Peran Bp4 Terhadap Efektivitas Kursus Pra Nikah Dalam Mengurangi Terjadinya Perceraian (Studi Pada Bp4 Kecamatan Parung Kabupaten Bogor)

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Guna Memenuhi Salah Satu syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

LUKMAN KHAKIM NIM: 1110044200034

KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1435 H /2014 M


(2)

(3)

(4)

(5)

iv

Pada BP4 Kecamatan Parung Kabupaten Bogor). Program Studi Hukum Keluarga Islam Konsentrasi Administrasi Keperdataan Islam, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1435 H/2014 M. x +80 halaman + lampiran.

Berdasarkan Keputusan Menteri Agama No.30 Tahun 1977 tentang Penegasan Pengakuan BP4 sebagai satu-satunya badan penunjang sebagian tugas Kementerian Agama dalam bidang perkawinan Pengertian Kursus Pra Nikah tercantum dalam Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah pada Bab I Pasal 1 ayat (1) yang berbunyi:Kursus Pra Nikah adalah Pemberian bekal pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan penumbuhan kesadaran kepada remaja usia nikah tentang kehidupan rumah tangga dan keluarga.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana peraturan Kursus Pra Nikah di BP4 itu berjalan di masyarakat. Karena dengan semakin meningkatnya jumlah masyarakat yang sadar akan pentingnya Kursus Pra Nikah tersebut, maka semakin meningkat pula kualitas mereka dalam berumah tangga, hal tersebut dapat menutup pemicu terjadinya suatu perceraian dan diharapkan peristiwa perceraian bisa berkurang.

Penelitiannya ini menggunakan metode penelitian Deskriptif Analisis, yaitu penelitian untuk memberikan gambaran tentang suatu gejala/suatu masyarakat tertentu, atau bisa di katakan ialah penulisan terhadap suatu masalah yang didasari oleh data-data yang sudah ada, kemudian dianalisa untuk kemudian diambil kesimpulan dari masalah tersebut.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa program Kursus Pra Nikah belum 100% berjalan di masyarakat. Dikarenakan berbagai faktor, salah satunya ketidak pahaman masyakarakat tentang pentingnya Kursus Pra Nikah tersebut. Mengenai Keputusan Menteri Agama No.30 Tahun 1977 tentang Penegasan Pengakuan BP4 sebagai satu-satunya badan yang mengurusi masalah perkawinan. Seharusnya menjadi tolak ukur tentang kewajiban seseorang untuk dapat mengikuti program tersebut. Sedangkan walaupun sudah keluar aturan seperti itu, tetap saja masyarakat masih memandang sebelah mata Kursus Pra Nikah.

Kata Kunci : Kursus Pra Nikah, Perkawinan, Perceraian Pembimbing : Prof. Dr. H. Ahmad Sutarmadi


(6)

v

KATA PENGANTAR

 





Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, Berkat Ridho-Nya sehingga dapat terselesaikannya penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam tidak lupa pula tercurah limpahkan kepada Baginda Besar Nabi Muhammad SAW, beserta para keluarga, sahabat dan kita sebagai umatnya yang terus istiqomah mengikuti ajaran dan sunahnya dalam setiap sendi kehidupan.

Alkhamdulillah, akhirnya Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarifhidayatullah Jakarta. Dengan kesadaran hati penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kata kesempurnaan. Namun demikian, Penulis sudah berusaha keras dan berbagai macam upaya untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan semaksimal mungkin. Tidak sedikit hambatan, cobaan dan kesulitan yang ditemui dalam penulisan skripsi ini. Masih banyak kekurangan yang belum bisa atau bahkan tidak bisa Penulis berikan didalam skripsi ini karena keterbatasan Penulis. Skripsi ini tidak mungkin selesai tanpa bantuan orang-orang disekitar Penulis, yang selalu memberikan masukan, nasehat, bimbingan bahkan dorongan dan semangat sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini dengan lancar dan tepat waktu.

Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada Bapak/Ibu:


(7)

vi

2. Drs. H. A. Basiq Djalil, SH, MA, dan Ibu Hj. Rosdiana, MA selaku Ketua dan Sekertaris Prodi Al-Ahwal Asy-Syakhsyiyyah yang selalu memberikan bimbingan, nasehat dan dorongan kepada Penulis dalam menyelesaikan kuliah di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan penuh tanggung jawab.

3. Prof. Dr. H. Ahmad Sutarmadi, selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu dan membagi ilmunya selama Penulis menyusun skripsi ini. Dan kesabaran yang penuh dalam memberikan nasehat-nasehat dan bimbingan kepada penulis Merupakan suatu kehormatan dan kebanggaan tersendiri Penulis bisa berada di bawah bimbingan Bapak dalam menyusun skripsi ini.

4. H. Enjat Munjiat, S.Ag., MH , selaku Kepala KUA dan BP4 Kecamatan Parung dan beserta staf KUA dan BP4 Kecamatan Parung yang telah memberikan izin kepada Penulis untuk melakukan penelitian dan wawancara serta meluangkan waktu dan memberikan kemudahan bagi Penulis dalam melaksanakan penelitian guna menyelesaikan tugas skripsi ini.

5. Dan yang terpenting skripsi ini Penulis persembahkan kepada kedua orang tua Penulis yang tercinta, Ayahanda Mohammad Nafe, S.E dan Ibunda Aeni Romlah sebagai ungkapan terima kasih yang tak terhingga karena


(8)

vii

telah membesarkan dan mendidik Penulis dengan penuh cinta dan kasih sayang. Serta memberikan semangat kepada Penulis dan juga memberikan doa, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. 6. Adik-adikku yang Penulis sayangi, Zaenal Asyiqin, Lutfi Haikal, dan Fitri

Amalia atas dukungan dan dorongan yang kalian berikan selama Penulis menyelesaikan skripsi ini.

7. Sahabat-sahabat Penulis Administrasi Keperdataan Islam angkatan 2010, yang telah memberikan dorongan semangat dan motivasi Penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.

8. Serta tidak lupa pula sahabat-sahabat SMA Islam Al-Mukhlisin angkatan 2008, yang sampai sekarang masih memberikan dukungan dan semangat kepada Penulis untuk dapat menyelesaikan skrpsi ini.

9. Dan juga terimakasih saya yang tak terhingga untuk seseorang yang saya sayangi Umiati Kultsum, S.E dan ibu Rodiyah di Gondrong Tangerang, yang secara langsung dan tidak langsung memberikan saya semangat dan dorongan kepada Penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

Selain itu, tidak lupa Penulis minta maaf apabila dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak kesalahan dan kekeliruan, karena penulis sadar bahwa tulisan ini masih jauh dari kata kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran selalu terbuka lebar untuk Penulis. Karena dengan adanya saran dan kritikan bisa membuat Penulis bisa menjadi lebih baik lagi. Pada akhirnya kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT dan semoga semua yang telah Penulis lakukan dan upayakan mendapat ridho dari Allah SWT. Amin Ya Robbal’alamin.


(9)

viii

Jakarta 16 Maret 2014 M


(10)

ix

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

ABSTRAKSI ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Studi Review Terdahulu ... 7

E. Kerangka Teori ... 8

F. Metode Penelitian ... 10

G. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II KURSUS PRA NIKAH, PERKAWINAN DAN PERCERAIAN ... 15

A. Kursus Pra Nikah ... 15

B. Perkawinan ... 20

C. Perceraian ... 28

BAB III DESKRIPSI UMUM BP4 KECAMATAN PARUNG KABUPATEN BOGOR ... 35

A. Sejarah Singkat BP4 ... 35


(11)

x

E. Pelaksanaan Kursus Pra Nikah ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA ... 52

A. Peran BP4 Kecamatan Parung Dalam Program Kursus Pra Nikah Guna Meningkatkan Mutu Perkawinan serta Mengurangi Terjadinya Perceraian ... 52

B. Upaya BP4 Kecamatan Parung Dalam Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas Kursus Pra Nikah ... 66

C. Analisis Penulis ... 74

BAB V PENUTUP ... 79

A. Kesimpulan... 79

B. Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 82

LAMPIRAN - LAMPIRAN 1. Surat Bimbingan Skripsi ... 85

2. Surat Pengambilan Data dan Wawancara Ke BP4 Kecamatan Parung ... 86

3. Surat Pengambilan Data dan Wawancara Ke KUA Kecamatan Parung ... 87

4. Surat Pernyataan Observasi dan Interview... 88

5. Data Jumlah Pernikahan ... 89

6. Data Jumlah Kursus Pra Nikah ... 92


(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pergaulan hidup manusia diatur oleh berbagai macam kaidah atau norma, yang pada hakikatnya bertujuan untuk menghasilkan kehidupan bersama yang tertib dan tentram. Di dalam pergaulan hidup tersebut, manusia mendapatkan pengalaman-pengalaman tentang bagaimana memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok atau primary needs, yang antara lain mencangkup sandang, pangan, papan, keselamatan jiwa dan harta, harga diri, potensi untuk berkembang, dan kasih sayang.1

Perkawinan menjadi salah satu siklus kehidupan yang dialami manusia disamping siklus kehidupan lainnya, yaitu kelahiran dan kematian. Perkawinan dalam Islam merupakan peristiwa penting dari lahirnya generasi penerus yang dapat melangsungkan keturunan umat manusia sebagai khalifah dimuka bumi ini.2

Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam realita kehidupan umat manusia. Dengan adanya perkawinan rumah tangga dapat ditegakkan dan dibina sesuai dengan norma agama dan tata kehidupan masyarakat. Dalam rumah tangga berkumpul dua insan yang berlainan jenis (suami isteri), mereka saling berhubungan

1

Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,

2004), h. 67

2

Hasanuddin, Perkawinan Dalam Perspektif Al-Qur’an “Nikah, Talak, Cerai, Rujuk”,


(13)

untuk mendapat keturunan sebagai penerus generasi. Insan-insan yang berada dalam rumah tangga itulah disebut “keluarga”. Keluarga merupakan unit terkecil dari suatu bangsa, keluarga yang di cita-citakan dalam ikatan perkawinan yang sah adalah keluarga sejahtera dan bahagia yang selalu mendapat ridha dari Allah SWT.3

Firman Allah SWT:



























































:مورلا(.

١٢

)

Artinya: “Dan diantara tanda-tanda Kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. (Q.S. Ar-Ruum:21)4

Namun sering kali apa yang menjadi tujuan perkawinan kandas di perjalanan. Perkawinan harus putus di tengah jalan. Sebenarnya putusnya perkawinan merupakan hal yang wajar saja, karena makna dasar sebuah akad nikah adalah ikatan atau dapat juga dikatakan perkawinan pada dasarnya adalah kontrak. Konsekuensinya ia dapat lepas yang kemudian dapat disebut dengan talak. Makna dasar dari talak itu adalah melepaskan ikatan atau melepaskan perjanjian.5

3

Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2006), h. 1

4

Al-Qur‟an Al-Karim, (Q.S. Ar-Ruum/30:21)

5

Amiur Nuruddin, Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta:


(14)

3

Kemudian berdasarkan Keputusan Menteri Agama No.30 Tahun 1977 tentang penegasan pengakuan BP4 sebagai satu-satunya badan penunjang sebagian tugas Departemen Agama dalam bidang Penasihatan Perkawinan, Perselisihan Rumah Tangga dan Perceraian, maka kepanjangan BP4 diubah menjadi Badan Penasihatan Perkawinan, Perselisihan dan Perceraian.6 Kemudian seiring perkembangan zaman kepanjangan BP4 berubah menjadi Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan hingga sekarang.

Berdasarkan hasil MUNAS BP4 Jakarta 14-17 Agustus 2004 dalam Pasal 5 disebutkan bahwa tujuan BP4 adalah untuk mempertinggi mutu perkawinan guna mewujudkan keluarga sakinah menurut ajaran Islam. Maka diadakan Program Kursus Pra Nikah. Kurus Pra Nikah ini mempunyai tujuan sebagaimana yang telah tercantum pada Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Kementrian Agama Nomor DJ.II/372 Tahun 2011 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Kurus Pra Nikah, dalam Pasal 4 disebutkan bahwa tujuan adanya Program Kursus Pra Nikah ini adalah “Dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang kehidupan rumah tangga/keluarga dalam mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah, warrahmah serta mengurangi angka perselisihan, perceraian, dan kekerasan dalam rumah tangga”.7

6

Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan, Hasil MUNAS BP4/2004 dan Pemilihan Keluarga Sakinah Teladan Tingkat Nasional, Jakarta 14-17 Agustus, 2004, h. 7

7

Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Kementrian Agama Nomor DJ.II/372 Tahun 2011 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Kurus Pra Nikah, h. 4


(15)

Adapun hal-hal yang melatar belakangi penulis melakukan penelitian ini adalah ingin membahas dan menguraikannya lebih jauh mengenai program Kursus Pra Nikah di BP4 dalam menekan tingginya perceraian, adalah: Pertama, penulis ingin memperkenalkan lembaga konsultasi BP4, khusunya nya program Kursus Pra Nikah kepada masyarakat. Kedua, ingin mengetahui sejauh mana peranan BP4 sebagai lembaga penasehatan perkawinan terhadap efektivitas program Kursus Pra Nikah. Karena menurut penulis, adanya program Kursus Pra Nikah tidak berpengaruh dengan semakin tingginya angka perceraian dengan berbagai macam latar belakang alasan dan permasalahan. Ketiga, Hambatan apa saja yang terjadi pada program Kursus Pra Nikah di BP4 dalam memberikan bimbingan dan penasihatan perkawinan kepada calon pengantin, khusunya dalam program Kursus Pra Nikah pada BP4 Kecamatan Parung Kabupaten Bogor yang dipiliha oleh penulis sebagai obyek penelitian.

Dengan adanya tujuan dan motivasi diatas diharapkan akan mendapat suatu jawaban dan penjelasan yang tepat dan akurat. Sedangkan untuk mendapatkan kejelasan dan kepastian mengenai permasalahan di atas maka diperlukan suatu pembahasan dan penelitian secara mendalam di lokasi yang dipilih. Untuk itu penulis menyajikannya dalam penelitian yang berjudul:

“Peran BP4 Terhadap Efektivitas Kursus Pra Nikah Dalam Mengurangi Terjadinya Perceraian. (Studi Pada BP4 Kecamatan Parung Kabupaten Bogor(”.


(16)

5

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Dalam usaha meningkatkan mutu perkawinan dan dalam usahanya mencegah terjadinya perselisihan dan perceraian keluarga diperlukan peran BP4. Sehubungan dengan penelitian BP4 ini memiliki makna yang lebih luas. Untuk lebih mendapatkan kejelasan dalam penulisan serta untuk mempersempit dan mempermudah penelitian yang dimaksud, maka penulis membatasi masalah tersebut pada peran BP4 terhadap efektivitas Kursus Pra Nikah dalam mengurangi terjadinya perceraian. Dan menitikberatkan penelitian pada BP4 Kecamatan Parung Kabupaten Bogor.

2. Rumusan Masalah

Menurut penulis program Kursus Pra Nikah seharusnya menjadi suatu keharusan atau kewajiban bagi para Calon Pengantin yang ingin melangsungkan pernikahan, dan dalam peraturan Keputusan Menteri Agama No. 30 Tahun 1977 telah menegaskan bahwa pemerintah telah mengakui BP4 sebagai badan yang menangani masalah perkawinan. Tapi pada kenyataannya di masyarakat masih tidak memperdulikan aturan tersebut dan mengabaikannya.

Adapun rumusan masalah ini dapat diperinci kedalam beberapa pernyataan sebagai berikut:

1. Apa faktor pendukung dan penghambat bagi BP4 Kecamatan Parung Kabupaten Bogor pada program Kursus Pra Nikah ini?


(17)

2. Upaya-Upaya apa saja yang dilakukan BP4 Kecamatan Parung Kabupaten Bogor dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas Kursus Pra Nikah guna mengurangi terjadinya perceraian?

3. Bagaimana tingkat efektivitas Kursus Pra Nikah di BP4 Kecamatan Parung Kabupaten Bogor dalam mengurangi terjadinya perceraian?

C. Tujuan dan Manfaat

Adapun yang menjadi tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengatahui apa faktor pendukung dan penghambat bagi BP4 Kecamatan Parung Kabupaten Bogor pada program Kursus Pra Nikah ini. b. Ingin mengetahui upaya-upaya apa saja yang dilakukan BP4 Kecamatan

Parung Kabupaten Bogor dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas Kursus Pra Nikah guna mengurangi terjadinya perceraian.

c. Untuk mengetahui sejauh mana tingkat efektivitas Kursus Pra Nikah di BP4 Kecamatan Parung Kabupaten Bogor dalam mengurangi terjadinya perceraian.

2. Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat bagi BP4 seluruh Indonesia secara umum dan secara khusus pada BP4 Kecamatan Parung Kabupaten Bogor dalam meningkatkan mutu dan kualitas program Kursus Pra Nikah, terutama bagi


(18)

7

masyarakat itu sendiri yang ingin melakukan pernikahan, agar dapat lebih memahami arti keluarga sakinah yang sesungguhnya sebelum mereka resmi menjalankan sebuah rumah tangga. Karena tujuan dari Kursus Pra Nikah ini adalah menuntun para calon pengantin agar kelak menjadi keluarga Sakinah Mawaddah Warrahmah sesuai dengan ajaran agama Islam guna mencapai kebahagiaan.

D. Review Studi Terdahulu

NO IDENTITAS SUBTANSI PERBEDAAN

1 Maman

Faturokhman, (2011) Konsentrasi Administrasi Keperdataan Islam, Dengan skripsinya yang berjudul

“Kursus Pra Nikah: Teori dan Prakteknya di KUA Kecamatan Pesawan,Kabupaten Kuningan Jawa Barat”

Dalam skripsi ini Maman Faturokhman

mengulas tentang teori dan prakteknya di KUA tersebut, dan lebih menitik beratkan pada korelasi Kursus

Pra Nikah,

terhadap Pembentukan keluarga Sakinah.

Sedangkan

dalam skripsi saya lebih kepada peran BP4 itu sendiri dalam menekan tingginya Perceraian, melalui program yang ada di BP4 itu sendiri Yaitu Kursus Pra Nikah.

2 Maulana

Ramadhan,(2012) Konsentrasi Administrasi Keperdataan Islam, dengan skripsinya yang Berjudul “Peran BP4 dalam Meminimalisir Terjadinya Perceraian” Dalam skripsi ini Maulana Ramadhan membahas tentang peran BP4 dalam Meminimalisir

terjadinya perceraian, disini dia

lebih cenderung hanya membahas tugas

dan wewenang BP4 itu sendiri dan dari situ dapat dilihat peranan

Sedangkan

dalam ksripsi hampir sama tujuan

nya ialah yaitu untuk meredam terjadinya jumlah perceraian yang tejadi, tetapi saya lebih melihat dari sisi Kursus Pra Nikahnya, sebagai salah satu program BP4 yang diberikan kepada para calon


(19)

BP4

dalam meminimalisir terjadinya perceraian.

pengantin,guna memberi pemahaman tentang

keluarga sakinah kelak saat meraka benar-benar telah terjun menjalani biduk rumah tangga

yang sesungguhnya.

E. Kerangka Teori

Sejak BP4 didirikan pada tanggal 3 Januari 1960 dan dikukuhkan oleh Keputusan Menteri Agama Nomor 85 tahun 1961 diakui bahwa BP4 adalah satu-satunya Badan yang berusaha dibidang Penasihatan Perkawinan dan Pengurangan Perceraian. Fungsi dan tugas BP4 tetap konsisten melaksanakan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan dan Peraturan Perundang lainnya tentang Perkawinan, oleh karenanya fungsi dan peranan BP4 sangat diperlukan masyarakat dalam mewujudkan kualitas perkawinan.

BP4 mempunyai upaya dan usaha sebagai berikut:

1. Memberikan bimbingan, penasihatan dan penerangan mengenai nikah, talak, cerai, rujuk kepada masyarakat baik perorangan maupun kelompok.

2. Memberikan bimbingan tentang peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan keluarga.

3. Memberikan bantuan mediasi kepada para pihak yang berperkara di pengadilan agama.

4. Memberikan bantuan advokasi dalam mengatasi masalah perkawinan, keluarga dan perselisihan rumah tangga di peradilan agama.

5. Menurunkan terjadinya perselisihan serta perceraian, poligami yang tidak bertanggung jawab, pernikahan di bawah umur dan pernikahan tidak tercatat.


(20)

9

6. Bekerjasama dengan instansi, lembaga dan organisasi yang memiliki kesamaan tujuan baik di dalam maupun di luar negeri; 7. Menerbitkan dan menyebarluaskan majalah perkawinan dan keluarga, buku, brosur dan media elektronik yang dianggap perlu.

8. Menyelenggarakan kursus calon pengantin, penataran/pelatihan ,diskusi, seminar dan kegiatan-kegiatan sejenis-yang berkaitan dengan perkawinan dan keluarga.

9. Menyelenggarakan pendidikan keluarga untuk peningkatkan penghayatan dan pengamalan nilai-nilai keimanan, ketaqwaan dan akhlaqul karimah dalam rangka membina keluarga sakinah. 10.Berperan aktif dalam kegiatan lintas sektoral yang bertujuan

membina keluarga sakinah.

11.Meningkatkan upaya pemberdayaan ekonomi keluarga;

12.Upaya dan usaha lain yang dipandang bermanfaat untuk kepentingan organisasi, serta bagi kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga.8

Dalam MUNAS BP4 Pasal 2 disebutkan bahwa tujuan adanya Program Kursus Pra Nikah ini adalah “Dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang kehidupan rumah tangga/keluarga dalam mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah, warrahmah serta mengurangi angka perselisihan, perceraian, dan kekerasan dalam rumah tangga”.

Data statistik perkawinan di Indonesia per-tahun rata-rata mencapai 2 (dua) juta pasang. Suatu angka yang sangat fantastis dan sangat berpengaruh terhadap kemungkinan adanya perubahan-perubahan sosial masyarakat.

Di Indonesia angka perceraian rata-rata secara rasional mencapai -/+200 ribu pasang pertahun atau sekitar 10 persen dari peristiwa pernikahan yang terjadi setiap tahun. Oleh sebab itu Kursus Pra Nikah bagi remaja usia nikah dan calon

8


(21)

pengantin,merupakan salah satu solusi dan kebutuhan bagi masyarakat untuk mengatasi ataupun untuk mengurangi terjadinya krisis perkawinan yang berakhir pada perceraian.9

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Dilihat dari sudut pandang sifat penyusunannya, penelitian ini menggunakan metode kualitatif, penelitian kualitatif merupakan upaya yang mendalam dan memakan waktu berhubungan dengan lapangan dan situasi nyata.10 Maksudnya ialah meneliti suatu peristiwa di masyarakat yang tidak sesuai dengan aturan yang berlaku.

Sementara metode penulisan yang digunakan ialah deskriptif analisis yaitu penelitian untuk memberikan gambaran tentang suatu gejala/suatu masyarakat tertentu11, atau bisa di katakan ialah penulisan terhadap suatu masalah di masyarakat yang didasari oleh data-data yang di dapat, kemudian dianalisa untuk kemudian diambil kesimpulan dari masalah tersebut.

2. Jenis Data dan Sumber Data

Adapun jenis dan sumber data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah:

9

Keputusan Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Nomor DJ.II/OT.01.3/3383/2011, Tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah, h. 13-14

10

Boy S. SabarGuna, Analisis Data pada Penelitian Kualitatif, (Jakarta: UI-Press, 2008), h.4

11

Sukandarrumidi, Metodelogi Penelitian Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula,


(22)

11

a. Data Primer,

ialah data yang didapat langsung dari lapangan, atau diperoleh dari survey dan observasi dilapangan. Data yang di diperoleh langsung dari lembaga KUA untuk data jumlah pernikahannya yang terjadi, serta dari BP4 untuk data jumlah calon pengantin yang mengikuti Kursus Pra Nikah, dan dari Pengadilan Agama terkait data perceraiannya.

b. Data Sekunder,

ialah data yang didapat dari studi pustaka dengan cara membaca, mempelajari dan memahami buku-buku literatur serta pengetahuan yang didapat saat di bangku perkuliahan, dan sumber-sumber lain yang relevan dengan penelitian ini yaitu surat kabar, artikel, jurnal dan sebagainya.

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang di lakukan oleh penulis agar sesuai dengan penelitian yang diinginkan, ialah sebagai berikut:

a. Observasi

Di lakukan untuk mengadakan pengamatan secara langsung ke objek penelitian yang dituju, yaitu efektif nya program Kursus Pra Nikah di BP4 Kecamatan Parung Kabupaten Bogor, untuk mengetahui secara langsung mengenai hal-hal apa saja yang berkaitan dengan penelitian ini.

b. Interview atau Wawancara

Di gunakan untuk mendapat informasi atau data-data yang berkaitan dengan BP4 khususnya tentang Kursus pra Nikah yang dibutuhkan oleh


(23)

penulis secara langsung dari para narasumber ketua BP4 Kecamatan Parung Kabupaten Bogor yang berkaitan dengan penelitian ini.

4. Pendekatan Penelitian

Disamping teknik-teknik yang digunakan penulis, penulis juga menggunakan metode pendekatan penelitian, ialah sebagai berikut:

a. Pendekatan Sosiologis, yaitu suatu cara mendekati masalah dengan cara melihat dari sisi sosial di masyarakat itu sendiri.

penelitian untuk memberikan gambaran tentang suatu gejala/suatu masyarakat tertentu. 12

b. Pendekatan Normatif, yaitu suatu cara mendekati masalah yang akan diteliti dengan mengacu pada Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.

Berdasarkan Keputusan Menteri Agama No.30 Tahun 1977 tentang penegasan pengakuan BP4 sebagai satu-satunya badan penunjang sebagian tugas Departemen Agama dalam bidang Penasihatan Perkawinan.13

5. Alat Analisis Data

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan teknik analisa data dengan cara menganalisis dan mengambil kesimpulan dari seluruh data

12

Ibid, h. 104

13

Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan, Hasil MUNAS BP4/2004 dan Pemilihan Keluarga Sakinah Teladan Tingkat Nasional, Jakarta 14-17 Agustus, 2004, h. 7


(24)

13

yang diperoleh penulis dari wawancara dan kepustakaan yang diseleksi dan disusun, kemudian penulis melakukan klasifikasi data, bertujuan untuk menyusun data berdasarkan bagian-bagian kategori tertentu. Karena data ini bersifat kualitatif maka teknik yang digunakan ialah metode analisis deskriptif maksudnya data-data tersebut akan tersaji dalam bentuk uraian. Uraian-uraian tersebut berdasarkan data-data yang telah didapatkan penulis selama penelitian berlangsung. Data-data tersebut yang berkaitan dengan judul skripsi penulis. Kemudian setelah itu melalui tahap pemeriksaan kembali (editing) pada data-data yang sudah terkumpul agar sesuai dengan penelitian yang penulis harapkan.

G. Sistematika Penulisan

Untuk lebih mempermudah penambahan dan penulisan pada skripsi ini, maka penulis mengklasifikasikan permasalahan dalam beberapa bab dengan sistematika sebagai berikut:

Dalam Bab I, yaitu bab pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, studi review terdahulu, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Selanjutnya dalam Bab II, berisi Pengertian Kursus Pra Nikah, Tujuan Kursus Pra Nikah, Pengertian Perkawinan, Dasar Hukum Perkawinan, Hak dan Kewajiban Suami Istri, Pengertian Perceraian, Dasar Hukum Perceraian, Akibat Perceraian.


(25)

Kemudian Bab III, berisi tentang deskripsi umum BP4 Kecamatan Parung yang meliputi Sejarah Singkat, Dasar Hukum Berdirinya, Profil, Program Kerja dan Wewenang, serta Praktek Kursus Pra Nikah.

Dan dilanjutkan Bab IV, memuat tentang Kegiatan dan Peran BP4 Kecamatan Parung kabupaten Bogor, serta Analisis Penulis.

Dan di lanjutkan dengan Bab V, ialah Penutup, yang berisi tentang kesimpulan dan saran-saran dari penulis.


(26)

15

BAB II

KURSUS PRA NIKAH, PERKAWINAN, DAN PERCERAIAN

A. Kursus Pra Nikah

BP4 ialah lembaga yang mengatur tentang bagaimana menciptakan keluarga yang sakinah, mawaddah, warrahmah. BP4 merupakan badan semi resmi yang diakui oleh pemerintah melalui Keputusan Menteri Agama No. 30 Tahun 1977, dan berkedudukan di bawah otoritas KUA Kecamatan. Walaupun berada dibawah naungan KUA, tetapi BP4 berbeda dengan KUA dengan melihat dari tugas-tugas pokok yang ada dalam masing-masing lembaga tersebut.

Fungsi dan Tugas BP4 tetap konsisten melaksanakan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan dan Peraturan Perundang lainnya tentang Perkawinan, oleh karenanya fungsi dan peranan BP4 sangat diperlukan masyarakat dalam mewujudkan kualitas perkawinan.

Dijelaskan pula bahwa tugas BP4 berdasarkan hasil Musyawarah Nasional yang ditetapkan di Jakarta pada tanggal 16 Agustus 2004 yang dipimpin oleh ketua sidang H. Imam Masykoer Alie dan sekretaris sidang Drs. H. Zamhari Hasan, MM adalah Menyelenggarakan kursus calon pengantin, penataran/pelatihan ,diskusi, seminar dan kegiatan-kegiatan sejenis yang berkaitan dengan perkawinan dan keluarga


(27)

Dari penjelasan diatas dijelaskan bahwa salah satu tugas BP4 ialah menyelenggarakan kursus calon pengantin atau yang biasa kita kenal sekarang dengan istilah Kursus Pra Nikah. Kursus tersebut bukan hanya untuk calon pengantin saja melainkan untuk orang yang sudah masuk usia nikah seperti anak sekolah SMA, mereka-mereka ini sudah perlu untuk diberikan pemahaman tentang keluarga atau rumah tangga, bagaimana dalam menjalani biduk rumah tangga yang baik sehingga dapat tercipta keluarga yang sakinah, mawaddah, warrahmah dikemudian hari.

Pengertian Kursus Pra Nikah tercantum dalam Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah pada Bab I Pasal 1 ayat (1) yang berbunyi:

Kursus Pra Nikah adalah Pemberian bekal pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan penumbuhan kesadaran kepada remaja usia nikah tentang kehidupan rumah tangga dan keluarga.1

Jadi Kursus Pra Nikah ialah bimbingan kepada calon pengantin (calon suami istri) sebagai bekal pengetahuan untuk mengarungi bahtera rumah tangga yang diberikan oleh petugas BP4 dalam hal pemberian materi sekitar pernikahan, kesehatan keluarga serta munakahat. Dengan narasumber atau konselor yang telah di latih 3 bulan sekali oleh BP4 yang diadakan oleh Pemerintah Bogor sebagai upaya peningkatan kualitas konselor itu sendiri.

1

Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Kementrian Agama Nomor DJ.II/372 Tahun 2011 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Kurus Pra Nikah, h. 3


(28)

17

Dan diharapkan dengan pemberian materi tersebut dapat meningkatkan kualitas keluarga atau rumah tangga yang di idam-idamkan oleh para pasangan calon pengantin, yaitu mencapai keluarga yang sakinah, mawaddah, warrahmah.

Pada Bab II Pasal 2 Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama Nomor DJ.II/372 Tahun 2011 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah menjelaskan bahwa tujuan Kursus Pra Nikah adalah untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang kehidupan rumah tangga/keluarga dalam mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah, warrahmah serta mengurangi angka perselisihan, perceraian, dan kekerasan dalam rumah tangga.2

Berdasarkan apa yang telah di paparkan diatas, dapat dilihat bahwa tujuan dari Kursus Pra Nikah adalah memberikan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan penumbuhan kesadaran tentang kehidupan rumah tangga dan keluarga bagi para calon pengantin guna meminimalisir terjadinya perceraian.

Berdasarkan MUNAS BP4 ke XIV/2009 di Jakarta pada 1-3 Juni 2009 yang dipimpin oleh ketua sidang Bapak Drs. H. Moh. Muchtar Ilyas dan sekretaris sidang Bapak Drs. H. Najib Anwar, MH , seperti yang dijelaskan pada pasal 1 bahwa BP4 adalah Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan. Dan pada pasal 6 salah satu upaya dan usaha BP4 adalah memberikan bimbingan, penasehatan dan

2

Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Kementrian Agama Nomor DJ.II/372 Tahun 2011 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Kurus Pra Nikah, h. 4


(29)

penerangan mengenai nikah, talak, cerai, rujuk kepada masyarakat baik perorangan maupun kelompok.3

Penasehatan yaitu upaya penasehatan atau bimbingan yang diberikan oleh para penasehat kepada yang dinasehati.4 Setelah mencapai usia puber, manusia digerakan oleh keinginan seksualnya untuk mencari pasangan hidup, sebagai tumpuan harapannya. Itu adalah tanggung jawab pertama yang dihadapi manusia, karena sebelum puber seseorang tidak harus mempertanggungjawabkan perbuatan yang dilakukannya walaupun harus diarahkan agar ia tumbuh dewasa secara terhormat.5 Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa bimbingan itu merupakan bantuan yang diberikan kepada individu, untuk mengembangkan kemampuan-kemampuannya dengan baik agar individu itu dapat memecahkan masalahnya sendiri dan dapat mengadakan penyesuaian diri dengan baik.6

Dijelaskan dalam kitab Riyadhu Solikhin dalam bab nasehat:

3

MUNAS BP4 ke XIV/2009, Jakarta, 1-3 Juni 2009, h.5

4

Departemen Agama R.I, Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Proyek Peningkatan Keluarga Sakinah Tahun 2001 Tentang Pedoman Konselor Keluarga Sakinah, h.72

5

Mahmud Ash-Shabbagh, Keluarga bahagia Dalam islam “Edisi Indonesia”, (Yogyakarta:

CV. Pustaka Mantiq, 1993), cet.5, h. 56

6

Bimo Walgito, Bimbingan & Konseling Perkawinan, (Yogyakarta: Andi Offset, 2004), cet 2, h. 3


(30)

19

)

(

Artinya: Allah berfirman: sesungguhnya orang mukmin itu bersaudara, dan Allah berfirman yang dikabarkan dari Nabi Nuh AS: dan saya bernasehat kepada beliau Nabi Hud AS, dan saya bagi kalian adalah penasehat terpercaya dan adapun beberapa hadist, maka yang pertama: dari Abi Ruqoyah Tamim bin Ausindori RA bahwasannya Allah bersabda agama itu adalah nasehat, kami berkata untuk siapa?, dijawab untuk Allah, kitabnya, Rosulnya, umat muslim dan paman mereka. Diriwayatkan oleh Muslim, yang kedua dari Jarir ibn Abdillah RA berkata: Rosulullah SAW menjelaskan kepadaku tentang mendirikan shalat, menunaikan zakat dan bernasehat bagi setiap muslim. Diriwayatkan Muttafaqun Alaih.7

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa penasehatan ialah hal yang paling penting untuk menciptakan kemandirian seseorang, dengan adanya penasehatan diharapkan orang yang dinasehati atau dibimbing dapat mengetahui hal yang baik dan buruk serta dapat mengatasi sendiri hal yang buruk tersebut.

7

Syehk Al-Islam Muhyiddin Abi Zakariya Yahya ibn Sarf Nawawiyah, Riyadhu Sholihin

Min Kalami Sayyidi Al-Mursalin, (Syria-Indonesia: Maktaba Salim ibn Sa‟ad ibn Sya‟ban Wa‟khihi Ahmad). h. 107


(31)

B. Perkawinan

Perkawinan dalam bahasa Arab disebut dengan al-nikah yang bermakna

al-wathi’ dan al-dammu wa al-tadakhul. Terkadang juga disebut dengan al-dammu wa al-jam’u, atau „ibarat „an al-wath’ wa al-„aqd yang bermakna bersetubuh, berkumpul dan akad. Beranjak dari makna etimologis inilihah para ulama fikih mendefinisikan perkawinan dalam konteks hubungan biologis.8

Menurut Yahya Zakariya Al-Anshary mendefinisikan nikah menurut istilah syara‟ ialah akad yang mengandung ketentuan hukum kebolehan hubungan seksual dengan lafaz nikah atau dengan kata-kata yang semakna dengannya. Definisi yang dikutip Zakian Daradjat ialah akad yang mengandung ketentuan hukum kebolehan hubungan seksual dengan lafaz nikah atau tazwij atau semakna dengan keduanya.9

Pengertian-pengertian diatas tampaknya dibuat hanya melihat dari satu segi saja, yaitu kebolehan hukum dalam hubungan antara seorang laki-laki dan seorang wanita yang semula dilarang menjadi dibolehkan. Padahal setiap perbuatan hukum itu mempunyai tujuan dan akibat ataupun pengaruhnya. 10

Dalam kaitan ini, Muhammad Abu Zahrah memberikan definisi yang lebih luas, yang juga dikutip oleh Zakian Daradjat ialah akad yang memberikan faedah hukum kebolehan mengadakan hubungan keluarga (suami istri) antara pria dan

8

Amiur Nuruddin, Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Studi Kritis

Perkembangan Hukum Islam dari Fikih UU No.1/1974 sampai KHI, (Jakarta: Kencana, 2006), cet 3, h. 38

9

Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Bogor: Kencana, 2003), cet 1, h.8

10


(32)

21

wanita dan mengadakan tolong menolong dan member batas hak bagi pemiliknya serta pemenuhan kewajiban bagi masing-masing.11

Aqad nikah yang telah dilakukan akan memberikan status kepemilikan bagi kedua belah pihak (suami istri), dimana status kepemilikan akibat aqad tersebut bagi si lelaki (suami) berhak memperoleh kenikmatan biologis dan segala yang terkait dengan itu secara sendirian tanpa dicampuri atau diikuti oleh lainnya yang dalam term fikih disebut “Milku al-Intifa”, yaitu hak memiliki penggunaan atau pemakaian terhadap suatu benda (istri), yang digunakan untuk dirinya sendiri.

Bagi perempuan (istri) sebagaimana si suami ia pun berhak memperoleh kenikmatan biologis yang sama, akan tetapi tidak bersifat khusus untuk dirinya sendiri, dalam hal ini si istri boleh menikmati secara biologis atas diri sang suami bersama perempuan lainnya (istri suami yang lain). Sehingga kepemilikan disini merupakan hak berserikat antara para istri. Jelasnya, poliandri haram hukumnya dan sebaliknya poligami dibolehkan secara syara‟.12

Selayaknya seorang mukmin mencari calon istri yang ditentukan dengan Islam, sehingga akan mendapatkan rumah tangga yang damai, sakinah, penuh ridha Allah.13

11

Ibid, h. 9

12

Ahmad Sudirman Abbas, Pengantar Pernikahan, Analisa Perbandingan Antar Madzhab,

(Jakarta: PT. Prima Heza Lestari, 2006), h. 1

13

Syeikh Muhammad Shalih Al-Munajjid, 40 Kiat Islami Membina Rumah Tangga Ideal


(33)

Didalam UU Perkawinan No.1 Tahun 1974 seperti yang termuat dalam pasal 1 ayat 2 perkawinan didefinisikan sebagai:

“Ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga, rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Pencantuman Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa adalah karena negara Indonesia berdasarkan kepada Pancasila yang sila pertamanya adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Sampai disini tegas dinyatakan bahwa perkawinan mempunyaihubungan yang erat sekali dengan agama, kerohanian sehingga perkawinan bukan saja mempunyai unsur lahir/jasmani tetapi juga unsur batin/rohani.14

Seperti dinyatakan Abdur-Rahman Al-Juzairi, kata nikah (kawin) dapat didekati dari tiga aspek pengertian (makna), yakni makna lughawi (etimologis), makna ushuli (syar’i) dan makna fiqhi (hukum). Terutama dari sudut pandang makna lughawi dan makna fiqhi (hukum).15

Islam menghendaki dicapainya suatu makna yang mulia dari suatu perkawinan atau kehidupan rumah tangga. Disini lembaga perkawinan harus dipandang sebagai sesuatu yang bernilai luhur dan harus dicari makna dan esensinya, seperti halnya ketenangan dan ketentraman hidup. Kecuali itu, harus pula diingat

14

Amiur Nuruddin, Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Studi Kritis

Perkembangan Hukum Islam dari Fikih UU No.1/1974 sampai KHI, (Jakarta: Kencana, 2006), cet 3, h. 42-43

15

Muhammad Amin Suma, Hukum keluarga Islam di Dunia Islam, (Jakarta: PT.


(34)

23

kewajiban-kewajiban yang mesti dilakukan, seperti kesetiaan dan kasih sayang.16 Pernikahan merupakan salah satu sunnatullah yang bersifat umum dan berlaku bagi semua makhluk termasuk didalamnya hewan dan tumbuh-tumbuhan serta keberadaan malam berganti siang. Allah berfirman:



















.

:تايرازلا(

)

Artinya: “Dan segala sesuatu Kami jadikan berpasang-pasangan, agar kalian mau

berfikir” (Q.S: Adz-Dzariyaat: 49)















































.

:دعرلا(

)

Artinya: “Dan sesungguhnya kami mengutus beberapa Rasul sebelum engkau dan Kami memberikan kepadanya mereka istri-istri dan keturunan. dan tidak ada hak bagi seorang Rasul mendatangkan sesuatu ayat (mukjizat) melainkan dengan izin Allah. bagi tiap-tiap masa ada kitab (yang tertentu)”. (Q.S: Ar-Ra’d: 38).









































.

:رونلا(

٣

)

Artinya: “Dan nikahkanlah orang yang sendirian diantara kalian, dan orang-orang yang layak menikah dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki juga perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan

16

Abduttawab Haikal, Rahasia Perkawinan Rasulullah SAW, Poligami dalam Islam vs


(35)

karunia-Nya. Dan Allah maha luas (pemberiannya) lagi maha mengetahui” (Q.S: An-Nuur: 32)17

Terhadap persoalan seputar hukum nikah, ulama fiqih (fuqaha) berbeda pendapat dalam menentukan kedudukan hukumnya. Secara umum ada pendapat tentang hukum nikah seperti sunnah menurut kelompok Jumhur dan wajib menurut kelompok Zahiriyah. Kelompok pengikut madzhab Malik yang belakangan merinci kedudukan hukum nikah berdasarkan kondisi, yaitu: hukum wajib untuk sebagian orang dan sunnah untuk sebagian lainnya dan dapat juga berhukum mubah bahkan haram, tergantung pada keadaan masing-masing sesuai kemampuan menghindarkan diri dari perbuatan tercela.18

Dalam kehidupan berumah tangga, setiap suami isti mempunyai hak dan kewajiban sebagai berikut:

a. Pengertian Hak

Yang dimaksud dengan hak adalah kekuasaan yang benar atas sesuatu atau untuk menuntut sesuatu. Misalnya ia hendak mempertahankan haknya. Maka berdasarkan ini dapat juga dikatakan hak itu adalah sesuatu yang harus diterima. Jadi yang dimaksud hak disini adalah sesuatu yang merupakan milik atau dapat dimiliki oleh suani atau istri yang diperolehnya dari hasil perkawinan. Hak ini hanya dapat

17

Ahmad Sudirman Abbas, Pengantar Pernikahan, Analisa Perbandingan Antar Madzhab,

(Jakarta: PT. Prima Heza Lestari, 2006), h. 2-3

18

Ahmad Sudirman Abbas, Pengantar Pernikahan, Analisa Perbandingan Antar Madzhab,


(36)

25

dipenuhi dengan menunaikan atau membayarkannya atau dapat juga lepas seandainya yang berhak rela apabila haknya tidak dipenuhi oleh pihak lain.

b. Pengertian Kewajiban

Kewajiban berasal dari kata wajib ditambah awalan ke dan akhiran an yang berarti sesuatu yang wajib diamalkan atau dilakukan. Misalnya jangan melalaikan kewajibanmu.

Bicara tentang kewajiban, semua manusia yang hidup didunia ini tidak terlepas dari padanya, dan setiap kewajiban itu menimbulkan tanggung jawab. Yang dimaksud disini adalah hal-hal yang wajib dilaksanakan dan yang merupakan tanggung jawab suami dan istri.19

Perkawinan adalah perbuatan hukum yang mengikat antara seorang pria dengan seorang wanita (suami dan istri) yang mengandung nilai ibadah kepada Allah di satu pihak dan di pihak lainnya mengandung aspek keperdataan yang menimbulkan hak dan kewajiban antara suami dan istri. Oleh karena itu, antara hak dan kewajiban merupakan hubungan timbal balik antara suami dengan istrinya. Hal itu diatur oleh Pasal 30 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 (selanjutnya disebut Undang-Undang Perkawinan) dan Pasal 77 sampai dengan Pasal 84 Kompilasi Hukum Islam (selanjutnya disebut KHI).

Pasal 30 Undang-Undang Perkawinan menyatakan: Suami istri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga yang menjadi sendi dasar

19

Firdaweri, Hukum Islam Tentang Fasakh Perkawinan, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1989), h. 7-8


(37)

dari susunan masyarakat. Selain itu , Pasal 77 ayat (1) KHI berbunyi: Suami istri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah yang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat.

1. Kewajiban Suami

Kewajiban suami yang mempunyai seorang istri diatur oleh Pasal 80 dan 81 KHI yang diungkapkan sebagai berikut.

Pasal 80 KHI

(1) Suami adalah pembimbing terhadap istri dan rumah tangganya, akan tetapi hal-hal urusan rumah tangga yang penting-penting diputuskan oleh suami istri bersama.

(2) Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup rumah tangga sesuai dengan kemampuannya.

(3) Suami wajib memberikan pendidikan agama kepada istrinya dan memberikan kesempatan belajar pengetahuan yang berguna dan bermanfaat bagi agama, nusa, dan bangsa.

(4) Sesuai dengan penghasilannya suami menanggung: a. Nafkah, kiswah, dan tempat kediaman bagi istri.

b. Biaya rumah tangga, biaya perawatan, dan biaya pengobatan bagi istri dan anak.

c. Biaya pendidikan bagi anak.

(5) Kewajiban suami terhadap istrinya seperti tersebut pada ayat (4) huruf a dan b diatas mulai berlaku sesudah ada tamkin sempurna dari istrinya. (6) Istri dapat membebaskan suaminya dari kewajiban terhadap dirinya

sebagaimana tersebut pada ayat (4) huruf a dan b.

(7) Kewajiban suami sebagaimana dimaksud ayat (5) gugur apabila istri nusyuz.

Pasal 81 KHI

(1) Suami wajib menyediakan tempat kediaman bagi istri dan anak-anaknya atau bekas istri yang masih dalam iddah.

(2) Tempat kediaman adalah tempat tinggal yang layak untuk istri selama dalam ikatan perkawinan, atau dalam iddah talak atau iddah wafat.

(3) Tempat kediaman disediakan untuk melindungi istri dan anak-anaknya dari gangguan pihak lain, sehingga mereka merasa aman dan tentram.


(38)

27

Tempat kediaman juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan harta kekayaan, sebagai tempat menata dan mengatur alat-alat rumah tangga. (4) Suami wajib melengkapi tempat kediaman sesuai dengan kemampuan

serta disesuaikan dengan keadaan lingkungan tempat tinggalnya, baik berupa alat perlengkapan rumah tangga maupun sarana penunjang lainnya. 2. Kewajiban Istri

Selain kewajiban suami yang merupakan hak istri, maka hak suami pun ada yang merupakan kewajiban istri. Hal itu diatur dalam Pasal 34 Undang-UndangPerkawinan secara umum dan secara rinci (khusus) diatur dalam Pasal 83 dan 84 KHI.

Pasal 83 KHI

(1) Kewajiban utama bagi seorang istri ialah berbakti lahir batin kepada suami didalam batas-batas yang dibenarkan oleh hukum Islam.

(2) Istri menyelenggarakan dan mengatur keperluan rumah tangga sehari-hari dengan baiknnya.

Pasal 83 KHI

(1) Istri dapat dianggap nusyuz jika ia tidak mau melaksanakan kewajiban-kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 ayat (1) kecuali dengan alasan yang sah.

(2) Selama istri dalam nusyuz, kewajiban suami terhadap istrinya tersebut pada Pasal 80 ayat (4) huruf a dan b tidak berlaku kecuali hal-hal untuk kepentingan anaknya.

(3) Kewajiban suami tersebut pada ayat 2 diatas berlaku kembali sesudah istri tidak nusyuz.

(4) Ketentuan tentang ada atau tidaknya nusyuz dari istri harus didasarkan atas bukti yang sah.20

Kalau kita kembali kepada pokok syari‟at untuk menafsirkan makna

kewajiban didalam kehidupan suami-istri, yang terlihat oleh kita adalah kewajiban

20


(39)

seorang suami memberikan nafkah kepada istri dan anak-anaknya, yang tidak mampu mencari rizki.21

Apa yang menjadikan kewajiban suami terhadap istrinya adalah merupakan hak bagi istri dan begitu sebaliknya. Apa yang menjadi kewajiban istri terhadap suaminya adalah merupakan hak suami.22

C. Perceraian

“Putusnya Perkawinan” adalah istilah hukum yang digunakan dalam UU

Perkawinan untuk menjelaskan “Perceraian” atau berakhirnya hubungan perkawinan

antara seorang laki-laki dengan perempuan yang selama ini hidup sebagai suami istri.23

Sayyid Sabiq mendefinisikan talak dengan sebuah upaya untuk melepaskan ikatan perkawinan dan selanjutnya mengakhiri hubungan perkawinan itu sendiri.24

Menurut Abu Zakaria Al-Anshari talak ialah melepas tali akad nikah dengan kata talak dan yang yang semacamnya.

21

Al-Thahir Al-Hadad, Wanita Dalam Syariat dan Masyarakat, (Jakarta: Pustaka Firdaus,

1993), cet.4, h. 65

22

Firdaweri, Hukum Islam Tentang Fasakh Perkawinan, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1989), h. 12-13

23

Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia “Antara Fikih Munakahat dan

Undang-Undang Perkawinan, (Jakarta: Kencana, 2007), cet.2, h.189

24

Amiur Nuruddin, Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Studi Kritis

Perkembangan Hukum Islam dari Fikih UU No.1/1974 sampai KHI, (Jakarta: Kencana, 2006), cet 3, h. 206-207


(40)

29

Jadi, talak itu ialah menghilangkan ikatan perkawinan sehingga setelah hilangnnya ikatan perkawinan itu istri tidak halal lagi bagi suaminya, dan ini terjadi dalam hal talak ba‟in, sedangkan arti mengurangi pelepasan ikatan perkawinan ialah berkurangnya hak talak bagi suami yang mengakibatkan berkurangnya jumlah talak yang menjadi hak suami dari tiga menjadi dua, dari dua menjadi satu dan dari satu menjadi hilang hak talak itu, yang terjadi dalam talak raj‟i.25

Mengikuti ketentuan Pasal 19 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 maka penggunaan hak talaq oleh suami hanya diperkenankan apabila mempunyai alasan sebagai berikut.

Perceraian dapat terjadi karena alasan-alasan:

(a) Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi, dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan.

(b) Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar kemampuannya.

(c) Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung.

(d) Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain.

(e) Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami/istri.

(f) Antara suami dan istri terus-menerus terjadi perselisihan dan persengketaan dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.

Dari alasan-alasan yang ditentukan Pasal 19 ini dapat dipahami bahwa ikatan nikah yang idealnya kekal abadi diberi peluang terputusnya dengan perceraian. Salah satu bentuk perceraian adalah dengan talaq dari suami.

25


(41)

Istri diberi hak untuk melakukan suatu perbuatan hukum yang akan menjadi sebab putusnya ikatan perkawinan. Perbuatan hukum tersebut adalah khul’un namanya.

Unsur pokok yang menentukan bentuk perbuatan hukum ini adalah adanya kesediaan pihak istri membayar sejumlah harta kepada pihak suami. Bayaran ini disebut „iwad.

Putusnya ikatan perkawinan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 disebut dengan kata

“Perceraian”. Sehingga sama dengan penggunaan hak talaq oleh suami, penggunaan

hak khulu’ oleh istripun hanya diperkenankan apabila mempunyai alasan seperti yang tersebut dalam Pasal 19 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 itu.26Dari berbagai macam definisi diatas, pada dasarnya pengertian talak satu sama lain tidak terlalu berbeda, dimana talak adalah menghilangkan atau memutuskan tali perkawinan yang sah dan mengakhiri hubungan suami isteri.

Perceraian dalam hukum Islam adalah sesuatu perbuatan yang halal yang mempunyai prinsip dilarang oleh Allah SWT. Berdasarkan hadist Nabi Muhammad SAW, sebagai berikut:

“Suatu perbuatan halal yang paling dibenci oleh Allah adalah

talak/perceraian. (Riwayat Abu Dawud, Ibn Majah dan Al-Hakim).

26

Achmad Kuzari, Nikah Sebagai Perikatan, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1995), h.


(42)

31

Berdasarkan hadist tersebut, menunjukan bahwa perceraian merupakan alternatif terakhir (pintu darurat) yang dapat dilalui oleh suami istri bila ikatan perkawinan (rumah tangga) tidak dapat dipertahankan keutuhan dan kelanjutannya. Sifat alternatif terakhir dimaksud, berarti sudah ditempuh berbagai cara dan teknik untuk mencari kedamaian dinatar kedua belah pihak, baik melalui hakam (arbitrator) dari kedua belah pihak maupun langkah-langkah dan teknik yang diajarkan oleh Alquran dan Alhadis.27

Perceraian (Thalak) dalam agama Islam diatur dalam Al-Qur‟an dan Al -Hadits Nabi SAW. Dengan adanya landasan tersebut menegaskan bahwa perceraian dalam Islam dibolehkan atau halal dilakukan bagi pasangan suami istri sebagaimana yang tercantum dalam surat Al-Baqarah ayat 229 yaitu:















































































































.

: رق لا(

٣٣

)

Artinya: “Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami isteri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, Maka tidak ada dosa atas

27


(43)

keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, Maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka Itulah

orang-orang yang zalim”. (Q.S. Al-Baqarah: 229). Firman Allah SWT surat At-Thalaq: 1































































































.

:قاطلا(

١

)

Artinya: “Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu Maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar) dan hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah kepada Allah Tuhanmu. janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah mereka (diizinkan) ke luar kecuali mereka mengerjakan perbuatan keji yang terang. Itulah hukum-hukum Allah, Maka Sesungguhnya Dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. kamu tidak mengetahui barangkali Allah Mengadakan sesudah itu sesuatu hal

yang baru”.(Q.S. At-Thalaq: 1). Firman Allah SWT surat Al-Baqarah: 231

































































































































.

: رق لا(

١ ٣

)

Artinya: “Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu mereka mendekati akhir iddahnya, Maka rujukilah mereka dengan cara yang ma'ruf, atau ceraikanlah mereka dengan cara yang ma'ruf (pula). janganlah kamu


(44)

33

rujuki mereka untuk memberi kemudharatan, karena dengan demikian kamu Menganiaya mereka. Barangsiapa berbuat demikian, Maka sungguh ia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. janganlah kamu jadikan hukum-hukum Allah permainan, dan ingatlah nikmat Allah padamu, dan apa yang telah diturunkan Allah kepadamu Yaitu Al kitab dan Al Hikmah (As Sunnah). Allah memberi pengajaran kepadamu dengan apa yang diturunkan-Nya itu. dan bertakwalah kepada Allah serta ketahuilah bahwasanya Allah Maha mengetahui segala sesuatu”. (Q.S. Al-Baqarah ayat: 231).28

Hal tersebut merupakan bentuk keadilan dalam Islam mengenai perceraian, bagi suami istri yang tidak bisa lagi mempertahankan biduk keluarganya sebagaimana yang dijelaskan dalam surat al-Baqarah ayat 229, At-Thalaq ayat 1 dan surat Al-Baqarah ayat 231 diatas.

Pendapat umum yang ada sampai sekarang dalam lingkungan fiqh Islam bahwa biaya istri yang telah ditalak oleh suaminya itu tidak menjadi tanggungan suaminya lagi. Pendapat itulah yang terbanyak pengikutnya terutama dalam perceraian si istri yang dianggap salah. Dalam hal ini dianggap si istri tidak bersalah, maka tinggi yang diperolehnya mengenai biaya hidup ialah pembiayaan hidup selama semasih dalam iddah yang lebih kurang 90 hari itu. Tetapi sesudah masa iddah itu, suami tidak perlu membiayai lagi bekas istrinya. Bahkan sesudah masa iddah itu bekas istri harus keluar dari rumah suaminya andaikata dia hidup dalam rumah yang disediakan oleh suaminya.29

28

Al-Quran Al-Karim, (Al-Baqarah ayat 229, 231, dan At-Thalaq ayat 1)

29

Idris Ramulyo, Tinjauan Beberapa Pasal Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, Dari segi Hukum Perkawinan Islam, (Jakarta: Ind.Hill-Co, 1990) cet 2, h. 82-83


(45)

Pasal 41 UUP juga membicarakan akibat yang ditimbulkan oleh perceraian. Adapun bunyi pasalnya sebagai berikut:

Akibat putusnya perkawinan karena perceraian adalah sebagai berikut:

a. Baik ibu atau bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak-anaknya, semata-mata berdasarkan kepentingan anak, bilamana ada perselisihan mengenai penguasaan anak, Pengadilan member keputusannya.

b. Bapak yang bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan pendidikan yang diperlukan anak itu, bilamana bapak dalam kenyataan tidak dapat memenuhi kewajiban tersebut, Pengadilan dapat menentukan bahwa ibu ikut memikul biaya tersebut.

c. Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan biaya penghidupan dan/atau menentukan sesuatu kewajiban bagi bekas istri.

Berbeda dengan putusnya perkawinan dengan sebab kematian yang merupakan ketentuan Allah yang tidak bisa ditolak, sebab-sebab lain seperti perceraian pada dasarnya kesalahan yang bersumber dari manusia itu sendiri. Terjadinya perceraian misalnya, lebih disebabkan ketidakmampuan pasangan suami istri tersebut merealisasikan tujuan perkawinan itu sendiri.30

30

Amiur Nuruddin, Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia: Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih, UU No.1/1974 sampai KHI,(Jakarta: Kencana, 2006) cet 3, h. 219-220


(46)

35

BAB III

DESKRIPSI UMUM BP4 KECAMATAN PARUNG KABUPATEN BOGOR

A. Sejarah Singkat BP4

Setiap keluarga pasti menginginkan tercapainya kehidupan yang bahagia, sejahtera dan damai (sakinah mawaddah wa rrahmah). Kehidupan rumah tangga yang bahagia, sejahtera dan damai akan melahirkan masyarakat yang rukun, damai adil, dan makmur (baldatu thoyyibatun wa rabbun ghafur). Karena, masyarakat terdiri dari keluarga-keluarga, dan keluarga adalah pusat daru semua kegiatan masyarakat. Kehidupan keluarga yang sakinah mawaddah wa rrahmah serta kehidupan yang baldatu thoyyibatun wa rabbun ghafur, tidak hanya menjadi keinginan individu anggota keluarga yang bersangkutan saja, melainkan juga sudah menjadi cita-cita dan tujuan pembangunan nasional Indonesia.1

Bahwa untuk mempertinggi mutu perkawinan menurut ajaran Islam diperlukan bimbingan dari para Korps Penasihat Perkawinan agar mampu melaksanakan tugas untuk mewujudkan keluarga sakinah.

Bahwa untuk membangun manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa tersebut, diperlukan adanya organisasi yang baik dnan teratur serta mampu

1

A. Sutarmadi dan Mesraini, Administrasi Pernikahan dan Manajemen Keluarga, (Jakarta:


(47)

mengantarkan aspirasi masyarakat, sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman dan kemajuan bangsa.

Sejarah pertumbuhan organisasi tersebut, dimulai dengan organisasi BP4 di Bandung tahun 1954. Kemudian di Jakarta dengan nama Panitia Penasihatan Perkawinan dan Penyelesaian Perceraian (P5), di Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan nama BP4 tersebut diatas dan di Daerah Istimewa Yogyakarta dengan nama Badan Kesejahteraan Rumah Tangga (BKRT). Sebagai pelaksana Keputusan Konferensi Departemen Agama di Tretes Jawa Timur tanggal 25-30 juni 1955, maka disatukanlah organisasi tersebut dengan nama Badan Penasihat Perkawinan sesuai dengan Keputusan Menteri Agama No.85 Tahun 1961. Kemudian berdasarkan Keputusan Menteri Agama No.30 Tahun 1977 tentang Penegasan Pengakuan BP4 sebagai satu-satunya badan penunjang sebagian tugas Departemen Agama dalam bidang Penasihatan Perkawinan, Perselisihan Rumah Tangga dan Perceraian, maka kepanjangan BP4 diubah menjadi Badan Penasihatan Perkawinan, Perselisihan da Perceraian.

Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama memberikan kewenangan penuh kepada Peradilan Agama untuk menangani masalah perceraian. Menghadapi era globalisasi saat ini tantangan terhadap kelestarian keluarga mendapat goncangan yang sangat berat, untuk itu BP4 perlu berupaya mengembangkan program dan misi organisasinya.2

2

Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan, Hasil MUNAS BP4 XIII/2004 dan Pemilihan Keluarga Sakinah Teladan Tingkat Nasional, Jakarta 14-17 Agustus, 2004, h. 6-8


(48)

37

Dalam hal diatas, dapat disimpulkan bahwa BP4 mempunyai peranan yang cukup besar khususnya pada perkawinan umat Islam, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 114 Tahun 2009 Tanggal 30 Juli 2009, kini BP4 berubah menjadi badan atau lembaga atau juga organisasi professional yang bersifat sosial keagamaan sebagai mitra kerja Departemen Agama dalam mewujudkankeluarga sakinah mawaddah warrahmah. Hal itu terlihat dari pasal 3 Anggaran Dasar yang baru, yang ditetapkan oleh Munas XIV/2009 di Jakarta.3

B. Landasan Hukum BP4

Keluarga merupakan unit terkecil dari suatu bangsa, keluarga yang di cita-citakan dalam ikatan perkawinan yang sah adalah keluarga sejahtera dan bahagia yang selalu mendapat ridha dari Allah SWT.4

Maka dari itu BP4 hadir ditengah-tengah masyarakat guna mencapai tujuan mempertinggi mutu perkawinan. BP4 merupakan lembaga yang menangani hal-hal penasehatan, pelestarian, dan pemeliharaan perkawinan, guna mencapai keluarga yang sakinah, mawaddah, warrahmah. Landasan hukum BP4 dicantumkan dalam mukaddimah anggaran dasar BP4 adalah sebagai berikut:

3

Hasil Musyawarah Nasional BP4 ke XIV Tahun 2009

4

Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana


(1)

HASIL WAWANCARA

Nama : H. Enjat Munjiat, S.Ag., M.H

Jabatan : Kepala KUA dan BP4 Kecamatan Parung

Tempat : KUA Kecamatan Parung

Waktu : 20 Desember 2013

………. 1. Apa sebenarnya tujuan dari pelaksanaan program Kursus Pra Nikah ini?

Memberikan bekal dan pengalaman kepada calon pengantin dalam berumah tangga, mengenai hal hukum agama, munakahat, hak dan kewajiban suami istri serta kesehatan bereproduksi, dalam hal ini menjaga kesehatan dalam menjalankan sebuah rumah tangga.

2. Apakah calon pengantin harus mengikuti program Kursus Pra Nikah ini? Memang harus, karena dengan adanya dan mengikuti Kursus Pra Nikah, mereka para calon pengantin bisa lebih memahami tentang kehidupan berumah tangga. 3. Bagaimana proses atau prosedur pelaksanaan Kursus Pra Nikah di BP4 KUA

Kecamatan Parung Kabupaten Bogor ini?

Di upayakan dalam tenggang 10 hari pra nikah, calon pengantin diharuskan mengikuti Kursus Pra Nikah ini, dan para pasangan wajib hadir. Pemberian bimbingan diberikan secara kelompok klasikal, yaitu pemberian materi diberikan disuatu ruangan khusus di KUA Kecamatan Parung. Dan pemberian materi


(2)

dilaksanakan tidak setiap hari, tapi hanya untuk hari kerja, untuk harinya sendiri tergantung dari calon pengantin itu sendiri.

Adapun materi-materi yang diberikan adalah:

a. Peraturan Parundang-Undangan, meliputi UU No. 1 Tahun 1974, dan PP No. 9 Tahun 1975.

b. Pengetahuan tentang rumah tangga, meliputi pengertian rumah tangga, hak dan kewajiban suami istri, kewajiban orang tua terhadap anak dan lain sebagainya.

c. Munakahat, meliputi pengertian perkawinan, dasar perkawinan, tujuan

perkawinan, syarat dan rukun perkawinan serta larangan perkawinan.

d. Kesehatan, meliputi perilaku hidup sehat, kebersihan rumah tangga dan lingkungan, kegiatan olag raga dalam rumah tangga, serta pola gizi atau pola makan didalam rumah tangga.

4. Sejauh mana tingkat efektivitas dari program Kursus Pra Nikah di BP4 Kecamatan Parung ini?

Dalam satu tahun hanya 40% yang mengikuti program Kursus Pra Nikah ini, jadi hampir setengahnya dari 100% peristiwa nikah di KUA Kecamatan Parung ini yang tidak mengikuti program Kursus Pra Nikah. Jadi menurut saya kurang begitu efektif. Yang mengakibatkan kurang efektifnya Kursus Pra Nikah ini adalah kurangnya kesadaran dari masyarakat itu sendiri tentang pentingnya mengikuti program Kursus Pra Nikah.


(3)

5. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam program Kursus Pra Nikah di BP4 Kecamatan parung ini?

Faktor hambatannya ialah masalah klasik yaitu dana atau uang, serta SDM (Sumber Daya Manusianya) nya terkadang kami merasa kekurangan, serta dari masyarakat itu sendiri yang masih memandang sebelah mata program Kursus Pra Nikah ini. 6. Selain faktor penghambat, adakah faktor pendukung dalam program Kursus

Pra Nikah ini?

Untuk faktor pendukung sendiri, salah satunya kami telah mempersiapkan ruangan yang khusus dan cukup nyaman untuk para peserta Kursus Pra Nikah ini. Dan materi-materi yang kami berikan tidak akan membuat mereka jenuh.

7. Bagaimana kesadaran masyarakat disini mengenai program Kursus Pra Nikah? Untuk kesadaran mengenai Kursus Pra Nikah ini, saya rasa masih kurang. Karena dalam satu tahun peristiwa nikah, hanya 40% yang mau mengikuti program Kursus Pra Nikah ini.

8. Bagaimana respon calon pengantin yang mengikuti program Kursus Pra Nikah ini?

Untuk mereka yang mengikuti program Kursus Pra Nikah ini, respon mereka cukup baik. Mendengarkan semua pengarahan dari kami dengan baik, dan bisa mengikuti prosedur dalam Kursus Pra Nikah yang kami adakan ini dengan positif. Dan mudah-mudahan apa yang kami berikan, bisa diterapkan didalam rumah tangganya nanti sebagai pedoman hidup dalam kehidupan berkeluarga.


(4)

9. Lalu apa usaha atau tindakan dari KUA sendiri bagi calon pengantin yang tidak mau mengikuti program Kursus Pra Nikah ini?

Kami dari pihak KUA sendiri tidak bisa berbuat banyak. Karena tidak ada peraturan yang tegas bagi siapa saja calon pengantin yang tidak mengikuti program Kursus Pra Nikah ini. Saya pribadi sebagai kepala KUA dan BP4 Kecamatan Parung sih berharap ada peraturan yang tegas tentang hal ini. Paling tidak ada sanksi bagi yang tidak mengikuti program Kursus Pra Nikah ini, agar setiap calon pengantin bisa mengikuti program Kursus Pra Nikah yang kami sediakan ini.

10.Biasanya alasan apa saja yang dipakai para calon pengantin ini untuk tidak mengikuti program Kursus Pra Nikah?

Alasan nya bermacam-macam, ada yang tidak mau ikut hanya karena merasa program ini tidak penting, padahal dia sedang tidak ada kerjaan atau tidak sibuk. Tapi alasan yang paling banyak dipakai oleh para calon pengantin ini adalah tidak bisa mendapat ijin dari kantor atau tempat kerjanya, sedangkan kita mengadakan Kursus Pra Nikah ini dihari kerja. Ya begitu lah, apa boleh buat.

11.Selain bimbingan kepada calon pengantin, apakah ada bimbingan untuk orang yang sudah masuk usia nikah?

Ada, semacam penyuluhan kepada para siswa siswi sekolah menengah atas (SMA). Namun untuk hal yang satu ini sangat kurang efektif dalam pelaksanaanya, dikarenakan keterbatasan yang kami miliki dari Sumber Daya Manusia maupun pendanaan. Jadi program tersebut untuk sementara ini tidak berjalan, tapi untuk


(5)

kedepannya kami berharap program tersebut bisa berjalan dengan baik sesuai dengan harapan kami.

12.Seberapa pentingnya penyuluhan kepada orang yang sudah masuk usia nikah? Sangat penting, karena kita berharap dengan menanamkan sejak dini tentang keluarga sakinah ini, diharapkan mereka bisa lebih mengerti dan memehai lebih mendalam tentang kehidupan rumah tangga. Diharapkan pula percereian akan menurun dikemudian hari karena kita telah menanamkan pemahaman cara berumah tangga yang baik.

13.Apakah sudah ada program Bimbingan Nikah ini kepada orang usia nikah? Untuk program sendiri sudah ada tapi tidak maksimal dalam pelaksanaannya, contohnya tentang seminar penyuluhan tentang keluarga sakinah di sekolah menengah atas (SMA). Tapi sampai sekarang sudah tidak berjalan lagi. Ya seperti yang sudah kami jelaskan diatas, program tersebut tidak berjalan di karenakan masalah yang ada di tubuh kami sendiri yaitu masalah Sumber Daya Manusia (Konselor) dan masalah yang lebih vital yaitu masalah pendanaan. Jadi untuk saat ini program tersebut tidak maksimal.

14.Faktor apa saja yang menghambat program tersebut?

Faktornya adalah masalah klasik yaitu dana, kita tidak akan bisa melaksanakan suatu kegiatan tana adanya dana. Itulah yang terjadi sekarang di BP4 kami. Dan juga mengenai SDM, sumber daya manusia kami masih kurang dalam melaksanakan program tersebut. Sehingga program tersebut belum berjalan lagi sampai sekarang.


(6)

15.Kemudian bagaimana upaya BP4 di KUA Kecamatan Parung ini dalam mengurangi terjadinya perceraian?

Upaya BP4 Kecamatan Parung dalam mengurangi terjadinya perceraian adalah dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas Kursus Pra Nikah itu sendiri. Karena menurut saya Kursus Pra Nikah ini adalah bekal awal dalam menjalani biduk rumah tangga.

Kepala KUA Kecamatan parung

H. Enjat Munjiat, S.Ag., M.H NIP: 197007172002121003


Dokumen yang terkait

Efektivitas mediasi melalui badan penesihatan pembinaan dan pelstarian perkawinan (BP4) dalam menekan angka perceraian : studi pada BP4 pusat Tahun 2009

4 35 90

Revitalisasi Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) bagi remaja usia nikah : studi kasus BP4 Kota Jakarta Selatan

0 9 104

Upaya Penghulu Dalam Mengurangi Perceraian (Studi Kasus Di Kua Kecamatan Parungpanjang Kabupaten Bogor)

0 6 67

Peran badan penasehat pembinaan pelestarian perkawinan dalam meminimalisir terjadinya perceraian: studi pada BP4 Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan Tahun 2011-2012

0 11 92

Peran Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) dalam mencegah kasus perceraian di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Cipayung Jakarta Timur

4 36 0

Peran Badan Penasehat Pembinaan Pelestarian Perkawinan Dalam Meminimalisir Terjadinya Perceraian (Studi Pada BP4 Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan Tahun 2011-2012)

0 11 92

Peran (BP4) Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan dalam Mencegah Terjadinya Perceraian di Kabupaten Wonosobo

0 17 90

PENDAHULUAN Peranan Badan Penasehatan Pembinaan Dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Dalam Penyelesaian Perselisihan Dalam Perkawinan (Studi Di Kantor BP4 Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen).

0 3 14

EFEKTIVITAS KERJA BADAN PENASEHATAN PEMBINAAN DAN PELESTARIAN PERKAWINAN (BP4) DALAM MENGURANGI TERJADINYA PERCERAIAN DI KECAMATAN MAKASSAR

0 0 113

PERANAN PENYULUH BP4 DALAM MENANGGULANGI PERCERAIAN DI KECAMATAN SINJAI UTARA KABUPATEN SINJAI

0 0 81