7
BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN DAN ANALISIS HASIL
A. Persiapan Pelaksanaan Program
Mahasiswa PPL UNY Prodi Kebijakan Pendidikan yang berlokasi di UPT SKB Kota Yogyakarta sebelum melakukan kegiatan PPL telah
melaksanakan beberapa rangkaian kegiatan sebagai persiapan yang dilakukan di kampus maupun di lembaga. Rangkaian kegiatan tersebut
antara lain: 1.
Observasi Observasi meliputi kegiatan pengamatan terhadap situasi dan
kondisi fisik lembaga serta sarana dan prasarana, selain itu juga melakukan wawancara konsultasi mengenai penelitian yang akan
dilaksanakan di lembaga. Serta mengamati hal-hal apakah yang sekiranya menjadi kebutuhan UPT SKB Kota Yogyakarta selain
terkait dengan program kegiatan. 2.
PPL 1 Pelaksanaan PPL 1 ini dilaksanakan selama satu semester untuk
membuat proposal penelitian didampingi oleh dosen pembimbing lapangan. Proposal dibuat sebagai syarat pelaksanaan PPL dalam
melakukan penelitian. Pada tahapan ini mahasiswa membuat proposal berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan
sebelumnya. 3.
Pembekalan PPL Pembekalan PPL dilaksanakan dengan tujuan agar mahasiswa
memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan program PPL di lembaga. Pembekalan PPL dilaksanakan di
Fakultas Ilmu Pendidikan di ruang Abdullah Sigit. Kegiatan pembekalan bermanfaat bagi mahasiswa PPL yaitu memberikan
gambaran pelaksanaan kegiatan yang relevan dengan pelaksanaan PPL.
Untuk mempermudah pelaksanaan program penelitian perlu adanya persiapan penyusunan proposal penelitian. Agar program dapat terlaksana
perlu adanya pengumpulan kajian teori sebagai dasar pelaksanaan program, adapun kajian teori yang digunakan antara lain:
A. Implementasi Kebijakan
1. Pengertian Implementasi Kebijakan
8
Kamus Webster sebagaimana dikutip Solichin menyebutkan bahwa βto implement berarti to provide the means for carrying out β
mengimplementasikan berarti melengkapi atau menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu. Van Meter dan Van Horn sebagaimana dikutip RL
Lineberry 1978 dengan tegas menyatakan bahwa implementasi kebijakan merupakan tindakan yang dilaksanakan oleh negara, pemerintah, individu,
kelompok, dan swasta untuk mencapai tujuan umum dan khusus yang menjadi prioritas keputusan kebijakan. Dengan singkat mereka
menyatakan bahwa implementasi kebijakan merupakan semua tindakan yang berlangsung atau dilaksanakan antara formulasi kebijakan dampak
aktual sebuah kebijakan. Sudiyono, 2007: 80 Van Meter dan Van Horn, mengandaikan bahwa implementasi
kebijakan berjalan secara linier dari kebijakan publik, implementor, dan kinerja kebijakan publik. Beberapa variabel yang dimasukkan sebagai
variabel yang mempengaruhi kebijakan public adalah variabel: 1.
Aktivitas implementasi dan komunikasi antar organisasi, 2.
Karakteristik dari agen pelaksanaimplementor, 3.
Kondisi ekonomi, social, politik, dan 4.
Kecenderungan disposition dari pelaksanaimplementor. H.A.R Tilaar, 2012: 214
Van Meter dan Van Horn mengawali gagasan teorinya dengan mengajukan pertanyaan mengapa ada implementasi yang berhasil dan
mengapa ada implementasi yang gagal? Pertanyaan itu kemudian dijawabnya sendiri dengan menyampaikan enam variabel yakni dua
variabel utama dan empat variabel tambahan yang membentuk kaitan antara kebijakan dan kinerja kebijakan.
Keenam variabel tersebut meliputi: standard dan tujuan kebijakan, sumberdaya, komunikasi, interorganisasi dan aktivitas pengukuhan,
karakteristik agen pelaksana, kondisi social, ekonomi, dan politik, serta karakter pelaksana.
Teori yang dikembangkan oleh Van Meter dan Van Horn ini adalah teori yang berangkat dari argumen bahwa perbedaan-perbedaan dalam
proses implementasi akan sangat dipengaruhi oleh sifat kebijakan yang akan dilaksanakan; sebab setiap kebijakan memiliki karakteristik sifat
yang berlainan. Selanjutnya mereka menawarkan suatu pendekatan yang mencoba untuk menghubungkan antara issu kebijakan dengan
implementasi serta suatu model konseptual yang mempertautkan kebijakan dengan prestasi kerja.
9
Menurut teori dari dua ahli ini, bahwa perubahan, kontrol, dan kepatuhan bertindak merupakan konsep-konsep penting dalan prosdur-
prosedur implementasi. Van Meter dan Van Horn selanjutnya membuat tipologi kebijakan. Tipologi kebijakan tersebut dibedakan menurut dua
hal, yaitu: Pertama, Jumlah masing-masing perubahan yang akan dihasilkan. Kedua, Jangkauan atau lingkup kesepakatan terhadap tujuan
diantara pihak-pihak yang terlibat dalam proses implementasi.dari kedua indikator ini, maka dapat ditangkap jelas bahwa suatu implementasi akan
berhasil manakala pada satu segi perubahan yang dikehendaki relatif sedikit serta pada segi lain adala kesepakatan terhadap tujuan dari para
pelakupelaksana dalam mengoperasikan program relatif tinggi. Arif Rohman, 2012: 108-109
Sehingga dapat dijelaskan bahwa implementasi kebijakan adalah pelaksanaan tindakan untuk mencapai tujuan yang diharapkan sesuai
dengan keputusan kebijakan yang telah dikeluarkanditetapkan.
2. Syarat-Syarat Implementasi Kebijakan
Menurut Brian W.Hogwood dan Lewis A.Gunn Arif Rohman,2012:107-108, untuk dapat mengimplementasikan suatu
kebijakan secara sempurna perfect implementation maka dibutuhkan banyak syarat-syarat sebagai berikut:
1 Kondisi eksternal yang dihadapi oleh badan atau instansi pelaksana
tidak akan menimbulkan gangguankendala yang serius. 2
Untuk pelaksanaan suatu program, harus tersedia waktu dan sumber-sumber yang cukup memadai.
3 Perpaduan sumber-sumber yang diperlukan harus benar-benar ada
atau tersedia. 4
Kebijakan yang akan diimplementasikan didasari oleh suatu program kausalitas yang handal.
5 Hubungan kausalitas tersebut hendaknya bersifat langsung dan
hanya sedikit mata rantai penghubungnya. 6
Hubungan saling ketergantungan harus kecil. 7
Adanya pemahaman yang mendalam dan kesepakatan terhadap tujuan.
8 Tugas-tugas diperinci dan ditempatkan dalam urutan yang tepat.
9 Adanya komunikasi dan koordinasi yang sempurna.
10 Pihak-pihak yang memiliki wewenang kekuasaan dapat menuntut
dan mendapatkan kepatuhan yang sempurna. Dalam implementasi atau mengoperasikan suatu program
tersebut menurut Charles O.Jones ada tiga pilar aktivitas, yaitu: 1
10
Pengorganisasian, pembentukan atau penataan kembali sumberdaya, unit-unit serta metode untuk menjalankan program agar bisa berjalan;
2 Interpretasi, yaitu aktifitas menafsirkan agar program menjadi rencana dan pengarahan yang tepat dan dapat diterima serta
dilaksanakan; 3 Aplikasi, berhubungan dengan perlengkapan rutin bagi pelayanan, pembayaran, atau lainnya yang disesuaikan dengan
tujuan atau perlengkapan program.
B. Pendidikan Kesetaraan
1. Pengertian Pendidikan Kesetaraan
Pendidikan Kesetaraan merupakan pendidikan nonformal yang mencakup program Paket A Setara SDMI, Paket B Setara SMPMTs, dan
Paket C Setara SMAMA dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan, keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan
kepribadian profesional peserta didik. Program Pendidikan Kesetaraan Paket C adalah layanan
pendidikan melalui jalur pendidikan non-formal yang ditujukan bagi masyarakat yang karena berbagai faktor tidak dapat menyelesaikan
pendidikannya atau putus sekolah di tingkat SMASMKMA, yang diselenggarakan oleh lembagaorganisasi atau satuan pendidikan
nonformal sehingga pada gilirannya lulusannya diharapkan memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dinyatakan dan diakui setara
dengan lulusan SMAMA. Lembagaorganisasi atau satuan pendidikan nonformal sebagai
penyelenggara program Pendidikan Kesetaraan Paket C selanjutnya disebut sebagai lembaga penyelenggara program adalah pusat kegiatan
belajar masyarakat PKBM, sanggar kegiatan belajar SKB, lembaga kursus dan pelatihan, kelompok belajar, rumah pintar, dan satuan
pendidikan nonformal sejenis lainnya yang menyelenggarakan program Pendidikan Kesetaraan Paket C.
Tutor adalah pendidik yang memberikan bimbingan pada warga belajar dalam proses pembelajaran program Pendidikan Kesetaraan Paket
C sesuai dengan kompetensinya. Nara sumber teknis adalah pelatih yang memberikan pelatihan
praktek keterampilan pada warga belajar dalam proses pelatihan program Pendidikan Kesetaraan Paket C sesuai dengan kompetensinya.
Warga belajar atau peserta didik adalah warga masyarakat yang membutuhkan dan mengikuti proses pembelajaran program Pendidikan
Kesetaraan Paket C. Petunjuk teknis penyelenggaraan program pendidikan kesetaraan paket C, 2015:5-6
11
2. Dasar Hukum Penyelenggaraan Pendidikan Kesetaraan Paket
C
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
PendidikanNasional; 2.
Intruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar
Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara; 3.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 14 Tahun 2007 tentang Standar Isi Pendidikan Kesetaraan;
4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 3 Tahun 2008
tentang Standar Proses Pendidikan Kesetaraan Program Paket A, Paket B, dan Paket C;
5. Surat Edaran Mendiknas No. 107MPNMS2006 Tentang
Eligibilitas Program Kesetaraan.
3. Maksud dan Tujuan Pendidikan Kesetaraan Paket C
Penyelenggaraan program Pendidikan Kesetaraan Paket C dimaksudkan untuk memberikan layanan pendidikan kepada warga negara
Indonesia yang karena berbagai faktor dan sebab tidak dapat memperoleh layanan pendidikan setingkat SMASMKMA pada jalur pendidikan
formal, sehingga pada akhir pembelajaran program pendidikan kesetaraan Paket C diharapkan warga belajar memiliki pengetahuan, keterampilan,
dan sikap yang diakui setara dengan SMAMA. Penyelenggaraan program Pendidikan Kesetaraan Paket C
bertujuan untuk: a
menyediakan layanan pendidikan pada jalur pendidikan nonformal untuk menjaring anak-anak yang putus sekolah di
tingkat SMASMK MA untuk mensukseskan rintisan wajib belajar pendidikan menengah;
b meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap warga
belajar sehingga memiliki kemampuan yang setara dengan SMAMA;
c membekali dasar-dasar kecakapan hidup yang bermanfaat
untuk bekerja mencari nafkah atau berusaha mandiri; d
membekali pengetahuan, keterampilan, dan sikap warga belajar yang memungkinkan lulusan program dapat meningkatkan
pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, atau meningkatkan kariernya dalam pekerjaannya.
4. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kesetaraan
Kurikulum tingkat satuan Pendidikan Kesetaraan program Paket A,
12
Paket B, dan Paket C dikembangkan berdasarkan pada prinsip-prinsip berikut; berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan
kepentingan peserta didik dan lingkungannya, beragam dan terpadu, tanggap terhadap perkemangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni,
relevan dengan kebutuhan kehidupan, menyeluruh dan berkesinambungan, belajar sepanjang hayat, seimbang antara kepentingan nasional dan daerah,
tematik, dan partisipatif. Permen Diknas No. 14 tahun 2007. Untuk membekali pengetahuan, keterampilan, dan sikap warga
belajar sebagai peserta program Pendidikan Kesetaraan Paket C, penyelenggara program harus menyusun silabus pembelajaran pelatihan
yang mengacu pada standar kompetensi lulusan dan kompetensi dasar setiap mata pelajaran yang ditentukan dalam setiap tahapan pembelajaran.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 14 Tahun 2007 tentang Standar Isi untuk Program Paket A, Program Paket B,
dan Program Paket C, maka struktur kurikulum program pendidikan Kesetaraan Paket C merupakan pola susunan mata pelajaran dan beban
belajar yang harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, meliputi mata pelajaran, dan bobot satuan kredit kompetensi
SKK. Beban belajar program pendidikan Kesetaraan Paket C dinyatakan dalam satuan kredit kompetensi SKK yang menunjukkan bobot
kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik dalammengikuti program pembelajaran, baik melalui tatap muka, praktek keterampilan, dan
atau kegiatan mandiri. SKK merupakan penghargaan terhadap pencapaian kompetensi sebagai hasil belajar peserta didik dalam menguasai suatu mata
pelajaran. SKK diperhitungkan untuk setiap mata pelajaran yang terdapat dalam struktur kurikulum. Satu SKK dihitung berdasarkan pertimbangan
muatan SK dan KD tiap mata pelajaran. SKK dapat digunakan untuk alih kredit kompetensi yang diperoleh dari jalur pendidikan informal, formal,
kursus, keahlian dan kegiatan mandiri. Satu SKK adalah satu satuan kompetensi yang dicapai melalui pembelajaran 1 jam tatap muka atau 2
jam tutorial atau 3 jam mandiri, atau kombinasi secara proposional dari ketiganya. Satu jam tatap muka yang dimaksud adalah satu jam
pembelajaran, yaitu sama dengan 45 menit. Petunjuk teknis penyelenggaraan program pendidikan kesetaraan paket C, 2015: 9
C. UPTSKB Kota Yogyakarta
Sanggar Kegiatan Belajar SKB. SKB merupakan Unit Pelaksana T
eknis Daerah pendidikan nonformal yang dimiliki dan dikelola oleh Pemerintah kabupatenkota. SKB tersebar di berbagai kabupatenkota di
13
seluruh Indonesia. Sebagai sanggar kegiatan belajar, SKB memfasilitasi dan melayani berbagai kegiatan dan program pendidikan nonformal, termasuk di
dalamnya adalah program Pendidikan Kesetaraan P aket A, B, dan P aket C. pedoman penyelenggaraan program paket C umum.
Sejarah UPTD SKB Kota Yogyakarta dimulai pada saat diterbitkannya SK Mendikbud No.039O1998 tentang pembentukan Unit Pelaksanaan
Teknis UPT Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda dan Olahraga dengan nama SKB Gondokusuman Yogyakarta. Dibanding dengan
SKB lain di wilayah Provinsi DIY SKB Gondokusuman adalah SKB yang paling muda usiannya. Dari diterbitkannya SK Mendikbud pada waktu itu
SKB Gondokusuman belum dapat langsung beroprasi karena belum ada tenaga dan kantornya. Baru mulai beroprasi pada tanggal 1 April 1999 SKB
pertama beroprasi dengan 9 orang personal dan keadaan sarana yang sangat terbatas. Berangkat dari keadaan yang serba terbatas itu SKB Gondokusuman
tetap memiliki semangat yang tinggi untuk terus maju dan berkembang sejajar dengan SKB lain yang lebih dulu eksis sehingga sekarang tampak lebih cantik
dan program β programnya semakin banyak dan bervariasi.
Di era otonomi daerah pada tahun 2000 SKB Gondokusuman berubah nama menjadi UPTD SKB Kota Yogyakarta berdasarkan Perda No 22 Tahun
2000 Pemerintah Kota Yogyakarta tanggal 22 Desember 2000. Meskipun terjadi perubahan dari UPT Pusat menjadi UPTD tugas dan fungsi SKB tetap
tidak berubah, yaitu melaksanakan percontohan program Pendidikan Luar Sekolah, Pemudan dan Olahraga berdasarkan kebijakan teknis Kepala Dinas
Pendidikan Kota Yogyakarta. Kantor UPT SKB Kota Yogyakarta berada di Jln. Bung Tardjo Gayam, Yogyakarta dikepalai oleh Drs. Marsudi, M.Si.
14
B. Pelaksanaan Program