Hubungan Konsumsi Pangan Sumber Kalsium dengan Keluhan Menstruasi pada Remaja

1

HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN SUMBER KALSIUM DENGAN
KELUHAN MENSTRUASI PADA REMAJA

VIVI LUTFIAH

PROGRAM STUDI
GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007

2

RINGKASAN
VIVI LUTFIAH. Hubungan Konsumsi Pangan Sumber Kalsium dengan Keluhan
Menstruasi pada Remaja (Dibimbing oleh HARDINSYAH dan EDDY S.
MUDJAJANTO).
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui hubungan
konsumsi pangan sumber kalsium dengan keluhan menstruasi. Secara khusus

penelitian ini bertujuan untuk: (1) mempelajari usia awal menstruasi, lama
menstruasi, keteraturan, dan siklus menstruasi, (2) mempelajari keluhan
menstruasi, (3) mempelajari pola konsumsi susu dan pangan sumber kalsium, (4)
menganalisis konsumsi dan tingkat konsumsi kalsium, (5) menganalisis
hubungan konsumsi susu, pangan sumber kalsium (non susu dan olahannya),
dan tingkat konsumsi kalsium dengan keluhan menstruasi, (6) menguji
perbedaan keluhan menstruasi pada tingkat konsumsi kalsium cukup dan
kurang, (7) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keluhan menstruasi.
Disain penelitian adalah cross-sectional study. Penelitian dilakukan di
SMAN 3 dan SMAN 5 Kota Bogor. Pengambilan data dilakukan pada bulan
Januari hingga Februari 2007. Contoh dalam penelitian adalah semua siswi kelas
11. Jumlah contoh dalam penelitian ini adalah 327 orang.
Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Data
primer terdiri dari keadaan umum lokasi penelitian, karakteristik contoh dan
keluarga contoh (usia, uang saku, pekerjaan orang tua, besar keluarga,
kebiasaan berolahraga, dan stres), kebiasaan minum susu, konsumsi pangan
(meliputi pangan sumber kalsium dan pangan penghambat kalsium), konsumsi
suplemen, dan menstruasi. Data sekunder meliputi data kandungan kalsium yang
diperoleh dari Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) Indonesia (Hardinsyah
& Briawan 1994). Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan Microsoft

Excel dan SPSS 11.5 for Windows . Analisis dilakukan secara deskriptif dan
inferensia.
Contoh sebagian besar mengalami usia awal menstruasi (96.6%) dan
lama menstruasi (95.7%) normal. Lebih dari separuh contoh (53.2%) mengalami
siklus menstruasi yang teratur. Contoh sebagian besar (82.6%) mengalami lama
siklus menstruasi normal.
Contoh sebagian besar mengalami keluhan menjelang (96.0%) dan saat
(95.7%) menstruasi. Keluhan yang paling banyak dialami menjelang menstruasi
adalah lebih emosional (67.6%), sedangkan keluhan yang paling banyak dialami
pada saat menstruasi adalah lebih emosional (66.1%) dan sakit keram di bawah
perut (66.1%). Keluhan jerawat, mual, dan nyeri pada payudara lebih banyak
dialami menjelang menstruasi, sedangkan sakit kepala, sakit pinggang, dan lesu
lebih banyak dialami pada saat menstruasi. Keluhan yang dialami oleh separuh
contoh adalah sakit keram di bawah perut, lebih emosional, dan jerawat. Keluhan
yang paling sedikit dialami adalah muntah (1.2%) baik pada menjelang maupun
saat menstruasi.
Contoh sebagian besar mengonsumsi susu (88.1%), akan tetapi lebih dari
tiga perempat (76.0%) frekuensi minum susu hanya 1 sampai 7 kali per minggu.
Susu menyumbang konsumsi kalsium terbesar (45.28%) dari rata-rata konsumsi
pangan sumber kalsium. Pangan hewani (non susu dan olahannya) (15.21%)

serta kacang-kacangan dan olahannya (14.56%) memberikan sumbangan
kalsium terbesar kedua dan ketiga setelah susu. Enam jenis pangan yang
menyumbangkan konsumsi kalsium terbesar yaitu susu (45.28%), tahu (6.09%),
tempe (6.04%), keju (5.87%), sawi (4.84%), dan eskrim (4.26%).

3

Rata-rata konsumsi kalsium dari susu adalah 269.84±227.20 mg/hari,
sedangkan rata-rata konsumsi kalsium total adalah 595.87±314.76 mg/hari.
Rata-rata konsumsi kalsium total masih terbilang kurang apabila dibandingkan
dengan angka kecukupan kalsium menurut AKG 2004 untuk remaja putri (1000
mg). Lebih dari separuh contoh (66.7%) berada pada tingkat konsumsi kalsium
kurang.
Hasil uji korelasi Pearson menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara
konsumsi susu (ml) dengan skor keluhan menstruasi menjelang (p>0.05), saat
(p>0.05), dan total (p>0.05). Konsumsi kalsium dari susu dengan skor keluhan
menstruasi baik menjelang (p>0.05), saat (p>0.05), maupun total (p>0.05) juga
tidak berhubungan. Tingkat konsumsi kalsium juga tidak berhubungan dengan
skor keluhan menstruasi menjelang (p>0.05), saat (p>0.05), maupun total
(p>0.05). Konsumsi kalsium dari pangan sumber kalsium (non susu dan

olahannya) berhubungan positif dengan skor keluhan menjelang (p