Hubungan Pola Konsumsi Pangan Sumber Protein serta Aktivitas Fisik dengan Massa Otot pada Remaja di Perdesaan dan Perkotaan.

HUBUNGAN POLA KONSUMSI PANGAN SUMBER PROTEIN
SERTA AKTIVITAS FISIK DENGAN MASSA OTOT PADA
REMAJA DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN

SITI KHOIRUL UMAMI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Pola
Konsumsi Pangan Sumber Protein serta Aktivitas Fisik dengan Massa Otot pada
Remaja di Perdesaan dan Perkotaan adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Siti Khoirul Umami
NIM I14100092

ABSTRAK
SITI KHOIRUL UMAMI. Hubungan Pola Konsumsi Pangan Sumber Protein serta
Aktivitas Fisik dengan Massa Otot pada Remaja di Perdesaan dan Perkotaan.
Dibimbing oleh CESILIA METI DWIRIANI dan HADI RIYADI.
Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan pola konsumsi pangan
sumber protein, aktivitas fisik dan massa otot pada remaja di perdesaan dan
perkotaan. Desain yang digunakan adalah cross sectional study. Subjek dalam
penelitian ini berjumlah 152 remaja usia 12-15 tahun. Penelitian menggunakan data
sekunder yaitu sebagian data penelitian “Gaya Hidup dan Aspek Gizi pada Remaja
di Perdesaan dan Perkotaan” (Dwiriani et al. 2013). Usia contoh di perdesaan lebih
tua, sementara uang saku dan pendidikan orang tua contoh lebih tinggi di perkotaan
dibandingkan perdesaan. Frekuensi konsumsi daging sapi, ikan pindang, dan susu
lebih tinggi di perkotaan, tetapi contoh di perdesaan mempunyai tingkat aktivitas
fisik dan massa otot lebih tinggi dibandingkan perkotaan. Contoh yang mempunyai

status gizi gemuk dan obesitas lebih banyak di perkotaan dibandingkan perdesaan.
Tidak terdapat hubungan antara pola konsumsi pangan sumber protein, aktivitas
fisik dan massa otot, tetapi hanya status gizi yang mempunyai hubungan signifikan
dengan massa otot.
Kata kunci: massa otot, status gizi, tingkat kecukupan energi

ABSTRACT
SITI KHOIRUL UMAMI. Relationship between Protein Source of Food
Consumption Pattern and Physical Activity with Muscle Mass in Rural and Urban
Adolescents. Supervised by CESILIA METI DWIRIANI and HADI RIYADI.
The purpose of this study was to analyze the correlation between protein
source of food consumption pattern, physical activity, and muscle mass in rural and
urban adolescents. The design of this study was cross-sectional study.The subjects
were 152 adolescents aged 12-15 years old. The study used secondary data, it was
a part of the research “Lifestyle and Nutritional Aspect of Rural and Urban
Adolescents” (Dwiriani et al. 2013). Subjects were older in rural, meanwhile
subjects pocket money and parents education level were higher in urban than rural.
Frequency of beef, fish (pindang), and milk consumption were significantly higher
in urban, but in rural the physical activity level and muscle mass were higher than
urban areas. Overweight and obesity was significantly higher in urban than rural

subjects. There was no correlation between protein source of food consumption
pattern, physical activity and muscle mass, but only nutritional status had positive
correlation with muscle mass.
Keywords: energy adequacy level, muscle mass, nutritional status

HUBUNGAN POLA KONSUMSI PANGAN SUMBER PROTEIN
SERTA AKTIVITAS FISIK DENGAN MASSA OTOT PADA
REMAJA DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN

SITI KHOIRUL UMAMI

Skripsi
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Gizi
dari Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2014

v

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian adalah analisa hubungan pola konsumsi pangan sumber protein
serta aktivitas fisik dengan massa otot pada remaja di perdesaan dan perkotaan.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Dr Ir Cesilia Meti Dwiriani,
MSc, Bapak Dr Ir Hadi Riyadi, MS selaku dosen pembimbing dan kepada Ibu Lely
Amalia Furkon STP, MSi atas saran-saran yang telah diberikan serta kepada
anggota Tim Peneliti NHF (Prof Dr Ir Faisal Anwar, Prof Dr Ir Ali Khomsan dan
dr Mira Dewi, SKed, MSi) yang telah memberi ijin penulis untuk menggunakan
sebagian data penelitian “Gaya Hidup dan Aspek Gizi pada Remaja di Perdesaan
dan Perkotaan. Terimakasih kepada pihak DIKTI yang telah memberikan beasiswa
bidik misi sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah dengan baik. Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala
doa dan kasih sayangnya, selain itu juga kepada sahabat tersayang (Apip, Nurul,

Hayu, Fani, Sakinah, Isna, Lilis, Dini, Ade, Susan, Aci, Imel dan Panji) dan seluruh
keluarga Gizi Masyarakat 47 atas segala doa dan dukungannya. Penulis memohon
maaf atas segala kekurangan ataupun kekhilafan yang penulis lakukan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September 2014
Siti Khoirul Umami

vi

vii

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR

viii


DAFTAR LAMPIRAN

viii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan

2

Hipotesis

3


KERANGKA PEMIKIRAN

3

METODE

4

Desain, Tempat, dan Waktu

4

Cara Penarikan Contoh

5

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

5


Pengolahan dan Analisis Data

6

Definisi Operasional

9

HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Contoh Penelitian

9
9

Karakteristik Keluarga

10

Konsumsi Pangan


11

Aktivitas Fisik

15

Massa Otot

16

Status Gizi

18

Hubungan Karakteristik Contoh dan Keluarga dengan Konsumsi Pangan

18

Hubungan Konsumsi Pangan dengan Massa Otot


19

Hubungan Aktivitas Fisik dengan Massa Otot

20

Hubungan Status Gizi dengan Massa Otot

20

Simpulan

20

Saran

21

DAFTAR PUSTAKA


21

LAMPIRAN

24

RIWAYAT HIDUP

25

viii

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Variabel, jenis, cara pengumpulan data
Kategori variabel penelitian
Sebaran contoh berdasarkan usia, jenis kelamin, uang saku
Sebaran contoh berdasarkan usia dan pendidikan orang tua
Rata-rata asupan energi-protein contoh
Sebaran contoh berdasarkan TKE
Sebaran contoh berdasarkan TKP
Rata-rata frekuensi konsumsi pangan sumber protein
Sebaran contoh berdasarkan frekuensi konsumsi pangan
Rata-rata alokasi waktu contoh untuk aktivitas fisik
Sebaran contoh berdasarkan aktivitas fisik
Rata-rata LILA, trisep, massa otot berdasarkan lokasi
Rata-rata LILA, trisep, massa otot berdasarkan jenis kelamin
Sebaran massa otot contoh berdasarkan lokasi
Sebaran massa otot contoh berdasarkan jenis kelamin
Sebaran contoh berdasarkan status gizi

5
6
9
10
11
12
13
13
14
15
16
16
16
17
17
18

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran

4

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil uji Rank Spearman variabel dependent massa otot

25

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kemajuan suatu bangsa dapat dicapai dengan kualitas sumber daya manusia
yang baik, hal ini ditandai dengan keadaan fisik dan mental yang kuat, tingkat
pendidikan, serta tingkat kesehatan yang optimal. Indonesia membutuhkan generasi
penerus bangsa yang berkualitas. Namun, ternyata sumber daya manusia Indonesia
masih tergolong rendah, hal ini terbukti dengan kedudukan Indonesia tahun 2013
pada peringkat 121 dari 185 negara dalam Human Development Index (HDI)
berdasarkan bidang tenaga kerja, kesehatan, dan pendidikan (Menkokesra 2013).
Remaja merupakan generasi penerus yang menentukan kualitas SDM Indonesia
selanjutnya. Apabila terjadi gangguan kesehatan pada remaja akan menurunkan
derajat kesehatan dan tingkat produktivitasnya ketika dewasa (Arisman 2009).
Remaja merupakan golongan usia yang dimulai sejak 9-10 tahun dan berakhir
pada usia 18 tahun. Pada masa ini terjadi proses pertumbuhan yang pesat sehingga
diperlukan asupan zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan agar tidak terjadi
gangguan pertumbuhan. Menurut Arisman (2009) remaja dikategorikan rentan
karena tiga hal. Pertama, proses pertumbuhan dan perkembangan tubuh yang cepat
memerlukan energi dan zat gizi lain yang lebih banyak. Kedua, perubahan gaya
hidup dan kebiasaan makan menuntut penyesuaian asupan energi dan zat gizi.
Ketiga, kehamilan, keikutsertaan dalam olahraga, kecanduan obat dan alkohol akan
meningkatkan kebutuhan energi dan zat gizi, di samping itu terdapat remaja yang
mengkonsumsi makanan secara berlebihan sehingga mengalami obesitas.
Ketika remaja terjadi berbagai proses pertumbuhan, seperti pertambahan
berat badan, tinggi badan, serta komposisi tubuh salah satunya adalah massa otot
(IDAI 2011). Penelitian Kim et al. (2006) dan Boye et al. (2002) menunjukkan
masa otot pada remaja laki-laki lebih banyak dibandingkan remaja perempuan. Otot
memiliki fungsi penting bagi tubuh, yaitu membantu pergerakan, mempertahankan
postur tubuh, dan menstabilkan sendi (Ganong 1990). Massa otot pada tubuh
dipengaruhi oleh jumlah asupan energi, protein, serta tingkat aktivitas fisik. Protein
akan dicerna menjadi asam amino dan selanjutnya akan memasuki sirkulasi darah
melalui vena porta dan dibawa menuju hati. Sebagian akan digunakan oleh hati dan
sebagian akan ke sel-sel jaringan, termasuk otot (Almatsier 2009). Otot
mengandung protein miosin, aktin, tropomiosin, dan troponin (Ganong 1990).
Jumlah asupan protein ditentukan oleh kebiasaan individu dalam mengkonsumsi
makanan, terutama pangan sumber protein.
Fungsi utama protein adalah untuk pertumbuhan, namun apabila tubuh
mengalami kekurangan energi, maka kebutuhan energi akan dipenuhi dengan
memecah protein menjadi glukosa. Pemecahan protein tubuh untuk memenuhi
kebutuhan energi akan menyebabkan melemahnya otot-otot tubuh (Almatsier
2009). Hal ini sejalan dengan Waterlow (1992) yang menyatakan bahwa pada anak
yang menderita PEM (Protein Energy Malnutrition) akan mengalami kehilangan
massa otot, sehingga massa otot digunakan sebagai pengukuran status gizi secara
tidak langsung di Jamaica. Penelitian Stookey et al. (2001) menunjukkan bahwa
protein dapat meningkatkan massa otot pada kelompok usia dewasa serta rendahnya
konsumsi energi menyebabkan penurunan massa otot. Selain itu berdasarkan

2

penelitian Leheudre dan Adlercreutz (2009) terdapat hubungan antara asupan
protein hewani terhadap massa otot pada wanita usia dewasa. Oleh karena itu
diperlukan asupan yang cukup baik energi maupun protein sehingga proses
pertumbuhan berlangsung secara optimal.
Berdasarkan hasil Riskesdas (2010) konsumsi energi pada remaja usia 13-15
tahun di Jakarta yang kurang dari 70% kebutuhan sebanyak 48.6%. Sementara
konsumsi protein pada usia 13-15 tahun yang memenuhi kurang dari 80%
kebutuhan sebanyak 28.1%. Selanjutnya, di Jawa Barat konsumsi energi pada usia
13-15 tahun yang memenuhi kurang dari 70% kebutuhan sebanyak 59.1%.
Sementara asupan protein pada usia 13-15 tahun yang memenuhi kurang dari 80%
kebutuhan sebanyak 44.2%. Dapat diketahui bahwa konsumsi energi dan protein
pada remaja masih banyak yang termasuk dalam kategori kurang. Hal tersebut
dapat mempengaruhi tingkat pertumbuhan dan perkembangan remaja.
Selain dari asupan protein, hal lain yang mempengaruhi massa otot adalah
aktivitas fisik. Menurut Simopoulos dan Pavlou (2001) aktivitas fisik dapat
meminimalkan terjadinya kehilangan massa otot. Berdasarkan Stookey et al. (2001)
aktivitas fisik dapat meningkatkan massa otot. Tetapi penelitian Finne et al. (2011)
pada remaja usia 11-17 tahun di Jerman menunjukkan bahwa pada usia remaja
terjadi penurunan aktivitas fisik, dimana level aktivitas fisik akan semakin rendah
dengan bertambahnya usia. Selain itu menurut Spittaels et al. (2012) aktivitas fisik
pada perempuan lebih banyak dalam kategori ringan dibandingkan laki-laki. Hal ini
dapat mempengaruhi komposisi tubuh, salah satunya adalah massa otot. Padahal
otot memiliki fungsi penting bagi tubuh. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk
meneliti tentang hubungan pola konsumsi pangan sumber protein serta aktivitas
fisik pada remaja mengingat remaja merupakan fase pertumbuhan yang pesat,
sehingga membutuhkan asupan protein dan aktivitas fisik yang sesuai agar
pertumbuhannya berlangsung optimal.

Tujuan
Tujuan umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan pola
konsumsi pangan sumber protein serta aktivitas fisik dengan massa otot pada
remaja di perdesaan dan perkotaan.
Tujuan Khusus:
1. Mengidentifikasi karakteristik remaja (usia, jenis kelamin, uang saku) dan
keluarga (usia orang tua, dan pendidikan orang tua) di perdesaan dan
perkotaan.
2. Menganalisis konsumsi pangan, aktivitas fisik, status gizi dan massa otot
remaja di perdesaan dan perkotaan.
3. Menganalisis hubungan karakteristik remaja dan keluarga dengan pola
konsumsi pangan sumber protein pada remaja di perdesaan dan perkotaan.
4. Menganalisis hubungan konsumsi pangan, aktivitas fisik dan status gizi
dengan massa otot pada remaja di perdesaan dan perkotaan.

3

Hipotesis
1. Terdapat hubungan antara karakteristik remaja dan keluarga dengan pola
konsumsi pangan sumber protein.
2. Terdapat hubungan antara pola konsumsi pangan sumber protein dengan
massa otot.
3. Terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan massa otot.
4. Terdapat hubungan antara status gizi dengan massa otot.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang pola
konsumsi pangan sumber protein dan aktivitas fisik, serta hubungannya dengan
massa otot pada remaja di pedesaan dan perkotaan. Selanjutnya, hasil penelitian ini
juga diharapkan dapat dijadikan masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan
dalam mengambil langkah dan kebijakan dalam peningkatan status gizi dan
kesehatan remaja.

KERANGKA PEMIKIRAN
Masa remaja merupakan periode perubahan yang berlangsung pesat dimana
terjadi pertumbuhan yang berlangsung secara cepat. Proses pertumbuhan berkaitan
dengan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran berat, panjang, umur tulang, dan
keseimbangan metabolik (Supariasa et al. 2001). Perubahan komposisi tubuh pada
remaja juga terjadi selain perubahan berat badan dan tinggi badan, salah satunya
adalah massa otot.
Otot merupakan jaringan tunggal terbesar pada tubuh manusia. Otot memiliki
fungsi penting bagi tubuh, yaitu membantu pergerakan, mempertahankan postur
tubuh, dan menstabilkan sendi (Ganong 1990). Massa otot dipengaruhi oleh
berbagai faktor, seperti asupan makanan, aktivitas fisik, status gizi dan hormon.
Sumber zat gizi yang dominan dalam pembentukan massa otot adalah energi dan
protein. Waterlow (1992) yang menyatakan bahwa pada anak yang menderita PEM
(Protein Energy Malnutrition) akan mengalami kehilangan massa otot, sehingga
massa otot digunakan sebagai pengukuran status gizi secara tidak langsung di
Jamaica. Penelitian Stookey et al. (2001) menunjukkan bahwa protein dapat
meningkatkan massa otot pada kelompok usia dewasa serta rendahnya konsumsi
energi menyebabkan penurunan massa otot. Berdasarkan penelitian Leheudre dan
Adlercreutz (2009) terdapat hubungan antara asupan protein hewani dengan massa
otot. Asupan protein dipengaruhi oleh pola konsumsi makanan sumber protein. Pola
konsumsi pangan dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu karakteristik individu dan
keluarga (uang saku dan pendidikan orang tua), karakteristik makanan (rasa, rupa,
tekstur, harga, tipe makanan, kombinasi makanan), dan karakteristik lingkungan (
musim, pekerjaan, mobilitas, status sosial masyarakat).
Faktor lain yang mempengaruhi massa otot adalah aktivitas fisik. Latihan
fisik, yang termasuk dalam kategori aktivitas fisik berat, dapat meningkatkan

4

ukuran otot meningkat, sehingga massa otot tubuh juga bertambah (Mader 2001).
Hal yang dapat mempengaruhi massa otot adalah hormon. Peningkatan hormon
androgen mempengaruhi proses perkembangan dan pertumbuhan, namun hormon
seks pada perempuan, estrogen dan progesteron mengakibatkan peningkatan
penimbunan lemak lebih banyak dibandingkan dengan penambahan jaringan otot.
Hormon testosteron dan hormon anabolik adrenal androgen pada laki-laki
mengakibatkan penambahan massa otot pada laki-laki menjadi lebih banyak
dibandingkan penambahan lemak (Almatsier et al. 2011). Penelitian ini bertujuan
untuk mengamati hubungan antara variabel pola konsumsi pangan sumber protein
dan aktivitas fisik pada remaja di perdesaan dan perkotaan. Gambar 1
menggambarkan kerangka pemikiran penelitian.
Karakteristik
makanan

-

Karakteristik contoh
dan keluarga

Konsumsi Pangan:
Asupan Energi-Protein
Pola konsumsi pangan sumber protein

Massa otot

Aktivitas fisik

Karakteristik
lingkungan

Status
gizi

Hormon

Gambar 1 Kerangka pemikiran hubungan pola konsumsi pangan sumber protein
dan aktivitas fisik dengan massa otot pada remaja
Keterangan:
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang berhubungan tetapi tidak diteliti
: Hubungan antar variabel yang diteliti
: Hubungan antar variabel yang tidak diteliti

METODE
Desain, Tempat, dan Waktu
Penelitian ini dilakukan menggunakan desain cross sectional study. Desain
cross sectional study merupakan desain penelitian dengan variabel sebab atau
faktor risiko dan akibat atau kasus yang terjadi pada objek penelitian diukur atau
dikumpulkan dalam kurun waktu yang bersamaan (Notoatmodjo 2005). Data dalam

5

penelitian ini merupakan data sekunder yaitu sebagian data penelitian “Gaya Hidup
dan Aspek Gizi Remaja di Perdesaan dan Perkotaan” (Dwiriani et al. 2013) yang
melakukan penelitian pada 220 siswa dan siswi SMP 1 Jasinga dan SMP Giri
Taruna yang mewakili daerah perdesaan serta SMP N 92 dan SMP N 242 Jakarta
Selatan yang mewakili daerah perkotaan. Penelitian ini berlangsung dari bulan Juli
sampai Agustus 2014.

Cara Penarikan Contoh
Contoh adalah siswa serta siswi kelas 2 SMP yang memenuhi dua kriteria
inklusi yaitu:
1. Berusia di bawah 18 tahun
2. Mengisi kuesioner secara lengkap
Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh 152 dari 220 contoh.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data karakteristik remaja meliputi usia, jenis kelamin dan uang saku.
Sedangkan karakteristik keluarga meliputi usia dan tingkat pendidikan orang tua.
Data pola konsumsi pangan sumber protein dilakukan dengan wawancara
menggunakan Food Frequency Quesioner (FFQ). Data asupan energi dan protein
yang dilakukan dengan wawancara Food Recall 24 jam selama 2 hari. Data aktivitas
fisik yang dilakukan selama 24 jam selama 2 hari diperoleh dengan wawancara
menggunakan kuesioner. Data massa otot diperoleh dengan melakukan pengukuran
lingkar lengan atas dan trisep. Variabel, jenis data, cara pengumpulan, dan alat yang
digunakan dalam penelitian ini secara lengkap disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1 Variabel, jenis, cara, dan alat pengumpulan data
No.
1.

2.

3.

4.

Variabel
Karakteristik remaja
dan kelurga:
- Usia contoh dan
orang tua
- Pendidikan orang
tua
- Uang saku
- Jenis kelamin
Konsumsi pangan:
- Asupan energi
- Asupan protein
Pola konsumsi pangan
sumber protein:
- Frekuensi konsumsi
pangan
Aktivitas fisik
- Jenis aktivitas
- Lama aktivitas

Cara pengumpulan

Alat

Wawancara

Kuisioner

Food recall 24 jam
selama 2 hari

Kuisioner

Wawancara
menggunakan Food
Frequency
Quesioner (FFQ)
Recall 24 jam
selama 2 hari

Kuisioner

Kuisioner

6

Tabel 1 Variabel, jenis, cara, dan alat pengumpulan data
No.
5.

6.

Variabel
Antropometri:
- Berat badan
- Tinggi badan
Massa otot remaja
- LILA
- Trisep

Cara pengumpulan

Alat

Pengukuran

-

Timbangan
Stature meter

Pengukuran

-

Pita LILA
Skinfold Caliper

Pengolahan dan Analisis Data
Variabel yang diteliti pada penelitian ini terdiri dari karakteristik remaja dan
keluarga (usia contoh dan usia orang tua, jenis kelamin, uang saku, pendidikan
orang tua), pola konsumsi pangan sumber protein, asupan energi-protein, serta
aktivitas fisik (jenis dan lama aktivitas). Kategori variabel penelitian dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2 Kategori variabel penelitian
No

Variabel

1.

Karakteristik remaja
dan keluarga

Status gizi
(IMT/U)


2.

Uang saku
(perhari)



Tingkat
pendidikan
orang tua



Usia orang tua

Tingkat
Kecukupan Energi

Kategori
1. Sangat Kurus : z score < -3 SD
2. Kurus : -3 SD ≤ z score < -2 SD
3. Normal : -2 SD ≤ z score < +1 SD
4. Gemuk : +1 SD < z score ≤ +2 SD
5. Obese : z score > +2 SD
1. Rendah : ≤Rp 2 333
2. Sedang : Rp 2 334-11 838
3. Tinggi : ≥ Rp 11 839
1. Tidak sekolah
2. SD
3. SMP
4. SMA
5. Universitas
1. Dewasa awal (26 - 35 th)
2. Dewasa akhir (36 - 45 th)
3. Lansia awal (46 - 55 th)
4. Lansia akhir (56-65 th)
1. Defisit tingkat berat : < 70% AKE
2. Defisit tingkat sedang: 70 – 79% AKE
3. Kurang: 80 – 89% AKE
4. Cukup: 90 – 119% AKE
5. Lebih: ≥120% AKE

Dasar
kategori
WHO
(2007)

Sebaran
contoh

Depkes
(2009)

Depkes
(1996)

7

Tabel 2 Kategori variabel penelitian (lanjutan)
No

Variabel

3.

Tingkat
Kecukupan
Protein

4.

5.

6.

Kategori

Pola
konsumsi
pangan
sumber
protein
(frekuensi
konsumsi)
Aktivitas
fisik (Nilai
PAL)
Massa otot
tubuh

1.
2.
3.
4.
5.

Defisit tingkat berat : < 70% AKP
Defisit tingkat sedang: 70–79% AKP
Kurang: 80 – 89% AKP
Cukup: 90 – 119% AKP
Lebih: ≥120% AKP

1.
2.
3.
4.

Selalu (1x - lebih dari 1x sehari)
Kadang (3-6 x/Minggu)
Jarang (1 atau 2 x/Minggu)
Tidak pernah

1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
5.

Sangat ringan: