syarat sahnya akad Jenis-Jenis Akad

menghalalkan riba bai al-‘inah, menjual yang diharamkan syara’, seperti khamar bai’ al-‘inab li’ashiril khamri, zawajul muhalil perkawinan muhalil, atau tujuan melakukan tindak pidana jinayah seperti pembunuhanm penipuan, pelacuran, dan sejenisnya. Bahkan kontrak yang akan menimbulkan pelanggaran terhadap nilai- nilai moral atau kepatutan dan ketertiban umum juga bukan menjadi tujuan dari akad yang dibenarkan. Begitu juga larangan terhadap akad yang bertujuan untuk melakukan diskriminasi, monopolistic, dan penindasan. Tujuan akad memperoleh tempat penting untuk menentukan apakah suatu akad dipandang sah atau tidak, tujuan ini berkaitan dengan motivasi atau niat seseorang melakukan akad.

c. syarat sahnya akad

Syarat sah akad adalah segala sesuatu yang disyaratkan syara’ untuk menjamin keabsahan dampak akad litartibi atsaril aqdi. Apabila dampak akad tersebut tidak terpenuhi, maka akadnya dinilai rusak fasid dan karenanya dapat dibatalkan. Pada umumnya, setiap akad mempunyai kekhususan masing-masing pada syarat sahnya akad. namun, menurut ulama Hanafiyah, syarat sahnya akad tersebut apabila akad tersebut terhindar dari enam hal, yaitu : 26 a Al-jahalah ketidakjelasan tentang harga, jenis dan spesifikasinya, waktu pembayaran atau lamya opsi, dan penanggung atau yang bertanggung jawab, b Al-ikrah keterpaksaan, c At-tauqit pembatasan waktu, d Al-Gharar ada unsure ketidakjelasan atau fiktif, 26 Fathurrahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga Keuangan Syariah, hlm. 41. e Al-Dharar ada unsur kemudharatan, dan f Al-syarthul fasid syarat-syaratnya rusak, seperti pemberian syarat terhadap pembeli untuk menjual barang yang dibelinya tersebut kepada penjual dengan harga yang lebih murah.

d. Jenis-Jenis Akad

Akad dibagi menjadi beberapa macam sesuai dengan tinjauan sifat pembagiannya, yaitu dapat ditinjau dari segi sifat dan hukumnya, dari segi watak atau hubungan tujuan dengan shigat-nya, dan dari akibat-akibat hukumnya. Akad yang sah dapat dibagi menjadi dua, yaitu akad yang dapat dilaksanakan tanpa tergantung kepada hal-hal lain dan akad yang bergantung kepada hal lain. Dari segi sifat hukumnya, akad dapat dibagi menjadi dua, yaitu akad yang sah dan akad yang tidak sah. Akad yang dapat dilaksanakan tanpa bergantung kepada hal-hal lain dapat dibagi dua, yaitu yang mengikat secara pasti tidak boleh dibatalkan fasakh, dan yang tidak mengikat secara pasti dapat dibatalkan fasakh oleh dua pihak atau oleh satu pihak. 27 Selanjutnya, dari segi ada atau tidaknya kompensasi, fiqih muamalat membagi lagi akad menjadi dua bagian, yakni akad tabarru’ dan akad tijarahmu’awadah. 28 berikut adalah penjelasan kedua akad tersebut : 1 Akad tabarru’ gratuitous contract adalah segala macam perjanjian yang menyangkut not-for profit transaction transaksi nirlaba. Transaksi ini pada hakikatnya bukan transaksi bisnis untuk mencari keuntungan komersil. Akad tabarru’ dilakukan dengan tujuan tolong menolong dalam rangka berbuat 27 Fathurrahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga Keuangan Syariah, hlm. 42. 28 Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, hlm. 66-81. kebaikan tabarru’ berasal dari kata birr dalam bahasa Arab, yang artinya kebaikan. Dalam akad tabarru’, pihak yang berbuat kebaikan tersebut tidak berhak mensyaratkan imbalan apapun kepada pihak lainnya. Imbalan dari akad tabarru’ ini adalah dari Allah S.W.T., bukan dari manusia. namun demikian, pihak yang berbuat kebaikan tersebut boleh meminta kepada counter-part-nya untuk sekedar menutupi biaya over the cost yang dikeluarkannya untuk dapat melakukan akad tabarru’ tersebut. Contoh akad tabarru’ adalah : qard, rahn, hiwalah, wakalah, kafalah, wadi’ah, hibah, waqf, shadaqah, hadiah, dan lain- lain. 2 Akad Tijarah, berbeda dengan akad tabarru’, maka akad tijarahmu’awadah compensational contract adalah segala macam perjanjian yang menyangkut for profit transaction. Akad-akad ini dilakukan dengan tujuan mencari kaeuntungan, karena itu bersifat komersil, contoh akad tijarah adalah akad- akad investasi, jual beli, sewa menyewa. Kemudian, berdasarkan tingkat kepastian dari hasil yang diperolehnya, akad tijarah pun dapat kita bagi menjadi dua kelompok besar, yakni: a Natural Uncertainty Contracts; dan b Natural Certainty Contracts. Gambar berikut adalah gambaran dari akad tabarru’ dan akad tijarah 29 29 Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, hlm. 71. Wa ad Akad Transaksi Sosial Tabarru Transaksi KomersialTijarah 1. Qard 2. Wadiah 3. Wakalah 4. Kafalah 5. Rahn 6. Hibah 7. Waqf Natural Certainty Contracts Natural Uncertainty Contracts 1. Murabahah 2. Salam 3. Istishna 4. Ijarah 1. Musyarakah wujud, inan, abdan, muwafadhah, mudharabah 2. Muzara ah 3. Musaqah 4. Mukhabarah Teori Pertukaran Teori Percampuran

e. Asas-Asas Akad dalam Hukum Islam