Aktivitas Keilmuan Imam As-Suyuthi

peristiwa tersebut beliau juga sering mendapat undangan dari pihak pemerintah, akan tetapi beliau tidak pernah hadir untuk memenuhi undangan tersebut.

1. Aktivitas Keilmuan Imam As-Suyuthi

Tanda-tanda kealiman dan keilmuan beliau sudah tampak sejak umur 6 tahun. Ketika berusia kurang dari 8 tahun, beliau telah hafal Alquran, juga kitab al- ‘Umdah, Minhaj dan Alfiyah Ibnu Malik. Pada usia yang cukup muda, beliau telah mulai mengarang buku. Buku pertama yang menjadi buah karyanya adalah Syarh al-Istifadah wa al-Basmalah. Buku tersebut kemudian diperlihatkan pada gurunya, Syaikh Alamuddin al-Bulqini, dan sang guru pun bekenan menulis kata pengantar dalam kitab tersebut. Pada awal tahun 864 H usia 15 tahun Imam as-Suyuthi semakin mendalami belajarnya. Ia belajar ilmu fikih dan nahwu dari beberapa guru dan belajar ilmu faraidh dari al-Allamah asy-Syaikh Syihabuddin asy-Syarimsahi. Diceritakan bahwa umur Syaikh tersebut telah melewati lebih dari seratus tahun. Dan dari Syaikh tersebut, as-Suyuthi belajar ilmu faraidh dari kitab Majmu. Pada awal tahun 866 H ia mulai mengajar bahasa Arab. Kendatipun sudah mengajar dan mengarang namun aktivitas belajar masih giat ia lakukan. Sebab semakin seseorang belajar semakin merasa bodoh dan semakin tahu betapa banyak hal yang belum dan mesti diketahui. Oleh karena itu as-Suyuthi juga belajar kitab Minhaj, Syarh al-Bahjah dan Hasyiyah-nya serta Tafsir Baidhawi pada Syaikh Syarafuddin al-Munawi. Dalam bidang ilmu hadits dan ilmu tata bahasa, Imam Suyuthi berguru pada Syaikh Taqiyuddin asy-Syibli al-Hanafi selama 4 tahun. Dia juga telah memberikan kata pengantar dalam kitab Syarh Alfiyyah dan kitab Jam al-Jawami dalam ilmu tata bahasa Arab. Imam Suyuthi juga berguru pada Syaikh Muhyiddin al-Kafiji dan Syaikh Saifuddin al-Hanafi dalam berbagai disiplin ilmu. Belajar, mengajar dan mengarang hampir menjadi nafas guru besar ini. Dalam pengembaraan mencari ilmu, beliau pernah singgah di Syam, Hijaz, Yaman Hindia, Maroko dan Takrur. Ketika melaksanakan ibadah haji beliau mengharap berkah dengan minum air zam-zam dengan tujuan bisa seperti Imam Sirajuddin al-Bulqini yang alim dalam bidang fikih dan Imam Ibnu Hajar dalam bidang hadits. Dengan kapasitas keilmuannya, Imam Suyuthi telah menghasilkan buah karya yang sangat banyak, mencapai 600 atau lebih karangan dari berbagai ilmu. Beberapa karangan yang terkenal adalah bidang tafsir dan ilmu tafsir seperti Tafsir Jalalain, al-Itqan, Lubab an-Nuqul, dll. Karena itulah beliau mendapat julukan Punggawa Alquran abad ke-8, meski ini bukan satu-satunya julukan yang disematkan beliau. Menurut as- Sa’id Mamduh, karya Imam Suyuthi mencapai 725 kitab. Di antaranya ialah al-Itqan fi Ulum al-Quran, ad-Dur al-Mantsur fi at-Tafsir bi al- Ma’tsur, Lubab an-Nuqul fi Asbab an-Nuzul, Mufahhamat al-Aqran fi Mubhamat al-Quran, al-Iklil fi Istinbath at-Tanzil, Takammulah Tafsir Syaikh Jalauddin al- Mahalli, Hasyiyah ala Tafsir al-Baidhawi, Tanasuq ad-Durar fi Tanasub as- Suwar, Syarh asy-Syathibiyyah, al-Alfiyyah fi al-Qiraat al- ‘Asyr, Syarh Ibnu Majah, Tadrib ar-Rawi, ath-Thib an- Nabawi, Is’af al-Mubattha bi ar-Rijal al- Muwattha, al-Alai Mashnuah fi al-Ahadits al-Maudhuah, an-Nakt al-Badiat ala al-Maudhuat, Syarh ash-Shudur bi Syarh Hal al-Maut wa al-Qubur, al-Budur as- Safirah an Umur al-Akhirah, ar-Riyadh al- ‘Aniqah fi Syarh Asma Khair al- Khalifah, al-Asybah wa an- Nadzair, Jam’ al-Jawawi, Tarjumah an-Nawawi, Diwan Syi’r, Tuhfah adz-Dzarfa bi Asma al-Khulafa, Tarikh Asyuth, Tarikh al- Khulafa dan Badai az-Zuhur fi Waqai ad-Duhur. Dalam penguasaan ilmu, beliau mengelompokkanya dalam beberapa kelompok. Pertama, adalah kelompok ilmu-ilmu yang paling beliau kuasai. Kedua, ilmu-ilmu yang kadar pengusaan beliau di bawah kelompok pertama. Sedang ketiga, ilmu-ilmu dengan kadar penguasaan yang di bawah kelompok kedua, begitu seterusnya. Adapun kelompok pertama ada tujuh ilmu yaitu ilmu tafsir, hadits, fiqih, nahwu, ma’ani, bayan dan badi’. Kelompok kedua ilmu ushul fiqh, ilmu jadal dan tashrif. Kelompok ketiga ilmu insya’ tarassul dan ilmu faraidh. Kelompok keempat ilmu qira’at dan kelompok kelima ilmu kedokteran. Untuk ilmu hisab, beliau menganggap yang paling sulit dikuasai. Demikian sulitnya ilmu tersebut diibaratkan sepeti memikul gunung. Namun demikian, hal ini tidak mengurangi kapasitas keilmuan beliau karena begitu banyaknya ilmu selain ilmu hisab yang beliau kuasai. Maka sangat layak beliau mampu melaksanakan ijtihad, karena memang telah memiliki perangkat dalam berijtihad.

2. Karomah Imam As-Suyuthi