Hasil Wawancara Analisis Hasil Pelaksanaan

19 2. Meningkatkan mutu dan daya saing lulusan serta relevansi program Paket A, Paket B, dan Paket C 3. Menjangkau masyarakat yang tidak terlayani di jalur pendidikan formalsekolah Sasaran pendidikan kesetaraan terdiri atas: 1. Penduduk usia sekolah 2. Penduduk usia tiga tahun diatas usia SDSMPSMA 3. Penduduk usia sekolah yang terkendala ke jalur pendidikan formal oleh karena hal: 1 Ekonomi penduduk miskin, PRT, TKW, petani, nelayan, dll 2 Waktu buruh, pengrajin, pekerjakaryawan 3 Geografi etnik minoritas, daerah terisolir perbatasan 4 Keyakinan warga pesantren yang tidak menyelenggarakan pendidikan formal 5 Masalah sosial hokum napi, korban napza, anak jalanan, hamil pranikah, dll 4. Penduduk usia 15-44 tahun belum tuntas wajib belajar 9 tahun 5. Penduduk usia SMAMA atau diatas 18 tahun yang berminat mengikuti program Paket dengan alas an akonomi atau alasan lainnya.

2. Hasil Wawancara

Pendidikan kesetaraan Paket C UPT SKB Kota Yogyakarta berdiri sejak tahun 20022003 dengan pengelola Paket C yaitu Sudijarto, M.Pd. Keputusan Kepala Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kota Yogyakarta nomor: 1880632005 tentang pendirian dan izin operasional UPT SKB Kota Yogyakarta untuk Prgram Pendidikan Kesetaraan Paket C setara SMA dengan nama “PAKET C SKB KOTA YOGYAKARTA” 1. Aktivitas pelaksanaan kebijakan pendidikan kesetaraan di UPT SKB Kota Yogyakarta sudah memenuhi persyaratan penyelenggaraan program Paket C Umum sesuai dengan pedoman yang ada. Dalam wawancara dengan nara sumber menjelaskan bahwa: “Pelaksanaan kebijakan Paket C sudah sesuai dengan pedoman atau standar nasional, terbukti juga sudah terakreditasi” SDJ16092016 20 “Dalam pelaksanaannya, SOP untuk paket C sudah terlaksana, namun SOP yang ada saat ini masih menyeluruh belum terpisah menjadi yang lebih rinci lagi” SRW31082016 “Paket C sudah sesuai regulasi yang ada, kurikulum yang digunakan masih menggunakan kurikulum KTSP atau mengac u pada kurikulum sekolah formal” MSD4082016 2. Komunikasi tidak lepas dari pelaksanaan kebijakan, hasil wawancara dengan kepala SKB dan tutor menjelaskan: “jika ada pengumuman atau kebijakan baru maka akan masuk ke bagian persuratan, lalu ke kepala SKB dan di komunikasikan kepada seluruh pegawai, atau para pegawai membacanya sendiri setelahnya tanda tangan untuk bukti. Komunikasi antar pegawai baik, untuk rapat seharusnya rutin namun untuk saat ini belum. Jika ada masalah biasanya langsung dibicarakan di grup Whatsapp. Jika ada kegiatan atau masalah yang perlu di pecahkan maka diadakan rapat insidental” RA8092016 “untuk komunikasi antar tutor karena mempunyai kesibukan masing-masing biasanya tatap muka hanya saat rapat namun tidak semua dapat hadir, sekarang dengan adanya facebook, whatsapp membuat komunikasi antar tutor menjadi mudah. Komunikasi antara tutor dengan warga belajar baik, jika ada yang belum paham mengenai materi bisa ditanyakan lagi, begitu juga komunikasi antar warga belajar baik” SRW31082016 3. Karakteristik SDM dalam pelaksanaan kebijakan menurut nara sumber yaitu: “untuk tutor kita berhak memilih pamong yang berkomitmen tinggi dan kompetensi yang baik. Kalau tidak sesuai bisa dicabut, karena ini menyangkut pada pelayanan masyarakat. Untuk warga belajar semua masyarakat yang ingin memperoleh pendidikan tetapi harus mentaati peraturan yang ada di SKB” MSD6082016 21 “kriteria tutor harus sesuai dengan bidangnya, namun di SKB karena kekurangan tenaga pendidik maka beberapa pegawai merangkap menjadi tutor yang tidak sesuai dengan latar belakang bidangnya. Warga belajar memiliki kriteria khusus seperti diutamakan warga kota Yogyakarta, berkomitmen mengikuti pembelajaran, usia tak terbatas, berkelakuan baik. Sebelumnya calon warga beajar mengikuti tes wawancara yang disediakan SKB, jika calon warga belajar tidak dapat mengikuti ketentuan yang ada maka dianggap mengundurkan diri: SRW31082016 “tutor berpendidikan S1 S2 kependidikan sesuai bidangnya mata pelajaran UNPK, kalau untuk mata pelajaran non-UN tidak sesuai dengan latar belakang bidangnya tidak apa-apa karena jam belajar mata pelajaran non-UN tidak begitu banyak. Untuk warga belajar Paket C itu lulusan SMP atau Drop Out SMA SMK, sudah bekerja, ada juga tahanan yang kami didik, yang penting mengikuti aturan yang ada mengingat SKB tidak memungut biaya, jika tidak sesuai aturan maka di keluarkan, kasihan yang lain yang benar-benar ingin sekolah” SDJ16092016 Wawancara dengan warga belajar: “kalau saya dari Paket B SKB Kota Jogja meneruskan ke Paket C, dulu saya di pesantren. Masuk kejar paket di SKB tidak sama sepeti dulu sekarang ada syarat fotocopy ijazah, KTP, foto dan wawancara. Kalau sering bolos dikeluarkan karena harus 75 kehadirannya. Tingkat kehadiran 75 sebenarnya ada beban karena saya bekerja jadi OB di SMP 15 jadi kadang capek. Untuk tutor dan teman-teman baik kalau ada yang tidak tahu pas pelajaran bisa Tanya. Kenadala yang dihadapi kurang waktu belajar karena kalau malam kerja service hp belajar jadi hanya di SKB ” ARS30082016 “tau SKB dari temen ibu, aku pindahan dari SMK I jurusan tari kelas XI, karena terlalu berat praktik jadi 22 sakit dan sering absen. Kendala yang dihadapi pindah sekolah ini banyak materi yang belum mengerti dan paham, jadi di sini masuk ke kelas X lagi. Solusinya belajar sendiri di bantu kakak” FR3008201 4. Untuk pelaksanaan implementasi kebijakan pendidikan kesetaraan Paket C di SKB Kota Yogyakarta menggunakan uang dari APBD II. Setiap tahun sekali mengajukan proposal bantua operasional penyelenggaraan. “untuk dana menggunakan dana APBD II dengan membuat proposal BOP setiap satu tahun sekali. Namun karena keterbatasan dana kegiatan yang seharusnya ada tidak bisa berjalan, anggaran yang ada harus dibagi-bagi agar semua kegiatan dapat berjalan tapi harus sesuai dengan RAB. Karena kekurangan dana ini membuat bahan ajar kurang seberti lembar kerja siswa, warga belajar tidak mungkin membeli kalau mencetak LKS tidak ada anggaran” SDJ16092016 5. Kondisi sosial dalam implementasi pendidikan kesetaraan baik, dibuktikan dengan kekeluargaan yang erat baik antar pegawipengelola, tutor dengan warga belajar, maupun warga belajar dengan warga belajar. Misalnya ada warga belajar yang backgroundnya ibu rumah tangga, karyawan, pelajar usia sekolah, mereka mempunyai hubungan yang baik tanpa memandang status orang lain. 6. Dalam implementasi pendidikan kesetaraan paket C di SKB Kota Yogyakarta tidak pernah terikat dalam masalah politik. “SKB tidak mau terlibat dalam kegiatan polittik apapun, missal ada anak pejabat ingin sekolah di SKB meminta diprioritaskan, kami tidak bisa melakukannya karena menyalahi aturan yang ada, jika ingin sekolah ya harus sesuai aturan tanpa memandang anak pejabat” SDJ16092016 7. Faktor pendukung implementasi kebijakan berdasarkan hasil wawancara: “fasilitas yang memadai membuat prses pembelajaran menjadi mudah, seperti tersedianya gedung pembelajaran sendiri karena tidak semua PKBM memiliki gedung sendiri, adanya modul, ruang kelas yang dilengkapi dengan kipas angin, meja dan kursi, 23 white board.pembelajaran di SKB juga tidak dipungut biaya atau gratis” MSD4082016 “semangat tutor untuk mendidik warga belajar dan menekankan pada proses pembelajaran, agar memperoleh lulusan yang baik akademiknya dan skapnya. SDJ16092016 8. Faktor penghambat dan solosi implementasi kebijakan paket C berdasarkan wawancara: “kendala yang dihadpi dalam proses pembelajaran, usia peserta didika yang tidak seragam untuk menyamakan metode pembelajaran harus memilih trik untuk orang dewasa, misalnya sekarang sedang hangat dibicarakan kasus A nanti dari kasus A dihubungkan dengan materi pembelajaran” SRW31082016 “kendala dalam mengajar menurut saya wajar-wajar saja seperti disekolah formal. Misalnya ada yang tidak mengerjakan tugas didekati ditanya kenapa, ada kesulitan apa. Sebenarnya sebelum mengajar warga belajar yang mempunyai usia yang berdeda kita harus mengetahui kriterianya. Metode yang digunakan tidak selalu sama, jika saat materi memungkinkan untuk diskusi ya dengen metode diskusi, atau mencari materi sendiri di internet” SGH592016

3. Hasil Observasi