Mengenai pengaruh Rumi terhadap Iqbal dapat dilihat dari pernyataan Iqbal dalam Javed namah sebagaimana dikutip oleh Abdul Hadi bahwa iqbal
mengemukakan empat hal penting dari Rumi yaitu: Pertama, Rumi berpendapat bahwa suatu masyarakat tidak bisa didorong
menjadi aktif tanpa melalui apa yang oleh Iqbal disebut jadzb syukr, junnun kemabukan yang merupakan inti cinta dan merupakan cara vital dalam menghadapi
alam semesta. Selain itu, tanda orang yang benar-benar beriman adalah keaktifan dan dinamismenya dalam hidup, tanpa kehilangan dasar-dasar kerohanian.
Kedua, karena pada zaman kita hidup ini manusia telah lupa bahwa jiwa dan rohani lebih penting dari materi, maka dunia harus diingatkan bahwa pikiran tak
bermanfaat tanpa dasar-dasar rohani, maka manusia harus diterangi oleh lampu hati. Ketiga, dunia perlu sekali mempelajari nilai makna hakiki agama, politik,
serta hal-hal yang berhubungan erat dengan keduanya yaitu kehidupan sosial. Keempat, ideal kehidupan seseorang seharusnya adalah hidup dengan jiwa
dan rohani yang kaya, diperoleh dengan melakukan hubungan tanpa putus dangan Tuhan, dan kemudian memadukan buah dari hubungan itu ditengah-tengah
masyarakatnya.
3. Friedrich Nietzsche
Filsafat Nietzsche 1844-1900 adalah filsafat kehendak untuk penguasaan. Konsep Nietzsche tentang kehendak untuk penguasaan berkaitan erat dengan
konsep lebenphi-losophie tentang hidup. Tradisi lebenphi-losophie memandang hidup bukan sebagai proses biologis, melainkan sebagai sesuatu yang mengalir,
meretas, dan tidak tunduk pada apa pun yang mematikan gerak hidup.
85
Nietzsche
85
K Bertens, Filsafat Barat Abad XX : Inggris-Jerman. Jakarta: Gramedia,1983 hlm, 75
memandang hidup sebagai insting atas pertumbuhan, kekekalan dan pertambahan kuasa. Pendeknya, hidup menurut Nietzsche adalah kehendak untuk penguasaan.
86
Berdasarkan konsep hidup sebagai kehendak untuk penguasaan, Nietzsche secara revolusioner mendekonstruksi tiga warisan klasik yang menjadi pondasi
dasar peradaban Barat: filsafat, moralitas, dan agama Yudeo-Kristiani yang dinilainya tidak mewadahi kehendak untuk penguasaan. Tiga serangkai yang
membawa peradaban Barat menuju pada kehancuran bukan kemajuan. Ketiga warisan klasik peradaban Barat itu menurut Nietzche berlawanan dengan
konsepnya tentang hidup. Dengan nada ironis Iqbal pernah melukiskan Nietzsche sebagai jenius
yang kesepian dan tersesat. Bahkan nyaris putus asa. Ia merindukan seseorang yang bisa ia patuhi untuk membimbing kekuatan-kekuatan batin dalam kehidupan
ruhaninya. Nietzsche sesungguhnya sadar akan kebutuhan ruhaninya, tetapi ia telah gagal menumbuhkna sifat-sifat ketuhanan yang tak terbatas dalam dirinya.
Kekuatan-kekuatan batinnya malah menjadi tidak produktif karena Nietzsche menciptakan solusi di luar kehidupan ruhaninya melalui gagasan-gagasan
semacam radikalisme aristokrasi. Iqbal memang terinspirasi Nietzsche, terutama dalam semangatnya. Hal ini
tampak dari puisi lainnya tentang Nietzsche bahwa kita dapat meraih semangat yang positif dan harapan dari ketulushatiannya:
If youre a soft tone, do not come to him Her thundering typhoon is blown flute music requester
He dipped the scalpel to depths West His hands were covered
in blood after cleaning the blood of the cross of Christ On the construction of the Kaaba, he founded his own idols
His heart was a believer, but his brain kafir
86
Harold H. Titus, et.al., Persoalan-Persoalan Filsafat, terj. Prof. Dr. H.M. Rasyidi, Jakarta: Bulan Bintang, 1984, hlm. 390.
Go and burn you at the bonfire king this Namrudz In order Ibrahim flower garden flowering of fire azar
87
4. Sir Thomas Arnold