitasi dan MCK di lingkungan rumah dari keluarga Bapak I Made Orni juga kurang dirawat dan kurang diperhatikan.

2.2 Masalah Prioritas

Setelah melakukan beberapa kali kunjungan yang dilakukan pada jam tertentu, sehingga diperolehlah hasil wawancara yang menunjukkan tiga prioritas masalah yang dihadapi oleh keluarga Bapak I Made Orni yaitu menangani masalah dalam perekonomian keluarga, masalah pendidikan, dan masalah kesehatan.

2.2.1 Masalah Ekonomi

Penghasilan dari pekerjaan yang dikerjakan Bapak I Made Orni kurang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan keluarganya yang mana pengeluaran keluarga tidak sebanding dengan penghasilan.Hal ini disebabkan karena harga barang dan makanan yang terus melonjak dan tanggungan biaya pendidikan yang juga meningkat.Sehingga, ini menyebabkan pengeluaran keluarga Bapak I Made Orni tidak sebanding dengan penghasilan yang didapatkannya.Karena jika dilihat perkerjaannya dari bertani dan beternak sapi bapak I Made Ornitidak mendapatkan hasil yang pasti setiap


(17)

menentu, kadang-kadang jika sawah dilanda kekeringan dan hujan yang lebat maka masa panen pun bisa gagal.Penghasilan anak sulungnya yang kurang lebih hanya Rp.1.850.000 per bulan dari hasil ngukir dan nyablon.Penghasilan menantunya dari hasil memotong dan menjahit kain kurang lebih Rp. 750.000 per bulan.Keseluruhan penghasilan yang diperoleh perbulan tidak seimbang dengan pengeluaran keluarga tersebut.

2.2.2 Masalah Pendidikan

Di era globalisasi saat ini, pendidikan adalah salah satu aspek penting yang berhubungan untuk menaikkan taraf ekonomi keluarga.Faktor pendidikan merupakan masalah yang sangat sering dijumpai dalam keluarga pedesaan.Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa pendidikan dari anak dan menantu dari Bapak I Made Orni hanyalah tamat SMP/ sederajat.Dalam hasil wawancaranya bahwa Bapak I Made Orni tidak mampu menyekolahkan anak sulungnya yaitu I Wayan Suastika ke jenjang pendidikan SMA atau SMK sederajat.Hal ini disebabkan karena penghasilan yang lebih kecil dari biaya pendidikan yang terus meningkat.Menantu beliau juga hanya tamatan SMP karena menikah muda.Sekarang Bapak I Made Orni juga masih mempunyai masalah dalam mewujudkan cita-cita anak ketiga beliau Ni Nyoman Sutariani yang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi.

2.2.3 Masalah Kesehatan

Prioritas masalah kesehatan keluarga bapak I Made Orni saat ini adalah menderita penyakit yang dipengaruhi oleh perubahan cuaca seperti sakit kepala, flu, dan pusing. Kesehatan sang Istri, Ni Made Lotri yang juga sering sakit-sakitan dan mulai sembuh dari gangguan jiwa juga perlu diperhatikan. Kemudian, kesehatan anak kedua beliau Ni Made Sukayani yang belum sepenuhnya sembuh dari gangguan jiwa juga harus selalu diberi perhatian lebih. Masalah kesehatan lingkungan yang menjadi prioritas adalah mengatasi atau mengolah sampah yang masih berserakan di area teba (pekarangan belakang rumah) Bapak I Made Orni dan kebersihan tempat MCK yang perlu lebih di perhatikan.


(18)

BAB III

USULAN PENSOLUSIAN MASALAH

3.1 Program

Berdasarkan masalah yang telah teridentifikasi dan diprioritaskan tersebut, maka adapun alternatif terhadap pensolusian masalah yang harus diselesaikan dan dipecahkan mengenai masalah yang dihadapi oleh keluarga Bapak I Made Orni, antara lain:

3.1.1 Solusi Masalah Perekonomian

Pendapatan yang diperoleh oleh Bapak I Made Orni dan Istri yaitu Ni Made Lotri sebagai petani dan peternak sapi tidak terlalu banyak setiap bulannya.Begitu pula penghasilan putra sulung beliau yang menjadi tulang punggung keluarga yaitu Bapak I Wayan Suastika dari usaha sablon kecil-kecilan miliknya dan sebagai tukang ukir ditambah dengan penghasilan istrinya sebagai tukang jahit dan potong kain tetap tidak bisa mencukupi kebutuhan keluarga terdiri dari 8 orang yang kian hari kian meningkat.

Berdasarkan permasalahan perekonomian keluarga Bapak I Made Orni diatas, penulis memberikan solusi yaitu sebaiknya beliau dan keluarga membuat usaha sampingan lain yang hasilnya dapat diperoleh dan dinikmati setiap hari dengan memanfaatkan potensi disekitar mereka. Usaha-usaha yang penulis sarankan untuk dikembangkan diantaranya menanam bunga pacar air di sawah sebagai tambahan penghasilan sampingan.Membudidayakan tanaman pacar air di sawah bisa dilakukan selain menanam padi karena bunga dari tanaman pacar air dapat dipanen setiap hari dan tidak memerlukan lahan terlalu banyak dan waktu untuk panennya sangat cepat. Jika menanam pacar air di lahan seluas 2 are, hasi panennya bisa mencapai 30 kg sampai 40 kg bunga pacar air. Harganya pun bervariasi tergantung dari hari raya keagaamaan umat Hindu.Kalau di hari biasanya harganya bisa mencapai Rp.4.000/kg sampai Rp.


(19)

mencapai Rp. 25.000/kg sampai Rp. 30.000/kg.Jadi, kalau Bapak I Made Orni dan keluarga membudidayakan tanaman pacar air di sawah mereka yang tidak terlalu luas, mereka tetap bisa mendapatkan hasil setiap hari sebagai tambahan penghasilan untuk keluarga.

Solusi dari permasalahan ekonomi lainnya yang disarankan penulis kepada keluarga bapak I Made Orni adalah membuat jamur crispy (baca krispi) sebagai industri rumahan untuk menambah penghasilan harian.Program pengolahan jamur tiram putih menjadi jamur crispy merupakan salah satu program pokok dari mahasiswa KKN PPM di Desa Selanbawak. Penulis menyarankan pengolahan jamur tiram putih menjadi jamur crispy karena di Banjar Selanbawak Kelod yaitu di daerah tempat tinggal Bapak I Made Orni banyak yang membudidayakan jamur tiram putih sehingga mudah didapatkan sebagai bahan baku pembuatan jamur crispy. Alasan berikutnya karena anak ketiga Bapak I Made Orni yaitu Ni Nyoman Sutariani mengenyam pendidikan di jurusan tata boga sehingga penulis menganggap usaha ini cocok dengan kemampuan mengolah makanan yang dia miliki.Cara mengolah jamur crispy sangat mudah dan bahan-bahan yang diperlukan selain jamur tersedia di pasar seperti tepung terigu, tepung beras, air, garam, bawang putih, lada, dan penyedap.Keuntungan yang didapat dari penjualan jamur crispy ini juga cukup menjanjikan.Modal yang dibutuhkan untuk membuat satu bungkus jamur crispy kurang lebih Rp. 3.000/bungkus, kemudian dipasarkan dengan harga Rp. 7.000/bungkus.Sehingga, keuntungan yang didapatkan bisa mencapai Rp.4.000/bungkus. Penulis juga menyarankan cara memasarkan produk jamur crispy tersebut yaitu di warung-warung sekitar rumah dan di pasar-pasar yang dekat dengan desa Selanbawak seperti Pasar Marga, Pasar Sembung, Pasar Werdhibuana, dan Pasar Mengwi.

Penulis menyarankan solusi tersebut bertujuan agar taraf perekonomian keluarga Bapak I Made Orni bisa meningkat dan mendapatkan penghasilan yang pasti setiap harinya.Sehingga sedikit demi sedikit beliau bisa membayar hutang, menyekolahkan anaknya, memperbaiki rumah dan mewujudkan cita-cita yang belum terwujud selama ini.


(20)

3.1.2 Solusi Masalah Pendidikan

Setiap keluarga mempunyai tingkatan ekonomi yang berbeda-beda.Pada tingkatan ekonomi yang rendah tentunya aktivitas utama dari setiap keluarga adalah bagaimana untuk memenuhi kebutuhan primer keluarga mulai dari kebutuhan sandang, pangan dan tempat tinggal.Untuk mendapatkan kebutuhan primer tersebut kegiatan utama keluarga adalah berusaha sekuat mungkin untuk bekerja setiapharinya mulai dari pagi sampai sore.

Sehingga, hal itu menyebabkan terabaikannya kebutuhan sekunder yang seyogyanya merupakan kebutuhan masa depan keluarga yang dalam hal ini adalah kebutuhan pendidikan keluarga khususnya untuk anak-anaknya. Selain dari faktor ekonomi diatas, tingkat pendidikan orang tua juga berpengaruh pada pendidikan seorang anak. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa Bapak I Made Orni dan istrinya yang bernama Ni Made Lotri hanya bersekolah sampai kelas 3 SD. Begitu pula dengan anaknya I Wayan Suastika hanya mengenyam pendidikan sampai SMP. Hal ini disebabkan karena, Bapak I Made Orni dan istrinya Ni Made Orni tidak mampu menyekolahkan anaknya ke jenjang yang lebih tinggi lagi karena, dari penghasilan mereka yang tidak mencukupi memenuhi kehidupan mereka sehari-hari. Sehingga, mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan sekunder anaknya seperti pendidikan. Begitu pula halnya dengan menantu beliau Ni Wayan Resmiani yang hanya sempat mengenyam pendidikan sampai kelas 2 SMK, kemudian berhenti karena menikah muda Dalam menyikapi hal ini, penulis memberikan saran dan solusi kepada keluarga Bapak I Made Orni terutama kepada Bapak I Wayan Suastika dan istrinya Ni Wayan Resmiani dengan cara memberikan pengertian dan motivasi bahwa mereka bisa mengikuti paket C untuk melanjutkan ke program Paket-C setara SMA. Manfaat dari menempuh paket C ini adalah bisa menambah rasa percaya diri karena bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan tidak perlu malu mengulang di sekolah formal karena telah tertinggal beberapa tahun. Selain itu, hal ini bisa didukung karena di desa Sembung, Kecamatan


(21)

Budi Luhur yaitu lembaga swadaya masyarakat yang menyediakan program kejar paket C, bagi masyarakat yang tidak mampu melanjutkan sekolahnya karena keterbatasan ekonomi.

Kemudian solusi dan saran untuk anak ketiga bapak I Made Orni yaitu Ni Nyoman Sutariani yang sempat putus asa akan cita-citanya yang ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi yaitu penulis memberikan dorongan, motivasi, dan semangat agar dia tetap rajin belajar dan terus mempertahankan prestasinya supaya bisa mendapatkan beasiswa di perguruan tinggi nanti. Penulis juga memberikan sosialisasi tentang beasiswa bidikmisi yang menyasar anak kurang mampu namun berprestasi yang ingin melanjutkan ke Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Indonesia. Sebagai tambahan, penulis juga mengajarkan bahasa Inggris dan bahasa Jepang kepada Ni Nyoman Sutariani sehingga diharapkan agar kemampuan berkomunikasi dalam bahasa asing bisa meningkat karena jurusannya adalah pariwisata, jadi menguasai bahasa asing juga merupakan hal yang penting. Penulis juga mengajarkan cucu kedua Bapak I Made Orni yaitu I Kadek Adi Sukertha Yasa pelajaran membaca, menulis, dan berhitung sehingga bisa termotivasi agar lebih giat belajar lagi.

3.1.2 Solusi Masalah Kesehatan

Bapak I Made Orni dan istri Ni Made Lotri sering menderita sakit kepala dan pegal karena faktor usia yang kian menua. Penulis memberikan solusi berupa saran agar tetap menjaga kesehatan beliau dengan makan makanan yang sehat berupa sayur-sayuran dan buah-buahan, lebih banyak minum air putih, dan beristirahat yang cukup.Istri beliau yang sudah sembuh dari gangguan jiwa juga harus diperhatikan tidak menderita hal tersebut lagi.Mengenai masalah gangguan jiwa yang diderita oleh Ni Made Sukayani, penulis juga memberikan dorongan motivasi dan saran kepada semua anggota keluarga agar tetap memberikan motivasi dan perhatian yang lebih agar beliau cepat sembuh.Kesabaran dan terus berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas usaha yang telah dilakukan untuk kesembuhan beliau. Penulis percaya bahwa orang yang menderita


(22)

gangguan jiwa punya hak yang sama seperti orang normal lainnya untuk disayangi dan dicintai.

Mengenai solusi kesehatan lingkungan, penulis menyarankan agar keluarga Bapak I Made Orni membersihkan sampah yang berserakan di pekarangan belakang rumah beliau (teba) lalu memilahnya dan disetorkan ke bank sampah yang akan mulai dibentuk di desa Selanbawak. Program bank sampah ini adalah salah satu program dari KKN PPM Universitas Udayana dalam mewujudkan Desa Selanbawak yang bersih dan sehat.Sehingga penulis juga menyarankan program bank sampah ini kepada keluarga bapak I Made Orni.Keuntungan dari menabung di bank sampah yaitu bapak I Made Orni bisa dan keluarga bisa mendapatkan tambahan penghasilan yang disimpan di buku tabungan bank sampah yang bisa diambil sewaktu-waktu.Jadi, selain kebersihan lingkungan tetap terjaga dengan menabung di bank sampah, keluarga bapak I Made Orni secara tidak langsung berperan dalam penyelamatan bumi dari kehancuran akibat sampah.Solusi untuk pemecahan masalah kebersihan tempat MCK yaitu penulis memberikan saran agar dibersihkan secara rutin.Penulis juga memberikan alat-alat kebersihan agar lebih mudah membersihkan tempat MCK tersebut.

3.1Jadwal Kegiatan

Dalam pelaksanaan program KK Dampingan, penulis telah menyusun agenda-agenda bagaimna langkah-langkah awal dan akhir pelaksanaan program KK Dampingan. Agenda-agenda kegiatan yang dilaksanakan secara terstruktur dalam program KK dampingan, yaitu:

1. Berkoordinasi dengan perangkat desa dan banjar/dusun bersangkutan untuk menentukan keluarga miskin yang ditunjuk sebagai keluarga dampingan;

2. Perkenalan dan melakukan pendekatan dengan KK Dampingan dimana mahasiswa yang mendampingi KK Dampingan melakukan pendekatan dengan KK dampingannya dengan melakukan kunjungan dan sekaligus melakukan


(23)

3. Mencatat dan menelusuri masalah yang dihadapi KK Dampingan diaman mahasiswa mulai menelusuri dan menemukan masalah yang dialami oleh KK Dampingan, sehingga mahasiswa yang mendampingi bisa mengidentifikasi masalah yang dihadapi dan dapat menentukan solusi dan saran yang tepat untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi KK Dampingan.

4. Pemecahan dan memberikan solusi dan saran terhadap masalah KK Dampingan. Setelah mahasiswa yang mendampingi mengetahui masalah yang dihadapi oleh KK Dampingan kemudian mahasiswa mulai memberikan saran dan solusi yang berguna dan sesuai dengan masalah yang dihadapi bagi KK Dampingan.

5. Dampak dari solusi permasalahan-permasalahan yang diberikan terhadap KK Dampingan. Setelah mahasiswa memberikan solusi dan saran terhadap KK Dampingan. Kemudian, langkah selanjutnya yaitu melihat dampak dari solusi yang telah diberikan. Dampak yang dari solusi yang diberikanpun tidak bisa dilihat hasilnya secara kurun waktu yang singkat karena waktu yang dihasilkan dari solusi tersebut akan memakan waktu yang cukup lama.

3.2.1 Tahap Perkenalan :

Tahap ini merupakan sebuah tahap awal dalam perkenalan dan pengidentifikasian masalah yang akan menjadi masalah prioritas dari KK Dampingan, kegiatan ini dilakukan agar KK Dampingan bisa bercerita dan memberikan pemaparan-pemaparan tentang masalahnya dengan mahasiswa.

3.2.2 Tahap Identifikasi Masalah :

Setelah itu, jika keluarga KK dampingan telah menginformasikan secara rinci tentang masalah hidup yang dihadapi oleh mereka.Sehingga, penulis bisa mengidentifikasikan masalah yang diprioritaskan secara rinci oleh keluarga dampingan.


(24)

3.2.3 Tahap Pemilihan Prioritas Masalah :

Setelah melakukan pengidentifikasian masalah-masalah apa yang dialami oleh keluarga bapak I Made Orni, maka mahasiswa bisa memilih yang mana saja masalah yang seharusnya menjadi prioritas. yang mana yang menjadi prioritas permasalahan. Disamping itu, selama melakukan pemilihan masalah prioritas. Mahasiswa juga memberikan pertanyaan yang mana pertanyaan-pertanyaan tersebut bisa dijawab oleh KK Dampingan.Sehingga, mahasiswa bisa mencarikan dan memberikan solusi dan saran untuk KK Dampingan yang didampingi mahasiswa.


(25)

BAB IV

PELAKSANAAN, HASIL DAN KENDALA PENDAMPINGAN KELUARGA

Dari pemberian solusi dan saran yang telah diberikan terhadap KK Dampingan dan menjawab permasalahan-permasalahan yang dialami oleh KK Dampingan.Terwujudnya suatu upaya yang postif demi pemecahan dan pelaksanaan masalah tersebut, hal itu tergantung pada bagaimana motivasi, partisipasi, peran aktif dan kesadaran dalam pelaksanaan dari pihak keluarga.

4.1 Kegiatan Pendampingan Keluarga

Nama KK Dampingan : I Made Orni

Alamat : Br. Selanbawak Kelod, Desa Selanbawak,

Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan

Mahasiswa : Ni Made Binantari

NIM : 1301305040

Fakultas/Program Studi : Ilmu Budaya/ Sastra Inggris

No Tanggal Jenis Kegiatan Jumlah Jam

1 23 Juli 2016 Kunjungan ke Kantor Kepala Desa untuk mendapatkan data RTM/Keluarga Pra-sejahterah yang akan didampingi

3 jam

2 25 Juli 2016 Rapat internal anggota KKN Desa Selanbawak untuk persiapan Keluarga Dampingan sekaligus pengundian dan pembagian Keluarga Dampingan masing-masing mahasiswa, diambil dari 5 Banjar Pekilen, Banjar Kekeran, Banjar


(26)

Manikgunung, Banjar Selanbawak Kelod, Banjar Selanbawak Kaja

3 29 Juli 2016 Survey lokasi KK Dampingan 4jam 4 30 Juli 2016 Kunjungan pertama kali ke KK Dampingan

dan melakukan perkenalan dengan keluarga Bapak I Made Orni

4 jam

5 31Juli 2016 Menanyakan Profil Keluarga Bapak I Made Orni

4 jam

6 1 Agustus 2016 Observasi usaha sablon milik anak Bapak I Made Orni

3 jam

7 2 Agustus 2016 Menanyakan informasi mengenai keadaan dan kesehatan keluarga Bapak I Made Orni

6 jam

8 3 Agustus 2016 Menanyakan tentang pengeluaran keluarga Bapak I Made Orni

4 jam

9 5 Agustus 2016 Menanyakan permasalahan keluarga bapak I Made Orni

2 jam

10 6 Agustus 2016 Mengidentifikasi masalah untuk dicarikan solusi bersama-sama

4 jam

11 7 Agustus 2016 Survey ke sawah dan kandang sapi Bapak I Made Orni

4 jam

12 10 Agustus 2016

Membantu nyablon baju pesanan, selanjutnya membantu mengajarkan anak Bapak I Made Orni bahasa Inggris

4 jam

13 12 Agustus 2016

Membantu anak Bapak I Made Orni belajar bahasa Jepang

4 jam

14 13 Agustus 2016

Membantu cucu Bapak I Made Orni belajar menulis, membaca, dan berhitung

3 jam


(27)

Tabel 1. Kegiatan Pelaksanaan Keluarga Dampingan

4.2 Pelaksanaan

Dalam proses pelaksanaan kegiatan pendampingan, keluarga KK Dampingan dilakukan di rumah sebuah keluarga pra sejahtera yakni keluarga Bapak I Made Orni yang beralamat di Banjar Selanbawak Kelod, Desa Selanbawak, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan. Adapun dalam pelaksanaan kegiatan program KK Dampingan KKN PPM alokasi waktunya dimulai sejak tanggal 23 Juli 2016sampai tanggal 25 Agustus 2016.

16 16 Agustus 2016

Membantu nyablon baju pesanan, membantu mengerjakan tugas bahasa Inggris, dan membantu kegiatan sehari-hari keluarga bapak I Made Orni

7 jam

17 18 Agustus 2016

Memberikan sosialisasi tentang cara pembuatan jamur crispy

3 jam

18 19 Agustus 2016

Memberikan suntikan vitamin terhadap ternak sapi Bapak I Made Orni yang dibantu oleh teman dari FKH Unud

5 jam

19 20 Agustus 2016

Memberi sosialisasi dan berdiskusi tentang budidaya tanaman pacar air

6 jam

20 21 Agustus 2016

Memberi sosialisasi dan berdiskusi tentang pemecahan masalah pendidikan yaitu beasiswa bidikmisi dan program kejar paket C

6 jam

21 22 Agustus 2016

Kunjungan ke rumah Bapak I Made Orni untuk konfirmasi solusi dan saran

6 jam

22 23 Agustus 2016

Mengambil Foto untuk kepentingan dokumentasi dan evaluasi tentang saran dan solusi yang diberikan

5 jam

23 25 Agustus 2016

Perpisahan dan memberikan kenang-kenangan kepada keluarga Bapak I Made Orni

2 jam


(28)

Mahasiswa pendamping melakukan kunjungan beberapa kali dalam seminggu dimana setiap kunjungan, mahasiswa pendamping berusaha membantu memberikan saran dan solusi untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh keluarga Bapak I Made Orni.

4.3 Hasil

Dalampelaksanaan pedampingan keluarga, maka hasil yang diperoleh yaitu Bapak I Made Ornidan keluarga terlihat berkeinginan menjalankan solusi dan saran mengenai masalah ekonomi, pendidikan, dan kesehatan. Keluarga Bapak I Made Orni termotivasi melakukan usaha lainselain beternak sapi, bertani, ngukir, dan nyablon untuk meningkatkan penghasilan sehari-hari mereka seperti budidaya tanaman pacar air dan membuat jamur crispy walaupun masih berupa rencana saja. Selain itu dibidang pendidikan, anak ketiga dari bapak I Made Orni yaitu Ni Nyoman Sutariani sudah termotivasi untuk tetap meningkatkan prestasinya agar mendapatkan beasiswa bidikmisi untuk melanjutkan sekolahnya ke perguruan tinggi. Untuk persoalan kesehatan, Bapak I Made Orni dan keluarga terlihat ingin menerapkan gaya hidup sehat dengan banyak minum air putih, makan makanan yang bergizi, dan beristirahat yang cukup untuk menjaga kekebalan tubuh. Beliau dan keluarga juga akan terus memotivasi dan memberikan perhatian dan kasih sayang terhadap Ni Made Sukayani yang menderita gangguan jiwa. Program bank sampah juga disambut baik oleh beliau dan akan mulai dijalankan. Kebersihan tempat MCK juga akan terus dirawat demi kesehatan bersama.

4.4 Kendala

Kendala dalam pelaksanaan program pendampingan keluarga ini tidak ada yang berarti karena keluarga Bapak I Made Orni sangat ramah dan terbuka. Namun, ada kesulitan dalam meyakinkan program kejar paket C karena faktor usia dan manajemen waktu karena tanggung jawab beliau sebagai tulang punggung keluarga yang tidak memungkinkan untuk mengikuti proses belajar di kejar paket C lagi.


(29)

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan

Dari beberapa kali kunjungan yang dilakukan ke rumah bapak I Made Orni, maka penulis dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Penghasilan dari pekerjaan yang didapat tidak sebanding dengan pengeluaran yang dikeluarkan setiap bulannya dan sehari-harinya, karena Bapak I Made Orni dan istri hanya hanya bekerja sebagai petani dan peternak sapi dan anaknya yang hanya bekerja sebagai tukang ukir dan sablon yang mana penghasilan mereka minim.

2. Keluarga dampingan menghadapi 3 masalah prioritas yaitu ekonomi, pendidikan, dan kesehatan.

3. Kepala keluarga sudah mulai termotivasi untuk memiliki usaha lain untuk menambah pendapatan keluarga, memperhatikan pendidikan anak cucunya, dan sudah tumbuh kesadaran dalam menjaga kesehatan diri maupun lingkungannya.

5.2Rekomendasi

Adapun saran atau rekomedasi yang dapat diberikan oleh pendamping untuk keluarga dampingan Bapak I Made Orni, yaitu:

1. Keluarga dampingan, khususnya kepala keluarga disarankan lebih baik untuk mengikuti berbagai penyuluhan mengenai kewirausahaan agar bisa termotivasi dan memahami bagaimana cara untuk membuka usaha sampingan lainnya.

2. Anak dan menantu keluarga dampingan sebaiknya mencoba program kejar paket terlebih dahulu agar bisa merasakan manfaatnya.

3. Keluarga dampingan di harapkan untuk lebih sabar, berpikir positif, dan tidak pasif dalam menghadapi masalah di keluarganya karena seberat apapun masalah dan cobaan dalam keluarga pasti ada hikmah dan jalan keluarnya.


(30)

DAFTAR PUSTAKA

______.2016. “Buku Pedoman Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan

Masyarakat (KKN PPM)”. Bali: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Udayana.


(31)

LAMPIRAN

Kondisi rumah (balai daja) milik Bapak I Made Orni


(32)

(33)

Membantu anak ketiga Bapak I Made Orni (Ni Nyoman Sutariani) belajar bahasa Inggris dan Jepang

Pergi ke sawah dan kandang sapi milik Bapak I Made Orni sekaligus memberikan suntikan vitamin kepada sapi beliau


(34)

Foto bersama keluarga Bapak I Made Orni


(1)

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan

Dari beberapa kali kunjungan yang dilakukan ke rumah bapak I Made Orni, maka penulis dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Penghasilan dari pekerjaan yang didapat tidak sebanding dengan pengeluaran yang dikeluarkan setiap bulannya dan sehari-harinya, karena Bapak I Made Orni dan istri hanya hanya bekerja sebagai petani dan peternak sapi dan anaknya yang hanya bekerja sebagai tukang ukir dan sablon yang mana penghasilan mereka minim.

2. Keluarga dampingan menghadapi 3 masalah prioritas yaitu ekonomi, pendidikan, dan kesehatan.

3. Kepala keluarga sudah mulai termotivasi untuk memiliki usaha lain untuk menambah pendapatan keluarga, memperhatikan pendidikan anak cucunya, dan sudah tumbuh kesadaran dalam menjaga kesehatan diri maupun lingkungannya.

5.2Rekomendasi

Adapun saran atau rekomedasi yang dapat diberikan oleh pendamping untuk keluarga dampingan Bapak I Made Orni, yaitu:

1. Keluarga dampingan, khususnya kepala keluarga disarankan lebih baik untuk mengikuti berbagai penyuluhan mengenai kewirausahaan agar bisa termotivasi dan memahami bagaimana cara untuk membuka usaha sampingan lainnya.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

______.2016. “Buku Pedoman Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan

Masyarakat (KKN PPM)”. Bali: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada


(3)

LAMPIRAN


(4)

(5)

Membantu anak ketiga Bapak I Made Orni (Ni Nyoman Sutariani) belajar bahasa Inggris dan Jepang


(6)

Foto bersama keluarga Bapak I Made Orni