UJIAN AKHIR SEMESTER MPP

(1)

UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)

NAMA : LA WIDIA ASTUTI

NPM : 11 811 2152

MATA KULIAH : Manajemen Pendidikan Persekolahan PENGAMPU MK : Prof. Dr. H. Juhri AM, M.Pd

LEMBAR JAWABAN

1. Proses manajemen pendidikan melalui pendekatan system dan terpadu, yaitu:

Pendekatan system, yakni mempelajari manajemen dari sudut system, subsistem, dan komponen system dengan penekanan pada interaksi antar komponen di dalamnya.

Pendekatan terpadu, dilandasi oleh norma dan keadaan yang berlaku, menelaah ke masa silam, serta berorientasi ke masa depan secara cermat, yang intinya terletak pada partisipasi dan keterlibatan semua pihak yang terkait dalam system pendidikan.

Dalam bidang garapan manajemen pendidikan mencakup kegiatan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan, dan penataan terhadap sumber daya pendidikan (kepala sekolah, guru, tenaga administrasi, peserta didik, kurikulum, dana, sarana dan prasarana, tata laksana dan lingkungan pendidikan).

Manajemen pendidikan merupakan proses pengembangan kegiatan kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Seperti tersebut diatas proses pengendalian kegiatan kelompok tersebut mencakup perencanaan (Planning ),


(2)

pengawasan (Controling ) sebagai suatu proses untuk menjadikan visi menjadi aksi.

Sistematik Garapan Manajemen Pendidikan digambarkan sebagai berikut :

Apabila manajemen pendidikan dikaitkan dengan faktor-faktor

pengembangan mutu pendidikan, maka hal ini berhubungan erat dengan input, proses, dan output pendidikan.

Input pendidikan merupakan segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Sesuatu yang dimaksud berupa sumberdaya dan perangkat lunak serta harapan-harapan sebagai pemandu bagi berlangsungnya proses. Input sumber daya meliputi sumberdaya manusia (siswa, guru, staf, kepala sekolah, pengawas) dan sumberdaya

Aksi Visi

Tujuan Pendidikan Proses

Perencanaan

Pengawasan

Kepemimpinan

Pengorganisasian - Kurikulum - Pembelajaran - Ketenagaan - Sarana - Dana - Informasi - Lingkungan Penggerakan

Manajemen Pendidikan


(3)

non-manusia (sarana, prasarana , uang, bahan, dsb.). Input perangkat lunak meliputi struktur organisasi sekolah, peraturan perundang-undangan,

deskripsi tugas, rencana, program, dsb. Input harapan-harapan berupa visi, misi, tujuan, dan sasaran- sasaran yang ingin dicapai oleh sekolah.

Kesiapan input sangat diperlukan agar proses dapat berlangsung dengan baik. Oleh karena itu, tinggi rendahnya mutu input dapat diukur dari tingkat kesiapan input. Makin tinggi tingkat kesiapan input, makin tinggi pula mutu input tersebut.

Proses Pendidikan yaitu berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses disebut input sedangkan sesuatu dari hasil proses disebut output. Dalam pendidikan bersekala mikro (ditingkat sekolah), proses yang dimaksud adalah proses pengambilan keputusan, proses yang dimaksud adalah proses pengembilan keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan program, proses belajar mengajar, dan proses monitoring dan evaluasi, dengan catatan bahwa proses belajar memiliki tingkat kepentingan tertinggi dibanding dengan proses- proses lainnya.

Proses dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian dan penyerasian serta pemaduan input sekolah (guru, siswa, kurikulum, uang, sarana,

prasarana, dsb) dilakukan secara harmonis, sehingganya mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan (enjoyable

learning), mampu mendorong motivasi dan minat belajar, dan benar-benar mampu memberdayakan peserta didik. Kata memberdayakan mengandung arti bahwa peserta didik tidak sekadar menguasai pengetahuan yang

diajarkan oleh gurunya, akan tetapi pengetahuan tersebut juga telah menjadi muatan nurani peserta didik, dihayati, diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dan lebih penting lagi peserta didik tersebut mampu belajar secara terus menerus (mampu mengembangkan dirinya).


(4)

Output pendidikan adalah merupakan kinerja sekolah. Kinerja sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses/perilaku sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur dari kualitasnya, efektivitasnya,

produktivitasnya, efisiensinya, inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya dan moral kerjanya. Khusus yang berkaitan dengan mutu output sekolah, dapat dijelaskan bahwa output sekolah dikatakan berkualitas/bermutu tinggi jika prestasi sekolah, khususnya prestasi belajar siswa, menunjukkan

pencapaian yang tinggi dalam :

(1) prestasi akademik, berupa nilai ulangan umum US, UN, karya ilmiah, lomba akademik, dan

(2) prestasi non-akademik, seperti misalnya IMTAQ, kejujuran, kesopanan, olah raga, kesenian, keterampilan, dan kegiatan-kegiatan ektsrakurikuler lainnya.

Mutu sekolah dipengaruhi oleh banyak tahapan kegiatan yang saling berhubungan (proses) seperti misalnya perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.

Faktor-faktor pengembangan mutu pendidikan antara lain: 1. Faktor tujuan pendidikan.

2. Faktor masukan atau imput pendidikan. 3. Faktor manajemen dan supervisi pendidikan.

4. Faktor personel pendidikan (siswa, guru, staf, kepala sekolah, pengawas)

5. Faktor sarana dan prasarana pendidikan (kurikulum, fasilitas, peralatan, belajar, gedung, bengkel, perpustakaan dan lain-lain). 6. Faktor instansional (semua pihak yang terkait dengan pelaksanaan


(5)

7. Faktor ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang di pelajari siswa

2. Dalam pemberdayaan tenaga pendidikan diperlukan analisis pengembangan sumber daya manusia kependidikan harus

menggunakan teknik biaya secara efektif (cost effectiveness) dan teknik biaya manfaat (cost benefit). Maka strategi pengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan yaitu;

cost-effectiveness; pendekatan ini biasa digunakan untuk mengetahui efisiensi biaya pendidikan. Sebuah sistem pendidikan dinilai memiliki efesiensi jika dapat menghasilkan output yang diharapkan dengan biaya minimum.

Dapat pula dinyatakan bahwa dengan input yang tertentu memaksimalkan output yang diharapkan outpout acapkali diukur dengan indikator-indikator seperti angka kohort, yaitu proporsi siswa yang dapat bertahan sampai akhir putaran pendidikan, pengetahuan keilmuan, keterampilan, ketaatan kepada norma-norma prilaku sosial. Cost benefit ; dikaitkan dengan analisis keuntungan atas investasi pendidikan dari pembentukan kemampuan, sikap dan keterampilan. Dalam perhitungan investasi terdapat dua hal penting yaitu :

1. Investasi hendaknya menghasilkan kemampuan yang memiliki nilai ekonomi di luar nilai instrinsiknya,

2. Nilai guna dari kemampuan

3. Anaisis biaya manfaat (cost benefit analysis) merupakan analisis investasi pendidikan.

4. Metode analisis biaya manfaat dapat membantu para pengambil keputusan dalam menentukan pilihan diantara alternative alokasi


(6)

sumber-sumber pendidikan yang terbatas tetapi memberikan keuntungan yang tinggi.

5. Investasi dibidang pendidikan perlu untukl merespon kebutuhan ekonomi tenaga kerja menurut jenjang dan jenis pendidikan.

6. Analisis tingkat balik (Rates of Return Analysis) ekonomi dari investasi ini diperoleh dengan membandingkan produktivitas dari tenaga kerja terdidik yang biasanya digambarkan oleh profil upah dengan produktivitas tenaga kerja yang tidak terdidik.

7. Nilai investasi pendidikan dapat berbeda tergantung acuannya, apakah acuannya dari sudut pandang masyarakat atau individu. 8. Tidak semua biaya pendidikan ditanggung oleh individu, tetapi

sebagian ditanggung oleh masyarakat melalui subsidi pemerintah

3. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja sekolah dapat dilakukan melalui:

1. Pembinaan disiplin tenaga kependidikan

Kepala sekolah harus mampu menumbuhkan disiplin tenaga kependidikan, terutama disiplin diri (self discipline). Dalam hal ini seorang kepala sekolah harus mampu melakukan hal-hal diantaranya yaitu;

a. Membantu tenaga kependidikan mengembangkan pola prilakunya b. Membantu tenaga kependidikan meningkatkan standar prilakunya c. Menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat.

Setiap tenaga kependidikan memiliki karakteristik khusus, yang satu sama lain berbeda. Hal tersebut memerlukan perhatian dan


(7)

pelayanan khusus pula dari pemimpinnya, agar mereka dapat memanfaatkan waktu untuk meningkatkan kinerjanya

2. Pemberian motivasi

Apabila para tenaga kependidikan memiliki motivasi yang positif maka ia akan memperlihatkan minat, mempunyai perhatian dan ingin ikut serta dalam suatu tugas atau kegiatan.

Dengan kata lain seorang tenaga kependidikan akan melakukan semua pekerjaannya dengan baik apabila ada faktor pendorongnya (motivasi). Dalam kaitan ini pemimpin dituntut untuk memiliki

kemampuan membangkitkan motivasi para tenaga kependidikannya sehingga mereka dapat meningkatkan kinerjanya.

3. Penghargaan (reward)

Penghargaan sangat penting untuk meningkatkan produktivitas kerja dan untuk mengurangi kegiatan yang kurang produktif. Melalui penghargaan ini tenaga kependidikan dirangsang untuk meningkatkan kinerja yang positif dan produktif.

Penghargaan ini akan bermakna apabila dikaitkan dengan prestasi tenaga kependidikan secara terbuka, sehingga setiap tenaga kependidikan memiliki peluang untuk meraihnya. Penggunaan penghargaan ini perlu dilakukan secara tepat, efektifdan efisien agar tidak menimbulkan dampak negatif

4. Persepsi

Persepsi adalah proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indra. Persepsi yang baik akan menumbuhkan iklim kerja yang kondusif serta sekaligus akan meningkatkan produktivitas kerja. Kepala sekolah perlu mencipatakan persepai yang baik bagi sikap tenaga kependidikan terhadap kepemimpinan dan lingkungan sekolah, agar mereka dapat meningkatkan kinerjanya.Kinerja guru akan dipengaruhi oleh pelbagai komponen pendidikan


(8)

4. Ontologi, epistimologi, dan aksiologi memiliki keterkaitan satu sama lain dalam manajemen pendidikan persekolahan. Hal ini dapat dijelaskan bahwa;

Semua jenis pengetahuan termasuk pengetahuan manajemen pendidikan persekolahan mempunyai ciri-ciri spesifik mengenai apa (ontology), bagaimana (epistimologi), dan untuk apa (aksiologi)

pengetahuan manajemen tersebut disusun dan mestinya dipahami oleh pemerhati masalah-masalah ilmu, khususnya dalam ilmu manajemen pendidikan persekolahan. Ketiga ciri tersebut berkaitan satu dengan lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang memiliki keterkaitan sesuai dengan fungsi dan perang masing-masing.Pemahaman mengenai filsafat manajemen pendidikan, memahami keterkaitan antara ontology, epistimologi, dan aksiologi merupakan konsep yang memiliki keterkaitan tak terpisahkan.

Dasar ontologis (Objek materi) manjemen pendidikan persekolahan ialah sisi manajemen yang mengatur seluruh kegiatan kependidikan, yaitu, Perencanaan, pengorganisasian, Pengerahan (motivasi, kepemimpinan, pengambilan keputusan, komonikasi, koordinasi, dan negoisasi serta pengembangan organisasi) dan pengendalian (Meliputi

Pemantauan,penilaian, dan pelaporan.

Dasar epistemologis diperlukan dalam manajemen pendidikan atau pakar ilmu pendidikan demi mengembangkan ilmunya secara produktif dan bertanggung jawab. Sekalipun pengumpulan data di lapangan sebagaian dapat dilakukan oleh tenaga pemula namun telaah atas objek formil ilmu manajemen pendidikan memerlukaan pendekatan

fenomenologis yang akan menjalin studi empirik dengan studi kualitatif-fenomenologis.


(9)

Aksiologi merupakan suatu pendidikan yang menguji danmenitegrasikan semua nilai tersebut dalam kehidupan manusia. Dengan kata lain nilai-nilai tersebut ditanamkan dalam pribadi para pemimpin pendidikan (kepala sekolah), guru, staf dan anak didik.

Berdasarkan landasan ontologi dan aksiologi itu, maka bagaimana seseorang dapat mengembangkan landasan epistimologi yang sesuai. Persoalan utama yang dihadapi epistimologi adalah bagaimana

mendapatkan pengetahuan yang benar dengan memperhitungkan aspek ontologi dan aksiologi. Dalam memahami pengetahuan manajemen pendidikan, falsafah manajemen pada hakikatnya menyediakan seperangkat pengetahuan ( a body of related knowledge) maksudya adalah bagaimana seseorang untuk berfikir secara efektif dalam memecahkan masalah-masalah manajemen yang diimplementasikan dalam pendidikan.

Maka, landasan Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi (pragmatis) dalam Managemen pendidikan persekolahan tidak hanya perlu sebagai ilmu yang otonom tetapi juga diperlukan untuk memberikan dasar yang sebaik-baiknya bagi pendidikan sebagai proses pembudayaan manusia secara beradab.


(1)

Output pendidikan adalah merupakan kinerja sekolah. Kinerja sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses/perilaku sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur dari kualitasnya, efektivitasnya,

produktivitasnya, efisiensinya, inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya dan moral kerjanya. Khusus yang berkaitan dengan mutu output sekolah, dapat dijelaskan bahwa output sekolah dikatakan berkualitas/bermutu tinggi jika prestasi sekolah, khususnya prestasi belajar siswa, menunjukkan

pencapaian yang tinggi dalam :

(1) prestasi akademik, berupa nilai ulangan umum US, UN, karya ilmiah, lomba akademik, dan

(2) prestasi non-akademik, seperti misalnya IMTAQ, kejujuran, kesopanan, olah raga, kesenian, keterampilan, dan kegiatan-kegiatan ektsrakurikuler lainnya.

Mutu sekolah dipengaruhi oleh banyak tahapan kegiatan yang saling berhubungan (proses) seperti misalnya perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.

Faktor-faktor pengembangan mutu pendidikan antara lain: 1. Faktor tujuan pendidikan.

2. Faktor masukan atau imput pendidikan. 3. Faktor manajemen dan supervisi pendidikan.

4. Faktor personel pendidikan (siswa, guru, staf, kepala sekolah, pengawas)

5. Faktor sarana dan prasarana pendidikan (kurikulum, fasilitas, peralatan, belajar, gedung, bengkel, perpustakaan dan lain-lain). 6. Faktor instansional (semua pihak yang terkait dengan pelaksanaan


(2)

7. Faktor ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang di pelajari siswa

2. Dalam pemberdayaan tenaga pendidikan diperlukan analisis pengembangan sumber daya manusia kependidikan harus

menggunakan teknik biaya secara efektif (cost effectiveness) dan teknik biaya manfaat (cost benefit). Maka strategi pengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan yaitu;

cost-effectiveness; pendekatan ini biasa digunakan untuk mengetahui efisiensi biaya pendidikan. Sebuah sistem pendidikan dinilai memiliki efesiensi jika dapat menghasilkan output yang diharapkan dengan biaya minimum.

Dapat pula dinyatakan bahwa dengan input yang tertentu memaksimalkan output yang diharapkan outpout acapkali diukur dengan indikator-indikator seperti angka kohort, yaitu proporsi siswa yang dapat bertahan sampai akhir putaran pendidikan, pengetahuan keilmuan, keterampilan, ketaatan kepada norma-norma prilaku sosial. Cost benefit ; dikaitkan dengan analisis keuntungan atas investasi pendidikan dari pembentukan kemampuan, sikap dan keterampilan. Dalam perhitungan investasi terdapat dua hal penting yaitu :

1. Investasi hendaknya menghasilkan kemampuan yang memiliki nilai ekonomi di luar nilai instrinsiknya,

2. Nilai guna dari kemampuan

3. Anaisis biaya manfaat (cost benefit analysis) merupakan analisis investasi pendidikan.

4. Metode analisis biaya manfaat dapat membantu para pengambil keputusan dalam menentukan pilihan diantara alternative alokasi


(3)

sumber-sumber pendidikan yang terbatas tetapi memberikan keuntungan yang tinggi.

5. Investasi dibidang pendidikan perlu untukl merespon kebutuhan ekonomi tenaga kerja menurut jenjang dan jenis pendidikan.

6. Analisis tingkat balik (Rates of Return Analysis) ekonomi dari investasi ini diperoleh dengan membandingkan produktivitas dari tenaga kerja terdidik yang biasanya digambarkan oleh profil upah dengan produktivitas tenaga kerja yang tidak terdidik.

7. Nilai investasi pendidikan dapat berbeda tergantung acuannya, apakah acuannya dari sudut pandang masyarakat atau individu. 8. Tidak semua biaya pendidikan ditanggung oleh individu, tetapi

sebagian ditanggung oleh masyarakat melalui subsidi pemerintah

3. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja sekolah dapat dilakukan melalui:

1. Pembinaan disiplin tenaga kependidikan

Kepala sekolah harus mampu menumbuhkan disiplin tenaga kependidikan, terutama disiplin diri (self discipline). Dalam hal ini seorang kepala sekolah harus mampu melakukan hal-hal diantaranya yaitu;

a. Membantu tenaga kependidikan mengembangkan pola prilakunya b. Membantu tenaga kependidikan meningkatkan standar prilakunya c. Menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat.

Setiap tenaga kependidikan memiliki karakteristik khusus, yang satu sama lain berbeda. Hal tersebut memerlukan perhatian dan


(4)

pelayanan khusus pula dari pemimpinnya, agar mereka dapat memanfaatkan waktu untuk meningkatkan kinerjanya

2. Pemberian motivasi

Apabila para tenaga kependidikan memiliki motivasi yang positif maka ia akan memperlihatkan minat, mempunyai perhatian dan ingin ikut serta dalam suatu tugas atau kegiatan.

Dengan kata lain seorang tenaga kependidikan akan melakukan semua pekerjaannya dengan baik apabila ada faktor pendorongnya (motivasi). Dalam kaitan ini pemimpin dituntut untuk memiliki

kemampuan membangkitkan motivasi para tenaga kependidikannya sehingga mereka dapat meningkatkan kinerjanya.

3. Penghargaan (reward)

Penghargaan sangat penting untuk meningkatkan produktivitas kerja dan untuk mengurangi kegiatan yang kurang produktif. Melalui penghargaan ini tenaga kependidikan dirangsang untuk meningkatkan kinerja yang positif dan produktif.

Penghargaan ini akan bermakna apabila dikaitkan dengan prestasi tenaga kependidikan secara terbuka, sehingga setiap tenaga kependidikan memiliki peluang untuk meraihnya. Penggunaan penghargaan ini perlu dilakukan secara tepat, efektifdan efisien agar tidak menimbulkan dampak negatif

4. Persepsi

Persepsi adalah proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indra. Persepsi yang baik akan menumbuhkan iklim kerja yang kondusif serta sekaligus akan meningkatkan produktivitas kerja. Kepala sekolah perlu mencipatakan persepai yang baik bagi sikap tenaga kependidikan terhadap kepemimpinan dan lingkungan sekolah, agar mereka dapat meningkatkan kinerjanya.Kinerja guru akan dipengaruhi oleh pelbagai komponen pendidikan


(5)

4. Ontologi, epistimologi, dan aksiologi memiliki keterkaitan satu sama lain dalam manajemen pendidikan persekolahan. Hal ini dapat dijelaskan bahwa;

Semua jenis pengetahuan termasuk pengetahuan manajemen pendidikan persekolahan mempunyai ciri-ciri spesifik mengenai apa (ontology), bagaimana (epistimologi), dan untuk apa (aksiologi)

pengetahuan manajemen tersebut disusun dan mestinya dipahami oleh pemerhati masalah-masalah ilmu, khususnya dalam ilmu manajemen pendidikan persekolahan. Ketiga ciri tersebut berkaitan satu dengan lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang memiliki keterkaitan sesuai dengan fungsi dan perang masing-masing.Pemahaman mengenai filsafat manajemen pendidikan, memahami keterkaitan antara ontology, epistimologi, dan aksiologi merupakan konsep yang memiliki keterkaitan tak terpisahkan.

Dasar ontologis (Objek materi) manjemen pendidikan persekolahan ialah sisi manajemen yang mengatur seluruh kegiatan kependidikan, yaitu, Perencanaan, pengorganisasian, Pengerahan (motivasi, kepemimpinan, pengambilan keputusan, komonikasi, koordinasi, dan negoisasi serta pengembangan organisasi) dan pengendalian (Meliputi

Pemantauan,penilaian, dan pelaporan.

Dasar epistemologis diperlukan dalam manajemen pendidikan atau pakar ilmu pendidikan demi mengembangkan ilmunya secara produktif dan bertanggung jawab. Sekalipun pengumpulan data di lapangan sebagaian dapat dilakukan oleh tenaga pemula namun telaah atas objek formil ilmu manajemen pendidikan memerlukaan pendekatan

fenomenologis yang akan menjalin studi empirik dengan studi kualitatif-fenomenologis.


(6)

Aksiologi merupakan suatu pendidikan yang menguji danmenitegrasikan semua nilai tersebut dalam kehidupan manusia. Dengan kata lain nilai-nilai tersebut ditanamkan dalam pribadi para pemimpin pendidikan (kepala sekolah), guru, staf dan anak didik.

Berdasarkan landasan ontologi dan aksiologi itu, maka bagaimana seseorang dapat mengembangkan landasan epistimologi yang sesuai. Persoalan utama yang dihadapi epistimologi adalah bagaimana

mendapatkan pengetahuan yang benar dengan memperhitungkan aspek ontologi dan aksiologi. Dalam memahami pengetahuan manajemen pendidikan, falsafah manajemen pada hakikatnya menyediakan seperangkat pengetahuan ( a body of related knowledge) maksudya adalah bagaimana seseorang untuk berfikir secara efektif dalam memecahkan masalah-masalah manajemen yang diimplementasikan dalam pendidikan.

Maka, landasan Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi (pragmatis) dalam Managemen pendidikan persekolahan tidak hanya perlu sebagai ilmu yang otonom tetapi juga diperlukan untuk memberikan dasar yang sebaik-baiknya bagi pendidikan sebagai proses pembudayaan manusia secara beradab.