fleksibel, integrasi, suksesi, diskontinuitas, dan diferensiasi yang berdaya guna dalam berbagai bidang untuk pemecahan suatu masalah.
Adapun proses kreatif hanya akan terjadi jika dibangkitkan melalui masalah yang memacu pada lima macam perilaku kreatif, sebagaimana yang dipaparkan
oleh Parnes dalam Nursito: 2000 sebagai berikut: a. Fluency kelancaran, yaitu kemampuan mengemukakan ide yang serupa
untuk memecahkan suatu masalah. b. Flexibility keluwesan, yaitu kemampuan untuk menghasilkan berbagai
macam ide guna memecahkan suatu masalah di luar kategori biasa. c. Originality keaslian, yaitu kemampuan memberikan respons yang unik atau
luar biasa. d. Elaboration keterperincian, yaitu kemampuan menyatakan pengarahan ide
secara terperinci untuk mewujudkan ide menjadi kenyataan. e. Sensitivity kepekaan, yaitu kepekaan menangkap dan menghasilkan masalah
sebagai tanggapan terhadap suatu situasi.
B. Pengertian Potensi
Dari segi peristilahan, kata potensi berasal dari bahasa Inggris to patent yang berarti keras, kuat. Dalam pemahaman lain, kata potensi mengandung arti
kekuatan, kemampuan, daya, baik yang belum maupun yang sudah terwujud, tetapi belum optimal. Sama halnya seperti yang kita ketahui mengenai teori
vygotsy yaitu zone of proximal development zona perkembangan proksimal. Teori tersebut menjelaskan bahwa setiap anak memiliki potensi, namun ada yang
sudah tercapai dengan mandiri dan ada yang belum tercapai sehingga ia belum bisa mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya. Di sinilah peran orang tua dan
lainnya dalam membantu anak mencapai potensi yang dimilikinya melalui penguatan atau disebut schafolding. Sementara dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia, yang dimaksud potensi adalah kemampuan dan kualitas yang dimiliki oleh seseorang, namun belum dipergunakan secara maksimal.
4
Berbagai pengertian di atas, memberi pemahaman kepada kita bahwa potensi merupakan suatu daya yang dimiliki oleh manusia, tetapi daya tersebut
belum dimanfaatkan secara optimal. Oleh karena itu, yang menjadi tugas berikutnya bagi manusia yang berpotensi adalah bagaimana mendayagunakan
potensi tersebut untuk meraih prestasi. Potensi dapat menjadi perilaku apabila dikembangkan melalui proses pembelajaran. Orang tidak dapat mewujudkan
potensi diri dalam perilaku apabila potensi yang dimiliki itu tidak dikembangkan melalui pembelajaran. Potensi yang dimiliki oleh manusia dapat berkembang ke
arah yang baik atau tidak baik. Jika seseorang hidup di lingkungan yang tidak baik, potensinya juga akan berkembang ke arah yang tidak baik sehingga
perilakunya tidak baik. Untuk mencegah perilaku yang tidak baik, manusia memerlukan usaha yang sadar dan sistematis untuk menangkalnya. Usaha tersebut
diperoleh melalui pendidikan secara formal maupun nonformal, di samping pendidikan pergaulan yang baik.
Proses pendidikan untuk mengembangkan potensi ke arah yang baik itu dilakukan melalui hubungan dengan orang lain atau interaksi sosial. Proses
pendidikan tersebut memberi kita pengertian tentang wawasan pendidikan. Wawasan pendidikan adalah cara memandang bahwa pendidikan merupakan
proses pemanusiaan dan dilakukan dalam interaksi dengan manusia lain sehingga membawa akibat adanya penyebutan anak didik berubah menjadi subjek didik.
Oleh karena itu, guru tidak lagi dipandang sebagai satu-satunya sumber informasi yang tahu segalanya. Tanggung jawab pendidik adalah menyediakan
dan mengatur kondisi yang memudahkan subjek didik dalam belajar. Cara pandang dalam wawasan pendidikan sekarang sejalan dengan ajaran
Ki Hajar Dewantara, yaitu a. Ing ngarso sung tulodo di depan memberi contoh;
b. Ing madya mangun karso di tengah membangkitkan hasrat untuk belajar; c. Tut Wuri Handayani di belakang memberi dorongan.
5
C. Potensi Kreativitas pada Manusia