Analisis permintaan daging sapi di Indonesia

ANALISIS PERMINTAAN IMPOR DAGING SAP1 INDONESIA

SAND1 AJI NUGROHO

PROGRAM STUD1 SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

RINGKASAN
SAND1 AJI NUGROHO. D34104029. 2008.Analisis Permintaan Ekspor Impor
Daging Sapi di Indonesia. Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan,
Fakultas Petemakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Dr. Ir. Sri Mulatsih, MSc Agr
Pembimbing Anggota : Ir. Burhanuddin, MM
Penelitian ini bertujuan untuk, (1) Menganalisis pengaruh harga daging impor
(2) Menganalisis pengaruh nilai tukar riil (3) Menganalisis pengauh penawaran
daging domestik(4) Menganalisis pengaruh konsumsi daging domestik (5)
Menganalisis pengaruh pendapatan per kapita Penelitian dilaksanakan pada bulan
Awal bulan Juni sarnpai Akhir Bulan Juni 2008. data yang digunakan data sekunder
dari Badan Pusat Statistik, dianalisis secara deskriptif kuantitatif untuk

penggambaran variabel pemintaan impor daging dan kualitatif dengan model CobbDouglas yang dilinierkan double log transformation. dengan menggunakan
Microsoft Excel1 dan sofn~areEviews 4.1 . Hasil penelitian ini adalah (1) besarnya
nilai R2 sebesar 96,43% berarti variasi variabel dapat dijelaskan secara linier oleh
variabel bebasnya. (2) pada uji F didapat nilai 0,00001 yang mempunyai nilai lebih
kecil dari taraf nyata yang digunakan yaitu a = 5% berarti nilai tersebut menandakan
bahwa persamaan cukup signifikan menjelaskan variabel-variabel yang digunakan

(3) besarnya elastisitas dapat menunjukkan derajad kepekaan variabel dependen pada
suatu persamaan terhadap perubahan variabel independen (4) pada uji ekonometrika
persaman

tidak

memiliki

masalah

a~ttokorelasi, heteroskedastisitas

dan


multikolinieritas (5) variabel-variabel yang mempunyai pengaruh negatif terhadap
pelmintaan impor daging adalah nilai tukar riil, harga daging impor, dan penawaran
daging domestik (6) variabel-variabel yang mempunyai pengaruh positif terhadap
permintaan impor daging sapi adalah konsumsi daging dan pendapatan per kapita.
Kata-kata kunci: Permintaan impor daging sapi, nilai tukar nil, harga daging impor,
penawaran daging domestik, konsumsi daging, dan pendapatan per kapita.

ABSTRACT
Analysis of Meat Import Demand in Indonesia
Nugroho, S.A., Mulatsih, S and Burhanuddin
The observation has purpose (1)To analize the influence of the price meat
import meat (2) To analize the influence of riel value (3) To analize the influence of
offering domestic meat (4) To Analize the influence of consumption domestic meat
(5) To analize the influence of income. The obervation held first month of June until1

last month of June 2008 the data which used secondary from Badan Pusat Statistik.
The observation analized by quantitatif description to describe variable offering meat
import and qualitatif by Cobb Douglas model which linier double log transformation
which used Microsoft Excel and software Eviews 4.1. The result of this observation

are (1) the amount of R2Value is 96,43% it's mean the variation of variable can be
explained like liniear by the variable free. (2) On test F shown 0,00001 which has
value more litle than rate of real which used is a=5% it means the value shown that
the similarity significant enough to explain the variable which used. (3) the amount
elastisity shown degree of feeling variable dependent on similarity to changing of
variable independent (4) In test of econometrics the similarity have not problem auto
corelation heteroskedastisity and multikolinieritas (5) The variables which have
negative influence to meat import requirement is value riel changing the price of
meat import, and meat domestic offering (6) The variables which have positive
influence to meat cow import is meat consumption and income per capity of people
Keywords :Meat Import Demand, exchange rate nil, price of meat import meat
domestic offering, meat consumption,and income per capity

ANALISIS PERMINTAAN IMPOR DAGING SAP1 INDONESIA

Oleh
SAND1 A n NUGROHO
D34104029

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di badapan

Komisi ujian Lisan pada Tanggal 10 September 2008

Pembimbing Utama

Dr.Ir. Sri Mulatsih MSc.Agr
NIP. 131.849.397

F

-bet,

maka tolak Ho yang berarti minimal ada satu

parameter dugaan yang tidak no1 dan berpengaruh nyata terhadap keragamaan
variabel endogen. Sedangkan jika Fhihlng< Ftnbel,maka terima Ho yang berarti secara
bersama-sama variabel yang digunakan tidak dapat rnenjelaskan secara nyata
keragaman dari variabel endogen.

Uji Probabilitas
Uji P adalah uji yang menggunakan probabilitas taraf nyata 5 % dan biasanya

digunakan untuk mengetahui apakah variabel eksogen yang terdapat dalam model
secara individu berpengaruh nyata terhadap variabel endogen. Mekanisme uji t
adalah sebagai berikut :
Hipotesis :
HO

=

perubahan suatu variabel eksogen secara individu tidak berpengaruh nyata
terhadap perubahan variabel endogen.

H1 = Pembahan suatu variabel eksogen secara individu berpengaruh nyata terhadap
perubahan variabel endogen.
Kriteria uji probabilitas:
P > 0,05 : Terima Ho
P < 0,05 : Tolak Ho
Uji Terhadap Autokorelasi
Istilah autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara anggota
serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (time series) atau cross section.
Persamaan dalam penelitian ini menggunakan data time series. Masalah autokorelasi

sering tirnbul pada data runtut (time series). Autokorelasi sering juga disebut korelasi
serial. Penyebab utama timbulnya auto korelasi adalah kesalahan spesifkasi,
misalnya terabaikannya suatu variabel penting atau bentuk fungsi yang tidak tepat.
Uji Durbin Watson Statistic @W) sering digunakan untuk mendeteksi ada atau
tidakxiya autokorelasi.
Ketentuan pengambilan keputusan untuk menguji apakah terjadi autokorelasi
adalah :
1. Jika DW > batas atas (du) maka tidak ada autokorelasi

2. Jika DW < batas bawah (dL)maka terjadi autokorelasi
3. Jika d~< DW < du, tidak dapat diketahui terjadi autokorelasi atau tidak

Uji Terhadap Heteroskedastisitas
Salah satu asumsi yang penting dari pendugaan metode kuadrat terkecil
adalah varian residuan

bersifat homoskedastisitas atau bersifat konstan.

Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana asumsi di atas tidak tercapai. Darnpak
adanya heteroskedastisitas adalah tidak efisiennya proses estimasi, sementara hasil

estimasinya sendiri tetap konsisten dan tidak bias. Dengan adanya masalali
heteroskedastisitas, akan menyebabkan hasil uji t dan F dapat menjadi tidak berguna.
Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas sempurna adalah suatu pelanggaran terliadap asumsi bahwa
tidak ada hubungan sempurna antar variabel eksogen dalam sebuah persamaan
regresi. Multikolinieritas sempurna jarang terjadi, yang sering dijumpai adalah
multikolinieritas tidak sempurna. Pada dasamya, semakin tinggi korelasi antara dua
atau lebih variabel-variabel eksogen dalam suatu model yang benar, semakin sulit
memperkirakan secara akurat koefisien-koefisien pada model yang benar itu. Untuk
mendeteksi adanya multikolinieritas dalarn sebuah model dapat dilakukan dengan
membandiigkan besamya nilai koefisien determinasi (R2) dengan koefisien
determinasi parsial antar dua variabel bebas (I?).
Konsep Elastisitas
Besanlya suatu elastisitas dapat menunjukkan derajat kepekaan variabel
endogen pada suatu persamaan terhadap perubahan variabel eksogen. Menurut
Pindyck dan Rubinfeld (1981), elastisitas variabel endogen Y terhadap variabel
eksogen X dapat didefinisikan sebagai persentase perubahan dalam Y dibagi
persentase perubahan dalam X.
Misalnya untuk koefisien j, elastisitas bisa dimuskan sebagai berikut :


Ej : Elastisitas variabel bebas Xj terhadap Y
/3 j :Parameter dugaan variabel eksogen Xj

3 Rata-rata peubah dug:

Xj

y : Rata-rata peubah Y
Nilai suatu elastisitas tak terbatas dan bisa positif atau negatif. Pada
umurnnya nilai elastisitas yang besar berimplikasi pada variabel endogen yang
menjadi sangat responsif terhadap perubahan pada variabel eksogen.
fiiteria uji :
1. Apabila nilai elastisitas lebih besa dari satu (q'111)

maka dikatakan

elastis (responsif), karena perubahan satu persen variabel eksogen
mengakibatkan perubahan variabel endogen lebih dari satu persen.
2. Apabila nilai elastisitas antara no1 dan satu (0 < q < Ill), maka &katakan


inelastis (tidak responsif), karena perubahan satu persen variabel eksogen
akan mengakibatkan perubahan variabel kurang dari satu persen.

3. Apabila nilai elastisitasnya sama dengan no1 ( q = 0) dikatakan inelastis
sempurna, karena perubahan satu persen variabel eksogen tidak
membawa perubahan terhadap variabel endogen.
4. Apabila nilai elastisitas tak terhingga ( q = -) dikatakan elastis sempurna

5. Apabila nilai elastisitas sama dengan satu ( q = 1) dikatakan unitary

elastis.
Definisi Operasional

1. Penawaran daging domestik adalah tingkat produksi daging dalam negeri
yang diiyatakan dalam satuan ton
2. Konsumsi daging dornestik adalah tingkat konsumsi daging dalam negeri

yang dinyatakan dalam satuan ton
3. Nilai tukar nil adalah perbandingan antara nilai tukar dengan indeks harga


konsumen dialikan dengan 100 yang diiyatakan dengan Rp/Us$
4. Pendapatan per kapita adalah jumlal~ dari nilai barang dan jasa rata-rata

tersedia bagi penduduk suatu negara pada periode tertentu. (dalam ribu
rupiah)

5. Harga daging impor adalall harga daging yang diiipor pemerintah untuk

melindungi peternak yang dinyatakan dalam satuan Dollar $ per kg
6 . h p o r daging adalah jumlah seluruh impor daging konsumsi yang dijual atau
dipasarkan di pasar domestik dan tidak termasuk impor ilegal dinyatakan
dalam ton.
7. Variabel eksogen adalah variabel yang tidak dipengaxhi oleh perilaku

variabel lainnya dan memiliki serangkaian nilai tertentu.
8. Variabel endogen adalah variabel yang nilai-nilainya ditentukan oleh satu

atau serangkaian variabel lainnya.

MEKANISME IMPOR DAGJNG SAP1

Impor daging sapi secara umum seperti proses jual beli biasa antara penjual
yang berada di luar negeri (eksportir) dan pembeli yang berada di Indonesia
(importir). Proses impor daging diawali dengan penerbitan LIC (Letter of Credit)
yang dibuka oleh pembeli di Indonesia melalui Bank (issuing bank) yang ada di
Indonesia. Selanjutnya melalui correspondent bank yang ada di negara tempat
eksportir berada, eksportir mengirimkan dokumen-dokumen pelengkap yang terdii
dari : Bill of Landing (BL) yang berkaitan dengan pengiriman barang, Invoice, yang
berkaitan dengan spesifikasi barang, serta CertiJkate of Origin (COO) yang
menyatakan asal barang yang dipejual-belikan. Dokumen pelengkap tersebut
kemudian dikirim ke issuing bank yang ada di Indonesia untuk ditebus oleh importir.
Dokumen yang ada pada importir tersebut digunakan untuk mengambil barang yang
dikirim oleh penjual.
Daging sapi impor kemudian diangkut oleh kapd pengangkut barang (cargo)
internasional yang berlabuh di pelabuhan Tanjung Priok. Berbagai prosedur teknis
harus dilalui kiilgga cargo merapat di pelabuhan dan membongkar muatan impor
bempa daging sapi beku, setelah sampai di Tanjung Priok dilakukan pembongkaran,
yaitu pengeluaran kontainer dari cargo. Selanjutnya, prosedur administrasi dilakukan
dibawah admiistratur pelabuhan (adpel) di bawah Departemen Perhubungan serta
Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC). Daging sapi impor ditempatkan di tempat
penampungan se~nentara(container yard) dan dikenakan sewa atas penggunaan sewa
(demorage).
Untuk mengambil barang tersebut, importir daging sapi diwajibkan membuat
dokumen pabean yang bempa Pemberitahuan Impor Barang (PIB). PIB yang
dilengkapi dengan dokumen pelengkap pabean yang terdiri dari BIL, Invoice, dan
COO digunakan untuk mengambil barang impor. Namun, PIB belum dapat dibuat
tanpa adanya dokumen pelengkap pabean terlebih dahulu. Pembuatan PIB dapat
dilakukan melalui bank rekanan DJBC setelah sebelumnya importir melakukan
pembayaran bea masuk dan pajak-pajak yang berkaitan dengan impor daging sapi di
bank tersebut.
Setelah itu, dokumen diserahkan kepada DJBC kepada Kantor Pelayanan Bea
dan Cukai (KPBC) Priok melalui pihak bank. Selanjutnya, pihak DJBC memproses

PIB melalui Electronical Data Interchange System (ED1 System). Ada tiga jalur
yang secara teknis diterapkan oleh DJBC dalam proses impor untuk penerapan
manajemen resiko, yang didasarkan pada profil importir, jenis komoditi barang, track
record, dan informasi-informasi yang ada dalam database intelejen DJBC. Sistem

penjaluran barang impor melalui sistem otomasi sehingga intervensi DJBC
kemungkinannya kecil. Jalur yang seharusnya diterapkan untuk impor daging sapi
adalah jalur merah, yaitu jalur m u m yang dikenakan pada importir baru, importirimportir lama yang merniliki catatan khusus, importir dengan resiko tinggi karena
track record yang tidak baik ataupun jenis komoditi tertentu yang diawasi

pemerintah. Pengurusannya menggunakan jasa customs atau Perusallaan Pengurusan
Jasa Kepabeanan (PPJK). Jalur ini mengharuskan adanya pemeriksaan fisik daging
impor dengan tingkat pemeriksaan 10 persen, 30 persen dan 100 persen.
Setelah dieluarkan dari container yard, daging sapi impor harus melalui
pemeriksaan karantina, meliputi perneriksaan layak konsumsi dan tingkat kadaluarsa.
Hal ini dimaksudkan untuk melindungi konsumen dalam negeri. Selain dilengkapi
dengan COO, daging sapi yang diimpor ke Indonesia juga umumnya harus diser-tai
sertifikat halal. Pelaksanaan pemeriksaan dan pengawasan yang dilakukan DJBC
sebagai instansi perwakilan pengawasan impor daging sapi yang meliputi Dinas
Petemakan, Departemen Pertanian (Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner),
Departemen Perdagangan dan Perindustian, Departemen Kesehatan. Hal ini
dilaksanakan demi efisiensi dan efiktifitas pemangkas birokrasi yang harus dilewati
importir atau eksportir daliun melaksanakan tataniaga. Mekanisme impor secara
grafis dapat dilihat pada gambar.
Peraman yang ditetapkan Pemerintah yang berkaitan dengan daging sapi
mengatur tentang
impor adalah SK Menteri Pertanian No.51/Kpts/OT.160/1/2004
pembentukan Tim Terpadu pemantauan Pasar dan Pengawasan produk-produk
peternakan dan hasil olahannya. Tim tersebut melibatkan berbgai pihak yaitu
Departemen Pertanian, Departemen Perdagangan dan Perindustrim, Badan
Pengawasan Obat dan Makanan (POM), Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC),
Polri dan Badan Intelejen Nasional (BIN). Tujuan pembentukan tim ini adalah untuk
menangkal masuknya daging ilegal dari negara yang belum bebas penyakit sapi.

Indonesia

+

Keterangan :

di Indonesia

+

bank
di luar negeri

-

di luar
negeri

1. L/C
+------

1. Dokurnen pelengkap pabean : BIL, Invoice, COO

-----+

2. Pembayaran.

Gambar 3. Mekanisme Transaksi Impor Daging Sapi
Sumber www.~oople.com(Wikipedia Indonesia) tahun 2006

HASLL DAN PEMBAHASAN
Perkembangan Impor Daging Sapi
Tabel 2. Perkembangan Impor Daging Sapi dilihat dari 3 faktor
jml impor daging
domestik

konsumsi daging
domestik

Penawaran daging
domestik
%

%

Tahun

ton

1990

1422,OO

1991

1867,OO

1992

3 149,OO

1993

3050,OO

1994

4799,OO

1995

7259,OO

1996

15773,OO

1997

25704,OO

1998

8813,80

1999

10552,90

2000

26962,30

2001

16516,60

2002

11473,80

2003

10671,40

2004

11772,OO

2005

17707,73

Ratalrata

11093,35

Sumber : BPS,2005

%

Perubahan Ton
Perubahan
176220,O
0,OO
0
0,OO
152431,O
31,29
0
-13,50
163929,O
68,67
0
7,54
177532,O
-3,14
0
8,30
175859,O
57,34
0
-0,94
182333,O
51,26
0
3,68
222729,O
117,29
0
22,16
253168,O
62,96
0
13,67
227395,5
-65,71
3
-10,18
225761,O
19,73
8
-0,72
250476,4
155,50
7
10,95
208104,3
-38,74
7
-16,92
209022,3
-30,53
8
0,44
212267,4
-6,99
9
1,55
241339,3
10,31
8
13,70
227108,7
50,42
0
-5,90

29,97

3063953,
83

2,11

Ton

Perubaha
n

9825,65

0,00

10910,70

11,04

12022,40
266747,l
0
254712,5
0
259904,3
0
319603,2
0
293143,6
0
218581,7
3
215208,l
8
223514,l
7
191587,7
7
197548,5
8
201596,O
9
229567,3
8
209400,9
7
194617,l
4

10,19
2118,75
-4,51
2,04
22,97
-8,28
-25,44
-1,54
3,86
-.14,28
3,11
2,04
13,87
-8,79
132,81

Perkembangan petemakan di Indonesia d i u l a i pada pelita V yang dilakukan
dengan tiga pendekatan yaitu pendekatan teknis, terpadu, dan agribisnis. Pada tahun
1990 permintaan konsumsi daging domestik mencapai 176220 ton, jumlah impor
daging domestik mencapai 1422 ton, dan juga penawaran daging domestiknya
9825.65 ton, perkembangan jumlah impor daging domestik pada tahun 1992
meningkat sampai 68.67% ha1 ini juga diikuti dengan meningkatnya penawaran
daging domestik yang mencapai 11.04% tetapi perkembangan konsumsi mengalami
turun naik dari -13,5% mencapai 7,54% penyebab naik turunnya konsumsi daging
domestik disebabkan oleh variabel konsumsi itu sendiri.
Pada tahun 1993 mengalami kestabilan dimana jumlah impor daging
domestik menurun sebesar 3,14%, meningkatnya konsumsi daging domestik sebesar

8,3% dan meningkat secara drastis penawaran daging domestik dari produksi
12022.40 ton menjadi 266747.10 ton dimana persentase peubahannya mencapai
2118.75% kestabilan ini mencapai pimcaknya pada tahun 1996 dimana tejadi
peningkatan sebesar 117.29% pada jumlah impor daging domestik, meningkatnya
konsumsi daging domestik mencapai 22.16%, dan meningkat juga produksi daging
domestik sebesar 22.97%. Hal ini disebabkan karena pemerintah meratifkasi
kebijakan pasar bebas dimana tata niaga tidak diatur pemerintah maka harga daging
dalam negeri akan berada pada posisi yang sama dengan harga daging di pasar dunia.
Hal ini memberikan dampak yang negatif bagi petemak lokal karena peternak hanya
mendapat surplus ekonomi yang sedikit, pada tahun 1997 mengalami penurunan
jumlah impor daging sebesar 62.96%, konsumsi daging domestik juga menurun
menjadi 13,67% dan penawaran daging domestik menurun menjadi 8.28%, pada
tahun 1998 Indonesia mengalami krisis moneter hal ini berdampak juga ke sektor
petemakan ha1 ini terliiat dari menurunnya jumlah impor daging yang mencapai 65,71%, konsumsi daging domestik juga menurun drastis srunpai - 10,18%
penawaran daging domestik menurun sampai 25.44%.
Setelah mengalami krisis selama 2 tahun Indonesia mulai berbenah dan pada
tahun 1999jumlah impor daging domestik meningkat lagi hingga mencapai 19,73%,
konsumsi daging domestik meningkat mencapai -0,72% meskipun masih
menunjukkan tanda negatif. Ini menandakan bahwa variabel dari konsumsi daging
yaitu pendapatan masyarakat belum sepenuhnya pulih, penawaran daging domestik

mas& menunjukkan penurunan sebesar 1.54%. Pada tahun 2000 jumlah impor
daging do~nestikmeningkat cukup tajam yaitu sebesar 155.5% konsumsi daging
domestik juga sudah menunjukkan tanda positif yaitu sebesar 10.95% yang
menandakan pendapatan penduduk sudah relatif stabil dan penawaran daging
domestik meningkat 3.86%. Pemerintali mencanangkan Rencana Strategis Ditjen
Bina Produksi Peternakan 2000-2004 dimana adanya reorientasi pembangunan
peternakan yang ddunya sentralistik menjadi desentralistik terdapat dua program
utama, yaitu: 1) Program Pengembangan Agribisnis Petemakan (PPAP) dan 2)
Program Ketahanan Pangan (PKP). Kedua

program dari pemerintah ini cukup

berhasil menekan laju impor daging disamping juga a