Guru 005

(1)

MAKALAH

GURU MASA DEPAN

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Inovasi Pembelajaran AUD

Dosen Pengampu: Prof. Dr. Sri Anitah W., M.Pd

Disusun oleh:

1. Ningrum Ayu Rahmawati (K8112049) 2. Nur Wulan Rahmawati (K8112052)

3. Siti Hajar (K8112068)

4. Siti Hitthotunnahdliyyah Al Badawi (K8112069)

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PENDIDIKAN GURU - PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PG-PAUD) Jl. Slamet Riyadi No.449 telp (0271) 714031 Kleco, Surakarta


(2)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan makalah dengan judul “Guru Masa Depan” guna memenuhi tugas mata kuliah Inovasi Pembelajaran AUD (Model-model Inovatif) dan juga untuk menambah ilmu pengetahuan.

Makalah ini disusun bukan hanya dari pemikiran dan upaya penulis sendiri, tetapi juga dengan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Sri Anitah W., M.Pd atas bimbingannya dalam proses pembuatan makalah ini dan teman-teman sekalian yang sangat membantu dalam terselesaikannya makalah ini.

Namun penulis menyadari bahwa penulis masih banyak mempunyai

kesalahan dalam membuat makalah ini. Karena itu, kami meminta kritik dan saran yang bisa membangun dan memperbaiki makalah ini. Dan kami juga akan

memperbaikinya supaya lebih baik lagi mendatang. Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Surakarta, April 2014

Tim Penulis


(3)

HALAMAN JUDUL...i

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI...iii

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Masalah...1

B. Rumusan Masalah...2

C. Tujuan...2

D. Manfaat...2

BAB II PEMBAHASAN ISI...3

A. Pengertian Kreativitas...3

B. Pengertian Potensi...4

C. Potensi Kreativitas pada Manusia...6

D. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan Kreativitas...6

1. Rangsangan Mental...7

2. Iklim dan Kondisi Lingkungan...7

3. Peran Guru...8

4. Peran Orang Tua...8

E. Mengembangkan Kreativitas dan Potensi...9

F. Kemampuan-kemampuan Penting Guru di Masa Depan...12

A. Keterampilan Berkomunikasi...12

B. Keterampilan Menggunakan Komputer...14

C. Memberikan Pengaruh Positif...15


(4)

A. Kesimpulan...17 DAFTAR PUSTAKA...18


(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masa kanak-kanak adalah masa peka untuk menerima berbagai rangsangan dari lingkunan guna menunjang perkembangan jasmani dan rohani yang ikut menentukan keberhasilan anak didik mengikuti pendidikannya di kemudian hari. Masa anak-anak juga masa bermain, oleh sebab itu kegiatan pendidikan di taman kanak-kanak diberikan melalui bermain sambil belajar dan belajar sambil

bermain.

Jika dianalisis dari tujuan program kegiatan belajar anak taman kanak-kanak, maka dapat menemukan satu kata kunci yang juga merupakan suatu keutuhan dalam tujuan tersebut, yaitu kata daya cipta atau dengan istilah lain kreativitas. Dalam pelaksanaannya masih banyak ditemukan kesulitan yang berkenaan dengan bagaimana mengembangkan kreativitas anak usia taman kanak-kanak, serta strategi apa yang harus dilakukan oleh guru agar dapat memfasilitasi berkembangnya kreativitas anak.

Diakui atau tidak, memang pada dasarnya setiap manusia mempunyai potensi kreatif. Hanya saja dalam perjalanan hidupnya ada yang mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan potensi kreatifnya, ada pula yang kehilangan potensi kreatifnya karena tidak mendapatkan kesempatan ataupun tidak

menemukan lingkungan yang memfasilitasi berkembangnya potensi kreatif tersebut, menghilang pada diri manusia.

Agar anak dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi yang mereka miliki, maka diperlukan suatu upaya yang kreatif agar mereka dapat tumbuh optimal dengan kondisi nyaman dan menyenangkan. Upaya-upaya tersebut dapat dimulai dengan pemahaman para pendidik berkenaan dengan konsep dan aplikasi pengembangan kreativitas taman kanak-kanak. Selain itu,


(6)

guru juga harus memiliki berbagai keterampilan mengajar agar dapat mengembangkan potensi dan kreativitas anak.

B. Rumusan Masalah

Sehubungan dengan latar belakang masalah di atas, permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana cara mengembangkan potensi dan kreativitas pada anak? 2. Keterampilan apa saja yang harus dimiliki guru dalam kegiatan belajar

mengajar? C. Tujuan

Secara terperinci, tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Dapat mendeskripsikan berbagai cara untuk mengembangkan potensi dan kreativitas anak.

2. Dapat menyebutkan dan mendeskripsikan tentang berbagai keterampilan yang harus dimiliki guru dalam kegiatan belajar mengajar.

D. Manfaat

Manfaat yang dapat diambil dari penulisan makalah ini adalah: 1. Untuk memberikan informasi kepada orang tua, guru, calon guru,

masyarakat luas, dan pembaca mengenai cara-cara mengembangkan potensi dan kreativitas anak.

2. Untuk memberikan informasi kepada guru dan calon guru mengenai berbagai keterampilan yang harus dimiliki pada saat mengajar.


(7)

BAB II

PEMBAHASAN ISI

A. Pengertian Kreativitas

Pengertian menurut beberapa para ahli antara lain:

 James J. Gallagher (1985) mengatakan bahwa “Creativity is a mental process by which an individual creates new ideas or products, or recombines existing ideas and product, in fashion that is novel to him or her” (kreativitas

merupakan suatu proses mental yang dilakukan individu berupa gagasan maupun produk baru, atau mengombinasikan antara keduanya yang pada ahirnya akan melekat pada dirinya).

 Supriadi (1994) mengutarakan bahwa Kreativitas adalah kemampuan

seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada.

 Clarkl Monstakis (dalam Munandar, 1995) mengatakan bahwa kreativitas merupakan pengalaman dalam mengekspresikan dan mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu antara hubungan diri sendiri, alam, dan orang lain. Pada umumnya definisi kreativitas dirumuskan dalam istilah pribadi (person), proses, produk, dan press. Keempat P tersebut saling

berkaitan: Pribadi yang kreatif yang melibatkan diri dalam proses kreatif, dan dengan dukungan dan dorongan (press) dan lingkungan, akan menghasilkan produk kreatif.

 Semiawan (1997) mengemukakan kreativitas merupakan kemampuan untuk memberikan gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas merupakan suatu proses mental individu yang melahirkan gagasan, proses, metode ataupun produk baru yang efektif yang bersifat imajinatif, estetis,


(8)

fleksibel, integrasi, suksesi, diskontinuitas, dan diferensiasi yang berdaya guna dalam berbagai bidang untuk pemecahan suatu masalah.

Adapun proses kreatif hanya akan terjadi jika dibangkitkan melalui masalah yang memacu pada lima macam perilaku kreatif, sebagaimana yang dipaparkan oleh Parnes (dalam Nursito: 2000) sebagai berikut:

a. Fluency (kelancaran), yaitu kemampuan mengemukakan ide yang serupa untuk memecahkan suatu masalah.

b. Flexibility (keluwesan), yaitu kemampuan untuk menghasilkan berbagai macam ide guna memecahkan suatu masalah di luar kategori biasa.

c. Originality (keaslian), yaitu kemampuan memberikan respons yang unik atau luar biasa.

d. Elaboration (keterperincian), yaitu kemampuan menyatakan pengarahan ide secara terperinci untuk mewujudkan ide menjadi kenyataan.

e. Sensitivity (kepekaan), yaitu kepekaan menangkap dan menghasilkan masalah sebagai tanggapan terhadap suatu situasi.

B. Pengertian Potensi

Dari segi peristilahan, kata potensi berasal dari bahasa Inggris to patent yang berarti keras, kuat. Dalam pemahaman lain, kata potensi mengandung arti kekuatan, kemampuan, daya, baik yang belum maupun yang sudah terwujud, tetapi belum optimal. Sama halnya seperti yang kita ketahui mengenai teori vygotsy yaitu zone of proximal development (zona perkembangan proksimal). Teori tersebut menjelaskan bahwa setiap anak memiliki potensi, namun ada yang sudah tercapai dengan mandiri dan ada yang belum tercapai sehingga ia belum bisa mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya. Di sinilah peran orang tua dan lainnya dalam membantu anak mencapai potensi yang dimilikinya melalui penguatan atau disebut schafolding. Sementara dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, yang dimaksud potensi adalah kemampuan dan kualitas yang dimiliki oleh seseorang, namun belum dipergunakan secara maksimal.


(9)

Berbagai pengertian di atas, memberi pemahaman kepada kita bahwa potensi merupakan suatu daya yang dimiliki oleh manusia, tetapi daya tersebut belum dimanfaatkan secara optimal. Oleh karena itu, yang menjadi tugas berikutnya bagi manusia yang berpotensi adalah bagaimana mendayagunakan potensi tersebut untuk meraih prestasi. Potensi dapat menjadi perilaku apabila dikembangkan melalui proses pembelajaran. Orang tidak dapat mewujudkan potensi diri dalam perilaku apabila potensi yang dimiliki itu tidak dikembangkan melalui pembelajaran. Potensi yang dimiliki oleh manusia dapat berkembang ke arah yang baik atau tidak baik. Jika seseorang hidup di lingkungan yang tidak baik, potensinya juga akan berkembang ke arah yang tidak baik sehingga perilakunya tidak baik. Untuk mencegah perilaku yang tidak baik, manusia memerlukan usaha yang sadar dan sistematis untuk menangkalnya. Usaha tersebut diperoleh melalui pendidikan secara formal maupun nonformal, di samping pendidikan pergaulan yang baik.

Proses pendidikan untuk mengembangkan potensi ke arah yang baik itu dilakukan melalui hubungan dengan orang lain atau interaksi sosial. Proses pendidikan tersebut memberi kita pengertian tentang wawasan pendidikan.

Wawasan pendidikan adalah cara memandang bahwa pendidikan merupakan proses pemanusiaan dan dilakukan dalam interaksi dengan manusia lain sehingga membawa akibat adanya penyebutan anak didik berubah menjadi subjek didik.

Oleh karena itu, guru tidak lagi dipandang sebagai satu-satunya sumber informasi yang tahu segalanya. Tanggung jawab pendidik adalah menyediakan dan mengatur kondisi yang memudahkan subjek didik dalam belajar.

Cara pandang dalam wawasan pendidikan sekarang sejalan dengan ajaran Ki Hajar Dewantara, yaitu

a. Ing ngarso sung tulodo (di depan memberi contoh);

b. Ing madya mangun karso (di tengah membangkitkan hasrat untuk belajar); c. Tut Wuri Handayani (di belakang memberi dorongan).


(10)

C. Potensi Kreativitas pada Manusia

Jika ditelaah melalui pandangan psikologi, pada dasarnya setiap manusia telah dikaruniai potensi kreatif sejak dilahirkan. Hal ini dapat dilihat melalui perilaku bayi ataupun anak yang secara alamiah gemar bertanya, gemar mencoba, gemar memerhatikan hal baru, gemar berkarya melalui benda apa saja yang ada dalam jangkauannya termasuk di dalamnya gemar berimajinasi. Potensi

kreativitas ini dapat dilihat melalui keajaiban alamiah seorang bayi dalam mengeksplorasi apa pun yang ada di sekitarnya. Kegemaran tersebut adalah potensi kreativitas yang sangat dibutuhkan saat mereka dewasa nanti.

Dengan data tersebut dapat dipahami bahwa pada dasarnya manusia termasuk masyarakat Indonesia telah dikaruniai potensi kreatif. Namun dalam kenyataannya kita menyadari potensi kreatif termasuk semakin berkurang dari hari ke hari, hingga ahirnya hilang sama sekali karena berbagai faktor.

Menurut Devito (dalam Supriadi, 1994) mengemukakan bahwa kreativitas merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh setiap orang dengan tingkat yang berbeda-beda. Setiap orang lahir dengan potensi kreatif, dan potensi ini dapat dikembangkan dan dipupuk. Selanjutnya ia juga mengutip pendapat Trefinger yang menyatakan bahwa tidak ada orang yang sama sekali tidak mempunyai kreativitas, seperti halnya tidak ada seorang pun manusia yang inteligensinya nol. Semua orang adalah kreatif, persoalannya tinggal bagaimana potensi ini dapat terkembangkan dengan baik dan tidak hilang dimakan usia.

D. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan Kreativitas Kreativitas sangat terkait dengan kebebasan pribadi. Hal itu artinya seorang anak harus memiliki rasa aman dan kepercayaan diri yang tinggi, sebelum

berkreasi. Sedangkan pondasi untuk membangun rasa aman dan kepercayaan dirinya adalah dengan kasih sayang.

Empat hal yang dapat diperhitungkan dalam pengembangan kreativitas yaitu:


(11)

1. Rangsangan Mental

Suatu karya kreatif yang muncul jika anak mendapatkan rangsangan mental yang mendukung. Rangsangan mental tersebut baik pada aspek kognitif maupun kepribadiannya serta suasana psikologis (Psychological Athmospere). Pada aspek kognitif anak distimulasi agar mampu memberikan berbagai alternative pada setiap stimultan yang muncul. Pada aspek kepribadian anak distimulasi untuk mengembangkan berbagai macam potensi pribadi kreatif seperti percaya diri, keberanian, ketahanan diri, dan lain sebagainya. Pada aspek suasana psikologis (psychological athmospere) distimulasi agar anak memiliki rasa aman, kasih sayang, dan penerimaan.

Para pendidik harus siap untuk menerima apa pun karya anak dukungan mental bagi anak sangat diperlukan. Dengan adanya dukungan mental anak akan merasa dihargai dan diterima keberadaannya sehingga ia akan berkarya dan memiliki keberanian untuk memperlihatkan kemampuannya. Sebaliknya, tanpa dukungan mental yang positif bagi anak maka kreativitas tidak akan terbentuk. 2. Iklim dan Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan di sekitar anak sangat berpengaruh besar dalam menumbuhkembangkan kreativitas. Lingkungan yang sempit, pengap dan menjemukan akan terasa muram, tidak bersemangat dan mengumpulkan ide cemerlang. Kreativitas dengan sendirinya akan mati dan tidak berkembang dengan kondisi lingkungan yang tidak mendukung.

Cherry (1976) dan Ayan (2002) mengemukakan beberapa kondisi lingkungan yang harus diciptakan untuk menumbuhkan jiwa kreatif, sebagai berikut:

a. Pencahayaan ruangan

b. Sentuhan warna dalam ruangan

c. Seni dalam lingkungan, contohnya hiasan dinding d. Bunyi dan musik

e. Aroma f. Sentuhan


(12)

Dengan menciptakan lingkungan kondusif, akan memudahkan anak untuk mengakses apa pun yang dilihatnya, dipegang, didengar, dan dimainkan untuk pengembangan kreativitasnya. Perangsangan mental dan lingkungan kondusif dapat berjalan beriringan seperti halnya kerja simultan otak kiri dan otak kanan. 3. Peran Guru

Guru adalah tokoh bermakna dalam kehidupan anak. Guru memegang peranan lebih dari sekadar pengajar, melainkan pendidik dalam arti sesungguhnya. Peran guru dalam mengembangkan kreativitas, artinya ketika kita ingin anak menjadi kreatif, maka akan dibutuhkan juga guru yang kreatif pula dan mampu memberikan stimulasi yang tepat pada anak.

Beberapa hal yang dapat mendukung peran guru dalam mengembangkan kreativitas siswa adalah sebagai berikut:

a. Percaya diri

b. Berani mencoba hal baru c. Memberikan contoh

d. Memahami keragaman karakteristik siswa

e. Memberikan kesempatan untuk berekspresi dan bereksplorasi f. Positive thinking

4. Peran Orang Tua

Dalam menumbuhkan kreativitas anak, hal-hal yang perlu diperhatikan orang tua adalah sebagai berikut:

a. Pola asuh

b. Menghargai pendapat anak

c. Membolehkan anak membuat keputusan sendiri d. Mendorong kemandirian

e. Memberi pujian

f. Menunjang dan mendorong kegiatan anak g. Menjalin kerja sama

E. Mengembangkan Kreativitas dan Potensi

Pengajaran yang distandarkan sekarang ini, memaksa setiap siswa ke dalam cetakan yang sama, padahal talenta serta kemampuan masing-masing siwa itu


(13)

berbeda-beda. Jika semua orang dipaksa belajar menurut model yang tetap maka hal yang bisa ditimbulkan adalah:

1. Siswa kehilangan minat sama sekali dalam belajar dan putus sekolah 2. Siswa mungkin dalam mulanya sangat kreatif, tetapi kreativitasnya secara

bertahap tercekik sampai mati akibat model tetap yang kaku Banyak orang hanya sadar bahwa reformasi pendidikan itu akan menyelamatkan siswa-siswa yang kurang serta yang putus sekolah. Padahal siswa-siswa yang cemerlang dan kreativitas pun sama menderitanya akibat sistem pendidikan yang tidak efektif. Dalam sistem yang seperti itu, waktu dan energi mereka disita untuk ujian sehingga tidak banyak yang tersisa untuk

mengembangkan semangat kreatif serta berpetualang mereka.

Kreativitas itu tidaklah terbatas pada beberapa orang yang beruntung, yang terinspirasikan, melainkan dapat diterapkan terhadap kehidupan yang biasa. Jika seorang guru selalu mengajarkan menggunakan buku teks, otomatis pemikiran para siswanya pun akan terbatas pada buku teks. Banyak orang tua mengatur segala macam kursus tambahan bagi anak-anaknya di usia dini, seolah-olah pendidikan mereka baru bisa dianggap memadai kalau setiap menit waktu mereka terisi. Sikap menjejali seperti ini hanya akan mematikan kreativitas sang anak. Selain merangsang otak sang anak, guru juga harus memberinya waktu luang untuk sendirian. Hanya dengan waktu luanglah pikiran sang anak bisa meluas dan imajinasinya bisa berkembang tak terhalang. Kreativitas itu sulit berkembang dalam kesibukan. Kreativitas itu hanya mungkin berkembang ketika seorang anak diberikan saat menyendiri, pengetahuan memungkinkan kita memahami secara akurat, sifat dasar dalam segala hal, tetapi terlalu banyak pengetahuan bisa

mematahkan dahaga kita akan pengetahuan. Pencetus teori relativitas yaitu Albert Einsten pernah mengatakan imajinasi itu lebih penting daripada pengetahuan, sebab ketika usianya baru 23 tahun ia menemukan teori relativitas menyangkut alam semesta ini. Ia tahu, ia tidak mungkin mendapatkan pengetahuan tentang fisika ketika itu, tetapi ia penuh dengan imajinasi. Hal itulah yang menjadikan Einsten luar biasa bukanlah pengetahuan tetapi imajinasi. Jika kita bandingkan


(14)

dengan materi pelejaran yang terlalu banyak, seperti bahasa inggris, matematika, fisika, dan pengetahuan buku teks lainnya, mana mungkin siswa memiliki kreativitas dan kapasitas belajar yang tinggi.

Sebelum merancang sarana-sarana untuk merangsang potensi belajar siswa, maka hal yang perlu dilakukan oleh guru adalah:

1. Berusaha menemukan potensi seperti apa yang dipunyai siswa.

2. Menggunakan metode pengajaran yang sesuai untuk memancingnya. Adapun metodenya antara lain melalui:

a. Imajinasi b. Eksplorasi c. Eksperimen d. Proyek e. Musik f. Bahasa

3. Memberikan evaluasi yang terbaik dalam membimbing para siswa serta memeriksa kemajuan meraka dalam belajar, menurut kondisi dan situasi masing-masing yang berbeda-beda.

4. Guru harus menjadi seorang instruktur yang baik dalam upaya menumbuhkan minat siswa untuk belajar.

5. Guru harus membantu siswa untuk berkembang secara mental maupun emosional agar siswa dapat mengatasi situasi-situasi kehidupan nyata yang berbeda-beda. Beberapa hal yang dapat dilakukan yaitu:

a. Buatlah dia merasa dicintai. dikasihi dan disayangi. Anak akan merasa nyaman, terlindungi jika orang tua selalu menyayanginya, melindunginya, menolongnya dan selalu ada disampingnya jika anak dalam kondisi membutuhkan. Buat perasaan anak nyaman dan benar-benar mencintai orang tua dan merasa dicintai pula.

b. Pahami dan hargai setiap anak sebagai individu yang unik. Setiap anak adalah unik, karena perilaku anak memang khas dan dapat melakukan hal-hal yang tidak terduga. Setiap anak adalah mempunyai karakter tersendiri. Oleh karena itu, setiap orang tua sepatutnya memahami sehingga orang tua akan sadar terhadap keunikannya tersebut.


(15)

d. Beri kesempatan untuk memilih dan membuat keputusan. Berilah kesempatan anak untuk berani memilih dan membuat setiap keputusan yang akan dijalaninya. Berilah kepercayaan anak untuk membuat keputusan sendiri dalam melakukan setiap kegiatan atau belajarnya. Berilah keleluasaan anak untuk berani memilih diantara pilahan.

e. Doronglah anak mencari informasi di luar rumah atau di sekitar sekolah. Doronglah anak kreatif untuk mencari kebutuhan informasi yang

menunjang potensinya. Bisa dimulai dengan informasi tokoh-tokoh yang sukses pada bidangnya atau bagaimana supaya bisa menjadi sukses tersebut.

f. Jangan matikan harapan dan cita-cita anak. Hargai setiap pilihan cita-cita anak.

g. Tunjukkan penghargaan dan penghormatan kepada usaha anak. Hargailah setiap yang dilakukan anak walau sekecil mungkin, jangan meremehkan yang dilakukan anak walaupun tampaknya sepele. Berilah penghormatan kepada setiap yang dikerjakan anak, sehingga anak akan merasa tersanjung dan dihargai jerih payahnya.

h. Jalin hubungan yang kondusif antara orang tua, sekolah dan

lingkungannya. Sukses tidaknya potensi anak juga tergantung dengan kondisi sekitarnya baik itu dirumah, disekolah maupun lingkungannya. 6. Guru hendaknya mampu merangsang potensi kreatif siswa.

F. Kemampuan-kemampuan Penting Guru di Masa Depan

Kemampuan-kemampuan yang penting dimiliki guru di masa depan anatara lain:

A. Keterampilan Berkomunikasi

Komunikasi dalam bahasa Ingris adalah communication, berasal dari kata commonicatio atau dari kata comunis yang berarti “sama” atau “sama maknanya” dengan kata lain komunikasi memberi pengertian bersama dengan maksud


(16)

komunikator. Komunikasi berarti penyampaian informasi, gagasan, pikiran, perasaan, keahlian dari komunikator kepada komunikan untuk mempengaruhi pikiran komunikan dan mendapatkan tanggapan balik sebagai feedback bagi komunikator. Sehingga komunikator dapat mengukur berhasil atau tidaknya pesan yang di sampaikan kepada komunikan.

Kemampuan terpenting seorang guru adalah mampu berkomunikasi dengan siswa-siswanya. Di dalam komunikasi pembelajaran, tatap muka seorang guru mempunyai peran yang sangat penting di dalam kelas yaitu peran

mengoptimalkan kegiatan belajar. Ada tiga kemampuan esensial yang harus dimiliki guru agar peran tersebut terealisasi, yaitu kemampuan merencanakan kegiatan, kemampuan melaksanakan kegiatan dan kemampuan mengadakan komunikasi. Ketiga kemampuan ini sama pentingnya, karena setiap guru tidak hanya mampu merencanakan sesuai rancangan, tetapi harus terampil

melaksanakan kegiatan belajar dan terampil menciptakan iklim yang komunikatif dalam kegiatan pembelajaran di lingkungan sekolah (Tim Pengajar UPI, 2007: 1).

Namun ketika teknologi komputer semakin luas digunakan dalam

pendidikan, peran guru dalam meneruskan pengetahuan menjadi kurang penting. Para guru yang dapat bertahan adalah mereka-mereka yang dapat memahami dan berkomunikasi dengan siswa-siswanya sehingga perlu dilakukan beberapa cara agar guru dapat menciptakan pembelajaran serta iklim yang komunikatif.

Iklim komunikatif yang baik dalam hubungan interpersonal antara guru dengan guru, guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa merupakan kondisi yang memungkinkan berlangsungnya proses belajar mengajar yang efektif, karena setiap personal diberi kesempatan untuk ikut serta dalam kegiatan di dalam kelas sesuai dengan kemampuan masing-masing. Sehingga timbul situasi sosial dan emosional yang menyenangkan pada tiap personal, baik guru maupun siswa dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab masing-masing. Selain itu juga dapat merangsang daya kreatif anak.


(17)

berbeda pula, karena siswa mempunyai karakteristik yang unik, memiliki

kemampuan yang berbeda, minat yang berbeda, memerlukan kebebasan memilih yang sesuai dengan dirinya dan merupakan pribadi yang aktif. Untuk itulah kemampuan berkomunikasi guru dalam kegiatan pembelajaran sangat diperlukan.

Adapun usaha guru dalam membantu mengembangkan sikap positif pada siswa misalnya dengan menekankan kelebihan-kelebihan siswa bukan

kelemahannya, menghindari kecenderungan untuk membandingkan siswa dengan siswa lain dan pemberian insentif yang tepat atas keberhasilan yang diraih siswa. Kemampuan guru untuk bersikap luwes dan terbuka dalam kegiatan pembelajaran bisa dengan menunjukkan sikap terbuka terhadap pendapat siswa dan orang lain, sikap responsif, simpatik, menunjukkan sikap ramah, penuh pengertian dan sabar. Dengan terjalinnya keterbukaan, masing-masing pihak merasa bebas bertindak, saling menjaga kejujuran dan saling berguna bagi pihak lain sehingga merasakan adanya wahana tempat bertemunya kebutuhan mereka untuk dipenuhi secara bersama-sama.

Kemampuan guru untuk tampil secara bergairah dan bersungguh-sungguh berkaitan dengan penyampaian materi di kelas yang menampilkan kesan tentang penguasaan materi yang menyenangkan. Karena sesuatu yang energik, antusias, dan bersemangat memiliki relevansi dengan hasil belajar. Perilaku guru yang seperti itu dalam proses belajar mengajar akan menjadi dinamis, mempertinggi komunikasi antar guru dengan siswa, menarik perhatian siswa dan menolong penerimaan materi pelajaran.

Kemampuan guru untuk mengelola interaksi siswa dalam kegiatan pembelajaran berhubungan dengan komunikasi antara siswa, usaha guru dalam menangani kesulitan siswa dan siswa yang mengganggu serta mempertahankan tingkah laku siswa yang baik. Agar semua siswa dapat berpartisipasi dan

berinteraksi secara optimal, guru mengelola interaksi tidak hanya searah saja yaitu dari guru ke siswa atau dua arah dari guru ke siswa dan sebaliknya, melainkan diupayakan adanya interaksi multi arah yaitu dari guru ke siswa, dari siswa ke


(18)

penciptaan iklim komunikatif yang merupakan wahana atau sarana bagi tercapainya tujuan pembelajaran yang optimal.

B. Keterampilan Menggunakan Komputer

Seiring perkembangan teknologi dan informasi dewasa ini dengan berbagai media teknologi dan informasi yang semakin berkembang maka tidak ada alasan bagi guru untuk tidak mengenal yang namanya komputer dan TIK. Teknologi yang berkembang begitu pesat menjadikan setiap guru akan tertinggal bila tidak memanfaatkan media tersebut, bahkan kadang ditemukan siswa lebih menguasai teknologi ketimbang gurunya sendiri.

Guru masa depan hendaknya dilengkapi dengan keterampilan menggunakan komputer serta teknologi net sebagai alat bantu pengajaran, karena ini dapat membantu mencapai dua kali lipat dengan upaya sebelumnya. Semakin diandalkannya teknologi komputer, guru yang tidak mempunyai pengetahuan yang diperlukan tentu akan menjadi kuno atau ketinggalan zaman.

Menurut Gunawan (Jawa Pos, 26 Januari 2008), di lapangan tenaga pendidik hanya banyak disuguhi berbagai diklat, pelatihan dengan materi yang berkisar pada kurikulum, pakem (contextual learning), MBS (Manajemen

Berbasis Sekolah) dan materi lain yang berhubungan langsung dengan tugas guru di kelas. Jarang ada pelatihan guru yang bersifat pembekalan tentang suatu keterampilan atau keahlian khusus, misalnya aplikasi TIK, padahal pelatihan seperti ini tidak kalah penting dan bermanfaat bagi guru, terutama guru yang masih gagap teknologi. Menurutnya ada beberapa faktor yang menjadikan para guru masih gagap TIK, pertama, lokasi bagi guru yang mengajar di daerah terpencil, teknologi canggih seperti komputer bukanlah sesuatu yang urgen untuk dikuasai karena kebutuhan untuk menggunakan sangat rendah. Kedua, kesadaran yang masih rendah mengenai mengenai arti penting teknologi untuk menunjang profesi guru dalam menyelesaikan tugas, Ketiga, tidak adanya kesempatan dan peluang untuk bisa lebih dekat dengan teknologi canggih.


(19)

Ketersediaan sarana TIK sangat berpengaruh kepada guru dalam hal memilih varian sumber pembelajaran yang dipilih. Seperti yang dikemukakan oleh Mohammad Juri, MPd. (Madura, 14 Januari 2008) yang mengatakan ketidak variatifan guru dalam memilih sumber belajar, diantaranya disebabkan oleh minimnya pengetahuan dan kemampuan menggunakan media pembelajaran yang maju seperti penggunaan komputer. Seperti alasan-alasan yang umum

disampaikan oleh para guru, misalnya tidak ada fasilitas komputer di sekolah, fasilitas yang tidak lengkap dikarenakan tidak dana untuk pengadaan, dan

terlebih-lebih sikap guru yang kurang pro aktif dalam menghadapi kemajuan ICT. C. Memberikan Pengaruh Positif

Seorang guru harus memberikan pengaruh positif kepada siswa dengan cara memberikan teladan yang baik untuk para siswa. Guru adalah contoh atau model bagi anak. Tidak dapat disangkal bahwa contoh guru mempunyai pengaruh yang sangat kuat bagi anak, sehingga Schweitz mengatakan bahwa ada tiga prinsip dalam mengembangkan anak yaitu pertama contoh, kedua contoh dan ketiga contoh. Guru merupakan model bagi anak baik positif maupun negatif dan turut memberikan pola bagi way of life anak. Melalui modelling ini guru akan turut mewariskan cara berpikirnya kepada anak, oleh karena itu maka peranan

modelling merupakan suatu yang sangat mendasar. Melalui modelling anak juga akan belajar tentang sikap proaktif, sikap respek dan kasih sayang.Guru adalah orang dewasa dengan siapa anak-anak di zaman sekarang ini paling banyak meluangkan waktu mereka. Guru itu harus ekstra hati-hati sebab setiap kata dan perbuatannya dapat ditiru para siswanya.


(20)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jadi, sistem dalam pendidikan khususnya sekolah-sekolah adalah mengajar menurut talenta masing-masing individu. Benih padi ditaburkan di musim semi. Benih pohon ditaburkan di awal musim gugur. Setiap tanaman. Setiap tanaman mempunyai musimnya sendiri untuk berakar, bertumbuh, berkembang, menjadi matang, dan syarat-syaratnya sendiri dalam soal tanahnya, cahayanya, udaranya, dan airnya. Ia harus dibudidayakan di saat yang tepat dan dalam kondisi-kondisi yang tepat, barulah ia bisa berkembang dengan indah. Demikian pula halnya setiap siswa harus diajar menurut bakatnya, minatnya, talenta khususnya, dan karakteristiknya, baru ia dapat membedakan dirinya dengan orang banyak nantinya. Di masa depan, seorang guru hendaknya membantu siswanya untuk merealisasikan bakat, talenta, dan minat, serta membantu siswa menemukan dirinya sendiri dan menemukan kea rah mana seharusnya ia berkembang.


(21)

DAFTAR PUSTAKA

Basalama, B. (2012, Januari 18). Kemampuan Guru dalam Berkomunikasi Sumbangsihnya dalam Pemahaman Materi. Dipetik April 19, 2014, dari Dunia Be Smart (Anak Indonesia Harus Cerdas):

http://teropong- temukandisinibasalamabismar.blogspot.com/2012/01/kemampuan-guru-dalam-berkomunikasi.html

Kertasari, S. (2014, Maret 16). Pengaruh Guru Pendidikan usia dini: Tidak Hanya di Kelas, Tapi Jauh Lebih Luas (Baik Dari Sisi Ruang Maupun Waktu). Dipetik April 19, 2014, dari Gauli(dot)com:

http://www.gauli.com/pengaruh-guru-pendidikan-usia-dini-tidak-hanya-di-kelas-tapi-jauh-lebih-luas-baik-dari-sisi-ruang-maupun-waktu/

Kurniawati, Y. (2012, April 4). Pengertian Potensi. Dipetik April 18, 2014, dari Potensi Diri:

http://petensidiri.blogspot.com/2012/04/pengertian-potensi.html

Wen, S. (2003). Future of Education. Batam Centre: Lucky Publisher.

Yeni Rachmawati, S. M., & Euis Kurniati, S. M. (2010). Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak untuk Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.


(1)

komunikator. Komunikasi berarti penyampaian informasi, gagasan, pikiran, perasaan, keahlian dari komunikator kepada komunikan untuk mempengaruhi pikiran komunikan dan mendapatkan tanggapan balik sebagai feedback bagi komunikator. Sehingga komunikator dapat mengukur berhasil atau tidaknya pesan yang di sampaikan kepada komunikan.

Kemampuan terpenting seorang guru adalah mampu berkomunikasi dengan siswa-siswanya. Di dalam komunikasi pembelajaran, tatap muka seorang guru mempunyai peran yang sangat penting di dalam kelas yaitu peran

mengoptimalkan kegiatan belajar. Ada tiga kemampuan esensial yang harus dimiliki guru agar peran tersebut terealisasi, yaitu kemampuan merencanakan kegiatan, kemampuan melaksanakan kegiatan dan kemampuan mengadakan komunikasi. Ketiga kemampuan ini sama pentingnya, karena setiap guru tidak hanya mampu merencanakan sesuai rancangan, tetapi harus terampil

melaksanakan kegiatan belajar dan terampil menciptakan iklim yang komunikatif dalam kegiatan pembelajaran di lingkungan sekolah (Tim Pengajar UPI, 2007: 1).

Namun ketika teknologi komputer semakin luas digunakan dalam

pendidikan, peran guru dalam meneruskan pengetahuan menjadi kurang penting. Para guru yang dapat bertahan adalah mereka-mereka yang dapat memahami dan berkomunikasi dengan siswa-siswanya sehingga perlu dilakukan beberapa cara agar guru dapat menciptakan pembelajaran serta iklim yang komunikatif.

Iklim komunikatif yang baik dalam hubungan interpersonal antara guru dengan guru, guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa merupakan kondisi yang memungkinkan berlangsungnya proses belajar mengajar yang efektif, karena setiap personal diberi kesempatan untuk ikut serta dalam kegiatan di dalam kelas sesuai dengan kemampuan masing-masing. Sehingga timbul situasi sosial dan emosional yang menyenangkan pada tiap personal, baik guru maupun siswa dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab masing-masing. Selain itu juga dapat merangsang daya kreatif anak.

Dalam menciptakan iklim komunikatif, guru hendaknya memperlakukan siswa sebagai individu yang berbeda-beda, yang memerlukan pelayanan yang


(2)

berbeda pula, karena siswa mempunyai karakteristik yang unik, memiliki

kemampuan yang berbeda, minat yang berbeda, memerlukan kebebasan memilih yang sesuai dengan dirinya dan merupakan pribadi yang aktif. Untuk itulah kemampuan berkomunikasi guru dalam kegiatan pembelajaran sangat diperlukan.

Adapun usaha guru dalam membantu mengembangkan sikap positif pada siswa misalnya dengan menekankan kelebihan-kelebihan siswa bukan

kelemahannya, menghindari kecenderungan untuk membandingkan siswa dengan siswa lain dan pemberian insentif yang tepat atas keberhasilan yang diraih siswa. Kemampuan guru untuk bersikap luwes dan terbuka dalam kegiatan pembelajaran bisa dengan menunjukkan sikap terbuka terhadap pendapat siswa dan orang lain, sikap responsif, simpatik, menunjukkan sikap ramah, penuh pengertian dan sabar. Dengan terjalinnya keterbukaan, masing-masing pihak merasa bebas bertindak, saling menjaga kejujuran dan saling berguna bagi pihak lain sehingga merasakan adanya wahana tempat bertemunya kebutuhan mereka untuk dipenuhi secara bersama-sama.

Kemampuan guru untuk tampil secara bergairah dan bersungguh-sungguh berkaitan dengan penyampaian materi di kelas yang menampilkan kesan tentang penguasaan materi yang menyenangkan. Karena sesuatu yang energik, antusias, dan bersemangat memiliki relevansi dengan hasil belajar. Perilaku guru yang seperti itu dalam proses belajar mengajar akan menjadi dinamis, mempertinggi komunikasi antar guru dengan siswa, menarik perhatian siswa dan menolong penerimaan materi pelajaran.

Kemampuan guru untuk mengelola interaksi siswa dalam kegiatan pembelajaran berhubungan dengan komunikasi antara siswa, usaha guru dalam menangani kesulitan siswa dan siswa yang mengganggu serta mempertahankan tingkah laku siswa yang baik. Agar semua siswa dapat berpartisipasi dan

berinteraksi secara optimal, guru mengelola interaksi tidak hanya searah saja yaitu dari guru ke siswa atau dua arah dari guru ke siswa dan sebaliknya, melainkan diupayakan adanya interaksi multi arah yaitu dari guru ke siswa, dari siswa ke


(3)

penciptaan iklim komunikatif yang merupakan wahana atau sarana bagi tercapainya tujuan pembelajaran yang optimal.

B. Keterampilan Menggunakan Komputer

Seiring perkembangan teknologi dan informasi dewasa ini dengan berbagai media teknologi dan informasi yang semakin berkembang maka tidak ada alasan bagi guru untuk tidak mengenal yang namanya komputer dan TIK. Teknologi yang berkembang begitu pesat menjadikan setiap guru akan tertinggal bila tidak memanfaatkan media tersebut, bahkan kadang ditemukan siswa lebih menguasai teknologi ketimbang gurunya sendiri.

Guru masa depan hendaknya dilengkapi dengan keterampilan menggunakan komputer serta teknologi net sebagai alat bantu pengajaran, karena ini dapat membantu mencapai dua kali lipat dengan upaya sebelumnya. Semakin diandalkannya teknologi komputer, guru yang tidak mempunyai pengetahuan yang diperlukan tentu akan menjadi kuno atau ketinggalan zaman.

Menurut Gunawan (Jawa Pos, 26 Januari 2008), di lapangan tenaga pendidik hanya banyak disuguhi berbagai diklat, pelatihan dengan materi yang berkisar pada kurikulum, pakem (contextual learning), MBS (Manajemen

Berbasis Sekolah) dan materi lain yang berhubungan langsung dengan tugas guru di kelas. Jarang ada pelatihan guru yang bersifat pembekalan tentang suatu keterampilan atau keahlian khusus, misalnya aplikasi TIK, padahal pelatihan seperti ini tidak kalah penting dan bermanfaat bagi guru, terutama guru yang masih gagap teknologi. Menurutnya ada beberapa faktor yang menjadikan para guru masih gagap TIK, pertama, lokasi bagi guru yang mengajar di daerah terpencil, teknologi canggih seperti komputer bukanlah sesuatu yang urgen untuk dikuasai karena kebutuhan untuk menggunakan sangat rendah. Kedua, kesadaran yang masih rendah mengenai mengenai arti penting teknologi untuk menunjang profesi guru dalam menyelesaikan tugas, Ketiga, tidak adanya kesempatan dan peluang untuk bisa lebih dekat dengan teknologi canggih.


(4)

Ketersediaan sarana TIK sangat berpengaruh kepada guru dalam hal memilih varian sumber pembelajaran yang dipilih. Seperti yang dikemukakan oleh Mohammad Juri, MPd. (Madura, 14 Januari 2008) yang mengatakan ketidak variatifan guru dalam memilih sumber belajar, diantaranya disebabkan oleh minimnya pengetahuan dan kemampuan menggunakan media pembelajaran yang maju seperti penggunaan komputer. Seperti alasan-alasan yang umum

disampaikan oleh para guru, misalnya tidak ada fasilitas komputer di sekolah, fasilitas yang tidak lengkap dikarenakan tidak dana untuk pengadaan, dan

terlebih-lebih sikap guru yang kurang pro aktif dalam menghadapi kemajuan ICT.

C. Memberikan Pengaruh Positif

Seorang guru harus memberikan pengaruh positif kepada siswa dengan cara memberikan teladan yang baik untuk para siswa. Guru adalah contoh atau model bagi anak. Tidak dapat disangkal bahwa contoh guru mempunyai pengaruh yang sangat kuat bagi anak, sehingga Schweitz mengatakan bahwa ada tiga prinsip dalam mengembangkan anak yaitu pertama contoh, kedua contoh dan ketiga contoh. Guru merupakan model bagi anak baik positif maupun negatif dan turut memberikan pola bagi way of life anak. Melalui modelling ini guru akan turut mewariskan cara berpikirnya kepada anak, oleh karena itu maka peranan

modelling merupakan suatu yang sangat mendasar. Melalui modelling anak juga akan belajar tentang sikap proaktif, sikap respek dan kasih sayang.Guru adalah orang dewasa dengan siapa anak-anak di zaman sekarang ini paling banyak meluangkan waktu mereka. Guru itu harus ekstra hati-hati sebab setiap kata dan perbuatannya dapat ditiru para siswanya.


(5)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jadi, sistem dalam pendidikan khususnya sekolah-sekolah adalah mengajar menurut talenta masing-masing individu. Benih padi ditaburkan di musim semi. Benih pohon ditaburkan di awal musim gugur. Setiap tanaman. Setiap tanaman mempunyai musimnya sendiri untuk berakar, bertumbuh, berkembang, menjadi matang, dan syarat-syaratnya sendiri dalam soal tanahnya, cahayanya, udaranya, dan airnya. Ia harus dibudidayakan di saat yang tepat dan dalam kondisi-kondisi yang tepat, barulah ia bisa berkembang dengan indah. Demikian pula halnya setiap siswa harus diajar menurut bakatnya, minatnya, talenta khususnya, dan karakteristiknya, baru ia dapat membedakan dirinya dengan orang banyak nantinya. Di masa depan, seorang guru hendaknya membantu siswanya untuk merealisasikan bakat, talenta, dan minat, serta membantu siswa menemukan dirinya sendiri dan menemukan kea rah mana seharusnya ia berkembang.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Basalama, B. (2012, Januari 18). Kemampuan Guru dalam Berkomunikasi Sumbangsihnya dalam Pemahaman Materi. Dipetik April 19, 2014, dari Dunia Be Smart (Anak Indonesia Harus Cerdas):

http://teropong- temukandisinibasalamabismar.blogspot.com/2012/01/kemampuan-guru-dalam-berkomunikasi.html

Kertasari, S. (2014, Maret 16). Pengaruh Guru Pendidikan usia dini: Tidak Hanya di Kelas, Tapi Jauh Lebih Luas (Baik Dari Sisi Ruang Maupun Waktu). Dipetik April 19, 2014, dari Gauli(dot)com:

http://www.gauli.com/pengaruh-guru-pendidikan-usia-dini-tidak-hanya-di-kelas-tapi-jauh-lebih-luas-baik-dari-sisi-ruang-maupun-waktu/

Kurniawati, Y. (2012, April 4). Pengertian Potensi. Dipetik April 18, 2014, dari Potensi Diri:

http://petensidiri.blogspot.com/2012/04/pengertian-potensi.html

Wen, S. (2003). Future of Education. Batam Centre: Lucky Publisher.

Yeni Rachmawati, S. M., & Euis Kurniati, S. M. (2010). Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak untuk Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.