30
bisa saja si peminang kedua memburuk-burukkan peminang pertama. Selanjutnya setelah kesepakatan kedua
belah pihak menyangkut segala sesuatu, maka ditetapkan saat pernikahan.
12
2. Kafaah dalam Perkawinan
Untuk menjamin langgengnya kerukunan antara suami dan istri, pergaulan yang harmonis, tetapnya saling
pengertian dan terbinanya hubungan rumah tangga yang mesra, maka syari’at Islam menginginkan dengan sangat,
hendaklah suami itu yang sesuai sekufu dengan istrinya dalam segala hal yang dinilai sebagai kemuliaan hidup
manusia, khususnya yang adakaitannya dengan status ekonomi dan sosial.
Kufu adalah faktor penting bagi kelangsungan kehidupan berumah tangga, bila disorot dari kedudukan
suami sebagai pemimpin. Karena bila status ekonomi dan sosial
suami lebih
rendah dari
istrinya, maka
kedudukannya sebagai kepala keluarga pun menjadi lemah, dan kepemimpinannya bisa gagal, hingga bisa-bisa
menjadi sebab retaknya hubungan mereka berdua kelak.
13
12
Ibid.
13
Nabil Muhammad Taufik Assamaluthi, Pengaruh Agama Terhadap Struktur Keluarga, Terj. Oleh Anshari Umar Sitanggal,
Surabaya: Bina Ilmu, 1987, h. 246.
31
Setingkat dalam pernikahan antara laki-laki dengan perempuan ada lima sifat, yaitu menurut tingkat kedua ibu
bapak, yakni agama, merdeka atau hamba, perusahaan, kekayaan, dan kesejahteraan.
14
Kufu ini tidak menjadi syarat bagi pernikahan. Tetapi jika tidak dengan keridhaan masing-masing, yang
lain boleh mem-fasakh-kan pernikahan itu dengan alasan tidak kufu setingkat. Kufu adalah hak perempuan dan
walinya, keduanya boleh melanggarnya dengan keridhaan bersama. Menurut pendapat yang lebih kuat, ditinjau dari
alasannya, kufu itu hanya berlaku mengenai keagamaan, baik mengenai pokok agama seperti Islam dan bukan
Islam maupun kesempurnaannya, misalnya orang yang baik taat tidak sederajat dengan orang yang jahat atau
yang tidak taat. Dengan syarat-syarat yang tersebut di atas tadi,
hendaklah diketahui, dipelajari seperlunya, sehingga pihak lelaki yang hendak berkenalan cinta dengan wanita
tersebut, telah mengetahui perlunya, siapa gerangan dia dan
bagaimana pribadinya
dalam masyarakat
lingkungannya. Dengan cara demikian, maka diketahui secara mendalam siapakah yang sebenarnya wanita
14
Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2007, Cet. ke-4, h. 390.
32
tersebut untuk dijadikan jodoh atau perkenalan sementara, sebelum menjadi istri, teman hidup semati sampai tua
kelak. Kebanyakan pemuda-pemuda pihak laki yang
berkenalan dan langsung mengadakan perkawinan dengan seorang wanita itu, biasanya hanya berkenalan sepintas
saja, hanya dari perkenalan singkat itu, mereka pria dan wanita tersebut, telah jatuh hati dan timbul hasrat ingin
melaksanakan perkawinan yang berat resiko dan tanggung jawabnya itu. Kecuali perkenalan mereka, kebetulan
memang sudah lama berkenalan sejak dari kampung halaman semula, atau ada hubungan keluarga, yang
masing-masing sudah saling mengenal keluarganya. Bila syarat-syarat yang dikemukakan ini dapat dilaksanakan
oleh pihak
laki-laki yang
ingin melangsungkan
perkawinan itu, maka akibatnya kelak akan memperoleh berkah dan akan dapat hidup bahagia dalam rumah
tangga.
15
3. Hikmah PernikahanPerkawinan