4.5 Patogenesa Penyakit KHV
Transmisi virus KHV melalui kontak langsung dengan ikan terinfeksi, dengan ekskreta ikan yang terinfeksi dan atau dengan air atau lumpur dari ikan
yang terinfeksi. Gejala klinis akan muncul setelah melewati masa inkubasi selama 4-5 hari sejak proses penginfeksian, namun masa inkubasi akan bertambah
panjang tergantung suhu dan faktor lainnya. Setelah virus KHV masuk dalam sel, virus akan bereplikasi dalam inti sel menyebabkan inti sel membengkak dan
membentuk benda inklusi intra nuclear dan ini dapat digunakan sebagai bahan diagnose penyakit KHV.
4.6 Cara Penularan KHV
Penyakit KHV ini menyebar melalui kontak langsung antara ikan terjangkit sakit dan ikan sehat, kontaminasi air, transportasi, dan penanganan seperti pergantian
lingkungan serta fluktuasi temperatur Sunarto 2005. Pada penelitian ini, kelompok 1B, 2B dan 3B terdiri dari 5 ekor ikan injeksi dan 5 ekor ikan kohabitasi. Setelah
diberi perlakuan suhu ekstrim, ikan-ikan kohabitasi terlihat sakit bahkan kematian pada hari ke-9 dan ke-11. Hal ini akibat air dalam akuarium terkontaminasi oleh
virus KHV dari ikan yang diinjeksi virus KHV danatau kontak langsung . Secara berurutan kelompok, ada 25, 35 dan 05 ekor ikan kohabitasi terlihat sakit.
4.7 Kualitas Air, Cekaman Suhu dan Stres
Air merupakan media hidup bagi organisme perairan yang sangat mendukung dalam pertumbuhan dan kelangsungan hidup akuatik. Setiap jenis
ikan memiliki batas toleran yang berbeda-beda dan dinyatakan dengan kisaran nilai tertentu. Ada beberapa parameter kelayakan perairan yang disebut dengan
kualitas air. Parameter kualitas air ini digolongkan menjadi 2 yaitu secara fisika dan kimia. Kualitas air tersebut diantaranya adalah pH, suhu, salinitas, oksigen
terlarut DO, nitrit NO
2
, nitrat NO
3
dan amonia NH
3
Effendi 2003.
4.7.1 Power of hydrogen pH
Kualitas air sangat penting dalam budidaya ikan. Air yang kurang baik akan menyebabkan ikan Koi mudah terserang penyakit. Power of hydrogen pH
turut menentukan kesuburan air. Perairan yang alkalis atau netral lebih produktif daripada yang asam. Perubahan pH biasanya menimbulkan stres pada ikan. Pada
penelitian ini, pH air antara 7-8 dan ini masih berada pada kisaran yang normal.
Menurut Tiara dan Muhananto 2011 bahwa ikan Koi dapat bertahan hidup pada pH 6,5-8.
4.7.2 Salinitas
Ikan Koi dapat bertahan hidup pada salinitas 2-10 ppt Effendy 2003. Salinitas adalah konsentrasi total ion yang terdapat di perairan Boyd 1988.
Salinitas mirip dengan klorida adalah klorida, bromida dan iodida. Pada penelitian ini rata-rata nilai salinitas airnya adalah 0.1 ppt.
Hal ini jauh dibawah standar normal bagi kelayakan hidup ikan Koi.
4.7.3 Deplesi oksigen DO
Konsentrasi DO atau oksigen terlarut dalam air sangat penting. Deplesi oksigen dapat menyebabkan ikan mudah terserang penyakit bahkan mati secara
mendadak. Hal ini biasanya diawali dengan anoreksia, hipoksia jaringan, gangguan pernapasan, dan pingsan Effendy 2003. Oleh karenanya dalam
pemeliharaan ikan Koi perlu mempertahankan kondisi DO dalam kisaran normal. Kisaran normal oksigen terlarut untuk ikan Koi adalah 3-5 mgliter Tiara dan
Muhananto 2011. Pada penelitian ini menunjukkan rata-rata nilai DO turun secara moderat yaitu dari 8.36 turun hingga 1.10 mgliter Gambar 16.
Gambar 16 Uji kualitas air terhadap deplesi oksigen DO
4.7.4 Amonia
Amonia dihasilkan akibat dari proses pemupukan, ekskresi ikan, dekomposisi mikroba dari komponen nitrogen. Total amonia dalam bentuk NH
4 +
dan NH
3
tergantung pada peningkatan pH. NH
4 +
tersebut bersifat tidak beracun
Hari ke-
Effendy 2003.
.
Ikan mampu bertahan hidup pada kualitas amonia 1.37-2.2 mgliter UNESCOWHOUNEP 1992. Pada penelitian ini, rata-rata kadar
amonia dari setiap akuarium meningkat yaitu antara 0.000 hingga 0.290 mgliter sejak ikan menunjukkan gejala klinis dan kematian pada hari ke-7 dan ke-8
Gambar 17.
Gambar 17 Uji kualitas air terhadap amonia NH
3
4.7.5 Nitrit NO