dalam  mind  set  seperti  itu,  bahwa  dunia  ini  hanya  dua,  yaitu  The  West  and The  Rest  Barat  dan  yang  lainnya,  yaitu  bukan  Barat.  Mentalitas  seperti  ini
terjadi pada bangsa-bangsa yang mengalami superioritas, baik superioritas itu real  maupun  fiktif.  Seandainya  Indonesia  bisa  menjadi  sebuah  negara
superior, mungkin akan tercipta juga suatu geo-politik.
201
C. Etika Politik Dalam Pemahaman Agama
1. Agama Yahudi
Etika Yahudi merupakan gabungan dari aturan-aturan Agama Yahudi sendiri dan  tradisi  etika  filsafat  Barat.  Etika  Yahudi  terutama  bertujuan  untuk
menjawab  berbagai  pertanyaan  tentang  moral,  dan  karena  itu  ia  dapat dikelompokkan  ke  dalam  etika  normatif.  Etika  normatif  sendiri  maksudnya
adalah  etika  yang  menetapkan  berbagai  sikap  dan  perilaku  yang  ideal  dan seharusnya  dimiliki  oleh  manusia  atau  apa  yang  seharusnya  dijalankan  oleh
manusia dan tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini. Jadi, Etika Normatif merupakan norma-norma yang dapat menuntun agar manusia bertindak secara
baik dan menghindarkan hal-hal yang buruk, sesuai dengan kaidah atau norma yang disepakati dan berlaku di masyarakat. Pengajaran Etika menurut Yahudi
lebih menekankan soal bagaimana manusia bersikap.
202
Di dalam etika Yahudi ada sikap yang kuat berkenaan dengan moralitas yang berhubungan  dengan  persoalan  kemanusiaan.  Etika  Yahudi  menghargai
keunikan  individu  dengan  menghilangkan  diskriminasi.  Etika  politik  agama
201
Ibid., h. 175.
202
https:www.academia.edu9791517Bab_I_Agama_Yahudi .
Yahudi  dalam  menegakkan  keadilan  di  suatu  negara  harus  dengan  sikap damai dan pembelaan diri, namun Yudaisme tidak menganggap kekerasan dan
perang  untuk  menegakkan  keadilan  yang  selalu  salah.  Mereka  menerima bahwa beberapa jenis perang akan secara etis dibenarkan dan bahwa kadang-
kadang dapat diterima secara moral untuk membunuh orang.
203
Seorang  tokoh  Yahudi,  Emmanuel  Levinas,  mengemukakan  teori  etika politiknya.
Fondasi membentuk etika berkisar pada klaim dasar bahwa the self diri  selalu  bertanggung  jawab  dari  pada  the  Other  Orang  lain.  Tanggung
jawab  ini  bukan  pilihan,  juga  bukan  sesuatu  yang  kita  peroleh  melalui sosialisasi  atau  melalui  keputusan  sadar  untuk  menjalani  kehidupan  moral.
Tanggung jawab adalah kondisi tempat kita di lahirkan. Dengan demikian, ini bukan  keputusan  kita,  tetapi  suatu  keputusan  yang  di  buat  untuk  kita  oleh
fakta  tak  terhindarkan  tentang  hubungan  kita  dengan  Other.  Kita  diminta bertanggung  jawab  oleh  Other,  tak  perduli  apa  yang  kita  mungkin  inginkan.
Sebagai  anggota  dari  suatu  negara,  kita  memikul  hak  sebagai  warga  negara atau sebagai imigran yang diakui secara legal. Kita menikmati perlindungan di
bawah hukum, dan kita cukup sadar akan kewajiban kita pada negara sebagai imbalan atas perlindungan ini. Hubungan dengan Other tidak di dasarkan pada
harapan, pada “hak”, atau pada ikatan komunitas atau kekeluargaan.
204
2. Agama Budha