Keterkaitan faktor biofisik dan penguasaan lahan hutan dengan kerawanan kebakaran hutan dalam perspektif penataan ruang (studi kasus pada wilayah hutan tanaman industri di Jambi)

KETERKAITAN FAKTOR BIOFISIK DAN PENGUASAAN
LAHAN HUTAN DENGAN KERAWANAN KEBAKARAN
HUTAN DALAM PERSPEKTIF PENATAAN RUANG
(Studi Kasus pada Wilayah Hutan Tanaman Industri di Jambi)

ANDRI YUSHAR ANDRIA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009

PERNYATAAN MENGENAI TESIS
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Keterkaitan Faktor Biofisik dan
Penguasaan Lahan Hutan dengan Kerawanan Kebakaran Hutan (Studi kasus pada
wilayah Hutan Tanaman Industri di Jambi) adalah karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.


Bogor, April 2009

Andri Yushar Andria
NRP. A156070124

ABSTRACT
ANDRI YUSHAR ANDRIA. Significance of Biophysical and Land Tenure
Factor to Vulnerability of Forest Fire in Spatial Planning Perspective: A
Case Study in Industrial Timber Plantation, Jambi. Under direction of BABA
BARUS and FREDIAN TONNY NASDIAN
The occurrence of forest fire in Jambi can be considered as an annual
phenomenon. It happens almost every year in every type of land uses, including
industrial timber plantation area of PT Wirakarya Sakti. Currently, although this
circumstance has existed for a long time, availability of information regarding
forest fire-prone area especially in industrial timber plantation is really minutes.
Based on this condition, this study aims to model and develop spatial information
on the vulnerability forest fire in industrial timber plantation (HTI) area. The
specific objectives are: 1) To identify biophysical factors that affect of forest fire,
2) To identify the significance of community activities and land tenure factors to

forest fires event in the area, 3) To analyze communities characteristic and actions
in regards to forest fire events, and 4) To analyze synergy between actual land use
with HTI Spatial Planning (RTR-HTI). The results using logistic regression
analysis showed that the most significance biophysical variable are soil type and
rainfall, while on the anthropogenic variable are the distance from land and the
distance from road. Pearson correlation analysis and regression analysis suggested
that community motivations and actions are affected by social indicators. Based
on these facts, spatial analysis using GIS was conducted. The result showed that
the value of land use suitable (LUS) was 88,06% (218.288,95 ha) and not suitable
was 11,94% (29.589,06 ha) from the land allocation of RTR-HTI. Using
Analytical Hierarchy Process (AHP), the relative importance weight for each
factor was derived to be included in hazard model. The hazard map showed that
fire hazard can be classified into high category (118.924,93 Ha), moderate
category (175.272,00 Ha) and low category (11.368,85 Ha). Some suggestion
emerged from forest fire reality assessment in HTI PT. Wirakarya Sakti are as
follow: 1) It is required to revise the RTR-HTI, especially in the context of
cropland allocation in peat area, 2) Some levels of control need to be re-enforced
on the development of infrastructure in fire-prone and protected area, 3) It is
required to build some partnerships with local communities to manage forest land
in HTI PT Wirakarya Sakti area, and 4) It is necessary to develop a complete and

‘up to date’ sets of database in regards to fire prone area and its distribution.
Keywords: vulnerability forest fire, land tenure community, land use

RINGKASAN
ANDRI YUSHAR ANDRIA. Keterkaitan Faktor Biofisik dan Penguasaan Lahan
Hutan dengan Kerawanan Kebakaran Hutan dalam Perspektif Penataan Ruang :
Studi Kasus pada Wilayah HTI di Jambi. Dibimbing oleh BABA BARUS dan
FREDIAN TONNY NASDIAN.
Kejadian kebakaran hutan telah menjadi suatu fenomena yang terjadi setiap
tahun, peristiwa tersebut melanda dan tersebar hampir di seluruh daerah
kabupaten/kota di Provinsi Jambi tak terkecuali terjadi pada kawasan hutan
produksi yang menjadi areal perijinan Hutan Tanaman Indsutri (HTI) PT.
Wirakarya Sakti. Kebakaran hutan di areal HTI PT. Wirakarya Sakti pada
dasarnya disebabkan faktor lingkungan fisik hutan yang mendukung serta adanya
aktivitas masyarakat di sekitar hutan sebagai pemicu terjadinya kebakaran.
Kegiatan masyarakat dalam penyiapan lahan secara tradisional dengan tahapan
tebang, tebas, tumpuk dan bakar pada umumnya sebagai penyebab awal terjadinya
kebakaran hutan.
Tahapan awal untuk meminimalisir kejadian kebakaran hutan adalah dengan
menyusun informasi yang lengkap dan aktual mengenai wilayah-wilayah yang

rawan terjadinya kebakaran di areal HTI PT. Wirakarya Sakti berdasarkan faktorfaktor penyebabnya, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi
perusahaan khususnya dan pemerintah dalam perumusan kebijakan secara umum.
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk membangun model spasial dan
pemetaan kerawanan kebakaran hutan pada areal Hutan Tanaman Industri, dan
secara lebih khusus penelitian ini bertujuan untuk : 1) Mengidentifikasi faktor
biofisik yang berpengaruh terhadap kebakaran hutan di areal Hutan Tanaman
Industri, 2) Mengidentifikasi faktor aktivitas masyarakat yang menguasai lahan
hutan dalam kaitannya dengan kebakaran hutan di areal Hutan Tanaman Industri,
3) Menganalisis karakteristik dan tindakan masyarakat yang menguasai lahan
hutan pada wilayah Hutan Tanaman Industri dalam kaitannya dengan kebakaran
hutan, dan 4) Menganalisis kesesuaian peruntukkan rencana tata ruang Hutan
Tanaman Industri (RTR-HTI) dengan penggunaan lahan dan pengaruhnya
terhadap kebakaran hutan.
Metode untuk menganalisis faktor-faktor yang menjadi penyebab peristiwa
kebakaran hutan di HTI PT. Wirakarya Sakti adalah dengan menggunakan analisis
regresi logistik. Untuk mengetahui karakteristik dan tindakan masyarakat yang
menguasai lahan hutan dalam melakukan kegiatan pembakaran terutama pada
penyiapan lahan dilakukan analisis korelasi pearson dan analisis regresi terhadap
variabel sosial masyarakat. Metode untuk menganalisis kesesuaian antara
penggunaan lahan aktual terhadap RTR-HTI dengan analisis SIG yaitu melakukan

tumpang tindih antara peta penggunaan lahan aktual dengan peta RTR-HTI.
Sedangkan untuk membangun model kerawanan kebakaran hutan di areal HTI PT.
Wirakarya Sakti adalah dengan analisis SIG dan untuk menentukan bobot relatif
pada setiap faktor yang berpengaruh terhadap kebakaran hutan dengan
menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP).
Hasil analisis regresi logistik menghasilkan faktor-faktor yang berpengaruh
nyata dari faktor biofisik adalah jenis tanah dan curah hujan sedangkan dari faktor

aktivitas masyarakat yang menguasai lahan hutan adalah jarak penguasaan lahan
dan jarak dari jalan.
Peluang terjadinya kebakaran hutan berdasarkan hasil analisis dipengaruhi
oleh kondisi sosial masyarakat yang menguasai lahan hutan. Karakteristik dan
tindakan masyarakat yang menguasai lahan hutan dalam melakukan kegiatan
pembakaran terutama pada penyiapan lahan dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu pendidikan / pengetahuan serta persepsi masyarakat, pertambahan jumlah
penduduk serta lapangan pekerjaan yang terbatas bagi masyarakat, tidak
terakomodasinya peran masyarakat dalam pemanfaatan sumberdaya hutan,
pendapatan masyarakat dari hasil pertanian/perkebunan, serta sistem penyiapan
lahan dan kebiasaan masyarakat dalam penggunaan api.
Hasil analisis kesesuaian antara penggunaan lahan aktual dengan penataan

ruang HTI dengan menghasilkan nilai Kesesuaian Penggunaan Lahan (KPL)
sebesar 88,06% (218.288,95 Ha) dan yang tidak sesuai seluas 11,94% (29.589,06
Ha) dan termasuk kategori baik.
Hasil analisis penentuan bobot relatif terhadap faktor-faktor yang
berpengaruh menghasilkan bobot faktor biofisik sebesar 0.394 dan bobot faktor
aktivitas masyarakat sebesar 0.606. Sedangkan bobot faktor curah hujan sebesar
0.842 dan bobot jenis tanah sebesar 0.158 serta bobot jarak penguasaan lahan
sebesar 0.458 dan jarak dari jalan sebesar 0.542.
Peruntukkan lahan pada Rencana Tata Ruang HTI berdasarkan kelas
kerawanan kebakaran hutan menunjukkan kerawanan kebakaran hutan yang
termasuk kelas rendah meliputi area seluas 11.368,85 Ha (4%), kelas sedang
175.272,00 Ha (57%) dan kelas tinggi 118.924,93 Ha (39%).
Dari hasil rumusan terhadap realitas kebakaran hutan di HTI PT. Wirakarya
Sakti, beberapa usulan dalam upaya meminimalisir terjadinya kebakaran hutan
adalah : 1) RTR-HTI perlu direvisi dalam hal re-alokasi peruntukan lahan
tanaman pokok pada tanah gambut, 2) adanya pengendalian pembangunan
infrastruktur jalan pada wilayah rawan kebakaran dan wilayah yang dilindungi, 3)
diperlukan peningkatan kerjasama kemitraan dalam pengelolaan lahan hutan
dengan masyarakat yang menguasai lahan di areal HTI PT. Wirakarya Sakti, dan
4) perlunya menyusun basis data yang lengkap dan aktual mengenai sebaran

wilayah rawan kebakaran hutan.
Kata Kunci : Kerawanan Kebakaran Hutan, Penguasaan Lahan, Penggunaan
Lahan

 Hak cipta milik IPB, tahun 2009
Hak cipta dilindungi Undang-undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumber.
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya
ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

KETERKAITAN FAKTOR BIOFISIK DAN PENGUASAAN
LAHAN HUTAN DENGAN KERAWANAN KEBAKARAN
HUTAN DALAM PERSPEKTIF PENATAAN RUANG
(Studi Kasus pada Wilayah Hutan Tanaman Industri di Jambi)

ANDRI YUSHAR ANDRIA


Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr.Ir. Komarsa Gandasasmita, M.Sc.

PRAKATA
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan.
Tema yang dipilih dalam penelitian yang mulai dilaksanakan sejak Bulan Agustus
2008 ini adalah kerawanan kebakaran hutan, dengan judul Keterkaitan Faktor
Biofisik dan Penguasaan Lahan Hutan dengan Kerawanan Kebakaran Hutan
dalam Perspektif Penataan Ruang, suatu studi kasus pada wilayah Hutan Tanaman

Industri di Jambi.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Ir. Baba Barus, M.Sc dan
Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS selaku pembimbing, serta Dr. Ir. Komarsa
Gandasasmita, M.Sc yang telah banyak memberikan saran. Selain itu, penulis juga
menyampaikan penghargaan kepada Bapak Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M. Agr selaku
Ketua Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah Sekolah Pascasarjana IPB,
Pemerintah Kabupaten Batang Hari Provinsi Jambi yang telah memberikan
kesempatan tugas belajar, Pusat Pembinaan, Pendidikan dan Pelatihan Perencana
(Pusbindiklatren) Bappenas, staf pengajar dan pengelola Program Studi Ilmu
Perencanaan Wilayah (PWL) serta rekan-rekan mahasiswa Program Studi Ilmu
Perencanaan Wilayah tahun 2007. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada umi, ibu ‘mertua’, istri, pelita hati-ku ‘aisha’, serta seluruh keluarga atas
segala dukungan moril dan materiil, doa, kesabaran serta kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bisa berguna dan bermanfaat.

Bogor, April 2009
Andri Yushar Andria

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tasikmalaya pada tanggal 29 Nopember 1971 dari

ayah Adjat Darodjat (Alm) dan ibu Enah Maknunah. Penulis merupakan putra
keempat dari tujuh bersaudara.
Sekolah Dasar diselesaikan oleh penulis di SD Kahuripan IV Tasikmalaya
pada Tahun 1984. Kemudian Sekolah Menengah Pertama diselesaikan penulis di
SMP Negeri 3 Tasikmalaya pada Tahun 1987. Selanjutnya Sekolah Menengah
Atas diselesaikan penulis di SMA Negeri 1 Tasikmalaya pada Tahun 1990. Dan
jenjang pendidikan sarjana ditempuh pada Jurusan Teknologi Hasil Hutan,
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor dan diselesaikan pada Tahun 1995.
Setelah lulus Sarjana Kehutanan, penulis bekerja di perusahaan HTI di Jambi
sampai dengan Tahun 1999, kemudian menjadi Pegawai Negeri Sipil pada Kanwil
Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Jambi pada Tahun 2000 dan beralih status
menjadi Pegawai Negeri Sipil Daerah Kabupaten Batang Hari pada Dinas
Kehutanan dari Tahun 2002 sampai dengan sekarang.
Pada Tahun 2007, penulis memperoleh kesempatan untuk melanjutkan
pendidikan di Sekolah Pascasarjana IPB pada Program Studi Ilmu Perencanaan
Wilayah (PWL).
Beasiswa pendidikan diperoleh dari Pusat Pembinaan,
Pendidikan dan Pelatihan Perencana (Pusbindiklatren) Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (Bappenas).


DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN .....................................................................................
Latar Belakang ..................................................................................
Perumusan Masalah ..........................................................................
Tujuan Penelitian .............................................................................
Manfaat Penelitian ............................................................................

1
1
4
7
8

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................
Kebakaran Hutan ..............................................................................
Biofisik Hutan ...................................................................................
Karakteristik Bahan Bakar .........................................................
Cuaca dan Iklim .........................................................................
Topografi ....................................................................................
Penguasaan Lahan Hutan...................................................................
Rencana Tata Ruang Hutan Tanaman Industri (RTR-HTI) .............
Penginderaan Jauh ............................................................................
Sistem Informasi Geografis ..............................................................
Analisis Spasial .................................................................................

9
9
10
10
11
12
13
14
15
16
17

METODE PENELITIAN ...........................................................................
Kerangka Pemikiran .........................................................................
Ruang Lingkup Penelitian ................................................................
Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................
Pengumpulan dan Sumber Data .......................................................
Alat Penelitian ..................................................................................
Penyusunan Kuisioner ......................................................................
Persiapan Data ..................................................................................
Analisis Data .....................................................................................
Sebaran Kebakaran Hutan ........................................................
Analisis dan Tahapan Penyusunan Faktor yang Berpengaruh...
Penentuan Faktor-Faktor yang Berpengaruh ...........................
Pembangunan Model Spasial Kebakaran Hutan ...............................
Pengujian Model Spasial Kebakaran Hutan .....................................
Analisis Data Kuisioner ....................................................................
Kesesuaian antara Penggunaan Lahan Aktual dengan RTR-HTI .....
Rumusan dan Arahan untuk Meminimalisir Kebakaran Hutan ........

18
18
19
20
20
22
22
22
23
23
24
27
28
30
31
32
33

KEADAAN UMUM ..................................................................................
Lokasi dan Luas Areal Penelitian .....................................................
Lokasi Penelitian.......................................................................
Letak Berdasarkan Geografis....................................................
Letak Berdasarkan Administrasi ...............................................
Luas Areal Kerja .......................................................................

34
34
34
34
36
39

Kondisi Biofisik Lokasi.....................................................................
Iklim .........................................................................................
Kondisi Hujan ..........................................................................
Tipe Iklim .................................................................................
Suhu dan Kelembaban ..............................................................
Kondisi Angin ...........................................................................
Radiasi Matahari ......................................................................
Keadaan Lapangan ...................................................................
Topografi ..................................................................................
Tanah ........................................................................................
Satuan Peta Tanah ....................................................................
Keadaan Hutan .........................................................................
Penutupan Lahan ......................................................................
Vegetasi dan Potensi Tegakan ..................................................
Kondisi Sosial dan Ekonomi ............................................................
Kependudukan .........................................................................
Jumlah dan Kepadatan Penduduk .............................................
Penduduk Menurut Kelompok Umur Kerja..............................
Mata Pencaharian dan Aktivitas Ekonomi................................
Agama dan Kepercayaan...........................................................
Pendidikan ................................................................................
Sarana dan Prasarana Pendidikan Dasar ...................................
Sarana dan Prasarana Pendidikan Lanjutan Pertama ................
Sarana dan Prasarana Pendidikan Lanjutan Atas ......................

39
39
40
40
43
44
44
44
45
47
47
48
48
51
52
52
52
53
55
58
59
59
60
61

HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................
Realitas dan Fenomena Kebakaran Hutan ........................................
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebakaran Hutan .....................
Keterkaitan Faktor Biofisik dengan Kebakaran .......................
Keterkaitan Faktor Aktivitas Masyarakat dengan Kebakaran .
Karakteristik dan Tindakan Masyarakat terhadap Kebakaran Hutan
Kesesuaian Rencana Tata Ruang HTI ..............................................
Model Kerawanan Kebakaran Hutan ...............................................
Rumusan Upaya Meminimalisir Terjadinya Kebakaran Hutan ........

63
63
69
70
74
77
84
91
98

KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................
Kesimpulan ................................................................................................
Saran ...........................................................................................................

108
108
109

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................

110

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL
Halaman
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26

Data Sekunder yang Digunakan dalam Penelitian ............................
Batas-batas Lapangan setiap Distrik di HTI PT. Wirakarya Sakti ....
Luas Areal Kerja HTI PT. Wirakarya Sakti ......................................
Data Hujan di Wilayah Kerja PT. Wirakarya Sakti dan sekitarnya
dari Hasil Catatan Instansi Pemerintah .............................................
Data Hujan di Wilayah Kerja PT. Wirakarya Sakti dan sekitarnya
dari Hasil Catatan Stasiun Cuaca Milik PT. Wirakarya Sakti ..........
Data Suhu Udara, Kelembaban Udara, Angin dan Radiasi Matahari
di Sekitar Areal Kerja PT. Wirakarya Sakti ......................................
Sebaran Kondisi Lahan dan Kelas Lereng di Wilayah Kerja PT.
Wirakarya Sakti .................................................................................
Jumlah Penduduk, Luas Wilayah, Kepadatan Penduduk dan Rasio
Jenis Kelamin Penduduk di Kabupaten/Kecamatan di sekitar HTI ..
Jumlah Penduduk, Luas Wilayah, Kepadatan Penduduk dan Rasio
Jenis Kelamin Penduduk Desa di sekitar HTI PT. Wirakarya Sakti..
Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur Kerja di beberapa
Kecamatan sekitar HTI PT. Wirakarya Sakti.....................................
Luas dan Rata-rata Produksi Padi Sawah dan Padi Ladang di
beberapa Kecamatan sekitar HTI PT. Wirakarya Sakti ....................
Luas dan Rata-rata Produksi Tiga Jenis Tanaman Perkebunan Besar
dan Rakyat di beberapa Kecamatan sekitar HTI PT. Wirakarya
Sakti ...................................................................................................
Penduduk di beberapa Kecamatan berdasarkan Agama yang dianut.
Jumlah Sekolah, Murid, Guru, Rasio Murid Sekolah dan Guru
SD/Ibtidaiyah di beberapa Kecamatan sekitar HTI ..........................
Jumlah Sekolah, Murid, Guru, Rasio Murid Sekolah dan Guru
SLTP/Tsanawiyah di beberapa Kecamatan sekitar HTI ....................
Jumlah Sekolah, Murid, Guru, Rasio Murid Sekolah dan Guru
SMU, SMK dan Aliyah di beberapa Kecamatan sekitar HTI ...........
Proporsi Luasan HTI PT. Wirakarya Sakti di setiap Kabupaten ......
Prosentase Luas Lahan yang Dikuasai oleh Masyarakat berdasarkan
Subjek Penguasaan Lahan .................................................................
Realisasi Kerjasama antara Perusahaan dan Masyarakat melalui
HTPK ................................................................................................
Sebaran Luas Areal Gambut di HTI PT. Wirakarya Sakti ................
Peruntukan Lahan pada Rencana Tata Ruang HTI ...........................
Kesesuaian antar Penggunaan Lahan dengan RTR-HTI ...................
Perhitungan Perbandingan Berpasangan antara Kriteria Biofisik dan
Aktivitas Manusia dari Beberapa Ahli ..............................................
Bobot Relatif anatar Kriteria Biofisik dan Aktivitas Manusia ..........
Perhitungan Perbandingan Berpasangan antara Faktor Curah Hujan
dengan Jenis Tanah dan Faktor Jarak Lahan dengan Jarak Jalan ......
Bobot Relatif antara Faktor Curah Hujan dengan Jenis Tanah dan
Faktor Jarak dari Lahan dengan Jarak dari Jalan ..............................

20
36
39
41
43
43
47
52
53
55
56

58
58
59
61
62
67
68
69
71
89
89
93
93
93
94

27
28
29
30
31
32

Skor Kerawanan Kebakaran Hutan di HTI PT. Wirakarya Sakti .....
Peruntukan Lahan pada RTR-HTI pada Tanah Organik dan Mineral
Kerapatan Jalan pada Setiap Distrik di HTI PT. Wirakarya Sakti ....
Kerapatan Jalan pada setiap Peruntukkan Lahan pada RTR-HTI......
Peruntukkan Lahan pada Rencana Tata Ruang HTI dengan Kelas
Kerawanan Kebakaran Hutan ............................................................
Subjek Penguasaan Lahan pada Kelas Kerawanan Kebakaran Hutan

97
100
101
101
102
104

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26

Sebaran Kejadian Kebakaran di setiap Distrik pada Areal Kerja
HTI PT. Wirakarya Sakti ..................................................................
Penguasaan Lahan Hutan oleh Masyarakat di setiap Distrik pada
Areal HTI PT. Wirakarya Sakti ........................................................
Diagram Alir Kerangka Pemikiran ...................................................
Peta Lokasi Penelitian di Hutan Tanaman Industri PT. Wirakarya
Sakti ..................................................................................................
Peta Areal Kerja Distrik I HTI PT. Wirakarya Sakti ........................
Tahapan dan Analisis Penyusunan Faktor-Faktor yang Berpengaruh
Tahapan Analisis Kesesuaian antara Penggunaan Lahan dengan
RTR-Hutan Tanaman Industri ..........................................................
Diagram Alir Tahapan Penelitian ......................................................
Peta Pembagian Areal Kerja di Hutan Tanaman Industri PT.
Wirakarya Sakti..................................................................................
Peta Desa/Kelurahan dan Kecamatan di sekitar Hutan Tanaman
Industri PT. Wirakarya Sakti .............................................................
Peta Iklim di Hutan Tanaman Industri PT. Wirakarya Sakti .............
Peta Kelas Lereng di Hutan Tanaman Industri PT. Wirakarya Sakti.
Peta Satuan Lahan dan Tanah di Hutan Tanaman Industri PT.
Wirakarya Sakti..................................................................................
Peta Penutupan Lahan di Hutan Tanaman Industri PT. Wirakarya
Sakti ...................................................................................................
Peta Persentase Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Kerja
di Kecamatan sekitar HTI PT. Wirakarya Sakti.................................
Peta Sebaran Kebakaran di Areal Hutan Tanaman Industri PT.
Wirakarya Sakti Tahun 2005-2007 ....................................................
Waktu Terdeteksinya Kejadian Kebakaran di Areal HTI PT.
Wirakarya Sakti dari Tahun 2005-2007 ............................................
Peta Penguasaan Lahan oleh Masyarakat di Areal Hutan Tanaman
Industri PT. Wirakarya Sakti .............................................................
Formasi Hutan Rawa Gambut dari Tepi hingga ke Kubah Gambut .
Persentase Kejadian Kebakaran pada Jenis Tanah di Areal HTI ......
Frekuensi Kejadian Kebakaran setiap Bulan di Areal HTI ...............
Kejadian Kebakaran Hutan di HTI (Tahun 2005-2007) pada
Interval Jarak dari Lahan yang dikuasai oleh Masyarakat ................
Kejadian Kebakaran Hutan di HTI (Tahun 2005-2007) pada
Interval Jarak dari Jalan .....................................................................
Peta Posisi Relatif Responden yang Menguasai Lahan Hutan di
Hutan Tanaman Industri PT. Wirakarya Sakti ..................................
Proporsi Jawaban setiap Responden atas Variabel Kuesioner yang
Berpengaruh terhadap Parameter Sosial ............................................
Peta Jawaban Responden atas Kuesioner Parameter Sosial di Hutan
Tanaman Industri PT. Wirakarya Sakti..............................................

5
6
19
21
25
26
32
33
35
38
42
46
49
50
54
64
65
66
72
72
74
76
77
78
82
83

27
28
29
30
31
32
33

Peta Penggunaan Lahan Hasil Analisis Citra 2008 di Hutan
Tanaman Industri PT. Wirakarya Sakti .............................................
Peta Tata Ruang Hutan Tanaman Industri PT. Wirakarya Sakti .......
Pohon Hirarki AHP untuk Model Kerawanan Kebakaran Hutan .....
Peta Kerawanan Kebakaran Hutan di Hutan Tanaman Industri PT.
Wirakarya Sakti..................................................................................
Kelas Kerawanan Kebakaran Hutan di HTI.......................................
Kelas Kerawanan Kebakaran Hutan pada Penguasaan Lahan oleh
Masyarakat di HTI .............................................................................
Proporsi Relatif Jawaban Responden pada setiap Distrik..................

87
88
92
96
97
104
105

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1
2
3
4

5
6
7
8
9

Kejadian Kebakaran Hutan di Wilayah HTI PT. Wirakarya Sakti
dari Tahun 2005 sampai dengan Tahun 2007 ....................................
Data Kompartemen/Petak pada Wilayah Distrik I ............................
Data Penguasaan Lahan Hutan oleh Masyarakat di Areal HTI ........
Hasil Analisis Regresi Logistik atas Faktor-Faktor Biofisik dan
Faktor Aktivitas Manusia yang Berpengaruh terhadap Terjadinya
Kebakaran Hutan ...............................................................................
Kuesioner Variabel Sosial Masyarakat yang Menguasai Lahan
Hutan dengan Kebakaran Hutan .......................................................
Hasil Analisis Korelasi atas Variabel Sosial Masyarakat yang
Menguasai Lahan Hutan di Areal HTI ..............................................
Hasil Analisis Regresi atas Variabel Sosial Masyarakat yang
Menguasai Lahan Hutan di Areal HTI...............................................
Matrik antara Model Kerawanan Hutan dengan Kepadatan Hotspot.
Variabel Sosial yang Berpengaruh pada Masing-masing Materi
Kuesioner ..........................................................................................

113
124
138

140
141
147
150
153
154

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebakaran hutan di Jambi telah menjadi suatu fenomena yang terjadi setiap
tahun, baik dalam cakupan luasan yang besar maupun kecil. Kejadian kebakaran
tersebut tersebar dan melanda hampir di seluruh daerah kabupaten/kota di
Provinsi Jambi, demikian halnya peristiwa kebakaran terjadi di beberapa fungsi
kawasan hutan menurut wilayah Tata Guna Hutan Kesepakaan (TGHK) yang
terdistribusi pada kawasan hutan lindung, hutan konservasi, area penggunaan lain
serta kawasan hutan produksi (tetap, terbatas dan yang dapat dikonversi), tak
terkecuali terjadi pada kawasan hutan produksi yang menjadi areal perijinan
Hutan Tanaman Indsutri (HTI) PT. Wirakarya Sakti.
Kebakaran hutan telah menimbulkan dampak kerugian yang cukup berarti,
baik segi ekonomi, sosial maupun ekologi, bahkan peristiwa kebakaran hutan
dapat dikategorikan sebagai bencana karena telah mengganggu dan mengancam
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang mengakibatkan kerugian materi,
kerusakan harta benda bahkan korban jiwa. Dampak dari kebakaran hutan tersebut
antara lain asap yang ditimbulkan yang sangat membahayakan kesehatan dan
mengganggu transportasi darat, udara dan perairan.
Peristiwa kebakaran hutan pada dasarnya disebabkan oleh beberapa hal
diantaranya karena faktor lingkungan fisik hutan yang mendukung serta adanya
aktivitas manusia di sekitar hutan sebagai pemicu terjadinya kebakaran. Kegiatan
masyarakat dalam penyiapan lahan secara tradisional dengan tahapan tebang,
tebas, tumpuk dan bakar pada umumnya dididuga sebagai penyebab awal
terjadinya kebakaran hutan. Sebagaimana menurut Suratmo dkk. (2003) bahwa
penyebab utama kebakaran hutan yang terjadi di Kalimantan dan Sumatera
dipengaruhi oleh faktor manusia, baik dikarenakan kelalaian maupun kesengajaan
(pembukaan lahan / slash and burning) dan kecil kemungkinannya oleh faktor
alamiah seperti fenomena iklim, petir, gesekan kayu dan benturan batu.
Aktivitas masyarakat di hutan pada awalnya diyakini sebagai suatu cara
untuk mendapatkan penghidupan bagi diri dan keluarganya karena hutan
merupakan sumberdaya alam yang dapat menghasilkan pendapatan bagi

2
masyarakat dari hasil hutan berupa kayu dan non-kayu seperti rotan, damar,
gaharu, jelutung, lebah madu dan lain-lain. Selanjutnya, aktivitas masyarakat di
sekitar hutan berubah orientasinya dengan keharusan dan keinginan mendapatkan
lahan hutan untuk dijadikan ladang, kebun dan mata pencaharian lainnya sebagai
sumber penghidupannya. Semakin tingginya intensitas untuk mendapatkan lahan
hutan diduga disebabkan oleh kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar hutan;
antara lain tingkat pendapatan yang rendah, taraf pendidikan dan pengetahuan
masyarakat tentang fungsi dan manfaat hutan masih rendah, adanya pertambahan
penduduk masyarakat sekitar hutan serta lapangan pekerjaan yang terbatas.
Kurangnya upaya-upaya pemerintah untuk memberdayakan masyarakat sekitar
hutan ke arah kemapanan kehidupan sosial dan peningkatan ekonomi masyarakat
akan meningkatkan alternatif aktivitas masyarakat berbasis lahan ke arah
penguasaan lahan hutan.
Adanya kebijakan pemerintah untuk meningkatkan kontribusi ekonomi
sektor kehutanan melalui pembangunan Hutan Tanaman Industri telah melahirkan
perijinan pemanfaatan hutan kepada pihak swasta atas kawasan hutan yang pada
kenyataannya sebagian dari areal perijinan tersebut telah dikuasai oleh
masyarakat. Hal ini berpotensi menimbulkan benturan kepentingan karena
menghadapkan perusahaan dan masyarakat atas penguasaan lahan hutan.
Berdasarkan hukum formal yang berlaku telah ada pembatasan akses masyarakat
atas sumberdaya hutan, yang pada hakekatnya terjadi pengekangan untuk
mendapatkan penghidupan bagi masyarakat. Dengan tidak terakomodasinya peran
serta masyarakat dalam pemanfaatan sumberdaya hutan pada faktanya melahirkan
reaksi yang meningkatkan aktivitas masyarakat di kawasan hutan .
Dalam areal perijinan Hutan Tanaman Industri (HTI) PT. Wirakarya Sakti
seluas ± 293.000 Ha, sesuai Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.
346/Menhut-II/2004 tanggal 10 September 2004, ditemukan beragam wujud
penggarapan lahan hutan oleh masyarakat berupa kebun dan ladang. Penguasaan
lahan hutan oleh masyarakat di HTI meliputi areal seluas ± 55.000 Ha atau sekitar
18% dari luas total areal perijinan HTI PT. Wirakarya Sakti. Upaya-upaya
penyelesaian permasalahan status lahan di areal HTI telah dilakukan antara lain
dengan pengelolaan lahan pola kemitraan, yaitu kerjasama Hutan Rakyat Pola

3
Kemitraan (HRPK) untuk areal masyarakat di luar HTI dan kerjasama Hutan
Tanaman Kehidupan Pola Kemitraan (HTPK) untuk areal kebun masyarakat di
dalam areal perijinan HTI PT. Wirakarya Sakti.
Walaupun penyelesaian permasalahan lahan di areal HTI antara pihak
perusahaan dan masyarakat melalui pola kemitraan telah diupayakan namun
masih

belum

banyak

menunjukkan

keberhasilan.

Masyarakat

masih

mengusahakan lahan sendiri/berkelompok untuk menggarap kebun dengan cara
tradisional. Penggunaan api dalam penyiapan lahan oleh masyarakat sebagai cara
yang paling mudah dan murah yang akan menjadi pemicu terjadinya kebakaran
hutan. Motif dan tindakan masyarakat dalam melakukan pembakaran lahan juga
sebagai alternatif yang dipilih untuk mempertahankan eksistensi penguasaan lahan
hutan oleh masyarakat atas lahan hutan, kondisi ini sangat berpotensi
meningkatkan kerawanan kebakaran di areal HTI PT. Wirakarya Sakti.
Pembangunan Hutan Tanaman Industri pada kawasan hutan produksi
mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan berupa kayu tanaman.
Pemanfaatan kawasan hutan produksi sebagai wujud pemanfaatan ruang yang
penetapannya lebih ditujukan pada pembagian ruang dalam suatu wilayah sesuai
dengan fungsi dan manfaatnya.

Padahal permasalahan yang muncul terkait

dengan ruang tidak dapat dilepaskan dari penegasan terhadap hak penguasaan
terhadap ruang tersebut.
Menurut Djajono (2006), kompleksitas permasalahan pengelolaan ruang
ternyata telah berpengaruh besar pada proses penetapan perencanaan tata ruang
suatu wilayah (kawasan hutan) dalam hal sulitnya penataan ruang yang akan
ditetapkan menjadi acuan pihak-pihak yang akan memanfaatkan ruang tersebut.
Beragam alasan dapat disebutkan sebagai penyebabnya, antara lain : kepentingan
ekonomi terhadap ruang yang bersangkutan, belum ditampungnya kondisi riil
masyarakat yang mendiami ruang tersebut dalam peraturan perundangan serta
berbagai konflik penguasaan lahan yang terdapat di kawasan hutan.
Penunjukkan kawasan hutan sebagai implementasi pemanfaatan ruang,
penetapannya lebih ditujukan pada pembagian ruang (kawasan hutan) sesuai
dengan fungsi dan manfaatnya yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi
lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Pengaturan Tata Ruang

4
Hutan Tanaman Industri sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Kehutanan
No. 70/Kpts-II/1995 (sebagaimana diubah dengan Kepmenhut No.246/KptsII/1996 dan Peraturan Menteri No. P.21/Menhut-II/2006), didasarkan atas
pertimbangan aspek-aspek kepastian lahan, kontinuitas sumberdaya hutan,
konservasi/fungsi lindung serta sosial ekonomi masyarakat sekitar hutan.
Penataan ruang HTI bertujuan untuk mengatur penggunaan suatu unit areal HTI
sesuai peruntukannya, yaitu untuk areal tanaman pokok, tanaman unggulan,
tanaman kehidupan, kawasan lindung serta sarana prasarana.
Kesesuaian pelaksanaan pembangunan Hutan Tanaman Industri dengan
rencana tata ruang HTI diharapkan akan menjadi suatu pengelolaan hutan yang
berkelanjutan. Pada proses perencanaan tata ruang HTI juga diperlukan penataan
ruang yang berbasis mitigasi bencana, antara lain mempertimbangkan kawasan
rawan kebakaran hutan. Sehingga diharapkan pemanfaatan dan pengendalian
pemanfaatan ruang HTI merupakan suatu upaya untuk meminimalkan kejadian
kebakaran hutan dan pada akhirnya meningkatkan keselamatan dan kenyamanan
bagi kehidupan dan penghidupan pada umumnya.
Upaya meminimalisir terjadinya kebakaran hutan antara lain dengan
menginventarisir lokasi rawan kebakaran hutan berdasarkan faktor-faktor
penyebabnya sehingga dapat disusun suatu model kerawanan kebakaran hutan
serta memetakan wilayah-wilayah yang rawan terjadinya kebakaran hutan di areal
Hutan Tanaman Industri PT. Wirakarya Sakti
Perumusan Masalah
Kebakaran hutan yang terjadi dipengaruhi oleh faktor biofisik dan faktor
aktifitas manusia, meskipun hingga saat ini informasi tentang seberapa besar
pengaruh faktor biofisik dan faktor aktifitas manusia yang dapat menyebabkan
kebakaran hutan belum banyak diketahui. EEP (1998) melaporkan bahwa faktor
utama penyebab kebakaran hutan di Indonesia adalah perilaku manusia, sementara
kondisi iklim dan lingkungan dapat memperbesar dan meningkatkan intensitas
kebakaran. Berkembangnya sektor kehutanan dan ekstraksi sumberdaya hutan
telah menarik masyarakat ke kawasan hutan yang kemudian membangun ladang,
kebun bahkan permukiman, dengan demikian menghadapkan hutan pada potensi
bahaya kebakaran besar yang dapat timbul setiap saat. Beberapa studi

5
mengidentifikasikan bahwa kebakaran pada umumnya terjadi di sekitar
permukiman (desa/kampung/transmigrasi), jalur jalan atau akses masuk ke hutan
konversi dan lahan perkebunan, serta di kawasan Hutan Tanaman Industri (HTI).
Kondisi biofisik lingkungan hutan yang diduga berpengaruh terhadap
kebakaran hutan antara lain adalah: kuantitas bahan bakar, curah hujan dan
kondisi iklim setempat, keadaan permukaan bumi (topografi), jenis tanah, kondisi
tutupan lahan serta tipe lahan pada areal Hutan Tanaman Industri.
Pembukaan hutan sebagai desakan kebutuhan akan lahan untuk dijadikan
kebun atau ladang mendorong terjadinya perubahan peruntukkan lahan hutan
menjadi areal budidaya, konsekuensinya, terjadi interaksi yang lebih intensif
antara aktivitas masyarakat dengan lingkungan hutan. Interaksi masyarakat atas
lahan hutan dalam penyiapan lahan dengan menggunakan api dapat menimbulkan
terjadinya kebakaran hutan. Faktor-faktor pendukung aktivitas masyarakat yang
menguasai lahan hutan dan diduga berpengaruh terhadap kejadian kebakaran
hutan adalah kemudahan atau akses masyarakat terhadap sumberdaya hutan antara
lain disebabkan oleh faktor jarak dari jalan, jarak dari sungai serta jarak dari lahan
hutan yang dikuasai oleh masyarakat,.
Kejadian kebakaran hutan di areal Hutan Tanaman Industri (HTI) PT.
Wirakarya Sakti yang terjadi dari tahun 2005, 2006 dan 2007, menurut data dari
pihak perusahaan terjadi berturut-turut sebanyak 61 kasus, 127 kasus serta 33
kasus yang tersebar di setiap distrik, seperti disajikan pada Gambar 1.
33

35
30
23

25
Frekuensi

21

2005

18

20

17

2006

15

14

15

2007
11

10

9

10

9
7

6

4

5

9

4

4

3
2
0

1

0

0

1

0
I

II

III

IV

V

VI

VII

VIII

Distrik

Gambar 1 Sebaran Kejadian Kebakaran di setiap Distrik pada Areal Kerja HTI.

6
Areal perijinan yang diberikan kepada perusahaan HTI (PT. Wirakarya
Sakti) berupa kawasan hutan produksi oleh pemerintah pusat pada kenyataannya
secara fakta di lapangan sebagian telah dikuasai oleh masyarakat, lahan garapan
milik perorangan atau kelompok, berupa kebun atau ladang. Akan tetapi ada juga
sebagian penguasaan lahan hutan oleh masyarakat terjadi setelah perijinan
diberikan kepada perusahaan serta pihak perusahaan telah menjalankan
operasional di lapangan. Penguasaan lahan oleh masyarakat, di setiap distrik pada
areal HTI disajikan pada Gambar 2.
30
26

25

20
Kasus

17
15

15

Klaim
12

12
9

10

6
4

5

0
I

II

III

IV

V

VI

VII

VIII

Ditsrik

Gambar 2 Penguasaan Lahan Hutan oleh Masyarakat di setiap Distrik pada Areal
HTI PT. Wirakarya Sakti.
Dari gambaran pada Gambar 2 terlihat bahwa jumlah penguasan lahan pada
areal HTI terdata 101 kasus yang tersebar di setiap distrik. Terdapat suatu indikasi
bahwa semakin banyak jumlah penguasaan lahan maka semakin besar peluang
terjadinya kebakaran, seperti terlihat pada Gambar 1.
Pengelolaan kawasan hutan oleh perusahaan berdasarkan asas legalitas
hukum formal pada areal perijinannya dimanfaatkan untuk membangun hutan
tanaman. Sistem silvikultur yang diterapkan dalam pembangunan HTI adalah
sistem Tebang Habis Permudaan Buatan (THPB) yaitu dengan menebang habis
(land clearing) tegakan hutan atau semak belukar untuk kemudian diganti dengan
tanaman pokok (Akasia sp., Eucalypthus sp. serta tanaman unggulan dan
kehidupan). Penyiapan lahan untuk penanaman dilakukan dengan cara Penyiapan
Lahan Tanpa Bakar (PLTB). Akan tetapi sisa kayu sebagai hasil limbah

7
pembalakan akan menjadi bahan bakar sebagai salah satu unsur terjadinya
kebakaran. Semakin banyak sisa kayu yang tertinggal di areal bekas penebangan
maka akan sangat berpotensi meningkatkan kerawanan kebakaran.
Sampai saat ini, meskipun kejadian kebakaran hutan di HTI terjadi hampir
setiap tahun, namun informasi mengenai wilayah-wilayah yang mudah terjadi
kebakaran belum banyak tersedia. Oleh karena itu pengembangan wilayah yang
rawan terjadi kebakaran hutan dan terintegrasi dengan mempertimbangkan faktor
kondisi biofisik serta faktor pendukung aktivitas masyarakat khususnya pada areal
Hutan Tanaman Industri akan sangat diperlukan.
Apabila dilihat dari uraian rumusan masalah di atas, maka dapat dirangkum
suatu pertanyaan umum penelitian yaitu bagaimana model spasial dan pemetaan
kerawanan kebakaran hutan pada areal Hutan Tanaman Industri.

Sedangkan

pertanyaan khusus penelitian adalah sebagai berikut :
1. Apa faktor-faktor biofisik hutan yang berpengaruh terhadap kejadian
kebakaran hutan?
2. Sampai sejauh mana kebakaran hutan dipengaruhi oleh aktivitas masyarakat
yang menguasai lahan hutan pada areal Hutan Tanaman Industri?
3. Sampai sejauh mana karakteristik dan tindakan masyarakat yang menguasai
lahan hutan pada areal Hutan Tanaman Industri mempunyai keterkaitan
dengan kebakaran hutan?
4. Sampai sejauh mana kesesuaian Rencana Tata Ruang Hutan Tanaman Industri
dengan peruntukkannya serta pengaruhnya terhadap kebakaran hutan?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang serta rumusan masalah tersebut diatas maka
penelitian ini bertujuan untuk :
(1) Mengidentifikasi faktor biofisik yang berpengaruh terhadap kebakaran hutan
di areal Hutan Tanaman Industri.
(2) Mengidentifikasi faktor pendukung aktivitas masyarakat yang menguasai
lahan hutan dalam kaitannya dengan kebakaran hutan di areal Hutan Tanaman
Industri.

8
(3) Menganalisis karakteristik dan tindakan masyarakat yang menguasai lahan
hutan pada areal Hutan Tanaman Industri dalam kaitannya dengan kebakaran
hutan.
(4) Mengidentifikasi kesesuaian Rencana Tata Ruang Hutan Tanaman Industri
dengan peruntukkannya dan pengaruhnya terhadap kebakaran hutan.
(5) Membangun model spasial serta memetakan kerawanan kebakaran hutan pada
areal Hutan Tanaman Industri.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat memberikan bahan
pertimbangan bagi perusahaan dan masyarakat agar dapat mengurangi tindakantindakan yang dapat memicu terjadinya kebakaran hutan serta memberikan data
dan informasi sebagai bahan pertimbangan kepada pemerintah daerah/provinsi
dalam perumusan kebijakan pembangunan secara umum.

TINJAUAN PUSTAKA
Kebakaran Hutan
Kebakaran hutan menurut JICA (2000), didefinisikan sebagai suatu keadaan
hutan yang dilanda api sehingga mengakibatkan kerusakan hutan dan hasil hutan
serta menimbulkan kerugian ekonomis, ekologis dan sosial. Selanjutnya Brown
dan Davis (1973) melukiskan suatu konsep kebakaran hutan sebagai segitiga api
yang dikenal sebagai The Fire Triangle. Sisi-sisi segitiga api tersebut adalah
bahan bakar, oksigen dan sumber panas atau api. Kebakaran akan terjadi jika
terdapat ketiga komponen tersebut. Jika salah satu atau lebih dari ketiga
komponen pada sisi-sisi segitiga api tersebut tidak ada, maka kebakaran tidak
akan penah terjadi.
Penyalaan api pada umumnya berasal dari api larian akibat pembakaran
tidak terkendali untuk pertanian, dalam lingkungan yang mendukung, akan
menjalar ke arah bahan bakar yang lebih besar, dalam hal ini hutan. Hutan hujan
tropis dalam keadaan tidak terganggu adalah mendekati kondisi tahan kebakaran.
Multi-strata dalam lapisan vegetasi hutan menjaga kelembaban lingkungan di
dalamnya dan mengeluarkan udara panas dari dalam. Dalam lingkungan ini
kondisi yang mendukung untuk terjadinya kebakaran tidak terjadi, akan tetapi
ketika tajuk hutan terbuka, misalnya karena kegiatan pemanenan kayu / logging
atau pembuatan jalan, sinar matahari dan udara panas akan memasuki hutan,
kelembaban menurun, dan biomassa hutan akan mengering. Dalam keadaan yang
sama, hutan tidak hanya kehilangan ketahanan alaminya terhadap kebakaran, akan
tetapi juga residu kayu dari logging atau pembukaan hutan akan tertinggal
sehingga menjadi bahan bakar potensial untuk terjadinya kebakaran. Setelah hutan
terbakar, cahaya masuk dan ruang untuk tumbuhnya semak atau alang-alang akan
semakin banyak tersedia. Vegetasi ini akan sangat cepat mengering dan terbakar
saat musim kemarau, menciptakan suatu siklus dimana hutan akan lebih mudah
terbakar (Darmawan, 2008).
Sumber api belum dipahami dengan baik, tetapi zona-zona titik api tersebar
dan tidak dipengaruhi oleh perbedaan tipe lahan. Ini mengindikasikan bahwa
kebakaran hutan dengan tingkat yang sama melanda semua lahan garapan dan

10
bahwa kebakaran hutan memiliki kaitan dengan serangkaian kegiatan komersial
dan mata pencaharian utama (Tacconi, 2003).
Menurut hasil penelitian Jaya dkk. (2007) di Propinsi Riau dan di
Kalimantan Barat, faktor yang mempengaruhi kerawanan kebakaran hutan adalah
faktor aktivitas manusia (jarak dari desa/pemukiman, jarak dari jalan, jarak dari
sungai dan penggunaan lahan) serta faktor lingkungan (curah hujan, NDVI dan
NDWI) sedangkan di Propinsi Kalimantan Timur, faktor yang mempengaruhi
kerawanan kebakaran hutan adalah faktor aktivitas manusia (jarak dari
desa/permukiman, jarak dari jalan dan penggunaan lahan) serta faktor lingkungan
(temperatur harian, curah hujan, kelembaban harian, zona agroklimat dan
kemiringan lahan).
Resiko kebakaran dapat dibangun atau dibentuk berdasarkan parameter
biofisik; diantaranya, curah hujan, indeks vegetasi, penggunaan lahan dan tipe
lahan. Hasil analisis mengindikasikan bahwa curah hujan dan indeks vegetasi
terhadap resiko kebakaran hutan lebih tinggi dibandingkan penggunaan lahan dan
tipe lahan (Adiningsih, 2004).
Potensi kebakaran hutan telah diperkenalkan sebagai suatu fungsi dalam
metodologi inventarisasi dan evaluasi manajemen sumberdaya hutan melalui
konsep klasifikasi dari bahaya api (fire danger) dan resistensi api (fire resistance).
Kejadian dan penyebaran atau meluasnya kebakaran dikendalikan oleh faktor
yang kompleks dan fenomena yang saling berhubungan dan menurut analisis
sistem terbagi menjadi (1) faktor eksternal (bahaya api) yang diformulasikan
meliputi lingkungan hutan dalam keruangan yang luas dan skala temporal, dan (2)
faktor internal (resistensi api) yang merupakan karakteristik struktur tegakan
hutan yang berpengaruh terhadap kemudahan terbakar (Kalabokidis et al., 2002).
Biofisik Hutan
Karakteristik Bahan Bakar
Karakteristik bahan bakar di kawasan hutan tropis akan sangat bervariasi
tergantung pada struktur tegakan hutan dan lingkungan sekitarnya. Susunan bahan
bakar terbagi kedalam susunan vertikal dan horizontal.

Susunan vertikal

merupakan bahan bakar bertingkat dan berkesinambungan ke atas. Sedangkan

11
susunan

horizontal

merupakan

bahan

bakar

yang

menyebar

dan

berkesinambungan secara mendatar di lantai hutan yang mempengaruhi
penjalaran kebakaran. Sedangkan jumlah bahan bakar menunjukkan banyaknya
bahan bakar yang tersedia di hutan, yaitu dapat berupa luasan hamparan bahan
bakar, volume dan berat bahan bakar. Bahan bakar dalam jumlah besar
menjadikan api lebih besar dan temperatur tinggi. Hal ini menyebabkan kebakaran
sulit dipadamkan (Suratmo dkk., 2003).
Selanjutnya Suratmo dkk. (2003) menyatakan bahwa jenis bahan bakar
digolongkan ke dalam pohon, semak dan anakan, tumbuhan penutup tanah,
serasah dan lapisan humus yang belum hancur, cabang pohon-pohon yang mati
dan pohon yang masih berdiri di hutan dan sisa penebangan. Kondisi bahan bakar
dapat dilihat dari kadar air bahan bakar dan jumlah bahan bakar di hutan.
Meskipun bahan bakar tertumpuk banyak, api tidak mudah menyala jika kadar
airnya tinggi. Kerapatan bahan bakar berhubungan dengan jarak antar partikel
dalam bahan bakar. Kerapatan berpengaruh pada persediaan udara dan
pemindahan panas. Kerapatan berpengaruh pada persediaan udara dan
pemindahan panas. Kerapatan partikel tinggi menjadikan tumpukan log kayu
terbakar dengan baik dalam waktu lama. Kebakaran akan berhenti jika kerapatan
partikelnya rendah.
Menurut Brown dan Davis (1973), bahan bakar dapat diklasifikasikan
menurut lokasinya, yaitu : (1) bahan bakar bawah (ground fuels), yaitu terdiri dari
serasah yang berada di bawah permukaan tanah, akar pohon, bahan organik yang
membusuk, gambut dan batubara, (2) bahan bakar permukaan (surface fuels),
yaitu bahan bakar yang berada di lantai hutan, antara lain serasah, log sisa
tebangan, tunggak pohon dan tumbuhan bawah lainnya, (3) bahan bakar atas
(aerial fuels), yaitu bahan bakar yang berada diantara tajuk tumbuhan tingkat
bawah dan tajuk tumbuhan tingkat tinggi, seperti cabang pohon, daun dan semak
serta pohon mati yang masih berdiri.
Cuaca dan Iklim
Brown dan Davis (1973) menyatakan bahwa pola, intensitas serta lamanya
musim kebakaran di suatu daerah tertentu merupak