perah. Keberhasilan beternak sapi perah itu sendiri secara nyata dapat diukur dari adanya peningkatan produksi susu per ekor per hari dan kualitas susu yang tergolong
baik. Dengan tingkat produksi dan kualitas yang tinggi maka pendapatan pun akan tinggi.
Ada beberapa hal yang sering menimbulkan hambatan bagi peningkatan usaha ternak sapi perah di Indonesia yaitu iklim, permodalan, pemasaran yang yang belum
maju, kekurangan tenaga ahli, komunikasi atau sarana transfortasi yang sulit. Selain itu, sikap peternak sapi perah yang kurang mandiri terutama dalam merebut
kesempatan usaha yang ada menjadi kendala pencapaian skala pemilikan optimum. Dengan demikian kemandirian peternak sapi perah merupakan cerminan dari kesiapan
mereka dalam persaingan usaha yang sangat kompetitif baik secara fisik, mental maupun strategi untuk dapat mempertahankan mata pencaharian mereka.
1.2. Identifikasi Masalah
1. Bagaimana sikap mental kepribadian peternak sapi perah yang terkait dengan manajemen usaha ternaknya
2. Bagaimana upaya membentuk kepribadian mandiri peternak agar mendukung keberhasilan usahanya.
1.3. Maksud dan Tujuan
Maksud dari paparan dalam tulisan ini adalah untuk menjelaskan tentang pentingnya kepribadian mandiri pada peternak sapi perah melalui koperasi. Adapun
tujuan dari paparan karya ilmiah ini agar pihak-pihak yang terkait dengan upaya pemberdayaan peternak, mampu mempengaruhi, mengarahkan, bahkan membentuk
kepribadian peternak, karena kepribadian bersifat psikodinamis, artinya dapat diubah melalui proses belajar.
II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Definisi Kepribadian
Kepribadian personality didefinisikan sebagai gabungan dari ciri fisik, dan mental yang stabil yang memberi identitas pada individu. Ciri ini termasuk bagaimana
penampilan, pikiran, tindakan dan perasaan seseorang yang merupakan hasil dari pengaruh genetik dan lingkungan yang saling berinteraksi Kreitner and Kinichi,
1998. Sementara menurut Phares 1991 dalam Heinstrom 2003, kepribadian merupakan pola dari ciri-ciri pemikiran, perasaan dan perilaku yang berbeda antara
satu orang dengan lainnya, dari waktu ke waktu dan dari situasi ke situasi lainnya. Struktur kepribadian relatif stabil dan dapat diprediksi melalui perjalanan waktu dan
perbedaan situasi.
2.2. Unsur-unsur Kepribadian
Ciri kepribadian seseorang ditunjukkan oleh adanya konsep diri yang dimiliki oleh setiap individu. Sosiolog Viktor Gekas mendefinisikan konsep diri “self-
concept” sebagai konsep yang dimiliki oleh individu atas dirinya sendiri sebagai suatu makhluk fisik, sosial, dan spiritual atau moral. Dengan kata lain, seseorang yang
memiliki konsep diri, maka ia mengenali dirinya sendiri sebagai manusia yang berbeda. Suatu konsep diri tidak mungkin ada tanpa kapasitas untuk berpikir. Hal ini
membawa kita pada peran kognisi yang meliputi setiap pengetahuan, pendapat, atau keyakinan mengenai lingkungan, diri sendiri, atau perilaku orang lain.
Gagasan mengenai konsep diri berlainan dari waktu ke waktu, kelas sosial ekonomi tertentu, dan kebudayaan tertentu. Tiga topik lain yang berkaitan dengan
konsep diri adalah self-esteem, self-efficacy dan self-monitoring. Self-esteem adalah suatu keyakinan nilai diri sendiri berdasarkan evaluasi diri, cara keseluruhan yang
diukur melalui pertanyaan tentang setuju atau tidak setuju tentang pernyataan positif atau negatif. Orang dengan self-esteem yang tinggi memandang dirinya sebagai
seorang yang berharga, mampu dan dapat diterima. Sementara orang dengan self esteem rendah memandang dirinya dengan rasa sangsi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa orang dengan “High Self-Esteem” HSE, dapat mengatasi kegagalan dibanding yang memiliki “Low Self-Esteem” HSE. Self-esteem dalam organisasi
OBSE merupakan nilai yang dimiliki oleh individu atas dirinya sendiri sebagai anggota organisasi yang bertindak dalam konteks organisasi. OBSE Organization
Behaviour Self Esteem penting dalam menacapai keberhasilan organisasi koperasi dan kepuasan pegawai karyawan koperasi termasuk juga anggota koperasi.
Self-efficacy didefinisikan sebagai keyakinan seseorang mengenai peluangnya untuk berhasil mencapai tugas tertentu. Self-efficacy seseorang muncul secara
perlahan melalui pengalaman kemampuan kognitif, sosial, bahasa, dan atau fisik yang rumit. Hubungan antara self-efficacy dengan prestasi merupakan suatu siklus, artinya
dapat berputar ke arah keberhasilan atau kegagalan tergantung pada kepercayaan diri yang telah diperkaya oleh pengalaman.
Perbedaan lain diantara individu adalah self-monitoring atau pemantauan diri yakni suatu perilaku yang mengamati ekspresifnya dan bagaimana seseorang dapat
menyesuaikan dengan situasi yang dihadapinya. Mereka yang memiliki self- monitoring yang tinggi memiliki kepekaan terhadap isyarat sosial dan isyarat antar
pribadi dari penampilan yang secara situasional sesuai. Namun adakalanya bersifat “bunglon”, yang penting dalam konteks perilaku organisasi, self-monitoring
merupakan suatu sumber keragaman yang perlu dipahami oleh para manajer atau ketua kelompok dalam konteks kelompok peternak.
Identifikasi organisasi koperasi muncul pada saat seseorang sampai pada tahap mengintegrasikan keyakinan mengenai identitas organisasi menjadi identitas
individu. Bagi para manajer koperasi perlu memfokuskan pada misi, filosofi dan nilai-nilai organisasi dengan maksud agar dapat mengintegrasikan koperasi menjadi
identitas karyawan dan anggota koperasi, sehingga mereka lebih setia, terikat dan bekerja keras.
Julian Rotter, seorang peneliti kepribadian, mengidentifikasi kepribadian melalui suatu dimensi kepribadian yang disebut dengan “lokus pengendalian”. Orang
yang yakin bahwa dirinya mengendalikan peristiwa atau konsekuensi yang mempengaruhinya dikatakan memiliki lokus pengendalian internal. Sebaliknya
individu yang memiliki lokus pengendalian eksternal akan cenderung mengaitkan hasil yang diperoleh dengan lingkungan seperti keberuntungan atau nasib. Hasil
penelitian lokus pengendalian menemukan bahwa kelompok internal memiliki motivasi kerja dan prestasi yang lebih besar serta kepuasaan kerja yang lebih tinggi
dibanding kelompok eksternal. Dimensi lain yang dapat menerangkan tentang kepribadian seseorang yaitu
sikap dan perilaku. Sikap dan perilaku, merupakan pola ekspresi diri dari suatu kepribadian seseorang. Sikap didefinisikan sebagai kecenderungan merespon sesuatu
secara konsisten untuk mendukung atau tidak mendukung dengan memperhatikan suatu objek tertentu Gibson, dkk. 1994, Kreitner Kinichi, 1998; Hawkins Van
den Ban, 1998. Ahli tentang perilaku, Martin Fishbain dan Icak Ajen, mengembangkan suatu
model tujuan dan perilaku. Menurutnya, keyakinan mengenai hubungan perilaku dan bagaimana seseorang seharusnya bertindak mempengaruhi sikap dan norma
subyektif, tergantung pada relatif pentingnya, sikap dan norma yang secara bersamaan mendorong perilaku. Hal ini merupakan penentu perkiraan yang paling baik dari
suatu perilaku yang nyata Kreitner Kinichi, 1998; Hawkins Van den Ban, 1998. Ekspresi diri yang lain dari suatu dimensi kepribadian adalah kemampuan dan
prestasi. Kemampuan menunjukkan ciri luas dan karakteristik tanggung jawab yang stabil pada tingkat prestasi yang maksimal dan hal ini berbeda dengan kemampuan
fisik dan kerja mental. Keterampilan, di sisi lain merupakan kapasitas khusus untuk memanipulasi objek secara fisik. Prestasi yang berhasil ditentukan oleh kombinasi
yang tepat dari usaha, kemampuan, dan keterampilan, yang sekarang lebih dikenal dengan kompetensi.
Emosi juga merupakan ekspresi diri dari suatu kepribadian. Richard Lazarus dalam Kreitner Kinichi 1998, mendefinisikan emosi sebagai reaksi manusia yang
kompleks terhadap keberhasilan dan kegagalan personal yang mungkin dirasakan atau diungkapkan. Definisi tersebut berpusat pula pada setiap tujuan. Dengan demikian
pemisahan emosi positif dan negatif juga berorientasi pada tujuan. Emosi positif berarti searah dengan tujuan, terdiri dari rasa bahagia, senang, rasa bangga terhadap
suatu pekerjaan untuk mencapai tujuan tertentu. Sebaliknya emosi negatif berarti tidak searah dengan tujuan yang terdiri dari rasa marah, rasa takut gelisah, rasa
bersalah terhadap pekerjaan yang dihadapi. Keadaan emosi seseorang EQ dapat mengungguli daya nalarnya IQ. Melalui metode pengendalian diri emosi negatif ini
dapat dikelola dengan baik.
2.3. Teori-teori Kepribadian