Permasalahan Tujuan Latar Belakang Masalah

saat ini, kajian reformasi organisasi lebih banyak dipengaruhi oleh disiplin psikologi, politik, dan ekonomi. Kajian dari aspek psikologi, teori organisasi publik banyak dikaitkan dengan perilaku dalam berorganisasi atau organisasi yang mempengaruhi manusia. Sedangkan dari aspek politik, teori reformasi organisasi publik dilihat dalam wilayah tarik-menarik antara kepentingan politik. Namun, dalam perkembangannya, teori reformasi organisasi publik mengalami perubahan paradigma dari government ke governance yang dipengaruhi oleh pemikiran ekonomi managerialism. Dalam hal ini, reformasi organisasi banyak dikaitkan dengan efisiensi, akuntabilitas, dan manajerial. Dari perspektif di atas, kajian tentang reformasi organisasi sektor publik di Indonesia juga banyak diwarnai dengan pemikiran tersebut. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan Muklir, dkk 2004 yang mengkaji proses reformasi struktur organisasi dikaitkan dengan adanya perubahan sikap dan perilaku aparatur Pemerintahan Kabupaten Aceh Utara dalam menyikapi otonomi khusus melalui pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur organisasi yang telah dibentuk lebih diarahkan pada budaya lokal. Dengan adanya perubahan struktur dan nomenklatur organisasi mencerminkan semakin tingginya tingkat kompleksitas, formalisasi, dan sentralisasi. Sedangkan perubahan sikap dan perilaku aparatur dalam menyikapi otonomi khusus dari aspek atensi, pemahaman, dan retensi ternyata hanya terjadi pada tingkat pimpinan di atas. Ditingkat menengah hanya sebatas atensi, pemahaman, dan penerimaan dan belum diwujudkan dalam bentuk retensi. Ditingkat bawah, retensi, pemahaman, dan penerimaan masih belum optimal yang tercermin dari rendahnya perubahan sikap. Penelitian yang dilakukan Muklir di atas, berbeda dengan penelitian yang dilakukan Weningsih 2004 yang melihat reformasi organisasi dari perspektif politik dengan melakukan Studi Evaluasi Pelaksanaan Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas di Pemerintah Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan reformasi organisasi dan tata kerja di Dinas Pemerintah Kabupaten Banyumas yang memenuhi nilai standar sesuai dengan Peraturan Pemerintah PP No. 82003 yang layak berbentuk dinas hanya dua belas. Dalam menyusun struktur organisasi dan tata kerja tidak hanya sekedar persoalan administratif, tetapi cenderung mengarah pada persoalan politis karena untuk menyusun struktur organisasi dan tata kerja tersebut, peran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD sangatlah besar. Dalam pelaksanaannya Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kabupaten Banyumas menunjukkan tingkat efisiensi dan efektifitas pada posisi sedang, yaitu sebesar enam puluh empat koma delapan puluh persen 64,80. Hasil penelitian di atas memperlihatkan bahwa fokus kajian yang dilakukan dalam mereformasi organisasi pemerintahan di Indonesia lebih dikaitkan dengan perubahan pada sikap apatur dan perubahan pada struktur organisasi yang terkait dengan tarik menarik antara eksekutif dan legislatif, walaupun implementasinya memberi dampak positif bagi peningkatan efisiensi organisasi. Sedangkan untuk kajian reformasi organisasi dalam perspektif manajerial belum banyak dikaji.