Pengaruh dosis rootone-F terhadap pertumbuhan semai buatan sentang, Melia excelsa Jack

PENGARUH DOSIS ROOTONE – F TERHADAP
PERTUMBUHAN SEMAI CABUTAN
SENTANG (Melia excelsa Jack.)

SITI SUARTINI
E 14201013

PROGRAM STUDI BUDIDAYA HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

ii

RINGKASAN

Siti Suartini. E14201013. Pengaruh Dosis Rootone – F terhadap
Pertumbuhan Semai Cabutan Sentang (Melia excelsa Jack). Dibimbing oleh
Dr. Ir. Supriyanto.
Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai kawasan hutan
tropika basah terluas kedua setelah Brazilia. Namun sekarang, kawasan hutan

Indonesia semakin berkurang akibat adanya kegiatan penebangan liar, kebakaran
hutan, kegiatan pertambangan, perluasan perkebunan dan pertanian, transmigrasi,
dan lain-lain. Seiring dengan kerusakan hutan tersebut, maka akan diikuti dengan
hilangnya spesies pohon hutan dan semakin menurunnya potensi tegakan hutan
dari jenis – jenis pohon andalan.
Salah satu spesies pohon andalan yang penting adalah Melia excelsa Jack.
atau Sentang. Sentang termasuk Famili Meliaceae. Pohon Sentang memiliki
banyak potensi untuk dimanfaatkan antara lain untuk bahan bangunan rumah,
furnitur, meubel, panel dan vinir. Pucuk dan daun muda tanaman ini dapat
dikonsumsi sebagai sayuran dan buahnya dapat digunakan sebagai insektisida
alami karena mengandung senyawa aktif azadirachtin.
Berdasarkan besarnya potensi yang dimiliki Sentang, maka diperlukan
suatu upaya pengembangan bibit dalam skala yang lebih besar. Pengadaan bibit
Sentang dari biji dirasakan mendapat kesulitan karena benihnya bersifat
rekalsitran (cepat kehilangan daya kecambah) dan pembiakan dengan benih tidak
dapat dilakukan setiap waktu karena tergantung pada musim. Untuk itu diperlukan
pengadaan bibit dengan memanfaatkan permudaan alam. Pengadaan bibit dari
permudaan alam juga seringkali mengalami hambatan karena persentase hidupnya
yang rendah dengan persentase kematian 40%. Kematian tersebut disebabkan oleh
kerusakan akar dan sistem perakarannya termasuk sangat sederhana. Akar tersebut

perlu dipotong dan dirangsang kembali pertumbuhannya dengan memberi zat
pengatur tumbuh.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis Rootone – F
terhadap persentase hidup dan pertumbuhan semai cabutan Sentang. Manfaat dari
penelitian ini yaitu menyediakan suatu teknologi alternatif untuk pengadaan bibit
Sentang dari cabutan dan mencari dosis Rootone – F yang sesuai untuk semai
cabutan Sentang sehingga dapat meningkatkan produksi bibit.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium dan Persemaian Silvikultur
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Waktu yang dibutuhkan untuk
penelitian ini adalah selama 4 bulan yaitu dari bulan Oktober 2005 sampai
Januari 2006. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah semai cabutan
Sentang, Rootone-F dan media tanam (tanah dan kompos). Alat yang
dipergunakan adalah kaliper, polybag berukuran 15 x 20 cm, timbangan analitik
merk Ohaus, sprayer, gunting stek, sungkup plastik, oven, kamera, penggaris dan
alat tulis. Metode penelitian meliputi pengumpulan bibit cabutan, persiapan media
tanam, penyiapan zat pengatur tumbuh, pemberian zat pengatur tumbuh,
penanaman, pemeliharaan dan pengamatan.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan pola
faktorial yang terdiri atas dua faktor. Faktor pertama adalah faktor ukuran tinggi


iii

bibit cabutan yang terdiri atas dua taraf, yaitu : A1 (tinggi bibit 10 – 35 cm) dan
A2 (tinggi bibit 36 – 60 cm). Faktor kedua adalah faktor dosis Rootone – F yang
terdiri dari empat taraf, yaitu : B1 (0 mg/semai), B2 (50 mg/semai), B3
(100 mg/semai) dan B4 (150 mg/semai). Dengan demikian terdapat 8 kombinasi
perlakuan yang selanjutnya akan dibuat 30 ulangan sehingga terdapat 240 satuan
percobaan (2 x 4 x 30). Data hasil pengukuran dianalisis dengan menggunakan
program SAS for Windows Release 6.12.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase hidup semai cabutan
Sentang (Melia excelsa Jack.) pada setiap perlakuan mencapai 100 %. Hal ini
menunjukkan bahwa semai cabutan Sentang dapat ditanam dengan mudah di
persemaian. Pemberian Rootone – F pada semai cabutan Sentang berpengaruh
sangat nyata terhadap pertumbuhan jumlah daun dan berat kering pucuk juga
berpengaruh nyata terhadap berat basah pucuk dan jumlah akar sekunder. Dosis
Rootone – F yang menghasilkan pertumbuhan terbaik yaitu dosis 100 mg/semai.
Ukuran bibit berpengaruh sangat nyata terhadap semua variabel yang
diamati kecuali jumlah akar primer dan sekunder. Ukuran bibit
yang
menghasilkan pertumbuhan terbaik yaitu semai yang berukuran 36 – 60 cm

apabila dibandingkan dengan semai yang berukuran 10 – 35 cm.
Interaksi dosis Rootone – F dan ukuran bibit tidak menghasillkan
pengaruh yang signifikan. Kombinasi perlakuan antara semai cabutan Sentang
yang berukuran 36 – 60 cm dengan dosis Rootone – F 100 mg/semai merupakan
perlakuan yang paling baik untuk kegiatan produksi bibit Sentang melalui
cabutan.

iv

BDH/
Pengaruh Dosis Rootone – F terhadap Pertumbuhan
Semai Cabutan Sentang (Melia excelsa Jack.)
Oleh :
Siti Suartini dan Supriyanto
PENDAHULUAN. Sentang merupakan salah satu spesies pohon andalan yang penting. Pengadaan bibit
Sentang dari biji dirasakan mendapat kesulitan karena benihnya bersifat rekalsitran (cepat kehilangan daya
kecambah) dan pembiakan dengan benih tidak dapat dilakukan setiap waktu karena tergantung pada musim.
Untuk itu diperlukan pengadaan bibit dengan memanfaatkan permudaan alam. Pengadaan bibit dari
permudaan alam juga seringkali mengalami hambatan karena persentase hidupnya yang rendah dengan
persentase kematian 40 %. Kematian tersebut disebabkan oleh kerusakan akar dan sistem perakarannya

termasuk sangat sederhana. Akar tersebut perlu dipotong dan dirangsang kembali pertumbuhannya dengan
memberi zat pengatur tumbuh agar tumbuh lebih banyak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh dosis Rootone – F terhadap persentase hidup dan pertumbuhan semai cabutan Sentang.
BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium dan Persemaian Silvikultur
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Waktu yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah selama 4
bulan yaitu dari bulan Oktober 2005 sampai Januari 2006. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
semai cabutan Sentang, Rootone-F dan media tanam (tanah dan kompos). Alat yang digunakan adalah
kaliper, polybag berukuran 15 x 20 cm, timbangan analitik merk Ohaus, sprayer, gunting stek, sungkup
plastik, oven, kamera, penggaris dan alat tulis. Metode penelitian meliputi pengumpulan bibit cabutan,
persiapan media tanam, penyiapan zat pengatur tumbuh, pemberian zat pengatur tumbuh, penanaman,
pemeliharaan dan pengamatan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan pola
faktorial yang terdiri atas dua faktor. Faktor pertama adalah faktor ukuran tinggi bibit cabutan yang terdiri atas
dua taraf, yaitu : A1 (tinggi bibit 10 – 35 cm) dan A2 (tinggi bibit 36 – 60 cm). Faktor kedua adalah faktor
dosis Rootone – F yang terdiri dari empat taraf, yaitu : B1 (0 mg/semai), B2 (50 mg/semai), B3
(100 mg/semai) dan B4 (150 mg/semai). Data hasil pengukuran dianalisis dengan menggunakan program
SAS for Windows Release 6.12.
HASIL DAN KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian, persentase hidup semai cabutan Sentang
pada setiap perlakuan mencapai 100 %. Hal ini menunjukkan bahwa semai cabutan Sentang dapat ditanam
dengan mudah di persemaian. Pemberian Rootone – F pada semai cabutan Sentang berpengaruh sangat
nyata terhadap pertumbuhan jumlah daun dan berat kering pucuk juga berpengaruh nyata terhadap berat

basah pucuk dan jumlah akar sekunder. Dosis Rootone – F yang menghasilkan pertumbuhan terbaik yaitu
dosis 100 mg/semai. Ukuran bibit berpengaruh sangat nyata terhadap semua variabel yang diamati kecuali
jumlah akar primer dan sekunder. Ukuran bibit yang menghasilkan pertumbuhan terbaik yaitu semai yang
berukuran 36 – 60 cm apabila dibandingkan dengan semai yang berukuran
10 – 35 cm. Interaksi dosis
Rootone – F dan ukuran bibit tidak menghasillkan pengaruh yang signifikan. Berdasarkan nilai rata – rata
seluruh variabel, nilai tertinggi diperoleh pada perlakuan interaksi dosis Rootone – F 100 mg/semai dengan
ukuran bibit 36 – 60 cm.

v

BDH/
The Effects Of Rootone – F Dosages
On The Growth Of Sentang (Melia excelsa Jack.) Wildlings
By :
Siti Suartini and Supriyanto
INTRODUCTION. Sentang is one of the important tree species. Seedling stock from seeds is hard to
obtain because Sentang seed belongs to recalcitrant and depends on season. Therefore, seedling stock can
be produced through natural regeneration. Seedling stock by natural regeneration was often having
difficulties because of the low survival percentage with 40% mortality. The mortality was caused by root

damages . Those root have to be cut and they need hormones to stimulate the growth. The objectives of this
research were to know the effects of Rootone – F dosages on the growth of sentang wildlings.
MATERIALS AND METHOD. This research was done in nursery and laboratory of silviculture, Faculty
of Forestry, Bogor Agriculture University. It was done for 4 months, from October 2005 to January 2006. The
materials were Rootone – F, Sentang wildlings, soil and organic fertilizer. The Tools were caliper, polybag
(15 x 20 cm), analitic balance (Ohaus), sprayer, scissor cutting, plastic cover, oven, camera, ruler and
stationeries. The experimental steps were seedling stock preparation, culture media preparation, hormone
preparation, hormone deeping, planting, maintenace and measurement. This research was arranged in
completely randomized design with two factors. First factor was seedling height that consisted of two
levels : A1(10 – 35 cm) and A2 (36 – 60 cm). Second factor was Rootone – F dosages, consisted of
4 levels : B1 (0 mg/seedling), B2 (50 mg/seedling), B3 (100 mg/seedling) and B4 (150/seedling). The result
was analyzed on SAS for Windows Release 6.12. program.
RESULT AND DISCUSSION. According to the results, survival percentage of Sentang seedlings could
reach 100% in each treatment. It shows that Sentang seedlings could be planted easily in nursery using
wildlings. Rootone – F influenced the total number of leaf, dry weight of sprout, wet weight of sprout and total
secondary root. The best growth was obtained in 100 mg/seedling Rootone – F dosage. Seedlings height
influenced to all measurable variables, except primary and total secondary root. The best growth of seedling
was obtained in the seedling height of 36 – 60 cm than the seedling size of 10 – 35 cm. Interaction between
Rootone – F dosages and seedlings height was no significant effect on the growth of Sentang.
CONCLUSIONS. Wildlings of Sentang could be planted easily in nursery. Regarding all variables mean

values, the best respons was obtained in 100 mg/seedling Rootone – F dosage with 36 – 60 cm seedling
height.

vi

PENGARUH DOSIS ROOTONE – F TERHADAP
PERTUMBUHAN SEMAI CABUTAN
SENTANG (Melia excelsa jack.)

SITI SUARTINI

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan
Pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI BUDIDAYA HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006


vii

LEMBAR PENGESAHAN

Judul

: Pengaruh Dosis Rootone – F terhadap Pertumbuhan Semai
Cabutan Sentang (Melia excelsa Jack.)

Nama

: Siti Suartini

NIM

: E 14201013

Menyetujui
Dosen Pembimbing


(Dr. Ir. Supriyanto)
NIP. 132 008 552

Mengetahui
Dekan Fakultas Kehutanan

(Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS)
NIP. 131 430 799

Tanggal : ………………………..

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke khadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul ”Pengaruh Dosis Rootone – F terhadap Pertumbuhan Semai
Cabutan Sentang (Melia excelsa Jack.)”. Sholawat serta salam semoga
dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya.

Penyusunan skripsi ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak. Pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1

Orang tuaku tercinta, Kakaku ’Teh Ii’ dan Adikku Suliz atas semua
perhatian, kasih sayang dan doa yang tiada henti diberikan.

2

Ibu Hj. Eka dan Bapak H. Sofyan atas semua nasihat, bimbingan dan
bantuan finansial yang telah diberikan.

3

Bapak Dr. Ir. Supriyanto selaku dosen pembimbing atas semua saran,
nasihat dan bimbingan yang telah diberikan.

4

Bapak Dr. Ir. Imam Wahyudi, MS dan Bapak Ir. Siswoyo, MS selaku
dosen penguji dari Departemen Hasil Hutan dan Departemen Konservasi
Sumber Daya Hutan dan Ekowisata.

5

Teman – teman Lab. Silvikultur ”Tetap Semangat Ya!!!!”

6

Sahabat – sahabatku dan rekan – rekan BDH 38 atas semua kebersamaan
dan keceriannya.
Tiada ada gading yang tak retak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Bogor,

Juni 2006

Penulis

ix

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 21 Februari 1983. Penulis
merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, putri pasangan Bapak Sayuti (Alm.)
dan Ibu Tuti.
Tahun 2001 Penulis lulus dari SMU Negeri 4 Bogor dan pada tahun yang
sama diterima menjadi mahasiswi IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI). Penulis memilih program studi Budidaya Hutan, Departemen
Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Selama mengikuti perkuliahan, penulis
mengikuti Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) yang dilaksanakan
di Cilacap, Baturraden dan Getas. Selain itu penulis juga mengikuti Kuliah Kerja
Nyata (KKN) di Desa Cihideung Ilir, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan,
penulis menyusun sebuah skripsi yang berjudul “Pengaruh Dosis Rootone – F
terhadap Pertumbuhan Semai Cabutan Sentang (Melia excelsa Jack.)”
di bawah bimbingan Dr. Ir. Supriyanto.

x

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ...................................................................................

xii

DAFTAR GAMBAR ..............................................................................

xiv

DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................

xv

PENDAHULUAN ..................................................................................
Latar Belakang ................................................................................
Tujuan .............................................................................................
Hipotesis ..........................................................................................
Manfaat ...........................................................................................

1
1
2
2
2

TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................
Sentang ............................................................................................
Morfologi ................................................................................
Deskripsi Bunga dan Buah ......................................................
Penyebaran dan Habitat ..........................................................
Kegunaan.................................................................................
Silvikultur................................................................................
Bibit Cabutan ..................................................................................
Media Tanam ..................................................................................
Tanah .......................................................................................
Kompos ...................................................................................
Zat Pengatur Tumbuh......................................................................
Hasil – hasil Penelitian Stek Pucuk.................................................

3
3
3
3
4
5
5
6
7
7
8
9
10

BAHAN DAN METODE .......................................................................
Waktu dan Tempat Penelitian .........................................................
Bahan dan Alat ................................................................................
Metode Penelitian ...........................................................................
Pengumpulan Bibit Cabutan ...................................................
Persiapan Media Tanam ..........................................................
Penyiapan Zat Pengatur Tumbuh ............................................
Pemberian Zat Pengatur Tumbuh ...........................................
Penanaman ..............................................................................
Pemeliharaan ...........................................................................
Pengamatan .............................................................................
Rancangan Percobaan .....................................................................
Analisis Data ...................................................................................

11
11
11
11
11
11
12
12
12
12
12
13
14

HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................
Hasil Penelitian ...............................................................................
Persentase Hidup .....................................................................
Pertumbuhan Tinggi Semai Cabutan ......................................
Diameter Semai Cabutan ........................................................

15
15
15
16
20

xi

Jumlah Daun ...........................................................................
Berat Basah Pucuk ..................................................................
Berat Basah Akar ....................................................................
Berat Kering Pucuk .................................................................
Berat Kering Akar ...................................................................
Nisbah Pucuk Akar .................................................................
Jumlah Akar Primer ................................................................
Jumlah Akar Sekunder ............................................................
Hubungan antara Dosis Rootone – F dan Jumlah Akar
Sekunder..................................................................................
Hubungan antara Dosis Rootone – F dan Berat Kering
Akar .........................................................................................
Hubungan antara Jumlah Akar Sekunder dan Pertambahan
Tinggi ......................................................................................
Hubungan antara Jumlah Akar Sekunder dan Berat Kering
Total ........................................................................................
Pembahasan .....................................................................................
Pengaruh Dosis Rootone – F ..................................................
Pengaruh Ukuran Bibit............................................................
Pengaruh Interaksi Dosis Rootone – F danUkuran Bibit .......

22
23
25
26
27
28
30
30
32
33
33
34
35
35
38
39

KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................
Kesimpulan .....................................................................................
Saran................................................................................................

42
42
42

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................

43

LAMPIRAN ............................................................................................

46

xii

DAFTAR TABEL

Halaman
1 Jumlah dan Persentase Hidup Semai Cabutan Sentang
Umur 4 Bulan di Persemaian ......................................................
15
2

Sidik Ragam Pengaruh Ukuran Bibit dan Dosis
Rootone – F terhadap Pertumbuhan Tinggi Semai Cabutan
Sentang Umur 4 Bulan di Persemaian ........................................

17

Uji Duncan Pengaruh Ukuran Bibit terhadap Semai
Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di Persemaian ..........................

18

Pengaruh Ukuran Bibit dan Dosis Rootone – F terhadap
Pertumbuhan Tinggi Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan
di Persemaian ..............................................................................

19

Sidik Ragam Pengaruh Ukuran Bibit dan Dosis Rootone – F
terhadap Pertumbuhan Diameter Semai Cabutan Sentang Umur
4 Bulan di Persemaian.................................................................

20

Uji Duncan Pengaruh Ukuran Bibit terhadap Pertumbuhan
Diameter Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan
di Persemaian
........................................................................

21

Sidik Ragam Pengaruh Ukuran Bibit dan Dosis Rootone – F
terhadap Jumlah Daun Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan
di Persemaian ..............................................................................

22

Uji Duncan Pengaruh Ukuran Bibit terhadap Jumlah Daun
Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di Persemaian ...............

22

Uji Duncan Pengaruh Dosis Rootone – F terhadap Jumlah
Daun Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di Persemaian .....

23

10 Sidik Ragam Pengaruh Ukuran Bibit dan Dosis Rootone – F
terhadap Berat Basah Pucuk Semai Cabutan Sentang Umur 4
Bulan di Persemaian....................................................................

24

11 Uji Duncan Pengaruh Ukuran Bibit terhadap Berat Basah
Pucuk Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di Persemaian ....

24

12 Uji Duncan Pengaruh Dosis Rootone – F terhadap Berat Basah
Pucuk Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di Persemaian ....

24

3

4

5

6

7

8

9

xiii

13 Sidik Ragam Pengaruh Ukuran Bibit dan Dosis Rootone – F
terhadap Berat Basah Akar Semai Cabutan Sentang Umur 4
Bulan di Persemaian....................................................................

25

14 Uji Duncan Pengaruh Ukuran Bibit terhadap Berat Basah Akar
Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di Persemaian ...............

25

15 Sidik Ragam Pengaruh Ukuran Bibit dan Dosis Rootone – F
terhadap Berat Kering Pucuk Semai Cabutan Sentang Umur 4
Bulan di Persemaian...................................................................

26

16 Uji Duncan Pengaruh Ukuran Bibit terhadap Berat Kering
Pucuk Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di Persemaian ....

26

17 Uji Duncan Pengaruh Dosis Rootone – F terhadap Berat Kering
Pucuk Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di Persemaian ....

27

18 Sidik Ragam Pengaruh Ukuran Bibit dan Dosis Rootone – F
terhadap Berat Kering Akar Semai Cabutan Sentang Umur 4
Bulan di Persemaian....................................................................

28

19 Uji Duncan Pengaruh Ukuran Bibit terhadap Berat Kering
Akar Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di Persemaian ......

28

20 Sidik Ragam Pengaruh Ukuran Bibit dan Dosis Rootone – F
terhadap Nisbah Pucuk Akar Semai Cabutan Sentang Umur 4
Bulan di Persemaian....................................................................

29

21 Uji Duncan Pengaruh Ukuran Bibit terhadap Nisbah Pucuk
Akar Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di Persemaian ......

29

22 Sidik Ragam Pengaruh Ukuran Bibit dan Dosis Rootone – F
terhadap Jumlah Akar Primer Semai Cabutan Sentang Umur 4
Bulan di Persemaian....................................................................

30

23 Sidik Ragam Pengaruh Ukuran Bibit dan Dosis Rootone – F
terhadap Jumlah Akar Sekunder Semai Cabutan Sentang Umur
4 Bulan di Persemaian.................................................................

30

24 Uji Duncan Pengaruh Dosis Rootone – F terhadap Jumlah
Akar Sekunder Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan
di Persemaian ..............................................................................

31

xiv

DAFTAR GAMBAR

1
2

Halaman
Buah, Bunga dan Cabang berbunga ...........................................
4
Tegakan Sentang di Dekat Taman Rekreasi Kapang Surin
di Trang, Thailand ......................................................................

5

3

Bibit Cabutan Sentang umur 4 Bulan di Persemaian .................

16

4

Grafik Pertumbuhan Rata – rata Pertambahan Tinggi Semai
Cabutan Sentang Selama 16 Minggu .........................................

17

Keragaan semai Cabutan Sentang yang Terendah (A1B1) dan
Tertinggi (A2B3)........................................................................

18

Keragaan Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan pada Berbagai
Perlakuan Ukuran Bibit dan Dosis Rootone – F .......................

19

Keragaan Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan yang Telah
Diberi Perlakuan .......................................................................

20

Pengaruh Ukuran Bibit dan Dosis Rootone – F terhadap
Pertumbuhan Diameter Semai Cabutan Sentang Umur 4
Bulan di Persemaian...................................................................

21

Pengaruh Ukuran Bibit dan Dosis Rootone – F terhadap
Pertumbuhan Jumlah Daun Semai Cabutan Sentang Umur 4
Bulan di Persemaian...................................................................

23

Penampilan Akar Semai Cabutan Sentang antara Pertumbuhan
Terendah (A1B1) dan Tertinggi (A2B3)....................................

31

11

Arsitektur Akar...........................................................................

32

12

Pengaruh Dosis Rootone – F terhadap Jumlah Akar Sekunder
Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di Persemaian ..............

33

Pengaruh Dosis Rootone – F terhadap Berat Kering Akar
Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di Persemaian ..............

33

Pengaruh Jumlah Akar Sekunder terhadap Pertambahan Tinggi
Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di Persemaian ...............

34

Pengaruh Jumlah Akar Sekunder terhadap Berat Kering
Total Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di Persemaian ......

34

5

6

7

8

9

10

13

14

15

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1 Pertambahan Tinggi Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan
di Persemaian ..............................................................................
47
2 Pertambahan Diameter Semai Cabutan Sentang Umur 4
Bulan di Persemaian ...................................................................

48

3 Jumlah Daun Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di
Persemaian ..................................................................................

49

4 Berat Basah Pucuk Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di
Persemaian ..................................................................................

50

5 Berat Basah Akar Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di
Persemaian ..................................................................................

51

6 Berat Kering Pucuk Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di
Persemaian ..................................................................................

52

7 Berat Kering Akar Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di
Persemaian ..................................................................................

53

8 Nisbah Pucuk Akar Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di
Persemaian ..................................................................................

54

9 Jumlah Akar Primer Semai Cabutan Sentang Umur 4 Bulan di
Persemaian ..................................................................................

55

10 Jumlah Akar Sekunder Semai Cabutan Sentang Umur 4
Bulan di Persemaian ...................................................................

56

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai kawasan hutan
tropika basah terluas kedua setelah Brazilia. Namun sekarang, kawasan hutan
Indonesia semakin berkurang akibat adanya kegiatan penebangan liar, kebakaran
hutan, kegiatan pertambangan, perluasan perkebunan dan pertanian, transmigrasi,
dan lain-lain. Laju kerusakan hutan Indonesia periode 1985 – 1997 tercatat
1.6 juta hektar per tahun, sedangkan pada periode 1997 – 2000 menjadi
3.8 juta hektar per tahun (Badan Planologi 2003). Seiring dengan kerusakan hutan
tersebut, maka akan diikuti dengan hilangnya spesies pohon hutan dan semakin
menurunnya potensi tegakan hutan dari jenis – jenis pohon andalan.
Salah satu spesies pohon andalan yang penting adalah Melia excelsa Jack.
atau Sentang. Sentang termasuk dalam Famili Meliaceae. Spesies ini merupakan
spesies pohon asli Semenanjung Malaysia, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi,
Kepulauan Aru, Papua New Guinea dan Filipina. Spesies ini tumbuh pada
ketinggian tempat 350 m dpl (Joker 2002).
Melia excelsa Jack. dikenal dengan berbagai nama daerah antara lain
Bawang, Pait, Sontang (Sumatera); Anggu Kamain, Periwat (Kalimantan);
Bawan, Hai (Aru); Maroapisa (Papua); Sentang, Surian bawang, Suren, Surian
(Melayu). Pohon Sentang memiliki banyak potensi untuk dimanfaatkan antara lain
untuk bahan bangunan rumah, furnitur, meubel, panel dan vinir. Pohonnya dapat
ditanam di pinggir jalan yang berguna untuk mengurangi polusi udara. Dalam
sistem agroforestry, pohon ini digunakan sebagai tanaman lorong bersama padi,
kacang tanah, kedelai dan sayuran. Pucuk dan daun muda tanaman ini dapat
dikonsumsi sebagai sayuran dan buahnya dapat digunakan sebagai insektisida
alami karena mengandung senyawa aktif azadirachtin.
Berdasarkan besarnya potensi yang dimiliki Sentang, maka diperlukan
suatu upaya pengembangan bibit dalam skala yang lebih besar. Pengadaan bibit
Sentang dari biji dirasakan mendapat kesulitan karena benihnya bersifat
rekalsitran sehingga benih tidak dapat disimpan dalam jangka waktu yang relatif
lama karena viabilitas benihnya cepat menurun. Selain itu pembiakan dengan

17

benih tidak dapat dilakukan setiap waktu karena tergantung pada musim. Untuk
itu diperlukan teknik pengadaan bibit dengan memanfaatkan permudaan alam.
Pengadaan bibit dari permudaan alam juga seringkali mengalami hambatan karena
persentase hidupnya yang rendah (banyak anakan yang mati) dengan persentase
kematian 40 %. Kematian tersebut disebabkan oleh kerusakan akar. Akar tersebut
perlu dipotong dan dirangsang kembali pertumbuhannya dengan memberi zat
pengatur tumbuh.
Sehubungan dengan masalah di atas, maka perlu dilakukan suatu upaya
dalam pengadaan bibit Sentang antara lain penggunaan hormon tumbuh untuk
memacu perakaran bibit asal cabutan, sehingga persentase hidup bibit Sentang di
persemaian dapat ditingkatkan yang pada gilirannya akan menjaga kelestarian
Sentang.

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis Rootone – F
terhadap persentase hidup dan pertumbuhan semai cabutan Sentang.

Hipotesis
1 Pemberian hormon Rootone – F dapat meningkatkan persentase hidup semai
cabutan Sentang di persemaian.
2 Pemberian hormon Rootone – F dapat meningkatkan pertumbuhan semai
cabutan Sentang.

Manfaat
1 Menyediakan teknologi alternatif untuk pengadaan bibit Sentang dari cabutan.
2 Mencari dosis Rootone – F yang sesuai untuk semai cabutan Sentang sehingga
dapat meningkatkan produksi bibit.

TINJAUAN PUSTAKA

Sentang
Morfologi
Melia excelsa Jack. dikenal juga dengan nama Bawang, Pait, Sontang
(Sumatra); Anggu Kamain, Periwat (Kalimantan); Bawan, Hai (Aru); Maroapisa
(Papua); Sentang, Surian bawang, Suren, Surian (Melayu) (Prawira dan Oetja
1978). Sentang merupakan salah satu anggota dari Famili Meliaceae. Pohonnya
meranggas dan tidak berbanir. Tinggi pohon mencapai 50 m dengan diameter
sampai 125 cm (Joker 2002). Kulitnya sedikit beralur dangkal dan mengelupas
kecil – kecil tipis. Kulitnya berbau bawang (Prawira dan Oetja 1978).
Pohon Sentang memiliki daun majemuk tunggal dengan anak daun tanpa
tangkai daun atau tangkai daun sangat pendek. Anak daun berbentuk bulat telur
memanjang dengan pangkal membulat, tidak simetris dan ujungnya lancip.
Ukuran anak daun dapat mencapai lebar 5 cm dan panjang 11 cm. Poros utama
tempat kedudukan anak – anak daun dapat mencapai panjang 40 cm (Prawira dan
Oetja 1978). Tulang daun berjumlah 6 – 11 pasang pada tiap sisinya (Ng 1992
dalam Zuhaidi dan Noor 2000).

Deskripsi Bunga dan Buah
Waktu pembungaan dan pembuahan bervariasi. Di Thailand utara, daun
gugur bulan Januari – Februari, dan daun baru muncul segera sesudahnya,
pembungaan terjadi Februari – Maret. Di Thailand, buah masak antara Juni – Juli
pada lintang rendah berbatasan dengan Malaysia, sedangkan pada lintang yang
lebih tinggi, buah akan masak lebih awal, yaitu pada bulan Mei dan Juni. Produksi
benih melimpah setiap tahun (Joker 2002).
Bunga Sentang berwarna putih kehijauan dan berbau, mempunyai 5
kelopak yang berwarna putih berukuran panjang 5 – 5.6 mm dan lebar 1.5 – 2.5
mm. Panjang putik 4 mm. Bagian dalam bunga ditutupi bulu – bulu halus. Ovary
terdiri dari 3 carpel dengan 2 lokus dan 1 kepala putik (Zuhaidi dan Noor 2000).
Bunga – bunga tersusun dalam kedudukan malai. Poros utama serta

4

cabang – cabangnya ditutupi bulu – bulu halus (Prawira 1978). Panjang malai
dapat mencapai 70 cm (Joker 2002).
Buah masak pada bulan Mei sampai Juni. Buah mengandung satu benih,
berbentuk lonjong dengan panjang 2.4 – 3.2 cm dan lebar 1.3 – 1.6 cm (Zuhaidi
dan Noor 2000). Buah memiliki kulit buah berdaging. Buah muda berwarna hijau,
berubah kuning jika masak. Panjang benih 20 – 25 mm, lebar 10 – 12 mm. Dalam
1 kg terdapat 500 benih (Joker 2002).

Gambar 1 Buah, Bunga dan Cabang Berbunga (Lemmens et al. 1995).

Penyebaran dan Habitat
Sentang merupakan jenis pohon yang tumbuh pada hutan lembab dataran
rendah di Asia Tenggara – Pasifik. Sentang tumbuh di hutan sekunder tua atau
hutan yang telah ditebang lama, juga ditemukan di hutan dipterocarpa primer.
Sentang merupakan jenis asli Semenanjung Malaysia, Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi, Kepulauan Aru, Papua New Guinea dan Filipina. Jenis ini ditemukan
sampai ketinggian 350 m dpl. Tumbuh paling baik di daerah bercurah hujan
tahunan lebih dari 2000 mm, suhu rata – rata tahunan 22 – 27 oC, dan musim
kering tidak lebih dari 2 – 3 bulan. Tidak tahan dingin atau es, membutuhkan
tanah subur, menyukai tanah geluh berpasir, drainase dan aerasi baik (Joker
2002). Sentang merupakan spesies dataran rendah dengan pH tanah antara 5 – 6.5
(Kijkar 1996).

5

Menurut Prawira dan Oetja (1978), Sentang hidup tersebar atau
berkelompok dalam hutan primer terutama di Kalimantan, pada tempat yang tidak
digenangi air, di darat atau di pinggir anak sungai di atas tanah liat atau tanah
pasir. Jenis in tumbuh pada ketinggian sampai 250 m dpl.
Sentang dapat ditemukan pada hutan dataran rendah dengan ketinggian
200 – 300 m dpl. Curah hujan yang baik untuk pertumbuhannya yaitu 1600 –
2000 mm/tahun. Pertumbuhan Sentang pada areal yang datar lebih baik daripada
di lereng gunung (Zuhaidi dan Noor 2000).

Kegunaan
Kayu Sentang mempunyai berat jenis 0.60 dan tergolong dalam kelas awet
III – IV. Kayu Sentang banyak dipergunakan untuk bangunan rumah dan perahu.
Kayu Sentang tergolong kuat, awet dan mudah dikerjakan (Prawira dan
Oetja 1978).
Kayu Sentang sangat berguna untuk konstruksi ringan, meubel, panel dan
vinir. Tunas muda dan bunganya dikonsumsi sebagai sayuran. Pohon ini biasanya
di tanam di sepanjang jalan, batas peternakan atau batas kebun karet. Seperti
neem, bijinya mengandung azadirachtin, digunakan sebagai insektisida. Pada
agroforestry, pertanaman Sentang muda ditanam tumpangsari dengan padi,
kacang tanah, buncis kedelai dan sayuran (Joker 2002). Daun Sentang dapat
digunakan sebagai obat sakit perut dan gangguan pada suara (Mungkorndin 1993
dalam Kijkar 1996)

Gambar 2 Tegakan Sentang di Dekat Taman Rekreasi Kapang Surin di Trang,
Thailand. Foto Samyos Kijkar

6

Silvikultur
Permudaan alam Sentang banyak terdapat di hutan primer, terutama di
dekat pohon induk secara berkelompok atau menyebar (Prawira dan Oetja 1978).
Penyebaran buah Sentang dibantu oleh burung atau kelelawar. Buah yang
disebarkan oleh agen penyebar dapat mencapai jarak 500 – 800 m dari pohon
induk (Zuhaidi dan Noor 2000).
Permudaan buatan Sentang dengan biji dapat dilakukan dengan
menaburkan benih di bedeng atau langsung ditanam ke kantong plastik. Jarak
tabur di bedeng adalah 20 cm antar larikan dan 5 cm dalam larikan benih. Setelah
perkecambahan, semai memerlukan 50 % naungan dan kemudian secara bertahap
mulai dikurangi sampai akhirnya tanpa naungan pada saat semai mencapai tinggi
30 cm (Joker 2002).
Permudaan buatan Sentang tidak hanya dengan biji, tetapi dapat pula
menggunakan teknik pembiakan vegetatif. Pembiakan vegetatif tersebut yaitu
stek, cangkok, sambungan dan kultur jaringan. Stek akar merupakan metode yang
paling umum digunakan untuk produksi berskala besar (Zuhaidi dan Noor 2000).

Bibit Cabutan
Bibit cabutan adalah anakan pohon yang tumbuh dan dimanfaatkan
sebagai bibit dan cara pengumpulannya dengan cabutan. Anakan yang tumbuh
berlimpah umumnya berasal dari pohon induk didekatnya. Pada saat anakan masih
muda, daunnya lebih kecil daripada daun induknya (Soetarno et al. 2000).
Sistem cabutan mempunyai beberapa keuntungan yaitu (Smits 1986):
1

Tidak

ada

kemungkinan

bahwa

bibit

yang

dikumpulkan

tidak

berkecambah.
2

Bibit yang dicabut sudah tumbuh gratis di hutan alam sehingga waktu di
pembibitan menjadi lebih singkat dan harga kesatuan bibit menjadi lebih
rendah

3

Bibit yang dicabut sudah tertulari oleh cendawan dari pohon induk
sehingga kekurangan mikoriza tidak akan menjadi masalah.
Syarat – syarat untuk dapat memanfaatkan sistem cabutan ini adalah

adanya hutan alam yang hampir utuh dengan pohon induk yang bagus dan adanya

7

tenaga kerja yang dapat mengenal bibit /anakan (Smits 1986). Hal – hal yang
patut diperhatikan dalam sistem cabutan adalah (Al Rasyid et al. 1991) :
1

Ukuran tinggi anakan yang dipergunakan di bawah 20 cm atau sudah
berdaun 2 – 5 lembar.

2

Waktu pencabutan anakan setelah hujan turun dimana kondisi tanah dalam
keadaan lunak.

3

Anakan yang telah dicabut segera disapih di persemaian minimum 30 hari
di bawah naungan plastik dan penyiraman dilakukan dua kali dalam sehari
agar kelembaban tinggi (95 %) dapat terjaga. Setelah bibit bertunas
20 – 75 % naungan plastik dibuka.

4

Apabila keadaan terpaksa belum dapat disapih bibit dapat disimpan pada
tempat lembab maksimum 6 hari.

5

Pengangkutan bibit cabutan ke persemaian tidak lebih dari 6 hari.
Soetarno et al. (2000) menjelaskan bahwa semakin besar bibit, resiko

kematian semakin tinggi. Bibit yang optimal adalah pada saat bibit memiliki 2 – 5
daun termasuk pasangan daun pertama. Bibit yang berukuran besar masih
mungkin untuk dicabut tetapi membuat biaya pengangkutan menjadi mahal.
Sebaiknya bibit yang boleh dicabut tinggi maksimal tidak melebihi 60 cm.

Media Tanam
Tanah
Tanah merupakan tempat tumbuh tanaman dan penyedia unsur hara.
Tanah lapisan atas mengandung bahan organik yang mempunyai kemampuan
menghisap dan memegang air yang tinggi. Tanah yang beraerasi baik, persentase
pembentukan akar pada tanaman lebih tinggi dan kualitasnya lebih baik
(Hartmann dan Kester 1983).
Penggunaan media tanah dalam jumlah yang cukup besar pada persemaian
akan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan antara lain pengikisan
tanah yang cukup luas, hilangnya lapisan yang subur dan sebagainya. Selain itu,
penggunaan tanah sebagai media tumbuh semai mempunyai beberapa kelemahan
antara lain bobotnya berat, tanah mudah pecah pada pengangkutan sehingga

8

kurang kompak dalam menunjang sistem perakaran dan kemungkinan kerusakan
semai dalam pengangkutan ke persemaian dan ke lapangan (Kurniawati 1991).
Menurut Hartmann dan Kester (1983) kriteria media yang baik adalah
sebagai berikut :
1

Harus cukup kuat dan kompak sebagai pemegang benih selama
perkecambahan atau pertumbuhan.

2

Harus mampu mempertahankan kelembaban.

3

Memiliki aerasi dan drainase yang baik.

4

Bebas dari benih tumbuhan liar, nematoda dan berbagai organisme
penyakit.

5

Tidak memiliki salinitas yang tinggi.

6

Dapat disterilkan dengan menggunakan panas tanpa menimbulkan efek
penghilangan terhadap unsur – unsur penting bagi pertumbuhan.

Kompos
Kompos adalah bahan organis yang telah menjadi lapuk. Pupuk kompos
dapat meningkatkan kesuburan tanah. Apabila kompos diberikan pada tanah
sebagai media tumbuh maka akan mempengaruhi sifat kimia, fisika maupun
biologi tanah dan dapat digunakan sebagai bahan untuk memperkaya bahan
organik tanah (Murbandono 1994).
Perbaikan sifat fisik tanah berupa perbaikan struktur dan tekstur tanah.
Perbaikan sifat kimia tanah oleh kompos berupa penyediaan unsur – unsur hara
makro dan mikro seperti N, P, K, Ca, Mg, Fe, S, Mn dan Cu. Selain itu populasi
mikroorganisme tanah juga akan meningkat (Murbandono 1994).
Kompos sebagai bahan organik berperan besar terhadap perbaikan sifat –
sifat tanah antara lain (Murbandono 1994) :
1

Memperbesar daya ikat tanah yang berpasir sehingga struktur tanah
menjadi lebih baik.

2

Dapat memperbaiki struktur tanah berlempung sehingga tanah yang
tadinya berat akan menjadi ringan

3

Memperbaiki kemampuan air sehingga tanah dapat lebih banyak
menyediakan air bagi tanaman.

9

4

Memperbaiki drainase dan tata udara tanah terutama tanah berat.

5

Mempertinggi daya ikat tanah terhadap zat hara sehingga tidak mudah
tercuci oleh air hujan atau air pengairan.
Zat Pengatur Tumbuh
Zat pengatur tumbuh (ZPT) dapat diartikan sebagai senyawa organik

selain zat hara yang dalam jumlah sedikit mendukung, menghambat maupun
merubah berbagai proses fisiologis tanaman. ZPT adalah salah satu bahan sintesis
atau hormon tumbuh yang mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan
tanaman melalui pembelahan sel, perbesaran sel dan diferensiasi sel. Pengaturan
pertumbuhan ini dilaksanakan dengan cara pembentukan hormon-hormon,
mempengaruhi sistem hormon, perusakan translokasi atau dengan perubahan
tempat pembentukan hormon (Hartmann dan Kester 1983).
ZPT di dalam tanaman terdiri dari 5 kelompok yaitu Auksin, Gibberelin,
Sitokinin, Ethylene dan Inhibitor (Abidin 1983). Hormon yang dihasilkan oleh
tanaman

disebut

(Wattimena

fitohormon

sedangkan

yang

sintetis

disebut

ZPT

et al.1992).

Pemberian hormon tidak hanya akan memperbanyak akar lateral, tetapi
juga menambah panjang rata-rata dari akar (Kusumo 1989). Rootone-F
merupakan salah satu hormon penumbuh yang diperdagangkan dalam bentuk
serbuk, berwarna putih, tidak larut dalam air dan berguna untuk mempercepat dan
memperbanyak pembentukan akar-akar baru.
Bahan aktif yang dikandung oleh hormon penumbuh akar Rootone-F
adalah sebagai berikut :
- 1 Naphathalene acetamide

: 0.067 %

- 2 Methyl – 1 – Naphathalene acetic acid

: 0.033 %

- 2 Methyl – 1 – Naphathalene acetamide

: 0.013 %

- Indole – 3 – Butyricacid

: 0.057 %

- Thiram

: 4.000 %

- Inert Ingredient

: 95.330 %

Menurut Soemomarto (1975), tiga senyawa yang memiliki inti
Naphathalene berfungsi memperbanyak dan mendorong timbulnya suatu
perakaran sedangkan satu senyawa aktif yang mengandung indole bermanfaat

10

untuk memperbanyak dan mempercepat perakaran. Selain itu, Thiram berfungsi
sebagai fungisida.

Hasil – Hasil Penelitian Stek Pucuk
Stek pucuk merupakan salah satu metode pembiakan vegetatif yang telah
banyak dikembangkan pada berbagai jenis tumbuhan kehutanan. Prihatin (2000)
telah melakukan penelitian stek pucuk dan stek batang Kepuh (Sterculia foetida
Linn.) pada berbagai media (pasir dan serabut kelapa) dan dosis hormon
Rootone – F (0, 50, 100 dan 150 mg/stek). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
stek pucuk memiliki kemampuan pertumbuhan yang lebih baik daripada stek
batang, sedangkan media perakaran terbaik untuk stek Kepuh adalah media
serabut kelapa. Untuk penggunaan ZPT Rootone-F, pemakaian dosis 150 mg/stek
terbukti paling efektif meningkatkan keberhasilan stek Kepuh terutama terhadap
kualitas perakaran (jumlah akar primer dan total panjang akar primer).
Nadiroh (2003) meneliti stek pucuk Sentang (Azadirachta excelsa Jack.)
Famili Meliaceae pada berbagai dosis hormon Rootone – F (0, 100, 200, 300, dan
400 mg/stek) dan media (pasir, arang sekam padi dan campuran pasir dan arang
sekam padi). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis Rootone – F dan jenis
media tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap semua variabel yang
diamati (persentase stek hidup, jumlah akar adventif, panjang akar adventif dan
bobot kering akar). Interaksi dosis Rootone – F dengan jenis media hanya
berpengaruh terhadap bobot kering akar. Dosis Rootone – F dan jenis media yang
baik untuk pertumbuhan stek pucuk Sentang adalah dosis 300 mg/stek dengan
menggunakan media pasir.

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium dan Persemaian Silvikultur
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Waktu yang dibutuhkan untuk

penelitian ini adalah selama 4 bulan yaitu dari bulan Oktober 2005 sampai
Januari 2006.

Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah semai cabutan Sentang,
Rootone-F dan media tanam (tanah dan kompos). Alat yang dipergunakan adalah
kaliper, polybag berukuran 15 x 20 cm, timbangan analitik merk Ohaus, sprayer,
gunting stek, sungkup plastik, oven, kamera, penggaris dan alat tulis.

Metode Penelitian
Pengumpulan Bibit Cabutan
Bibit cabutan Sentang yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari
Hutan Percobaan Darmaga. Bibit cabutan yang telah diambil kemudian
dikumpulkan dan dikurangi bagian daunnya hingga 75 % untuk mengurangi
penguapan selama perjalanan. Selain mengurangi bagian daun, dilakukan pula
pemotongan akar pada akar yang terlalu panjang atau rusak. Setelah bibit
terkumpul, bibit tersebut dimasukan dalam kantong plastik dan ditata
bolak – balik antara akar dengan pucuk. Selama perjalanan, bibit diusahakan
dalam keadaan lembab. Untuk itu bibit selalu disemprot dengan air dan jangan
terlalu lama terkena cahaya matahari.

Persiapan Media Tanam
Media tanam yang digunakan adalah campuran tanah dan kompos dengan
perbandingan 2 : 1 (v/v). Media dicampur hingga merata dan dimasukan ke
dalam polybag lalu ditempatkan dan diatur di persemaian.

12

Penyiapan Zat Pengatur Tumbuh
Zat Pengatur Tumbuh yang digunakan adalah Rootone – F dengan dosis
hormon yang digunakan adalah 0 mg, 50 mg, 100 mg dan 150 mg/semai. Hal ini
didasarkan pada hasil penelitian Prihatin (2000) untuk jenis Kepuh. Rootone – F
yang telah ditimbang kemudian dicampur dengan air sampai berbentuk pasta.

Pemberian Zat Pengatur Tumbuh
Pemberian Zat Pengatur Tumbuh dilakukan dengan cara oles. Bibit yang
sudah dipisahkan menurut perlakuan kemudian diikat dan dimasukan ke dalam
wadah yang sudah berisi cairan pasta Rootone – F pada masing – masing dosis
hormon.

Penanaman
Bibit cabutan yang telah diolesi Rootone – F kemudian ditanam pada
media polybag yang bagian tengahnya dilubangi dengan diameter yang lebih
besar dari diameter bibit, kemudian polybag tersebut disimpan di bedengan.

Pemeliharaan
Untuk mengurangi transpirasi maka selama kurang lebih 2 minggu setelah
penanaman di polybag, bibit tersebut diletakkan di bawah sungkup plastik. Pada 2
minggu pertama, kelembaban di sekitar bibit selalu dijaga, untuk itu dilakukan
penyemprotan. Kegiatan pemeliharaan terhadap bibit cabutan yang telah ditanam
meliputi penyiraman dan pembersihan gulma. Penyiraman dilakukan setiap hari
pada pagi atau sore hari, kecuali hari hujan.

Pengamatan
Pengamatan pertumbuhan bibit dimulai setelah bibit cabutan ditanam
hingga berumur 4 bulan. Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah :
ƒ

Persentase semai hidup
Persentase semai hidup adalah banyaknya semai yang hidup dibandingkan
seluruh semai yang ditanam.

13

ƒ

Jumlah daun
Banyaknya jumlah daun baru yang tumbuh dihitung pada akhir penelitian.

ƒ

Tinggi semai
Pengukuran tinggi semai dilakukan dari titik kotiledon hingga pucuk
anakan. Pengukuran dilakukan setiap dua minggu sekali selama penelitian.

ƒ

Diameter semai
Pengukuran diameter semai dilakukan dari titik pengukuran 1 cm dari titik
kotiledon. Pengukuran dilakukan pada awal dan akhir penelitian.

ƒ

Jumlah akar
Pengukuran jumlah akar meliputi banyaknya jumlah akar primer dan
sekunder pada setiap sampel.

ƒ

Berat basah pucuk dan akar
Pengukuran berat basah pucuk dan akar semai dilakukan pada akhir
penelitian. Setelah pengamatan selesai, sampel tanaman dipotong pada
bagian pucuk dan akar kemudian bagian pucuk dan akar tersebut dibersihkan
lalu dilakukan penimbangan pada masing – masing bagian semai tersebut.

ƒ

Berat kering pucuk dan akar
Pengukuran terhadap berat kering pucuk dan akar semai dilakukan setelah
penimbangan berat basah dan sampel tanaman tersebut dikeringkan dalam
oven dengan suhu 70oC selama 48 jam

ƒ

Nisbah pucuk akar
Nisbah pucuk akar adalah perbandingan berat kering pucuk dengan
berat kering akar.

Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan pola
faktorial yang terdiri atas dua faktor. Faktor pertama adalah faktor ukuran tinggi
bibit cabutan yang terdiri atas dua taraf, yaitu :
ƒ

A1 = Tinggi bibit 10 – 35 cm

ƒ

A2 = Tinggi bibit 36 – 60 cm

Faktor kedua adalah faktor dosis Rootone – F yang terdiri dari empat taraf, yaitu :

14

ƒ

B1 =

ƒ

B2 = 50 mg/semai

ƒ

B3 = 100 mg/semai

ƒ

B4 = 150 mg/semai

0 mg/semai

Dengan demikian terdapat 8 kombinasi perlakuan yang selanjutnya akan
dibuat 30 ulangan sehingga terdapat 240 satuan percobaan (2 x 4 x 30). Model
umum rancangan percobaan faktorial adalah sebagai berikut :
Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk

; i = 1,2

; j = 1,2,3,4

;k = 1,2,...,30

Keterangan :
Yijk

= nilai pengamatan pada faktor tinggi bibit (A) taraf ke-i, faktor dosis
Rootone-F (B) taraf ke-j dan ulangan ke-k

µ

= rata – rata umum

αi

= pengaruh utama faktor tinggi bibit

βj

= pengaruh utama faktor dosis Rootone-F

(αβ)ij = komponen interaksi dari faktor tinggi bibit dan faktor dosis Rootone-F
εijk

= pengaruh acak yang menyebar normal

Analisis Data
Data hasil pengukuran dianalisis dengan menggunakan program SAS for
Windows Release 6.12. Untuk mengetahui pengaruh interaksi antara berbagai
perlakuan yang diberikan, maka dilakukan sidik ragam dengan uji F terhadap
variabel yang diamati dengan hipotesis sebagai berikut :
H0

= Perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap p