regim kelembaban tanah udik. Di daerah penelitian tanah ini mempunyai luas 1127,67 Ha atau seluas 6,96 dari luas wilayah Kecamatan Banjarharjo.
j. Ultic Hapludands Ultic Hapludands merupakan subgroup tanah yang terdiri dari great group
hapludand, sub ordo Udand, dan ordo Andisol. Ultic Hapludands adalah tanah, baik tertimbun buried atau tidak, yang
mempunyai horizon dengan sifat tanah andik setebal 35 cm atau lebih kumulatif pada kedalaman 60 cm teratas dari tanah mineral atau sampai di permukaan
lapisan organic yang memenuhi syarat sifat tanah andik, dipilih yang paling dangkal.tanah ini merupakan tanah dengan regim kelembaban tanah udik,
minimum horisonnya, terdapat argillic di bawah horizon andik. Di daerah penelitian tanah ini mempunyai luas 1229,23 Ha atau seluas 7,58 dari luas
wilayah Kecamatan Banjarharjo.
4.2.4. Kondisi Hidrologi
Konisi hidrologi daerah penelitian terdiri atas kondisi air permukaan dan kondisi air tanah. Menurut Tjahjono 2003:106, kondisi hidrologi selain
mempengaruhi ketersediaan air tanah, juga akan mempengaruhi sifat geoteknik tanah dan akan mempunyai hubungan dengan keberadaan longsoran yang terjadi.
4.2.4.1. Air Permukaan
Kondisi air permukaan di daerah penelitian ditentukan oleh kondisi sungai sungai yang menalir. Sungai besar yang mengalir didaerah penelitian adalah
sungai Ci Caruy dan Ci Blandongan beserta anak-anak sungainya yang airnya -
terakumulasi di waduk malahayu, sungai Ci Kabuyutan beserta anak sungainya yang sebagian besar sumber airnya berasal dari Waduk Malahayu. Pada gambar
4.8, banyaknya anak sungai menunjukkan bahwa pada daerah berbukit dan bergelombang terjadi banyak erosi. Erosi-erosi ini berkembang menjadi erosi
parit, yang kemudian berkembang lagi menjadi anak sungai kecil.
4.2.4.2. Air Tanah
Kondisi air
tanah didaerah
penelitian dibedakan
berdasarkan keberadaannya, yaitu pada zone aerasi dan zone saturasi zona jenuh.
Zone aerasi menunjukkan konisi lengas tertahan oleh tanah. Zone jenuh menunjukkan
keberadaan akifer di dalam tanah. Zone aerasi sebagai zone tempat keberadaan air tanah dangkal. Air tanah
dangkal pada genesis betuk lahan perbukitan struktural dan perbukitan volkan adalah sulit ditemukan, kalaupun ada umumnya hanya akan ditemukan pada
kedalaman lebih dari 12 meter. Hal ini dimungkinkan karena pengaruh kemiringan lereng yang menyebabkan tanah sulit untuk menyimpan air dalam
jumlah banyak, kalaupun ada maka perlu kedalaman yang lebih dari 7 meter.
4.2.5. Kondisi Klimatologi
Menurut Tjahjono 2003:75, kondisi klimatologi daerah penelitian sangat penting unuk diketahui, karena kondisi klimatologi akan berpengaruh pada proses
geomorfologi suatu daerah,baik intensitas ataupun tipe proses yang dapat terjadi,
termasuk didalamnya proses longsoran, kondisi hidrologi, maupun pembentukan dan karakteristik tanah.
Iklim merupakan atribut medan yang bersifat dinamis, serta berpengaruh pada perkembangan bentanglahan. Longsoran yang terjadi pada suatu daerah
tertentu sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim, misalnya curah hujan di daerah tertentu. Air hujan berperan sebagai agensi terjadiya longsoran.
4.2.5.1. Kondisi Curah Hujan
Salah satu variabel iklim yang sangat berpengaruh terhadap longsoran adalah curah hujan. Longsoran pada umumnya didahului dengan turunya hujan.
Kondisi hujan dapat mempengaruhi kondisi hidrologi dan kondiasi stabilitas lereng. Curah hujan yang tinggi akan dapat menyebabkan penuruna stabilitas
lereng, yang pada akhirnya akan menjadi pemicu longsoran. Curah hujan di daerah penelitian ditentukan berdasrkan enam stasiuan
hujan yang semuanya berada dalam wilayah penelitian. Stasiun-stasiun tersebut adalah Stasiun Cibendung 27 m dpal, Stasiun Cimunding 25 m dpal, Stasiun
Cilembu 26 m dpal, Stasiun Kertasari 67 m dpal, Stasiun Bendung Nambo 27 m dpal, Stasiun Malahayu 60 m dpal. Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data hujan bulanan dari tahun 1998 sampai tahun 2007. Berdasarkan data curah hujan dari keenam stasiun hujan tersebut, maka
secara sederhana besarnya curah hujan rerata bulanan di daerah penelitian dapat disajikan dalam tabel 4.7.